Anda di halaman 1dari 11

Rauzatil Aula Kasturi

1907101030022
Summary, Vignette dan Brain Mapping

Skenario

Ny. QW usia 49 tahun datang ke Puskesmas Ulee Kareng dengan keluhan


rasa penuh dikemaluan dan keluar benjolan dari jalan lahir sejak 3 minggu yang
lalu, benjolan bersifat hilang timbul. Pasien bekerja sebagai petani. Benjolan timbul
saat pasien bekerja dan hilang saat pasien tidur atau duduk. Perdarahan dari vagina
disangkal, gangguan BAB dan BAK disangkal. Pada vital sign didapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36,9 C.
Pemeriksaan vagina ditemukan protrusi massa dari introitus vagina berbentuk
speeti buah pir, benjolan distal > 1 cm diatas level hymen.

Apa yang terjadi pada Ny. QW?

Bagaimana tatalaksana yang tepat dilakukan untuk Ny. QW?


PROLAPS UTERI, SISTOKEL
DAN REKTOKEL

DEFINISI

Prolaps uterus (descensus atau procidentia) merupakan suatu kondisi


terjadinya pergeseran letak dari uterus sehingga posisi serviks ditemukan di
area dalam orifisium vagina, area luar orifisium vagina bahkan seluruh uterus
berada pada bagian luar dari orifisium. Prolaps uterus tebagi menjadi lengkap
atau tidak lengkap. Prolaps yang tidak lengkap terjadi ketika rahim sedikit kendur
turun ke dalam vagina. Prolaps lengkap terjadi ketika rahim turun sangat jauh
sehingga tampak jaringan menonjol keluar dari vagina.1,2
Sistokel merupakan kondisi dari melemahnya fasia yang berfungsi sebagai
penunjang antara vagina dan kandung kemih, kondisi ini menyebabkan prolapsus
kandung kemih ke dalam vagina. Sedangkan rektokel merupakan kondisi
melemahnya fasia rektovagina yang mengakibatkan prolapsus rektum ke dalam
3
vagina.

ETIOPATOFISIOLOGI

4
Tabel. Etiologi Prolaps Organ Pelvis (POP)
Dasar panggul memiliki penopang yang terdiri dari muskulus levator
ani, jaringan ikat dasar panggul dan vagina. Keadaan normal, wanita yang
sedang berdiri memiliki bentuk bagian atas vagina yang horizontal, namun
ketika suatu kelainan terjadi seperti melemahnya kontraksi muskulus levator
ani, maka kondisi vagina yang semula berada pada posisi horizontal dapat
berubah menjadi vertikal, sehingga menyebabkan hiatus genital menjadi
terbuka dan melebar dan dapat menyebabkan peningkatan risiko prolaps
organ pelvis. Penurunan dari tonus muskulus levator ani umumnya
disebabkan oleh berbagai kondisi yaitu seperti kerusakan neurologis akibat
persalinan kala dua. Selain itu kerusakan pada struktur pembentuk dinding
vagina juga berpengaruh, vagina sendiri terdiri dari lapisan epitel pipih, otot
polos, dan adventisia. apabila terdapat defek pada salah satu lapisan ini maka
2
nantinya dapat bermanifestasi kepada prolaps uteri.
Secara umum keadaan prolaps uteri, sistokel dan rektokel memiliki
patofisiologi yang sama, yaitu terjadi defek pada jaringan yang menunjang
pelvis yang meninmbulkan berbagai kondisi seperti hilangnya jaringan ikat
penunjang disekeliling organ reproduksi, hilangnya jaringan penunjang
uterus, jaringan penunjang paravaginal, dinding kandung kemih dan jaringan
penunjang uretrovesica serta hilangnya fungsi dari jaringan ikat area rektum
2,3
distal.

