Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Prolaps atau prolapsus berarti tergelincir atau jatuh dari tempat asalnya.
Yang dimaksud dengan prolapsus genitalis adalah penempatan yang salah organ pelvis
kedalam vagina atau melampaui lubang vagina (introitus vagina). Organ yang dimaksud
dapat meliputi uretra, kandung kemih, usus besar dan usus kecil, omentum dan rectum, di
samping uterus, serviks dan vagina itu sendiri.
Sebetulnya semua perempuan multipara, yang terutama multipara aktif bila diperiksa secara
seksama menunujukkan pertahanan pelvis yang kurang sempurna, meskipun banyak yang
tidak mengeluh dan hanya 10-15% yang membutuhkan tindakan atau pengobatan.
Sebaliknya, ada Sebagian yang pertahanan pelvis baik tetapi mengeluhkan gejala prolapsus.
Jadi yang dimaksud dengan prolapsus organ pelvis adalah bila ada penurunan organ ke dalam
vagina atau melampaui lubang vagina dengan keluhan dan gejala seperti kesulitan miksi,
defekasi, hubungan seksual, keluhan-keluhan lain yang ada sangkut pautnya dengan
penurunan ini.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan Edisi ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Epidemiologi

Prolaps organ panggul terjadi pada hampir setengah dari seluruh wanita. Walaupun hampir
setengah dari wanita yang pernah melahirkan ditemukan memiliki POP melalui pemeriksaan
fisik, namun hanya 5-20% yang simtomatik. 1,5-7. Prevalensi POP meningkat sekitar 40%
tiap penambahan 1 dekade usia seorang wanita.8 Derajat POP yang berat ditemukan pada
wanita dengan usia yang lebih tua,

Prevalensi dan Insidensi

Lima puluh persen wanita yang telah melahirkan akan mengalami prolapsus alat genitalia
mulai dari derajat ringan sampai berat.
Prolapsus uteri ini akan meningkat jumlahnya karena usia harapan hidup wanita juga
meningkat. Merupakan kelainan uroginetalia yang sering ditemukan dalam klinik.

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Panduan Pelayanan Medik Prolaps


Alat Genital
Etiologi

Penyebab prolapus organ pelvis sulit untuk dicari etiologinya karena secara teknis sulit
membedakan mana yang disebut normal dan mana yang abnormal.
Penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm. Keadaan ini akibat
terjadinya kerusakan pada fasia penyangga dan inervasi otot dasar panggul.
Factor lain seperti lemahnya kualitas jaringan ikat, penyakit neurologic, keadaan penyakit
menahun yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra-abdominal, atau obesitas, asites,
tumor pelvis, mempermudah terjadinya prolapsus genitalia.
Jika dijumpai Prolapsus pada nullipara, factor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa
kelemahan jaringan penunjang uterus.

Faktor Predisposisi

 -  Paritas
 -  Trauma persalinan
 -  Usia
 -  Hormonal
 -  Keadaan yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal
 -  Kelainan bawaan
 -  Ras
 - Obesitas - Perokok

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan Edisi ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Panduan Pelayanan Medik Prolaps


Alat Genital

Derajat Prolaps Uteri

Klasifikasi

Berdasarkan lokasi anatomi dan tingkat prolapsusnya atas letaknya dari introitus vagina
(Baden Walker)
Dearajat I : Bila uterus yang turun masih diatas introitus vagina (didalam

vagina)
Derajat III : Bila uterus yang turun telah mencapai introitus vagina
Derajat III : Bila uterus yang turun telah keluar introitus vagina
Derajat IV : Bila uterus dan dinding vagina telah keluar introitus vagina disebut juga
Procidensia.

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Panduan Pelayanan Medik Prolaps


Alat Genital

Manifestasi Klinis

   Perasaan adanya benda yang menonjol / mengganjal di vagina

   Teraba ada yang keluar / menonjol di vagina

   Rasa sakit / nyeri pinggang dan berkurang atau hilang bila berbaring

   Perasaan sering berkemih dan sedikit-sedikit

   Perasaan kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara lampias

   Tidak dapat menahan kencing bila batuk atau meneran

   Gangguan defekasi

   Perasaan penuh di vagina / berat di rongga panggul

   Kesulitan untuk berjalan

   Kesulitan coitus

   Perdarahan pervaginam

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Panduan Pelayanan Medik Prolaps


Alat Genital

Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis
Selain gejala diatas, Carilah faktor predisposisi, termasuk trauma persalinan, penyakit
paru- paru obstruktif menahun, perokok, batuk kronik, obesitas, jumlah persalinan dan
besar anak yang dilahirkan.

