Anda di halaman 1dari 54

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2018
UNIVERSITAS PATTIMURA

PROLAPS ORGAN PANGGUL

Disusun oleh:
Sandra Lisya Loupatty (2010-83-039)

Pembimbing :
dr. Janne Pattiasina, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Prolaps organ panggul (POP) adalah keluhan ginekologis

yang umum terjadi akibat dinding vagina melemah,


mengakibatkan turunnya organ panggul melalui vagina.
yang sering ditemukan: Prolapsus uteri, uterosistokel,

sistokel, atau rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi,


sedangkan enterokel lebih sering ditemukan terutama
pada pasien-pasien pasca tindakan histerektomi.
30 – 50% pada wanita usia diatas 50 tahun dan

multipara.
BAB II
ANATOMI PANGGUL

Tulang pelvis: 1. Os Coxae


2. Os Sacrum
3. Os Coccygeus
Panggul dibagi oleh apertura pelvis superior
menjadi : Pelvis Mayor dan Pelvis Minor
Dasar Panggul

dasar panggul harus mempunyai kekuatan untuk

menahan semua beban yang berada di atasnya,


khususnya isi rongga perut dan tekanan intra
abdominal. Beban ini ditahan oleh lapisan otot-otot
dan fasia yang ada di dalam dasar panggul. Apabila
mengalami tekanan dan dorongan berlebihan atau
terus-menerus dapat timbul prolapsus genitalis.
Jaringan penunjang dasar panggul
Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum
(Mackenrodt)
Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan
dekstrum
Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum

Ligamentum puboservikale sinistrum dan dekstrum

Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum

Ligamentum infundibulopelvikum

Ligamentum ovarii propium sinistrum dan dektrum


BAB III
PROLAPS ORGAN PANGGUL
Dasar panggul mempunyai tiga lapisan yaitu fasia

(fasia endopelvik), yang melekat dan mengelilingi


semua organ pelvis, Otot (levator ani dan koksigeus
atau disebut juga diafragma pelvis) berbentuk otot
yang terus-menerus berkontraksi, terutama bila
ada tekanan abdominal yang meningkat, dan
membran perineal (terdiri dari diafragma
urogenitalia dan otot-otot yang membentuk badan
perineal dan sfingter uretra).
Definisi
Prolaps organ panggul adalah turunnya

organ pelvis kedalam vagina yang


disebabkan oleh perubahan anatomi dasar
panggul terutama pada wanita yang
pernah melahirkan dan sering diikuti oleh
gejala gangguan berkemih, buang air
besar, seksual serta gangguan lokal pelvis.
Epidemiologi
 Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara

berbeda, seperti dilaporkan di klinik d`Gynocologie et

Obstetrique Geneva insidensnya 5,7% dan pada periode

yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,4%, Amerika11%.

Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya lebih

tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia

lebih kecil angka kejadian pada kasus ini. Pada suku

Bantu di Afrika Selatan jarang sekali terjadi. Insidensnya

sekitar 1,5 kasus per 100 wanita. Kasus ini meningkat

pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun.


Telah banyak diketahui bahwa faktor
predisposisi untuk terjadinya prolapsus
genitalia terutama adalah persalinan
pervaginam lebih dari satu kali dan
pekerjaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat serta kelemahan dari
ligamentum-ligamentum karena hormonal
pada usia lanjut.
Di Indonesia prolapsus genitalis lebih sering dijumpai pada

wanita yang telah melahirkan, wanita tua yang menopause

dan wanita dengan pekerjaan yang cukup berat. Di Rumah

Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1995-2000

telah dirawat 240 kasus prolapsus genitalia yang mempunyai

keluhan dan memerlukan penanganan terbanyak dari

penderita pada usia 60-70 tahun dengan paritas lebih dari

tiga. Sedangkan di Amerika didapati wanita yang berusia lebih

dari 80 tahun yang membutuhkan penanganan secara operatif


Etiologi dan Faktor predisposisi
Penyebab prolapsus alat genitalia adalah

multifaktorial dan semakin berkembang dari


tahun ke tahun. Namun pada dasarnya
disebabkan oleh kelemahan “pelvic floor”
yang terdiri dari otot-otot, fascia endopelvik,
dan ligamentum-ligamentum yang
menyokong organ-organ genitalia tersebut.
Faktor Resiko
Multiparitas
Umur
Penyakit atau kelainan pada jaringan ikat
Ras
Peningkatan Tekanan intraabdominal
Klasifikasi POP
1. Uretrokel
2. Sistokel
3. Rektokel
4. Kolpakel pasca Histerektomi
5. Prolapsus Uteri
Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa
macam klasifikasi prolapsus uteri yang dikenal yaitu:
1. Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks
uteri turun sampai introitus vagina;
2. prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks
menonjol ke luar dari introitus vagina;
3. prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus
ke luar dari vagina, prolapsus ini sering
juga dinamakan prosidensia uteri.
Menurut Baden-Walker, metode pemeriksaannya
menggunakan pemeriksaan Baden-Walker.
Pembagiannya adalah:
Stage 0 = Tidak ada prolaps

Stage I = Ujung prolaps turun sampai setengah dari

introitus
Stage II = Ujung prolaps turun sampai introitus

Stage III = Ujung prolaps sampai setengahnya diluar

vagina
Stage IV = Ujung prolaps sampai lebih dari
setengahnya ada di luar vagina.
Patofisiologi
Gejala Klinis
1. Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genitalia
eksterna.
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang
(backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau
menjadi kurang.
3. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala
sebagai berikut:
Pengeluaran serviks uteri dari vulva
mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan porsio uteri oleh celana
akan menimbulkan lecet sampai luka dan
ulkus dekubitus pada porsio uteri.
Leukorea karena kongesti pembuluh darah di
daerah serviks dan karena infeksi serta luka
pada porsio uteri.
4. Sistokel yang dapat menyebabkan
gejala-gejala:
Miksi yang lebih sering dan sedikit-sedikit
mula-mula pada siang hari, kemudian bila
lebih berat juga pada malam hari.
Perasaan seperti kandung kencing tidak
dapat di kosongkan seluruhnya.
Stress inkontinensia, yaitu tidak dapat
menahan kencing jika batuk, mengejan.
Kadang-kadang dapat terjadi retensio urin
pada sistokel yang besar sekali.
5. Rektokel dapat menjadi gangguan pada
defekasi:
Obstipasi karena feses berkumpul dalam
rongga rektokel.
Baru dapat defekasi, setelah diadakan
tekanan pada rektokel dari vagina.

6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan


berat di rongga panggul dan rasa penuh di
vagina.
Diagnosis
Anamnesis

Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis

Protrusi atau penonjolan jaringan

Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido,

dan kesulitan orgasme

Nyeri punggung bawah

Konstipasi

Kesulitan berjalan

Kesulitan berkemih
Peningkatan frekuensi, urgensi, dan

inkontinensia dalam berkemih


Nausea

Discharge purulen

Perdarahan

Ulserasi
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis


lengkap, termasuk pemeriksaan rektovaginal
untuk menilai tonus sfingter. Alat yang digunakan
adalah spekulum Sims atau spekulum standar
tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih
diperjelas dengan meminta pasien meneran atau
berdiri dan berjalan sebelum pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien
berdiri dan kandung kemih kosong
dibandingkan dengan posisi supinasi dan
kandung kemih penuh dapat berbeda 1-2
derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat
dideteksi hanya jika pasien meneran pada
pemeriksaan bimanual. Evaluasi status
estrogen semua pasien.
Tanda-tanda menurunnya estrogen:
Berkurangnya rugae mukosa vagina

Sekresi berkurang

Kulit perineum tipis

Perineum mudah robek


Laboratorium

Pemeriksaan ditujukan untuk mengidentifikasi komplikasi


yang serius (infeksi, obstruksi saluran kemih, perdarahan,
strangulasi), dan tidak diperlukan untuk kasus tanpa
komplikasi.Urinalisis dapat dilakukan untuk mengetahui
infeksi saluran kemih. Kultur getah serviks diindikasikan
untuk kasus yang disertai ulserasi atau discharge purulen.
Pap smear atau biopsi mungkin diperlukan bila diduga
terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau tanda
obstruksi saluran kemih, pemeriksaan BUN dan kadar
kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi ginjal.
Radiologi
USG pelvis dapat berguna untuk
memastikan prolaps ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan. USG juga
dapat mengeksklusi hidronefrosis. MRI
dapat digunakan untuk menentukan derajat
prolaps namun tidak rutin dilakukan.
Komplikasi
Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri

Dekubitus

Hipertrofi serviks uteri dan elongasio kolli

Gangguan miksi dan stress inkontinensia.

Infeksi saluran kencing

Kemandulan,

Kesulitan pada waktu persalinan

Hemoroid

Inkarserasi usus halus


Diagnosis Banding
Tumor uretra dan vesika urinaria

Divertikulum uretra yang besar

Hemangioma

Tumor lunak (lipoma, leiomyoma, sarcoma)

Tumor serviks demikian halnya dengan

tumor endometrial
Penatalaksanaan
Penatalaksanan pada prolapsus genitalia
bersifat individual, terutama pada mereka
yang telah memiliki keluhan dan komplikasi,
namun secara umum penatalaksanan
dengan kasus ini terdiri dari dua cara yakni
konservatif dan operatif.
1. Pengobatan Konservatif

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan


tetapi cukup membantu para penderita dengan
prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada
penderita prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada
penderita yang masih ingin mendapatkan anak lagi
atau penderita yang menolak untuk melakukan
tindakan operasi atau pada kondisi yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.
Tindakan yang dapat diberikan pada
penderita antara lain:
Latihan-latihan otot dasar panggul.
Stimulasi otot-otot dengan alat listrik.
Pengobatan dengan pessarium.
2. Pengobatan Operatif

Prolapsus uteri biasanya disertai dengan adanya prolapsus

vagina, sehingga jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus

uteri maka prolapsus vagina perlu ditangani pula secara

bersamaan.Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang

membutuhkan pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri

atau prolapsus uteri yang ada belum perlu dilakukan tindakan

operasi. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus

vagina ialah jika didapatkan adanya keluhan pada penderita.


a. Sistokel
Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafi anterior.Setelah
diadakan sayatan pada dinding vagina depan lalu dilepaskan
dari kandung kencing dan uretra, lalu kandung kencing
didorong ke atas dan fascia puboservikalis sebelah kiri dan
kanan dijahit di garis tengah. Sesudah dinding vagina yang
berlebihan dibuang maka dinding vagina yang terbuka ditutup
kembali. Kolporafi anterior dilakukan pula pada uretrokel.
Kadang-kadang tindakan operasi ini tidak mencukupi pada
sistokel dengan stress inkontinensia yang berat.
b. Rektokel

Pada kaus ini operasi yang dilakukan disebut dengan

kolpoperineoplastik.Di mana mukosa dinding belakang vagina

disayat dan dibuang berbentuk segitiga dengan dasarnya batas

antara vagina dan perineum dan dengan ujungnya pada batas atas

rektokel.Sekarang fascia rektovaginalis dijahit di garis tengah dan

kemudian muskulus levator ani kiri dan kanan didekatkan di garis

tengah. Luka pada dinding vagina dijahit, demikian pula otot-otot

perineum superfisialis sebelah kanan dan kiri, lalu dihubungkan di

garis tengah dan akhirnya luka pada kulit perineum dijahit.


c. Enterokel

Sayatan pada dinding belakang vagina


diteruskan ke atas sampai ke serviks uteri.
Setelah hernia enterokel yang terdiri atas
peritoneum dilepaskan dari dinding vagina lalu
peritoneum ditutup dengan jahitan setinggi
mungkin. Sisanya dibuang dan di bawah jahitan
itu ligamentum sakrouterina kiri dan kanan
serta fascia endopelvik dijahit di garis tengah.
d. Prolapsus Uteri

indikasi untuk melakukan operasi pada


prolapsus uteri tergantung dari beberapa
faktor, seperti umur penderita,
kemungkinannya untuk masih mendapatkan
anak lagi atau untuk mempertahankan uterus,
tingkatan prolapsus uteri dan adanya keluhan
yang ditemukan pada penderita.
Macam-macam operasi Prolapsus Uteri:

a. Ventrofiksasi

Pada wanita yang masih tergolong muda dan


masih ingin menginginkan anak lagi, maka
dilakukan tindakan operasi untuk membuat
uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikatkan
ligamentum rotundum ke dinding perut.
b. Operasi Manchester

Pada tindakan operasi ini biasanya dilakukan


amputasi serviks uteri dan dilakukan penjahitan
ligamentum kardinale yang telah dipotong di
muka serviks lalu dilakukan pula kolporafi
anterior dan kolpoperineoplastik.Amputasi
serviks dilakukan untuk memendekkan servik
yang memanjang (elongasio kolli).
c. Histerektomi pervaginam

Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri

dalam tingkatan yang lebih lanjut dan pada wanita yang

telah menopause.Setelah uterus diangkat, puncak vagina

digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri,

bagian atas pada ligamentum infundebulopelvikum,

kemudian tindakan operasi dilanjutkan dengan melakukan

kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah

terjadinya prolapsus vagina dikemudian hari.


d. Kolpoklesis

e. Purandare

Purandare adalah operasi yang ditujukan bagi nulipara yang

mengalami prolaps uteri.Yang mempunyai dinding abdomen

yang baik. Pada operasi ini, uterus digantungkan dari

ligamentum latum ke fascia muskulus rektus abdominis

menggunakan pita mersilene. Operasi efektif selama dinding

abdomen masih kuat.Ketika dinding abdomen tidak kuat,

prolaps uterus dapat terjadi kembali.


Pencegahan

Pemendekan waktu persalinan terutama pada saat kala dua dengan

memperbaiki power yaitu memimpin persalinan dengan baik agar

penderita dihindari untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap adalah

tindakan yang benar, episiotomy yang benar dipertimbangkan,

memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan baik, ,

menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede),

mengawasi involusi uterus paska persalinan yang tetap baik dan cepat,

serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan

intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronis. Menghindari mengangkat

benda-benda yang berat dan menganjurkan para wanita jangan terlalu

banyak punya anak atau terlalu sering melahirkan.


Prognosis
Prognosis akan baik pada pasien usia muda,
dalam kondisi kesehatan optimal (tidak
disertai penyakit lainnya), dan Indeks Masa
Tubuh ( IMT ) dalapm batas normal. Prognosis
buruk pada pasien usia tua, kondisi kesehatan
buruk, mempunyai gangguan sistem respirasi
(asma, PPOK), serta IMT diatas batas normal.
THANK’S 

Anda mungkin juga menyukai