Anda di halaman 1dari 8

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena

kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau

turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. (Wiknjosastro,

2008).

B. Proses Terjadinya masalah

1. Presipitasi dan Predisposisi

Menurut Wiknjosastro, 2008 presipitasi dan predisposisi meliputi:

Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan

penyulit, merupakan penyebab prolapsus genitalis, dan memperburuk

prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada

pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk

mengeluarkan plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan bila

prolapsus genitalis terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas.

Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis pada nullipara, faktor

penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan

penunjang uterus.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.

Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,

laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penataksanaan pengeluaran

plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik. Pada

Menopause, hormon esterogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar

panggul menjadi atrofi dan melemah

2. Patofisiologi

Menurut Wiknjosastro, 2010 patofisiologi prolaps uteri meliputi:

Prolapsus uteri terdapat dalam beberapa tingkat, dari yang paling

ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,

khususnya persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya

kelemahan-kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia

endopelvik, dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam

keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik akan

memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot

mengurang seperti pada penderita dalam manopause.

Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita

tersebut, dan lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus

dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya

trauma obstetrik, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga

menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang


dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat

menjadi besar karena persalinan berikutnya, yang kurang lancar, atau yang

diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Urethrokel

harus dibedakan dari divertikulum uretra. Pada divertikulum keadaan

uretra dan kandung kencing normal, hanya dibelakang uretra ada lubang,

yang membuat kantong antara uretra dan vagina.

Kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma

obstetrik atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum

kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol ke lumen

vagina yang dinamakan rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum

dauglasi. Dinding vagina atas bagian belakang turun dan menonjol

kedepan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.

Pathwayyy
3. Manifestasi Klinis

Menurut Wiknjosastro, 2007 gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan


bersifat individual.Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri
yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,sebaliknya penderita
lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genetalia eksterna.
b. Rasa sakit di pinggul dan pinggang(Backache).Biasanya jika penderita
berbaring,keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat juga pada malam hari
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya.
3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
d. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
1) Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan
vagina.
e. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
1) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu
berjalan dan bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana
menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
2) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.
f. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan
rasa penuh di vagina.

4. Pemeriksaan Diagnostik
5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut Wiknjosastro,

2008 ialah:

a. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri.


Prosidensia uteri disertai degan keluarnya dinding vagina (inversio);

karena itu mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta brkerut,

dan berwarna keputih-putihan.

b. Dekubitus

Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan

paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang,

dan lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian,

perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita

berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu dilakukan untuk

mendapat kepastian akan adanya karsinoma.

c. Hipertrofi serviks dan elangasio kolli

Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan

penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian

uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah serviks uteri

mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan periksa lihat dan

periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri pada periksa raba lebih

panjang dari biasa.

d. Gangguan miksi dan stress incontinence

Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung

kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa

juga menyempitkan ureter, sehingga bisa menyebabkan hidroureter

dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut


antara kandung kencing dan uretra yang dapat menimbulkan stress

incontinence.

e. Infeksi jalan kencing

Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang

terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan

pielonefritis. Akhirnya, hal itu dapat menyebabkan gagal ginjal.

f. Kemandulan

Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau

sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.

g. Kesulitan pada waktu partus

Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan

dapat timbul kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan

persalinan terhalang.

h. Hemoroid

Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi

dan timbul hemoroid.

i. Inkarserasi usus halus

Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan

kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan

laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit itu.


6. Penatalaksanaan Medik

Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara

ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih

ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi atau

kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi (Hanifa, 2007).:

a. Latihan-latihan otot dasar panggul

Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi

pada pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk

menguatkan otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi

miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya adalah,

penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul

seperti biasanya setelah hajat atau penderita disuruh membayangkan

seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba

menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan

menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri dari

obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan satu

pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian,

kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.

b. Stimulasi otot dengan alat listrik

Kontraksi otot-otot panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik,

elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium yang dimasukkan ke

dalam vagina.
c. Pengobatan dengan pesarium

Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif,

yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika

pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip pemakaian pesarium

adalah alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian

atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat

turun dan melewati vagian bagian bawah.

d. Pengobatan operatif

Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari

beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih

mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus,

dan adanya keluhan

C. Diagnosa Keperawatan

D.Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai