1807101030082
Ny CI 47 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUDZA dengan keluhan tidak nyaman
diselangkangan karena ada benjolan pada daerah kemaluan. Keluhan dirasakan sudah sekitar 3
minggu yang lalu. Sehari-hari pasien membantu suaminya mengangkut barang di pasar. Mereka
mempunyai 4 orang anak. Dari pemeriksaan fisik umum masih dalam keadaan normal.
1. Definisi
Prolaps uteri adalah turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis yang
disebabkan oleh melemahnya otot-otot dasar panggul.
Sistokel adalah melemahnya fascia penunjang antara vagina dan kandung kemih yang dapat
menyebabkan prolaps kandung kemih ke dalam vagina.
Rektokel adalah melemahnya fascia penunjang antara vagina dan rektum (fascia
rektovagina) yang dapat menyebabkan prolaps rektum ke dalam vagina.
2. Etiologi
Partus yang berulang kali, partus dengan penyulit, tarikan pada janin pada pembukaan
belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta merupakan penyebab
terjadinya prolaps uteri
3. Patofisiologi
Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan terdorong
oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena
persalinan berikutnya yang kurang lancar, atau yang diselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang
yang membuat kantong antara urethra dan vagina. Kekendoran fasia dibagian belakang dinding
vagina oleh trauma obstetric atau sebabsebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan
dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.
Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol
ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
4. Manifestasi Klinis
d. Rektokel:
• Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
• Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
e. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
• Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada portio uteri.
• Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada portio uteri.
5. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik:
a) Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
▪ Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
▪ Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera,ulkus yang bukan
kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
▪ Perlu diperiksa ada tidaknya prolaps uteri dan penting untuk mengetahui derajat
prolaps uteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan inspekulum.
b) Manuver Valsava.
▪ Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolaps.
c) Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan otot
levator ani
6. Tatalaksana
Pada terapi konservatif, dapat dilakukan latihan otot dasar panggul atau pemasangan
pessarium. Latihan otot dasar panggul dapat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi
pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar
panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Caranya ialah, penderita disuruh menguncupkan
anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai buang air besar atau penderita
disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tibatiba
menghentikkanya.
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps
lagi. Meskipun bukti yang mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh
86% dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian pessarium ialah bahwa alat
tersebut membuat tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut
besereta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah.
Daftar Pustaka
1. Persu C, Chapple CR, Cauni V, Gutue S, Geavlete P. Pelvic Organ Prolapse Quantification
System (POP-Q) - a new era in pelvic prolapse staging. J Med Life. 2011 Jan-Mar;4(1):75-
81. Epub 2011 Feb 25. PMID: 21505577; PMCID: PMC3056425.
2. Wibisono JJ, Hermawan GN. 2018. Review Artikel: Prolaps Organ Panggul, Vol 7 (1).
Jurnal Medicinus.
3. Pangastuti N, Sari DCR, Santoso BI, Agustiningsih D, Emilia O. 2018. Gambaran Faktor
Risiko Prolaps Organ Panggul Pasca Persalinan Vaginal di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Vol 50 (2). Majalah Kedokteran Bandung.
4. Anggraeni A, daryo. 2010. Prolaps Uteri Grade IV, Sistokel Grade IV Dan Rektokel Grade
III Dengan Giant Vesicolithiasis Dan Prolaps Rekti. Jurnal Kesehatan Sebelas Maret.
Brainmapping
Vingette
Ny CI 47 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUDZA dengan keluhan tidak nyaman
diselangkangan karena ada benjolan pada daerah kemaluan. Keluhan dirasakan sudah sekitar 3
minggu yang lalu. Sehari-hari pasien membantu suaminya mengangkut barang di pasar. Mereka
mempunyai 4 orang anak. Dari pemeriksaan didapatkan TD:120/80mmhg, RR:20x/i, N: 92x/i, T:
36.7 C.