Gambar. Anatomi normal, Sistokel, Rektokel,


dan Prolaps Uteri
KLASIFIKASI
Derajat sistem Pelvic Organ Prolapse didasarkan pada penurunan maksimal dari
prolaps relatif terhadap hymen pada 1 atau lebih kompartemen: 1,4
 Derajat 0, tidak tampak prolaps uteri
 Derajat 1, kriteria untuk derajat 0 tidak ditemukan, tapi bagian distal
prolaps > 1 cm diatas level hymen
 Derajat 2, bagian paling distal prolaps uteri < 1 cm proksimal atau distal
hymen
 Derajat 3, bagian paling distal prolaps uteri > 1 cm dari hymen tetapi tidak
menurun lebih dari 2 cm dari TVL (total vaginal length)
 Derajat 4, eversi komplit total , bagian distal prolaps uteri, menurun sampai
TVL- 2cm

Gambar. Derajat Prolapse Organ

DIAGNOSIS 5,6
1. Anamnesis :
- Tekanan dari penonjolan di dekat vagina
- Tidak dapat menggunakan tampon
- Iritasi saat terkena pakaian
- Kesulitan miksi dan mengalami pergerakan usus jika tidak dinaikkan
ketas secara manual
- Inkontinensia urin

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk pemeriksaan rektovaginal untuk
menilai tonus sfingter. Penemuan fisik akan tampak lebih jelas apabila selama
pemeriksaan pasien diminta untuk meneran atau berdiri dan berjalan sebelum
pemeriksaan.
 Tanda dan gejala prolapse uteri :
- Perdarahan dari vagina
- Iritasi
- Bulging
- Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis
- Protrusi atau penonjolan jaringan
- Terjadinya disfungsi seksual (dispareunia, penurunan dari libido dan
kesulitan untuk mencapai orgasme)
- Nyeri punggung bawah
-
 Tanda dan gejala sistokel :
- Riwayat ISK
- Urgensi saat miksi
- Inkontinensia urin
- Dinding vagina menonjol kearah bawah
- Keluhan pada pasien meliputi tekanan yang didapatkan pada pelvis,
keletihan, dan masalah perkemihan seperti inkontinensia, sering
berkemih, jika ada penekanan intraabdominal meningkat (terutama saat
bersin, batuk, tertawa keras, mengangkat barang berat).
- Sistokel yang besar dengan atau tanpa prolapsus uteri disertai kesulitan
miksi. Kadang-kadang penderita harus menekan keras waktu berkemih,
sehingga sistokelnya lebih menonjol, atau bahkan tonjolan sistokel perlu
didorong ke dalam lebih dulu sebelum penderita dapat berkemih.

 Tanda dan gejala pada rektokel adalah :


- Nyeri saat defekasi
- Defekasi tidak selesai
- Inkontinensia fekal
- Sering menyebabkan keluhan penekanan pada panggul.
- Perasaan ingin mengejan atau perasaan seperti sesuatu akan keluar dari
kemaluan, dirasakan lebih berat jika berdiri atau mengangkat beban dan
berkurang jika pasien berbaring.
- Keluhan yang berhubungan langsung dengan prolapse (Perasaan adanya
masa atau penonjolan di vagina, Penekanan atau nyeri panggul, Nyeri
punggung bawah, Kesulitan hubungan seksual intravaginal)
- Keluhan yang berhubungan langsung dengan rektokel (Disfungsi
defekasi, Ketidakmampuan untuk mengosongkan isi rektum seluruhnya
tanpa mengejan kuat, Konstipasi kronik, Prolaps rekti, Dyspareunia)

3. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan USG secara transabdominal,


transperineal, transvaginal maupun transrektal.

