Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan Prolaps Uteri

1. Observasi
Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan prolaps tetap dalam
stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa wanita mungkin lebih memilih untuk
mengobservasi lanjutan dari prolaps. Mereka juga harus memeriksakan diri secara berkala untuk
mencari perkembangan gejala baru atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air besar
terhambat, erosi vagina).8
2. Terapi Konservatif
 Latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang
belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang
mempengaruhi miksi. Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of
conservative management prolaps uterus yang diterbitkan pada tahun 2006 menyimpulkan
bahwa latiahan otot dasar panggul tidak bukti ilmiah yang mendukung. Caranya ialah, penderita
disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat
atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-
tiba menghentikkanya.5,8,9
 Pemasangan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di
tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul
prolaps lagi. Meskipun bukti yang mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka
digunakan oleh 86% dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian
pessarium ialah bahwa alat tersebut membuat tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga
bagian dari vagina tersebut besereta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah.
Pessarium yang paling baik untuk prolaps genitalia ialah pessarium cincin, terbuat dari plastik.
Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.5,8
Pedoman Pemasangan Pessarium.5
 Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks
vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tersebut dikurang 1 cm untuk mendapat
diameter dari pessarium yang akan dipakai.
 Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit kedalam vagina. Setelah bagian
atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Kadang-
kadang pemasangan pessarium dari plastik mengalami kesukaran.
 Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari karet dengan
per didalamnya.
 Untuk mengetahui setelah pemasangan, apakah ukuran cocok, penderita disuruh batuk atau
mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa
nyeri, pessarium dapat diteruskan.
 Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara teratur.
Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2 – 3 bulan sekali, vagian diperiksa dengan inspekulo untuk
menentukan ada tidaknya perlukaan. Pessarium dibersihkan dan dicucihamakan dan kemudian di
pasang kembali.
 Indikasi penggunaan pessarium:
‒ Kehamilan.
‒ Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi.
‒ Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan.
‒ Penderita menolak untuk dioperasi.
‒ Untuk menghilangkan gejala yang ada, sambil menunggu waktu
operasi dapat dilakukan.
Gambar 4. Jenis-jenis pessarium. A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C. Hodge with knob
pessary. D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz pessary. G. Incontinence dish
pessary. H. Ring pessary. I. Donut pessary.9

3. Terapi Bedah
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk
prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina
yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada
belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006, 22.274 operasi dilakukan
untuk prolaps vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim, disertai
dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk melakukan operasi pada
prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih
mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan.
Macam-macam operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:8
 Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak, dilakukan operasi untuk
uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau mengikat
ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.5
 Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale
yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik.
Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli).
Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis
pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum
kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek,
sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat dicegah.5
 Histerektomi vagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat lanjut, dan pada wanita
yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum
rotundum kanan dan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di
kemudian hari.5
 Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik
untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan
menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina belakang, sehingga lumen vagian tertutup
dan uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan
retrokel sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urinae. Obstipasi serta keluhan prolaps
lainnya juga tidak hilang.5

I. Komplikasi Prolaps Uteri


Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah:5
 Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai dengan keluarnya
dinding vagina (inversio); karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta
berkerut, dan berwarna keputih-putihan.5
 Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan
pakaian dalam; hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan lambat laun timbul ulkus
dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada
penderita berusia lanjur.5
 Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam vagina
sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, karena tarikan ke bawah di
bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah, serviks uteri mengalami
hipertrofi dan menjadi panjang pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli.5
 Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama
sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.5

Anda mungkin juga menyukai