Skenario 2
MALNUTRISI
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1. Sebagai berikut :
a. Defisiensi fe menyebabkan anemis.
b. Kekurangan karbohidrat dan protein menyebabkan lemas.
2
STEP 4
1. Sebagai berikut :
a. Kwarshiokor : edema seluruh tubuh, wajah membulat, rambut
rontok
3
3. KMS
a. Dibawah garis merah (kurang zat gizi).
b. 2 pita garis merah (ringan).
c. 2 pita diatas kuning (cukup).
4. Sebagai berikut :
4
Manifestasi
klinis
Etiologi
Malnutrisi
Macam
Faktor resiko kelainan
Penegakan
diagnosis
STEP 5
STEP 6
Belajar mandiri
5
STEP 7
d. Penegakan Diagnosis
Gejala dini defisiensi tiamin berupa neuropati
perifer, keluhan mudah capai, dan anoreksia yang
menimbulkan edema dan degenerasi kardiovaskuler,
neurologis serta muskuler. Encefalopati Wernicke
merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan
defisiensi tiamin yang sering ditemukan diantara para
peminum alkohol kronis yang mengkomsumsi hanya
sedikit makanan lainnya. Ikan mentah tertentu mengandung
suatu enzim (tiaminase) yang labil terhadap panas,enzim ini
15
C. Defisiensi vitamin B2
a. Definisi
Riboflavin terdiri atas sebuah cincin isoaloksazin
heterosiklik yang terikat dengan gula alcohol, ribitol. Jenis
vitamin ini berupa pigmen fluoresen berwarna yang relatif
stabil terhadap panas tetapi terurai dengan cahaya yang
visible. (1)
b. Etiologi
Mononukleatida (FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (FAD). FMN dibentuk oleh reaksi fosforilasi
riboflavin yang tergantung pada ATP sedangkan FAD
disintesis oleh reaksi selanjutnya dengan ATP dimana
bagian AMP dalam ATP dialihkan kepada FMN. FMN dan
FAD berfungsi sebagai gugus prostetik enzim
oksidoreduktase ,di mana gugus prostetiknya terikat erat
tetapi nonkovalen dengan apoproteinnya. Enzim-enzim ini
dikenal sebagai flavoprotein. Banyak enzim flavoprotein
mengandung satu atau lebih unsur metal seperti molibneum
serta besi sebagai kofaktor esensial dan dikenal sebagai
metaloflavoprotein. (3)
c. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Bila ditinjau dari fungsi metaboliknya yang luas,
kita heran melihat defisiensi riboflavin tidak menimbulkan
keadaan yang bisa membawa kematian. Namun demikian
17
Kelainan Laboratorium
Urin yang mengandung riboflavin kurang dari 50 µg
merupakan indikasi adanya defisiensi vitamin B2 dan
biasanya sudah disertai gejala klinisnya. (4)
D. Defisiensi vitamin B6
a. Definisi
Vitamin B6 terdiri atas derivat piridin yang
berhubungan erat yaitu piridoksin, piridoksal serta
piridoksamin dan derivat fosfatnya yang bersesuaian.
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah piridoksal fosfat, di
mana semua bentuk vitamin B6 diabsorbsi dari dalam
intestinum , tetapi hidrolisis tertentu senyawa-senyawa
ester fosfat terjadi selama proses pencernaan. Piridksal
fosfat merupakan bentuk utama yang diangkut dalam
plasma. (1)
b. Etiologi
Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi dan setiap
defisiensi yang terjadi merupakan bagian dari defisiensi
menyeluruh vitamin B kompleks. (2)
c. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi dan setiap
defisiensi yang terjadi merupakan bagian dari defisiensi
menyeluruh vitamin B kompleks. Namun defisiensi vitamin
B6 dapat terjadi selama masa laktasi, pada alkoholik dan
juga selama terapi isoniazid. Hati, ikan mackel, alpukat,
pisang, daging, sayuran dan telur merupakan sumber
vitamin B6 yang terbaik. (3)
d. Penegakan Diagnosis
Bayi dengan kejang harus dicurigai menderita
defisiensi vitamin Bg atau sindrom ketergantungan
piridoksin. Bila sebab lain kejang pada bayi seperti
hipokalsemia, hipoglikemia, dan infeksi dapat disingkirkan,
20
d. Penegakan Diagnosis
Adapun gejala-gejalanya ialah glositis atrofi (lidah
yang halus dan mengkilap), rasa mual, muntah-muntah,
diare bergantian dengan konstipasi, tidak terdapatnya getah
lambung, perubahan saraf, anemia makrositis hiperkronis.
Sel darah merah membesar dan berkurang jumlahnya. Hal
ini disebabkan oleh gangguan pembentukan atau proses
pematangan eritrosit. Kelainan laboratorium yang timbul
adalah kadar vitamin B12 rendah (kurang dari 150 pg/ml).
anemia pernisiosa biasanya diobati dengan 1000 µg vitamin
B12 tiap bulan secara subkutan. Pemberian oral hasilnya
24
d. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
yang khas berupa rasa nyeri yang sangat dan gejala
iritabilitas, kelainan radiologik pada tulang panjang, dan
adanya riwayat masukan vitamin C yang kurang. Biasanya
terdapat riwayat ibu yang selaiu mendidihkan/memasak sari
buah untuk bayinya.Uji laboratorium untuk penyakit skorbut
sampai saat ini masih belum memuaskan. Kadar vitamin C
dalam plasma darah (puasa) lebih dari 0,6 mg/dl dapat
menyingkirkan diagnosis skorbut, tetapi kadar vitamin C
yang lebih rendah dari itu belum tentu membuktikan
adanya skorbut. Pemeriksaan kadar vitamin C dalam lapisan
sel darah putihtrombosit (huffy coat) dari darah oksalat yang
diputar, saat ini merupakan petunjuk yang paling baik
untuk diagnosis. Kadar nihil vitamin C pada lapisan ini
menunjukkan adanya skorbut laten, meskipun tidak dijumpai
adanya gejala klinis. Kadar vitamin C dalam jaringan dapat
diukur dengan menghitung banyaknya ekskresi vitamin C
27
b. Etiologi
Kurangnya makanan yang mengandung vitamin D,
dan juga kurangnya paparan terhadap cahaya matahari. (3)
c. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Pada defisiensi vitamin D timbul kalsifikasi tulang
yang tidak normal disebabkan oleh rendahnya saturasi
kalsium dan fosfor dalam cairan tubuh. Lagipula resorpsi
tulang akan melebihi pembentukannya hingga
menyebabkan demineralisasi umum pada rangka yang
berakibat menjadi lunaknya tulang-tulang serta deformitas
toraks, tulang punggung, pelvis, dan tulang-tulang panjang.
Osifikasi endokondral yang tidak normal akan terjadi
hingga menimbulkan kelainan karakteristik pada bagian
tulang yang terbentuk baru.
Gelisah dan sukar tidur merupakan tanda-tanda dini
penyakit rakitis pada bayi. Tanda klinis bergantung pada
umur penderita seperti kraniotabes hanya ditemukan pada
penderita yang berumur kurang dari 1 tahun. Kelainan-
kelainan yang sering ditemukan adalah pembengkakan pada
sambungan-sambungan kostokondral hingga merupakan
tasbeh, pembengkakan epifisis pergelangan tangan dan
kaki. Terlambat menutupnya ubun-ubun besar merupakan
tanda yang penting. Pada anak yang sudah berjalan
kemudian menderita rakitis dapat mengalami deformitas
pada tungkai bawah pada tungkai bawah. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah hipotoni otot, anemia gizi, perut
membuncit, dan pertumbuhan gigi geligi yang terlambat. (3)
29
H. Defisiensi vitamin E
a. Definisi
Vitamin E (tokoferol) bertindak sebagai antioksidan
dengan memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas
sebagai akibat kemampuannya untuk memindahkan
hydrogen fenolat kepada radikal bebas perksil dari asam
lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi .
Radikal bebas fenoksi yang terbentuk kemudian bereaksi
dengan radikal bebas peroksil selanjutnya. Dengan
demikian tokoferol tidak mudah terikat dalam reaksi
oksidasi yang reversible, cincin kromana dan rantai
samping akan teroksidasi menjadi produk non radikal
bebas. (1)
31
b. Etiologi
Defisiensi vitamin E jarang sekali ditemukan oleh
sebab makanan sehari-hari biasanya mengandung vitamin
E. walaupun demikian seyogyanya kita tetap waspada akan
kemungkinan keadaan subklinis, misalnya pada bayi berat
badan lahir rendah dimana transfer vitamin E melalui
plasenta tidak efisien, keadaan malabsorpsi terutama
dengan steatore. Kelainan yang dapat dilihat pada defisiensi
vitamin E ialah hemolysis dan mengurangnya umur hidup
eritrosit. (3)
c. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Defisiensi atau kekurangan vitamin E dapat
menimbulkan anemia pada bayi yang baru lahir. Kebutuhan
akan vitamin E meningkat bersamaan dengan semakin
besarnya masukan lemak tak- jenuh ganda. Asupan minyak
mineral, keterpaparan terhadap oksigen (seperti dalam
tenda oksigen ) atau berbagai penyakit yang menyebabkan
tidak efisiennya penyerapan lemak akan menimbulkan
defisiensi vitamin E yang menimbulkan gejala neurology.
Vitamin E dirusak oleh pemasakan dan pengolahan
makanan yang bersifat komersial,termasuk pembekuan.
Benih gandum, minyak biji bunga matahari serta biji
softlower, dan minyak jagung serta kedelai, semuanya
merupakan sumber vitamin E yang baik. (3)
d. Penegakan Diagnosis
Ditanyakan riwayat asupan makanan yang
mengandung vitamin E seperti biji-bijian, sayuran.
Ditanyakan mengenai penyakit pada anak misalnya adalah
malabsorpsi. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan
32
I. Defisiensi vitamin K
a. Definisi
Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin
K adalah naftokuinon tersubsitusi – poliisoprenoid.
Menadion, yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak
ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara
in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi salah
satu menakuinon. (1)
b. Etiologi
Defisiensi vitamin K pada anak, biasanya disebabkan
karena adanya malabsorpsi lemak, gangguan penggunaan
lemak, atau gangguan sintesis vitamin K oleh flora usus
karena penggunaan antibiotik yang lama. (3)
c. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Diare pada bayi, terutama bayi yang mendapat ASI,
akan menyebabkan defisiensi vitamin K. Selain itu APCD
(Acquired Prothrombin Complex Deficiency) sering terdapat
33
J. Defisiensi mineral
a. Kalsium (2,3)
Kalsium erat sekali dengan pembentukan tulang.
Sumber utama kebutuhan segera tulang baru, terdapat
dalam cairan tubuh dan sel. Kalsium juga sangat penting
untuk mengatur sejumlah besar aktivitas sel yang vital,
fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah,
motilitas seluler.
Sumber mineral kalsium terutama berasal dari
hewan dan sintetis yaitu feeding bone meal, bone meal
(steamed), bone char, tricalsium fosfat, dikalsium,
monokalsium, ground limestone dan kalsium karbonat.
Sumber lainnya adalah susu yaang mengandung lebih dari
115 mg persen. Padi-padian umumnya rendah kalsium.
Tepung gandum putih mengandung kira-kira 20 mg. Beras
mengandung kurang lebih 6 mg kalsium per 100g, daging
umumnya merupakan sumber yang miskin akan kalsium
dan hanya mengandung 10 – 15 mg persen. Sayuran
umumnya merupakan sumber kalsium yang kurang baik.
Kerja kalsium tampaknya melalui reseptor protein
intrasel (kalmodulin) yang mengikat ion-ion kalsium bila
36
j. Selenium (2,3)
Selenium adalah unsur penting glutation
peroksidase, suatu enzim yang peranannya sebagai
antioksidan intarseluler yang sangat mirip dengan fungsi
serupa vitamin E atau -tokoferol. Sebagian besar selenium
dalam makanan berbentuk asam amino selenometionin.
Hanya satu fungsi enzimatik selenium yang diketahui.
Selenium adalah unsur penting dari glutation peroksidase.
Enzim ini dapat menghancurkan hidrogen peroksida dan
hidrioperoksida-hidroperoksida oerganik dengan
pengurangan ekuivalen dari glutation. Peranan fisiologis
yang pasti dari glutation peroksidase yang bergantung pada
selenium masih belum jelas karena katalase juga mampu
memindahkan hidrogen peroksida dan glutation peroksida
yang tidak bergantung padaa selenium juga mampu
memindahkan hidroperoksida organik. Jadi selenoenzim
mungkin berfungsi sebagai penahan oksidan tetapi fungsi
alternatif juga telah ada.
Defisiensi selenium menyebabkan dilatasi jantung
dan menyebabkan payah jantung kongestif. Defisensi pada
47
k. Flour (2,3)
Enamel gigi dikuatkan oleh flour yang
menggantikan ion hidroksil kristal hidroksiapatit pada
matriks mineral enamel. Flouropatit yang dihasilkan lebih
tahan terhadap kerusakan kimiawi maupun fisis. Flour
diikat ke dalam enamel selama tahap mineralisasi
pembentukan gigi dan oleh interaksi pada permukaan gigi
setelah erupsi. Flour juga merupakan pembentuk mineral
tulang dan dapat melindungi terhadap oesteoporosis pada
usia lanjut.
Karena kekhawatiran mengenai risiko flourosis.,
suplementasi flourida untuk bayi dibawah usia 6 bulan
tidak diperbolehkan. Susu formula komersial dibuat dengan
air deflouridasi dan hanya mengandung sejumlah kecil
flour. Bayi berusia lebih dari 6 bulan yang hanya mendapat
susu formula siap minum atau mendapat ASI ekslusif
mungkin membutuhkan suplementasi flour. Kandungan
flour ASI rendah dan tidak dipengaruhi secara bermakna
oleh makanan ibu. Kadar flour pada sumber air minum
anak harus diketahui terlebih dahulu sebelum memberikan
48
K. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan patologois dengan
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang
diperlukan untuk fungsi tubuh. Banyak cara telah dikembangkan
untuk menentukan banyaknya lemak, misalnya : (5)
Penentuan berat terhadap tinggi, umur, tipe tubuh
Mengukur tebal lipat kulit di beberapa tempat, misalnya
bagian trisep, subskapula, suprailiaka, dan sebagainya.
49
Penyebab obesitas
Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-harinya
mengandung energy yang melebihi kebutuhan anak yang
bersangkutan. Biasanya terdapat pada anak yang cepat merasa
lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada umumnya
berbagai faktor menentukan keadaan obesitas seseorang seperti : (5)
Herediter
Bangsa atau suku
Gangguan emosi
Gangguan hormonal
Gejala klinis penderita obesitas
Anak terlihat sangat gemuk
Pada umumnya anak demikian lebih tinggi daripada anak
normal seumuran
Sering terlihat dagu yang berganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung ke bawah
Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena organ
tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis(5)
Klasifikasi
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT
menurut WHO : (6)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang <18.5
Kisaran normal 18.5-24.9
Berat badan lebih >25
Pra-obes 25.0-29.9
Obes tingkat I 30.0-34.9
Obes tingkat II 35.0-39.9
Obes tingkat III >40
Penegakan diagnosis
Hipofisis terstimulasi
Gondok
f. Penatalaksanaan (3)
Memberikan edukasi pada masyarakat dalam hal
merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber
yodiu. Peningkatan kadar yodium secara bermakna
dalam air susu dan daging pada akan bertindak
sebagai wahana pembawa yodium bagi konsumen
manusia.
Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol)
pada penduduk didaerah endemik berat dan
endemik sedang.
Memberikan suntikan yodium dalam minyak
(lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan
dosis untuk anak-anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8cc
dan dosis untuk anak-anak lebih dari 6 tahun dan
dewasa 1cc.
59
c) Kegagalan pengobatan
d) Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
e) Tindakan pada kegawatan.
a. Atasi/cegah hipoglikemia
b. Atasi/cegah hipotermia
c. Atasi/cegah dehidrasi
c) Mata cekung
d) Nadi lemah
Kasih saying
N. Hipervitaminosis
a. Hipervitaminosis A
Hipervitaminosis A akut dapat terjadia pada bayi
setelah menelan 10.000 µg atau lebih. Gejala-gejalanya
adalah nausea, muntah, mengantuk, an fontanela cembung.
Diplopia, papil edema, kelumpuhan (palsy) saraf kranialis,
dan gejala lain yang memberi kesan tumor otak
(pseudotumor cerebri) dapat juga terjadi. Toksisitas telah
terjadi pada penambahan selama pemberian vaksin di
Negara yang sedang berkembang.
Hipervitaminosis A kronik tampak sesudah
penelanan dosis berlebihan selama beberapa minggu atau
bulan, anak menderita anoreksia, gatal, dan berat badan
kurang. Ada penambahan iritabilitas, pembatasan gerakan,
dan pembengkakan lunak tulang. Alopesia, lesi kulit
seboroika, fisura sudut mulut, tekanan intracranial naik, dna
terdapat hepatomegaly. Kraniotabes dan deskuamasi telapak
tangan dan kaki sering ada. Rontgenogram menunjukkan
hyperostosis yang mengenai beberapa tulang panjang, yang
79
A. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;
1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu
dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
B. Berat Badan
Berat badan merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai status
nutrisi, dimana hasilnya dapat menaksir kebutuhan energi dan
memonitor respons dari terapi yang telah diberikan. Kehilangan
berat badan dapat terjadi secara cepat pada pasien dengan trauma
atau stres metabolik. Penurunan berat badan kemungkinan
menunjukkan adanya pengurangan massa otot yang disebabkan oleh
masukan kalori yang tidak adekuat atau adanya hipermetabolisme.
Adanya edema dan status hidrasi harus dipertimbangkan dalam
mengevaluasi
C. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala sampai telapak
kaki. Jarak ini merupakan penjumlahan dari tinggi tulang tengkorak,
panjang tulang belakang, dan panjang ekstremitas bawah.
Pengukuran tinggi/panjang badan merupakan pemeriksaan penting,
karena pertumbuhan linier merupakan marker untuk tumbuh
kembang dan juga malnutrisi jangka panjang. Pengukuran panjang
badan bayi dan anak-anak sampai usia 24 bulan dilakukan pada
81
Terapi: (6)
a. Bila anak sadar dan dapat minum
Bolus 50 ml larutan glukosa 10% atau sukrosa 10%
(1 sendok teh penuh gula dengan 50 ml air), baik
per oral maupun dengan pipa nasogastric.
Kemudian mulai pemberian F75 setiap 2 jam, untuk
2 jam pertama berikan ¼ dari dosis makanan setiap
30 menit.
Antibiotic spectrum luas.
Pemberian makan per 2 jam, siang dan malam.
b. Bila anak tidak sadar
Glukosa 10% intravena (5mg/ml), diikuti dengan 50
ml glukosa 10% atau sukrosa lewat pipa
nasogastric. Kemudian mulai pemberian F75 setiap
2 jam, untuk 2 jam pertama berikan ¼ dari dosis
makanan setiap 30 menit.
Antibiotic spectrum luas.
Pemberian makanan per 2 jam, siang dan malam.
Monitor : (7)
a. Kadar gula darah setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan kadar
gula darah (menggunakan darah dari jari atau tumit).
Selama terapi, umumnya anak stabil dalam 30 menit. Bila
gula darah masih rendah ulangi pemberian 50 ml bolus
glukosa 10% atau larutan sukrosa, kemudian lanjutkan
pemberian makan F-75 setiap 2 jam hingga anak stabil.
b. Suhu rektal jika turun hingga < 35,5oC, ulang pengukuran
kadar gula darah.
c. Tingkat kesadaran bila belum pulih, ulang pengukuran
kadar gula darah sambil mencari penyebabnya.
Pencegahan : (7)
87
Pencegahan : (7)
a. Berikan makanan setiap 2 jam, langsung dimulai pemberian
makan.
b. Selalu berikan makanan (F75 atau F100), baik siang
maupun malam hari.
c. Tetap tutupi anak dan hindari paparan langsung dengan
udara (contoh mandi, pemeriksaan fisik yang terlalu lama).
88
DAFTAR PUSTAKA
2. Ismael, S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
3. Marcdante K, et. al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi Update
Keenam. Singapore: Elsevier; 2018.
4. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
5. Windiastuti, Endang. Dkk. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. Edisi
Revisi. Jakata : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Gedung IDAI.
2018
6. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC ; 2017
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis Tatalaksana dan Pencegahan
Obesitas Pada Anak dan Remaja. Jakarta : IDAI ; 2014
8. Kementrian Kesehatan Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi,
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Kementrian Kesehatan RI.
2016
9. Arisman, M. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta ; 2009
10. WHO. WHO Child Growth Standards. Geneva. WHO; 2006
11. CDC. CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.
US. CDC; 2002
12. PERMENKES RI. Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita.
Jakarta. KEMENKES RI; 2010