PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan
penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi
berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu:
Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan
penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat
lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang
dari 100 ml.
Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin
lebih dari 100 ml
Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.
1
1.2.9 Pengkajian
1.2.10 Perumusan Diagnosa (NANDA)
1.2.11 Penentuan Kriteria Hasil (NOC)
1.2.12 Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian
proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan
jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.5
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1. lobus medius
2. lobus lateralis (2 lobus)
3. lobus anterior
4. lobus posterior
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi
satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak
tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista
kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.6
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah:
zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona
periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya
proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral.
Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.7,8
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari
verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan
ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah
belakang didapatkan fascia denonvilliers.
3
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat
dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia
pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul
sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.6
1. Kapsul anatomis : Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus
kelenjar prostat.
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
a) Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang
menghasilkan bahan baku sekret.
b) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatous zone
c) Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan
bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia
lanjut.
1. kapsul anatomis
2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer
zone) sehingga terbentuk kapsul
4
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan
bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung
banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada
lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan
suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena
sedikit mengandung jaringan kelenjar.5,6
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks
selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak
menyerupai epitel berlapis.
Vaskularisasi
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang
dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a.
pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk
lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi
menjadi 2 kelompok , yaitu:
1. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic
junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar
periurethral.
2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang
memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).9
Aliran Limfe
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian
bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca
interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral.9
Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari
Hipogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.
5
Fisiologi Prostat
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan
plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula
seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen
Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
2.2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada
beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
a. Dihydrotestosteron
6
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Perubahan keseimbangan hormone estrogen-testosteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan
penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
c. Interaksi stroma epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma
dan epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan poliferasi sel transit (Roger Kirby,
1994 : 38).
7
5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b) Gejala iritasi yaitu :
1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) pada siang hari
3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing
2.2.4 Patofisiologi
- Gagal ginjal
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya
gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini
8
berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak
uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra
vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan
kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha
adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun
kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis,
yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kasdar
guladigunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien
Pemeriksaan urine lengkap dan kultur
PSA (Prostatik Spesifik Antigen) penting diperiksa sebagai
kewaspadaan adanya keganasan.
b. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara objektif
pancaran urine dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
- Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif
- Flow rate maksimal 10 -15 ml / dtk = border line
- Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif
c. Pemeriksaan imaging dan rontgenologik
BOF (Buik Overzich) : untuk melihat adanya batu dan metastase pada
tulang
USG digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat
juga keadaan buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat
dilakukan secara transrektal, transurethral, dan supra pubik
IVP (Pyelografi Intravena) digunakan untuk melihat fungsi exkresi
ginjal dan adanya hidronefrosis
Pemeriksaan panendoskop
9
Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-buli
10
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:
11
bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitas
enzim cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase.
3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan
penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi
saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang
tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi
transuretra.
1. Prostatektomi terbuka
12
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang
akhirnya jatuh dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma
TURP ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya
sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal
daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin, membatasi jangka waktu
operasi tidak melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk
mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.
Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi
ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu
besar dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode
tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5
dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat
memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong
yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter
sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul
prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan
menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
13
ikutan yang akan menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24
minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam prostat
menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR.
4. Invasif Minimal
14
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar.
Mekanismenya :
4. Stent Urethra
Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya
saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang
spiral dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter
(Prostacath). Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang
ditempatkan dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk
memasangnya, panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian
dipilih alat yang panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter
pendorong dan bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut
dapat dilepas dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara
mengatasi obstruksi infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan
alternatif sementara apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk
mendapatkan terapi yang lebih invasif.
2.2.7 Komplikasi
15
1. Inkontinensia Paradoks
2. Batu Kandung Kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi Urin Akut Atau Kronik
7. Refluks Vesiko-Ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal Ginjal
2.2.8 WOC
Terlampir
3.Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat
meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urine akut, dehidrasi sampai
syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok-septik
Pemeriksaan abdomen diakukan dengan tekhnik bimanual untuk mengetahui
adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosiss. Pada daerah supra simfiser pada
keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa addanya ballotemen dank
16
lien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
residual urin
Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur
uretra, karsinoma maupun fimosis
Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan
konsistensi sistim persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan
rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
a. Derajat I = beratnya +/- 20 gram
b. Derajat II = beratnya antara 20-40 gram
c. Derajat III = beratnya > 40 gram
Pre Op :
17
kesehatan atau pengetahuan yang - berikan informasi tentang
menghadapi akurat tentang situasi, prosedur tindakan yg akan
prosedur bedah menujnjukan rentang dilakukan
yang tepat tentang - dorong klien atu orang
perasaan dan terdekat untuk menyatakan
penurunan rasa takut masalah atau perasaan
3 Kurang Kriteria hasil : - dorong klien untuk
pengetahuan - melakukan menyatakan perasaan
tentang kondisi, perubahan pola hidup takutnya
prognosis dan dan perilaku yg perlu - kaji ulang proses penyakit,
kebutuhan - berpartisipasi dalam pengalaman klien
pengobatan program pengobatan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi
4 Nyeri akut b.d - klien melaporkan - kaji nyeri,perhatkan
iritasi mukosa buli- nyeri hilang lokasi,intensitas
buli, distensi
kandung - tampak rileks - pertahankan potensi kateter
kemih,kolik dan sstem drainase
- istirahat dantidur
ginjal,infeksi tepat - pertahankan tirah baring
urinaria bila diindikasikan
- menunjukan
keterampilan aktivitas - beri tindakan kenyamanan
dan relaksasi
- kolaborasi medis
18
- kolaborasi medis
Post. Op
No. NANDA NOC NIC
1 Nyeri b.d spasmus Tujuan : nyeri - jelaskan padda klien ttg
kandung kemih dan berkurang atau hulang gejala dini spasmus kandung
insisi sekunder Kriteria hasil : kemih
pada TUR-P - klien menyatakan - beri penyuluhan pd klien
nyeri berkurang agar tdk berkemih ke seputar
Expresi wajah klien kateter
tenang - anjurkan untuk tdk duduk
- klien tisur dgn cepat dlm jangka waktu lama
- TTV dlm batas Jaga selang drainase urine
normal tetap aman dipaha u/
mencegah peningkatan tek.
Pd kandu ng kemih
-observasi TTV
- kolaborasi
19
pembedahan TTV normal, urine saluran kateter
lancar lewat kateter - sediakan diet makanan
tinggi serat dan beri obat u/
memudahkan defekasi
- pantau trakssi kateter
- obs. TTV,urine
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian
proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum.
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
prostatika
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone androgen.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu Gejala Obstruktif
dan Gejala iritasi.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan nantinya, kita sebagai calon perawat dapat
mengkaji penyakit klien dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan
indikasi keluhan klien dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan keperawatan yang
sesuai dengan konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga kesalahan-kesalahan yang
terjadi di lapangan dapat diminimalisir dan tim perawat pun semakin diakui
kelayakkannya sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek Efek
Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 2002.
Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2000.
http://www.benigna-prostate-hyperplasia.html
http://www.askep-benigna-prostat-hiperplasia-bph.html
22