TATALAKSANA
Tatalaksana yang dapat diberikan pada prolapse organ panggul yaitu:6,7
1. Terapi Konservatif
 Latihan otot dasar panggul
 Penatalaksanaan dengan pessarium pada prolapse uteri.
 Diet tinggi serat dengan intake cairan yang dianjurkan 2-3 liter sebagai
terapi inisial.
2. Terapi Operatif
 Pada prolapsus uteri indikasi untuk dilakukannya operasi tergantung dari
beberapa faktor, yaitu umur penderita, keinginannya untuk masih
mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus,
dan adanya keluhan. Macam-macam operasi yang dapat dilakukan yaitu
ventrofikasi, operasi manchester, histerektomi vaginal dan kolpokloeisis.
 Pada sistokel operasi yang lazim dilakukan ialah operasi kolporafi
anterior. Pada operasi ini setelah diadakan sayatan dan dinding vagina
depan dilepaskan dari kandung kencing dan urethta, kandung kencing
didorong ke atas, dan fasia puboservikalis sebelah kiri dan sebelah kanan
dijahit digaris tengah. Sesudah dinding vagina yang berlebihan dibuang,
dinding vagina yang terbuka ditutup kembali.
 Pada rektokel operasi yang bisa dilakukan adalah kolpoperinoplastik.
Pada teknik ini mukosa dinding belakang vagina disayat dan dibuang
berbentuk segitiga dengan dasarnya batas antara vagina dan perineum,
dan dengan ujungnya pada batas atas retrokel. Sekarang fasia
rektovaginalis dijahit di garis tengah, dan kemudian m. levator ani kiri
dan kanan didekatkan di garis tengah. Luka pada dinding vagina dijahit,
demikian pula otot-otot perineum yang superfisial. Kanan dan kiri
dihubungkan di garis tengah, dan akhirnya luka pada kulit perineum
dijahit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barsoom RS. Uterine Prolapse In Emergency Medicine [Internet].


Medscape; 2019.
Available From: https://Emedicine.Medscape.Com/Article/797295-
Overview
2. Oentari, Widyaningsih et al. Kapita Selekta Kedokteran : Prolaps Uteri.
Jakarta : Universitas Indonesia. 2016.
3. Cunningham, Leveno, Bloom, Dashe. William Obstetrics. 24th Ed. New
York: Mcgraw Hill Publishing; 2014.
4. Dutta D, Konar H. DC Dutta’s Textbook Of Gynecology (Including
Contraception). 7th Ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2016.
5. Rajan S, Kohli N. Diagnosis and evaluation of urinary incontinence and
pelciv organ prolapse. In: Ghoniem G, Davila W, editors. Practical guide to
female pelvic medicine. London: Taylor & Francis. 2016.
6. Norton PA. Uterine and vaginal vault prolapse. In: Zimmern PE, Norton PA,
Haab F, Chapple CCR, editors. Vaginal surgery for incontinence prolapse.
London: Springer - Verlag; 2006. p. 155- 68.
7. Vitale SG, La Rosa VL, Rapisarda AMC, Laganà AS. The Importance of a
Multidisciplinary Approach or Women with Pelvic Organ Prolapse and
Cystocele. Oman Med J. 2017.
BRAIN MAPPING
VIGNETTE

Skenario

Ny. QW usia 49 tahun datang ke Puskesmas Ulee Kareng dengan keluhan


rasa penuh dikemaluan dan keluar benjolan dari jalan lahir sejak 3 minggu yang
lalu, benjolan bersifat hilang timbul. Pasien bekerja sebagai petani. Benjolan timbul
saat pasien bekerja dan hilang saat pasien tidur atau duduk. Perdarahan dari vagina
disangkal, gangguan BAB dan BAK disangkal. Pada vital sign didapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36,9 C.
Pemeriksaan vagina ditemukan protrusi massa dari introitus vagina berbentuk
speeti buah pir, benjolan telah mencapai hymen.

1. Diagnosis yang paling memungkinkan pada Ny. QW adalah?


A. Prolaps uteri
B. Kanker serviks
C. Inversion uteri
D. Polip Uterus

2. Derajat keluhan pasien adalah?


A. Grade I
B. Grade II
C. Grade III
D. Grade IV
E. Grade V

Anda mungkin juga menyukai