2. PemeriksaanFisik
Pasien dalam posisi litotomi
3. Pemeriksaan Ginekologi

1. Nilai Derajat Prolapsus; perhatikan keadaan introitus vagina, besarnya


keadaaan perimenal, apakah ada robek lama

2. Pada pemeriksaan rectovaginal : Adakah sistokel atau rektokel yang menyertai


prolaps uteri

3. Nilai keadaan serviks dan uterus adakah lesi

4. Ukur panjang serviks dengan sondase

5. Bila perlu lakukan test Valsava, untuk mengetahui bagian yang prolaps

4. Pemeriksaan penunjang

1. Urin residu pasca berkemih : Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu


dinilai dengan mengukur volume berkemih pada saat pasien merasakan
kandung kemih yang penuh, kemudian diikuti dengan pengukuran volume urin
residu pasca berkemih dengan kateterisasi atau ultrasonografi.

2. Skrining infeksi saluran kemih

3. Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dasar panggul dinilai sebagai


modalitas yang relatif mudah dikerjakan, cost-effective, banyak tersedia dan
memberikan informasi real-time.

Pencitraan akan membuat klinisi lebih mudah dalam memeriksa pasien secara
klinis. Pada pasien POP ditemukan hubungan yang bermakna antara
persalinan, dimensi hiatus levator, avulsi levator ani dengan risiko terjadinya
prolaps.26-29 Namun belum ditemukan manfaat secara klinis penggunaan
pencitraan dasar panggul.

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI). Panduan Pelayanan Medik Prolaps


Alat Genital

Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia, Himpunan Uroginokologi Indonesia. 2013.


Panduan Penatalaksanaan Prolaps Organ Panggul. Jakarta: POGI & HUGI

Tatalaksana

1. Konservatif

 Latihan senam kegel : Kegel exercise ditujukan untuk memperkuat otot-otot


dasar panggul dan meningkatkan fungsi spingter uretra dan rectum.
 Pemasangan pesarium : Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita
dengan prolaps tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari prolaps. Alat ini
digunakan oleh ahli ginekologi sebagai penatalaksanaan lini pertama prolaps.
Pesarium yang biasa digunakan pada prolaps adalah pesarium ring (dengan
dan tanpa penyokong), Gellhorn, donat, dan pesarium cube.. Pesarium ring
berhasil digunakan pada prolaps derajat 2 & 3 (71%). Untuk derajat 4 lebih
banyak berhasil bila menggunakan pesarium Gellhorn (64%). Sebagai
tambahan, pesarium dapat digunakan sebelum pembedahan pada wanita
dengan prolaps yang simomatik.

 Symtom-directed therapy

o Penurunan berat badan : Belum terbukti secara signifikan untuk mencegah


prolaps, namun bermanfaat untuk kondisi kesehatan secara umum

o Terapi perilaku : BAB terjadwal untuk pasien yang mengalami gangguan


defekasi, seperti BAB tidak lampias atau mengedan dapat dilakukan dan
bak terjadwal untuk pasien dengan keluhan inkontensia urin

o Modifikasi diet : Peningkatan kadar serat pada makanan atau pemberian


suplemen serat sesuai kebutuhan untuk pasien dengan gangguan defekasi.

Operatif :
Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala. Secara
umum pembedahan ditawarkan kepada pasien yang telah menjalani terapi konservatif
tetapi gagal maupun tidak merasa puas dengan hasilnya, atau pada pasien yang tidak ingin
menjalankan terapi konservatif. Beberapa teknik di antaranya adalah sakrokolpopeksi,
kuldoplasti, fiksasi ligamentum sakropinosum, suspensi uterosakral, kolpokleisis dan
berbagi cara lainnya.
1. Pada masa reproduksi : bila uterus ingin dipertahankan dapat dilakukan ventro
suspense dan amputasi serviks (pada elongasio serviks)
2. Pasca menopause dengan seksual aktif dapat dilakukan vaginal histerektomi
dengan menggantung puncak vagina dan ventro fiksasi menggunakan Mesh
3. Pasca menopause dengan seksual tidak aktif dapat dilakukan vaginal
histerektomi dengan kolpokleisis

Histerektomi vagina dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat III dan IV)
dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah menopause. Setelah
uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan
kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan
dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala saluran pencernaan seperti, sembelit, inkontinensia flatus, urgensi tinja, kesulitan
dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan dengan gangguan buang air
besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai