SKENARIO 3
FIELD PRACTICE
SKENARIO 1
SKENARIO 2
SKENARIO 3
SKENARIO 4
SKENARIO 5
Saat ini pasien merasa cemas karena jauh dengan orang tuanya dan jarang
berkomunikasi. Selama ini pasien merasa sedang tertekan dalam hidupnya dan
jika memiliki masalah jarang bercerita dengan orang lain.
3
SKENARIO 6
MIND MAP
4
STEP 5
STEP 7
b. Penyalahgunaan Obat
1. NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan
fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
2. NARKOBA
NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan
berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media
massa dan aparat penegak hukum yang sebetulnya mempunyai
makna yang sama dengan NAPZA Ada juga menggunakan istilah
Madat untuk NAPZA Tetapi istilah Madat tidak disarankan karena
hanya berkaitan dengan satu jenis Narkotika saja, yaitu turunan
opium.
a) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
b) Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
10
1. OPIOIDA
a) Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
1) Opioida alamiah (opiat): morfin, opium, kodein
2) Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin
3) Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon
2. HEROIN
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin
yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari cairan
getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan
proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai
kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang mempunyai
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opiat atau opioid biasanya
digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat
(analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, kodein dan lain-lain.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa
ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf
kecanduan si pemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak
mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk
dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah
musuh. Mulai sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita
kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan pencurian
atau tindak kriminal lainnya.
3. KOKAIN
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan
free base. Kokain berupa kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih
mudah larut dari free base. Free base tidak berwarna/putih, tidak
berbau dan rasanya pahit. Biasanya dalam bentuk bubuk putih. Cara
pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa
bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang
mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot deperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama
tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu
13
p) Putus sekolah
q) Kurang menghayati iman kepercayaannya
2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga
dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman
sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang
tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a) Lingkungan Keluarga
1) Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
2) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam
keluarga
3) Orang tua bercerai,berselingkuh atau nikah lagi
4) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
5) Orang tua otoriter atau serba melarang
6) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
7) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
8) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah
NAPZA
9) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang
konsisten)
10) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah
dalam keluarga
11) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi
penyalahgunaan NAPZA
b) Lingkungan Sekolah
1) Sekolah yang kurang disiplin
2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual
NAPZA
3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
4) Adanya murid pengguna NAPZA
c) Lingkungan Teman Sebaya
18
c. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual yaitu perilaku seksual yang tidak sesuai
dengan norma. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah dengan menggunakan objek seks yang tidak wajar.
Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual(4)
Perilaku menyimpang seksual dibagi ke dalam beberapa bentuk
perilaku sebagai berikut: 1) Sadisme; 2) Masochisme; 3)
19
d. Kekerasan Remaja
Definisi
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 kekerasan
terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan
hukum. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak. Perlindungan khusus tersebut
berupa perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan
kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh
kembangnya.(5)
Beberapa kondisi anak yang memerlukan perlindungan khusus
yaitu; anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan
hukum, anak dan kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang
dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya, menjadi korban pornografi, anak dengan HIV/AIDS.
Kondisi Iainnya anak yang menjadi korban penculikan, penjualan,
22
perkembangan otak dan merusak lainnya bagian dari sistem saraf, dengan
konsekuensi seumur hidup.
Kekerasan juga mungkin memiliki masalah sosial dan
konsekuensi ekonomi bagi individu dan masyarakat, termasuk penurunan
kinerja sekolah dan jangka panjang biaya ekonomi.(6)
dengan remaja perempuan. dari hasil penelitian ini juga diketahui adanya
keterkaitan hubungan diantara keempat perilaku berisiko pada remaja.
3. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
a. Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan
membantunya agar dapat mengambil keputusan dengan mantap
tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi masalah
tersebut.
b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan
sumber daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu
remaja agar mampu:
c. Mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental
lainnya.
d. Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang
mungkin terjadi pada dirinya.
e. Mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi
masalah.
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan
optimisme bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup
sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang
merugikan bagi kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat
merupakan adaptasi dari life skills education (LSE). Sedangkan life
skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial
seseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam
kehidupan sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai
31
dari lingkungan sekolah yang diberikan oleh guru maupun tata tertib
yang ada di sekolah.
Bentuk dukungan teman sebaya dalam perilaku pencegahan seks
pranikah pada remaja yaitu melalui nasihat salah satu teman sebaya
menyatakan bahwa dukungan yang diberikan yaitu melalui contoh
kejadian teman-teman yang melakukan perilaku seks pranikah teman
sebaya saling mengingatkan dan memberikan nasihat satu sama lain
hal ini juga disampaikan oleh remaja bahwa bentuk dukungan yang
diberikan teman sebaya yaitu dengan saling menasehati satu sama lain
melalui beberapa kejadian tentang seks pranikah yang terjadi di
lingkungan sekitar tempat tinggal maupun dari berita media sosial.
Selanjutnya bentuk dukungan yang diberikan teman sebaya
kepada remaja yaitu saling mengingatkan dalam berperilaku dan
memilih teman salah satu teman sebaya menjelaskan bahwa dukungan
sosial yang diberikan dengan saling mengingatkan untuk tidak
berpacaran yang melebihi batas lebih berhati-hati dalam pergaulan
serta harus pandai dalam memilih teman yang baik teman sebaya tidak
ingin jika temannya salah dalam memilih pergaulan hal ini juga
disampaikan oleh remaja bahwa dirinya bersama temannya selalu
saling memberikan dukungan dengan mengingatkan agar tidak
terjerumus ke pergaulan yang salah seperti perilaku seks pranikah.
Orang tua memegang peranan penting dalam memberikan
pengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja Hal ini karena peranan
orangtua merupakan titik awal proses identifikasi diri bagi remaja
Oleh karena itu dukungan sosial yang berikan kepada orang tua ke
remaja sangat diperlukan dalam menentukan perilaku remaja. Bentuk
dukungan yang diberikan orang tua kepada remaja yaitu dengan
mengarahkan anak tentang masalah seks pranikah dan selalu
mengingatkan agar tidak salah pergaulan serta mengajarkan ibadah
dan memberikan nasihat untuk tekun beribadah hal ini merupakan
suatu upaya orangtua dalam pencegahan seks pranikah bagi anak-
anak.
35
1. Pemerintah
Dalam hal ini memang seharusnya pemerintah harus berperan
aktif dalam pencegahan kekerasan seksual. Pemerintah membuat
kebijakan yang memberikan perlindungan dan jaminan rehabilitasi
terhadap korban (dan pelaku), pemerintah saat ini sudah mempunyai
undang-undang tentang perlidungan perempuan dan anak yaitu: UU
No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No. 23
Tahun 2004 tentang Pengapusan KDRT, dan UU No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2. Masyarakat
Peran serta masyarakat Jombang dalam upaya pencegahan
perilaku penyimpangan seksual sangat aktif dan produktif ini terbukti
dengan adanya dua lembaga masyarakat yang berperan dalam
mengawal dan memberikan pendampingan terhadap korban dari
perilaku penyimpangan seksual berupa kekerasan seksual, yaitu
Wowan Crisis Center (WCC) dan lembaga perempuan dan anak
(LPPA). Kedua lembaga ini sudah melakukan banyak sekali kegiatan
dalam upaya pencegahan perilaku penyimpangan seksual yaitu dengan
melakukan edukasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang
dikategorikan sebagai penyimpangan seksual seperti halnya kekerasan
seksual dalam rumah tangga, bagaimana cara memberikan pendidikan
seks sejak dini kepada anak-anak disamping melakukan edukasi
mereka juga melakukan pendampingan dan bimbingan kepada
masyarakat.
3. Media
Media adalah alat pembelajaran bagi masyarakat yang sangat
penting dan dan berperan vital pada saat ini. Media juga sebagai salah
satu pembentuk opini public dalam setiap hal. Mulai dari pemberitaan
kasus-kasus seksual yang pada intinya cenderung mengeksploitasi
peristiwa kekerasan seksual dan korbannya, dengan kata lain dalam
hal ini media juga ikut bertanggung-jawab membentuk citra
perempuan sebagai obyek seksual melalui stereotipe dalam
38
DAFTAR PUSTAKA