Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Nn.

M
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA EPILEPSI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga

Disusun oleh :

Ulfa Rakhmawati

H3A020058

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021
UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Nn. M
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA EPILEPSI

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga : Ny. S
Alamat : Jl. Tlogo Kencana IV, No. 1
Bentuk keluarga : Extended Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan
Kepala Ibu rumah Cancer
1. Ny. S P 64 Th SD -
keluarga tangga ovarium
Ibu rumah Stroke,
2. Ny. Y Anak P 48Th SMP -
tangga Hipertensi
SDLB (tidak Tidak
3. Nn. M Cucu P 28Th Pasien Epilepsi
lulus) bekerja
4. An. R Cucu L 20Th SMP Serabutan - -
Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Ny. S berbentuk Extended family didapatkan pasien atas nama Nn.M usia
28 tahun, pasien tidak tamat sekolah, tidak bekerja dengan penyakit epilepsi.

TAHAP II. STATUS PASIEN


A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. M
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan :-
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Tlogo Kencana IV, No. 1
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 15 Juni 2021

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kejang
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kejang dialami pasien sejak usia 5 bulan, Pada awalnya ketika pasien berusia
5 bulan pasien terjatuh dari kasur dengan ketinggian 0,5m. Setelah kejadian pasien
mulai mengalami kejang tanpa didahului demam. Kejang terjadi secara tiba - tiba.
Kejang terjadi di seluruh tubuh disertai kaku pada badan dan kelonjotan, ketika
kejang pasien dalam keadaan tidak sadar. Saat kejang mata memandang ke atas, lidah
tidak tergigit, tidak keluar lendir berbusa dari mulut pasien. Sebelum terjadi kejang
pasien mengaku tidak melihat kilauan cahaya, ataupun merasa sepeti akan pingsan.
Menurut ibu pasien, kejang berlangsung selama 1-2 menit. Setelah kejang pasien
tersadar lalu pasien tidur. Menurut ibu pasien sejak pertama kali kejang pada usia 5
bulan sampai tahun 2011 pasien sering mengalami kejang, tetapi sampai sekarang
sudah mulai berkurang. Pasien mengalami kejang terakhir kali pada bulan November
tahun 2020. Setiap pasien kelelahan atau mulai pusing sang ibu memberikan obat
sehingga tidak terjadi kejang. Pasien melakukan kontrol rutin kesehatan ke klinik n
angka dengan dokter, namun karena sekarang musim pandemi virus covid 19 dari
dokter hanya dikasih copy resep obat untuk ditebus di apotek terdekat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
d. Riwayat sakit gula : disangkal
e. Riwayat sakit jantung : disangkal
f. Riwayat sakit ginjal : disangkal
g. Riwayat alergi : disangkal
h. Riwayat jatuh : (+) pada usia 5 bulan dari atas kasur
i. Riwayat trauma kepala : (+) pada usia 5 bulan dari atas kasur
j. Riwayat masalah ditelinga : disangkal
k. Riwayat mondok : (+) pada tahun 2001, di RS Telogorejo
karena epilepsi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : (+) pada ibu pasien
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat makan-makanan asin : disangkal
b. Riwayat merokok : disangkal
c. Riwayat minum alkohol : disangkal
d. Riwayat olahraga teratur : disangkal (lebih seriang bermain hp dan
menonton tv dikamar)
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak dari seorang ibu rumah tangga yang menderita stroke. Pasien
tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan nenek, ibu, dan saudara laki lakinya.
Pasien tidak mampu bekerja. Nenek dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
sedangkan saudara laki laki pasien bekerja serabutan. Penghasilan keluarga perhari
Rp 30.000,00 – Rp 35.000,00, atau terkadang tidak ada penghasilan sama sekali
dalam satu hari sehingga kurang lebih dalam satu bulan mendapat Rp 900.000 – Rp
1.050.000,00 perbulan. Kesimpulannya kesan ekonomi keluarga pasien kurang.
Hubungan antar anggota keluarga terlihat baik, dibuktikan dengan sang nenek
mau memandikan cucunya karena sang cucu trauma untuk mandi sendiri di kamar
mandi, memberikan obat yang perlu diminum pasien tepat pada waktunya tentu saja
sang nenek juga memasak untuk seluruh anggota keluarga. Ibu pasien turut membantu
mengurus pasien meskipun sang ibu sendiri sedang sakit stroke, dengan mengajak
bercengkrama, mengawasi setiap gerak gerik pasien. Sang adik pasien bekerja untuk
memenuhi kebutuhan satu keluarga dan juga terkadang mengambilkan obat untuk
sang kakak di Apotek terdekat. Kegiatan PKK sang nenek sudah tidak pernah
menghadiri, hanya titip saja. Jika ada informasi akan diberitahu oleh tetangga.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 1-2 kali sehari nasi, sayur, lauk pauk (tahu, tempe, telur)
kadang–kadang ayam dan ikan. Setiap pagi pasien mengkonsumsi kopi dan roti
sebagai sarapan. Pada sore hari pasien jarang mau makan karena pasien merasa berat
badannya sudah berlebih. Status gizi kesan obesitas II

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/75 mmHg
Nadi : 80 kali permenit
Frekuensi nafas : 22 kali permenit
Suhu : 36,7 °C
2. Status Gizi
BB = 93 kg
TB = 160 cm
93 93
IMT = 2 = = 36,3 kg/m2 (obesitas II)
1,6 2,56
3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm.
4. Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum
(-), sekret (-/-)
5. Telinga : Deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
6. Mulut : kering (-), sianosis (-)
7. Tenggorokan : Trismus (-), arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula di
tengah
8. Leher :
a. Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
b. Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid
9. Jantung :
a.Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c.Perkusi :
 Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
 Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra
 Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis midklavikula sinistra
 Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra

d. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)


10. Pulmo :
Anterior Posterior

Inspeksi Gerakan dada simetris Gerakan dada simetris

Palpasi Gerakan dada simetris, ICS Gerakan dada simetris, ICS


tidak melebar/ menyempit, tidak melebar/ menyempit,
nyeri tekan (-), krepitasi (-) nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi Suara dasar vesikuler (+/+), Suara dasar vesikuler (+/+),


suara tambahan (-/-) suara tambahan (-/-)

11. Abdomen
a. Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
b. Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
c. Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
d. Auskultasi : Bising usus (+) normal
12. Ekstremitas :
Superior Inferior

Jejas -/- -/-

Deformitas -/- -/-

Edema -/- -/-

Nyeri -/- -/-

Capillary refill time <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik

Akral hangat +/+ +/+

Sensibilitas +/+ +/+

Gerak aktif Bebas/terbatas Bebas/bebas

Gerak pasif Bebas/terbatas Bebas/bebas

13. Status neurologis :


a. Rangsangan Meningeal
1) Kaku kuduk : - ( tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2) Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3) Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4) Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sebelum mencapai 135º/tidak
terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
5) Laseque : -/- (tidak timbul tahanan pada kedua kaki sebelum mencapai
70o)
b. Nervus Kranialis
1) N-I (Olfaktorius) : Tidak ada gangguan penciuman
2) N-II (Optikus)
a) Tajam penglihatan : DBN / DBN
b) Lapang penglihatan : Tidak dilakukan
c) Tes warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
d) Fundus oculi : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
a) Kelopak mata :
Ptosis : -/-

Endopthalmus : -/-

Exophtalmus : -/-

b) Pupil : Menjadi miosis, bulat, 3mm / 3mm, central, reguler


Refleks Pupil
 Langsung : +/ +
 tidak langsung : +/ +
c) Gerakan bola mata : medial (+/+), lateral (+/+), superior (+/+), inferior
(+/+), obliqus superior (+/+), obliqus inferior (+/+)
4) N-V (Trigeminus)
a) Sensorik
 N-V1 (ophtalmicus) : tidak dilakukan
 N-V2 (maksilaris) : tidak dilakukan
 N-V3 (mandibularis) : tidak dilakukan
b) Motorik
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut.

c) Refleks :
Reflek kornea : +
5) N-VII (Fasialis)
a) Sensorik (indra pengecap): normal
b) Motorik
Inspeksi wajah sewaktu :

 Diam : simetris
 senyum : simetris
 Meringis : simetris
 bersiul : sulit dinilai
 menutup mata : simetris, kanan (maksimal), kiri (maksimal)

Pasien disuruh untuk :

 Mengerutkan dahi : simetris , kanan (baik), kiri (baik)


 Menutup mata kuat kuat : simetris, kanan (maksimal), kiri (maksimal)
 Menggembungkan pipi :simetris, kanan (maksimal), kiri (maksimal)
Sensoris

 Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak ada kelainan


6) N. VIII (Vestibulocochlearis)
a) Keseimbangan
 Nistagmus :Tidak ditemukan
 Tes Romberg :Tidak dilakukan
b) Pendengaran
 Tes Rinne :Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Schwabach :Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Weber :Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
7) N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a) Refleks menelan : +
b) Refleks batuk : +
c) Perasat lidah (1/3 anterior) : normal
d) Refleks muntah : +
e) Posisi uvula :Normal, Deviasi ( - )
f) Posisi arkus faring : Simetris
8) N-XI (Akesorius)
a) Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
b) Kekuatan M. Trapezius : + /+
9) N-XII (Hipoglosus)
a) Tremor lidah : Tidak ditemukan
b) Atrofi lidah : Tidak ditemukan
c) Ujung lidah saat istirahat : Simetris
d) Ujung lidah saat dijulurkan : Tidak simetris
e) Fasikulasi :-
c. Pemeriksaan Motorik
1) Refleks
a) Refleks Fisiologis
 Biceps :N / N
 Triceps :N / N
 Achiles :N / N
 Patella :N / N
b) Refleks Patologis
 Babinski :- / -
 Oppenheim :- / -
 Chaddock :- / -
 Gordon :- / -
 Scaeffer :- / -
 Hoffman-Trommer :- / -

2) Kekuatan Otot
5 5

Ekstremitas Superior Ekstremitas


Dextra Superior Sinistra

5 5

Ekstremitas Inferior Ekstremitas Inferior


Dextra Sinistra
3) Tonus Otot

a. Hipotoni:- / -

b. Hipertoni:- / -

d. Sistem Koordinasi
1. Romberg Test : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Tandem Walking : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Finger to Finger Test : Sulit dinilai
4. Finger to Nose Test : Sulit dinilai
e. Fungsi Luhur
1. Fungsi bahasa : Ditemukan gangguan dalam berkomunikasi
2. Fungsi orientasi : Dalam Batas Normal
3. Fungsi memori : Tidak ditemukan gangguan memori
f. Susunan Saraf Otonom
1. Miksi : Tidak ada kelainan
2. Defekasi : Tidak ada kelainan

D. RESUME
Sejak usia 5 bulan pasien menderita epilepsy dengan penyebabnya tidak diketahui,
saat ini pasien rutin kontrol 1 bulan sekali ke klinik nangka. Pada saat kontrol diberi obat
Phenytoin 150mg, Riklona 1/3 tab, luminal 30mg (2x1 hari), proneuron (1x1 hari),
Carbamazepine 200 mg, (3x1 hari). Pada saat anamnesis pasien sedang tidak kejang,
terakhir kejang pada bulan November 2020, pada pemeriksaan fisik dalam batas normal,
status gizi obesitas II, status neurologis dalam batas normal. Pasien sulit diajak
komunikasi. Kesan sosial ekonomi kurang dengan penghasilan dibawah UMR.

PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


1. Diagnosis Holistik
Nn. M 28 th, extended family, status gizi obesitas II. Hubungan keluarga cukup
harmonis dan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin tidak cukup baik. Pasien
sulit diajak komunikasi.
2. Diagnosis Biologis
Epilepsi, Obesitas

3. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan antar anggota
keluarga harmonis, saling mendukung dan saling membantu.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, hubungan sosial dengan teman sebaya
kurang tejalin dengan baik karena pasien tidak pernah keluar rumah, dan hubungan
keluarga dengan masyarakat sekitar berjalan baik.
PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
a. Berolahraga dengan teratur
b. Istirahat cukup
c. Makan teratur 3 kali sehari
d. Makan makanan sehat dan bergizi seimbang
e. Hindari stress
f. Tidak minum alkohol
g. Kontrol rutin dan minum obat tepat waktu
2. Medikamentosa
a. Phenytoin 150mg 2 dd 1
b. Riklona 1/3 tab 2 dd 1
c. Luminal 30mg 2 dd 1
d. Carbamazepine 200mg 3 dd 1
e. Proneuro 1dd 1

FOLLOW UP
Tanggal 18 Juni 2021
o Subyektif :-
o Obyektif : keadaan umum baik, composmentis
o Tanda vital
Tensi : 120 /80 mmHg
Nadi : 80 kali permenit
RR : 20 kali permenit
Sp02 : 98
Suhu : 36,6 °C
o Assesment : Epilepsi
o Planning :
a. Edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien dan apa yang harus
dilakukan jika pasien sedang kejang
b. Terapi medikamentosa dilanjutkan berupa obat Phenytoin 150mg, Riklona 1/3
tab (2x1 hari), luminal 30mg (2x1 hari), proneuron (1x1 hari), Carbamazepine
200 mg, (3x1 hari)
FLOW SHEET
Nama : Nn. M (28 tahun)
Diagnosis : Epilepsi
Tabel 2. Flowsheet penderita
Tanggal Tanda Vital Keluhan Rencana Terapi Target
21/03/21 Tensi : 120/80 - Medikamentosa : Kejang sudah
Nadi: 80 x/mnt - Phenytoin 150mg 2 dd 1 tidak pernah
RR : 20 - Riklona 1/3 tab 2 dd 1 kambuh lagi,
x/menit - Luminal 30mg 2 dd 1 pasien bisa
Sp02 : 98 - Carbamazepine 200mg 3 dd 1 menjalani
Suhu : 36,6 °C - Proneuron 1 dd 1 hidupnya
dengan baik.

Non medikamentosa :
- Berolahraga dengan teratur
- Istirahat cukup
- Makan teratur 3 kali sehari
- Makan makanan sehat dan bergizi
seimbang
- Hindari stress
- Kontrol rutin dan minum obat tepat
waktu
TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Nn. M 28 tahun), nenek (Ny. S 64 tahun), Ibu (Ny.Y
48 tahun), dan adik laki laki pasien (An.M 20 tahun) tinggal bersama dalam satu
rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan
masyarakat sekitar cukup baik dan cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita tidak bisa bekerja, sang ibu dan nenek hanya ibu rumah tangga tidak
bekerja, kebutuhan sehari hari dipenuhi oleh sang adik penderita yang bekerja
serabutan. Pendapatan setiap hari berkisar Rp 30.000,00 – Rp 35.000,00, bahkan
terkadang tidak ada penghasilan sama sekali dalam satu hari. Pemenuhan kebutuhan
dibantu oleh anak kedua yang sudah menikah dan saudara.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan diselesaikan dengan
cara dimusyawarahkan bersama-sama.
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Adaptasi (Adaptation)
Dinilai kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari
anggota keluarga lainnya
Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun rembuk dalam
mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi
dengan anggota keluarganya
Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga
dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga
Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung dalam keluarga

Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu,
kekayaan dan ruang antar anggota keluarga
Bila jawaban sering/selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang/jarang diberikan
nilai 1 sedang jawaban tidak pernah diberikan nilai 0. Bila penjumlahan kelima nilai
diatas adalah antara :

• 7 – 10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota keluarga
saling mendukung satu sama lain
• 4 – 6 berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan antar
anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan
• 0 – 3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota
keluarga
Tabel 3. APGAR score keluarga Nn. M
Kode APGAR Ny. S Ny. Y Nn. M
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila 2 2 2
saya mendapat masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan 1 2 2
membagi masalah dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan 1 2 2
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan 1 1 2
kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi 2 2 2
waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 7 9 10

Rata-rata APGAR score keluarga Nn. M = 9 + 10 + 9 = 8,67


3
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Nn. M= sehat, dalam arti setiap anggota keluarga
saling mendukung satu sama lain
3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Nn.M
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang -
masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah -
cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup ( di atas UMR) +
Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 12 tahun) +
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera -
berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.
Kesimpulan : keluarga Nn. M memiliki fungsi patologis, yaitu economic dan education
(+) : ada fungsi negative
(-) : tidak ada fungsi negative
4. GENOGRAM

N
N
y.
y.
SS

N
N
y.
y.
Y
Y

N
A
A
N
n.
n.
n.
n.
M
M R

Diagram 1. Genogram keluarga Ny. S

Keterangan :

: laki-laki : pasien

: perempuan : tinggal serumah

: laki-laki, perempuan meninggal


Kesimpulan Genogram :
Berdasarkan genogram di atas, penyakit epilepsi yang diderita oleh Nn. M tidak
ditemukan pada anggota keluarganya. Dari genogram tersebut tidak ada penyakit
yang diturunkan.

5. POLA INTERAKSI KELUARGA


Keterangan :
: Hubungan baik
Ny.S Ny.Y : Hubungan tidak baik

An. M
Nn.M

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Nn. M


Kesimpulan : Pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.

6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluarga ini masih kurang, penderita hanya sempat mengenyam
dunia pendidikan di SDLB lalu tidak dilanjutkan, sang nenek hanya tamat SD, Ibu
pasien tamat SMP, sedangkan adik pasien hanya tamat SMP. Walaupun tingkat
pendidikan kurang, keluarga mengerti tentang kesehatan bila ada yang sakit dibawa
ke klinik atau dokter. Pengetahuan keluarga tentang epilepsi penyakit yang diderita
oleh pasien masih kurang.
b. Sikap
Keluarga pasien sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan, dengan
rutin melakukan kontrol di klinik 1 bulan sekali tentang penyakit pasien. Pasien sudah
remaja namun masih belum mengerti pentingnya menjaga kesehatan serta kebersihan.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga menyadari pentingnya kesehatan karena setiap ada anggota
keluarga yang sakit akan diperiksakan ke klinik dan paisen sudah melakukan kontrol
rutin tiap bulan.
7. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah yang ditempati oleh keluarga Nn. M dengan ukuran 3,5x6m 2, tergolong cukup
sempit apabila dihuni 4 anggota keluarga dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1
kamar mandi, dapur dan tempat cuci. Keadaan di dalam dan di luar rumah cukup
bersih, sampah dibuang pada tempat sampah, sumber air terjaga kebersihannya,
sanitasi baik, pencahayaan dan ventilasi cukup. Kondisi rumah juga rapi dan di
halaman depan terdapat beberapa tanaman dan tumbuhan.
b. Keturunan
Tidak didapatkan faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit pasien.
c. Pelayanan Kesehatan
Unit pelayana kesehatan tersedia dengan baik. Apabila ada anggota keluarga yang
sakit langsung berobat ke klinik terdekat disekitar tempat tinggal penderita.
8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga Nn.M tinggal disebuah rumah kontrakan dengan ukuran 3,5x6m2.
Rumah tertata rapi terdiri atas ruang tamu yang cukup, dua kamar tidur, dapur bersih
dapur utama, dan satu kamar mandi dengan WC. Pintu utama hanya ada satu berada
di bagian depan rumah. Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Dinding rumah
terbuat dari tembok yang sudah di cat, lantai rumah berupa keramik dan ada juga yang
masih beralaskan tanah. Ventilasi dan pencahayaan cukup baik. Atap rumah tersusun
dari genteng dan menggunakan ternit. Setiap kamar tidur dilengkapi dengan ranjang
dan kasur. Sumber air untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air PDAM, air yang
diminum menggunakan air yang direbus terlebih dahulu. Keluarga memasak
menggunakan kompor gas. Secara keseluruhan kebersihan rumah cukup baik.
Denah ruangan dalam rumah

9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan tetapi tidak jauh dengan jalan raya.
Rumah satu dengan rumah lainya saling berdempetan. Di halaman depan tedapat
beberapa tanaman, dan tumbuhan. Posisi rumah berada pada gang kecil, disamping kanan
rumah ada jalan raya yang cukup untuk dilalui mobil. Didepan rumah ada selokan dengan
aliran air lancar. Halaman rumah beralaskan tanah tidak terdapat pagar rumah, ada
beberapa tanaman didepan rumah.
RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : cukup
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : sehat
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : ada 2 fungsi patologis di fungsi economic dan
education
4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada penyakit yang diturunkan
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : kurang
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik
DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Epilepsi, Obesitas
2. Masalah Nonmedis
a. Riwayat trauma kepala
b. Pengetahuan tentang penyakit kurang
c. Pasien sulit diajak komunikasi

PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Riwayat trauma kepala 5 5 5 4 4 4 4 32.000(I)
2. Pengetahuan tentang penyakit kurang 5 4 4 3 3 4 4 11.520(II)
3. Pasien sulit diajak komunikasi 5 4 4 3 3 3 3 6.480(III)
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Dari indikator di atas, terdapat beberapa criteria, antara lain :
1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5= sangat penting
DIAGRAM PERMASALAH PASIEN

I.Pasien mengalami riwayat trauma kepala

Nn. M 28 tahun dengan


Epilepsi

II. Pengetahuan tentang penyakit kurang III. Pasien sulit diajak komunikasi

Diagram 3. Diagram permasalahan pasien


TAHAP IV. HUBUNGAN TRAUMA KEPALA DENGAN EPILEPSI

Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang
berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Yang dimaksud dengan bangkitan
epilepsi adalah manifestasi klinik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal
dan berlebihan dari sekelompok neuron. Manifestasi klinik ini terjadi secara tiba-tiba dan
sementara berupa perubahan perilaku yang stereotipik, dapat menimbulkan gangguan
kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, ataupun psikik.
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

1. Idiopatik: tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologik. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan dengan usia.
2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui. Gambaran
klinik sesuai dengan ensefalopati difus
3. Simtomatik : bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak,
misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang,
gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan
degeneratif.1
Epilepsi pasca trauma
Mekanisme terjadinya epilepsi pasca cedera kepala masih menjadi perdebatan.
Beberapa sumber menyebutkan epilepsi dapat terjadi karena perubahan struktur, fisiologis,
dan biokimia yang berlangsung di otak setelah cedera kepala yang dapat menyebabkan
terjadinya kejang. Kejang pertama pasca cedera kepala dianggap sebagai akibat dari
kerusakan pada neuron yang disebabkan oleh ekstravasasi darah. Trauma kepala dimulai
dengan serangkaian respon berupa perubahan aliran darah dan vasoregulasi, terjadinya
gangguan pada sawar darah otak, peningkatan tekanan kranial, perdarahan iskemik secara
difus maupun fokal, inflamasi, nekrosis, atau gangguan pada pembuluh darah itu sendiri. 2 Uji
eksperimen maupun klinis telah menunjukkan segera setelah cedera pada otak dapat terjadi
peningkatan asam amino yang dapat menyebabkan gangguan yang lebih lanjut pada pompa
ion sehingga mengakibatkan keluarnya kalium ke dalam ruang ekstraseluler. Bersamaan
dengan itu terjadi gangguan pada sawar darah otak dan pelepasan molekul adhesi intraseluler
yang mengakibatkan masuknya leukosit ke dalam sawar darah otak.3

Selain itu, patofisiologi sinaptik dari epilepsi di duga karena berkurangnya inhibisi
GABAergik atau peningkatan eksitasi glutamat. Kadar GABA di cairan serebrospinal
berkurang pada pasien dengan gangguan epilepsi. Beberapa penelitian eksperimental
menunjukkan kadar GABA juga rendah pada hewan coba yang mengalami gangguan
epilepsi. Selain itu, rekaman hipokampus pada otak manusia dalam keadaan sadar
menunjukkan peningkatan kadar glutamat ekstraseluler sebelum dan selama kejang. Kadar
GABA akan tetap rendah pada hipokampus epileptogenetik. Hal ini menyebabkan
peningkatan toksik pada glutamat ekstraseluler akibat berkurangnya inhibisi pada area
epileptogenetik.4

TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Diagnosis Holistik :

1. Diagnosis Biologis
Epilepsi, Obesitas
2. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan keluarga
cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian satu sama lain.
3. Diagnosis Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan
dengan masyarakat sekitar cukup baik, kondisi lingkungan dan rumah cukup
sehat, Pendidikan penderita dan keluarganya kurang.

B. SARAN
Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluargaya adalah sebagai berikut :
1. Promotif
Memberikan edukasi kepada keluarga untuk kontrol rutin mengenai penyakit yang
diderita Nn. M serta minum obat secara teratur dan keluarga dapat membantu
mengawasi pola hidup Nn. M serta selalu berusaha melakukan stimulus tentang
kemampuan komunikasi Nn. M.
2. Preventif
Menganjurkan untuk
a. Berolahraga dengan teratur
b. Istirahat cukup
c. Makan teratur 3 kali sehari
d. Makan makanan sehat dan bergizi seimbang
e. Tidak mengkonsumsi alcohol
f. Hindari stress
g. Jika demam segera diobati
h. Kontrol rutin dan minum obat tepat waktu
3. Kuratif
a. Carbamazepine 200 mg 3 dd 1
b. Phenytoin 150 mg 2 dd 1
c. Riklona 1/3 tab 2 dd 1
d. Luminal 30mg 2 dd 1
e. Proneuron 1 dd 1
4. Rehabilitatif
(-)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ropper AH, Brown RH. Craniocerebral Trauma. In Ropper AH, Brown Rh. Adams
an Victor’s Priciples of Neurology. McGraw-Hill. USA:762-763
2. Pitkänen, A. dan Bolkvadze, T. Jasper's Basic Mechanisms of the Epilepsies 4th
Edition: Head Trauma and Epilepsy. USA: Oxford University Press. 2013; 2-6.
3. Sahoo, P. K., Mathai, K. I., Ramdas, G. V., Swamy, M. N. The Pathophysiologi of
Posttraumatic Epilepsy. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT). 2007; 4 (1): 11-3.
4. Prince, D. A., Parada, I., Graber, K. Jasper's Basic Mechanisms of the Epilepsies 4th
Edition: Traumatic Brain Injury and Posttraumatic Epilepsy. USA: Oxford University
Press. 2013; 1-3.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Anamnesis dengan pasien dan keluarga

Gambar 2. Pemeriksaaan fisik pada pasien (TTV)


Gambar 3. Pemeriksaan fisik pada pasien (status neurologis)

Gambar 4. Rumah pasien tampak depan


Gambar 5. Kamar dirumah pasien

Gambar 6. Kamar mandi di rumah pasien


Gambar 7. Dapur dirumah pasien

Gambar8. Tempat cuci dirumah pasien


Lampiran 2. Media Edukasi
Lampiran 3. Absensi Home Visit

Anda mungkin juga menyukai