Anda di halaman 1dari 43

1

SKENARIO 3

FIELD PRACTICE

SKENARIO 1

Seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun datang ke poli umum dengan


ibunya karena demam kemudian dokter melakukan wawancara dengan
menanyakan riwayat penyakit biopsikososial, dari hasil wawancara didapatkan
remaja tidak pernah bermasalah dengan lingkungannya, orang tuanya menerapkan
pola asuh authoritarian dikarenakan dia hanyalah anak satu-satunya. Dilingkungan
sekolah, ia tidak bermasalah hanya saja ajakan teman-teman untuk menggunakan
obat-obatan pernah ia alami tetapi remaja tersebut menolak, ia tidak merokok,
tidak pernah melakukan seks bebas. Remaja tersebut juga tidak mengkonsumsi
obat-obatan terlarang maupun alkohol. Remaja ini aktif dalam komunitas sosial
dan kegiatan ekstrakulikuler.

SKENARIO 2

Seorang remaja laki-laki berusia 19 tahun datang ke puskesmas


kalitanjung kota cirebon dengan keluhan sakit tenggorokan. Ia khawatir
penyakitnya disebabkan oleh rasa cape yang ia rasakan saat kegiatan sekolahnya.
Setelah dari poli umum, ia meminta untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai
kegiatan sehari-harinya.

SKENARIO 3

Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke puskesmas jagasatru untuk


mendapatkan pelayanan posyandu remaja dan ingin berkonsultasi mengenai
perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada remaja berdasarkan
biopsikososial. Setelah melakukan anamnesis, dari segi aspek psikologis remaja
tersebut tergolong tipe remaja yang pendiam, santai dan selalu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Namun, perempuan tersebut mengaku tidak percaya diri
dikarenakan berat badannya melebihi batas normal. Kemudian tenaga kesehatan
segera melakukan edukasi terkait keluhannya tersebut.
2

SKENARIO 4

Seorang perempuan berusia 15 tahun anak ke-2 dari 4 bersaudara. Dia


mengalami sexual pranikah sehingga hamil dengan usia kehamilah saat ini 6
bulan. Dia memiliki permasalahan-permasalahan yang mendasari daktor
terjadinya hal tersebut. Dari permasalahan keluarga, ekonimi, pertemanan,
permasalahan keluarga yang dialaminya bahwa ia dari kecil sering melihat orang
tuanya bertengkar sampai bapaknya melakukan kekerasan fisik. Ini didasari
karena ekonomi yang rendah, bapaknya yang tidak bekerja dan bergantung
keuangan pada istrinya. Karena permasalah tersebut dia di sekolah selalu
dikucilkan dan tidak memiliki teman sehingga terkadang ia tidak mau sekolah.

Perempuan ini kebih dekat dengan kakeknya dibandingkan dengan


orangtuanya, sampai suatu saat ketika kakeknya meninggal itu membuat dirinya
depresi sehingga berpikir ingin bunuh diri tapi tidak pernah mencoba
melakukannya karena ingin melindungi dan menjaga adik-adiknya. Dia juga
sering mengalami kekerasan fisik dari ibu dan bapaknya walaupun mereka telah
bercerai. Dia sering ditolong oleh salah satu keluarga yang dekat dengan
rumahnya, dari situlah dia mengenal seorang pria yang lebih dewasa darinya dan
sangat perhatian terhadap nya sehingga dia melakukan hubungan sexual pranikah
dengan pria tersebut atas dasar suka sama suka dan sampai akhirnya hamil.

SKENARIO 5

Seorang mahasiswakedokteran melakukan tugas wawancara di puskesmas


kepada seorang remaja. Dari hasil wawancara didapatkan remaja perempuan 16
tahun, SMA kelas 1. Pasien mengaku memiliki 4 teman di sekolah tapi akhir-akhir
ini dijauhi karena menolak ajakan teman-temannya untuk minum-minuman dan
mengkonsumsi obat-obatan. Pasien mengeluh teman sekitarnya tidak baik. Selain
itu pasien mengaku pernah pacaran1 kali, namun tidak pernah melakukan
hubungan seksual atau berciuman.

Saat ini pasien merasa cemas karena jauh dengan orang tuanya dan jarang
berkomunikasi. Selama ini pasien merasa sedang tertekan dalam hidupnya dan
jika memiliki masalah jarang bercerita dengan orang lain.
3

SKENARIO 6

Seorang anak laki2 remaja berusia 19 tahun, anak ke 4 dari 4 bersaudara,


belum menikah, dan sudah tidak bersekolah. Remaja tersebut saat ini berprofesi
sebagai mitra ojek online dan tinggal bersama orangtua dan kakaknya yg belum
menikah. Remaja tersebut mengaku enjoy menjalani pekerjaannya sebagai mitra
ojek online karena dapat banyak berkenalan dengan teman-teman baru, Remaja
tersebut mempunyai hobby bermain games online dan bisa menghabiskan waktu 6
jam dalam sehari namun ia sudah jarang bermain dengan teman sebayanya yg
berada Dilingkungan rumah karena kesibukannya dengan perkerjaan. Hubungan
dengan keluarga dan teman-temannya sangat baik, tidak pernah merasakan dibully
walaupun sudah tidak bersekolah dan bekerja sejak SMP. Remaja ini sudah
merokok dari usia 17 tahun dan pernah mengonsumsi alkohol karena rasa
penasaran dan mengikuti teman2nya namun sudah berhenti. Ia juga mengaku
belum pernah berhubungan seksual dan sering mengikuti penyuluhan yg
diselenggarakan Puskesmas kejaksan 1 bulan sekali.

MIND MAP
4

STEP 5

1. Perilaku beresiko paada remaja dan hubungannya dengan resiko kesehatan


pada remaja :
a) Aktif secara sexual / kehamilan pada remaja
b) Penyalahgunaan obat
c) Penyimpangan sexual
d) Kekerasan
2. Pengelolaan perilaku beresiko pada remaja
STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7

1. Perilaku beresiko pada remaja dan hubungannya dengan risiko kesehatan


pada remaja.
a. Aktif secara seksual/ kehamilan pada remaja
1. Kehamilan pada remaja(1)
Seks pranikah banyak terjadi di kalangan pelaku pacaran.Inilah
yang mengakibatkan pengharaman terhadap prilaku pacaran. Para
pelaku salah dalam menempatkan pengertian antara seks dan pacaran,
sehingga cenderung menjurus ke arah pelaksanaan hubungan seksual
yang semakin bebas.
Seks bebas pada awalnya bisa terjadi karena seseorang
mengalami pemaksaan atau perkosaan. Namun, karena tidak adanya
penanganan dan penyikapan yang tepat, akhirnya ia memilih
melakukan seks bebas dalam kehidupannya. Begitulah beberapa hal
yang bisa menjadi pintu masuk bagi terjadinya seks bebas pranikah.
Akibat negatif yang bakal ditanggung jika terus-terusan melakukan
seks bebas adalah penularan penyakit seksual, kehamilan tidak
diinginkan, aborsi, tekanan psikologis, dan pernikahan secara dadakan
atau married by accidenct atau MBA.
5

Pernikahan secara dadakan atau married by accidenct sering


terjadi pada remaja usia kurang dari 20 tahun maka banyak risiko yang
kemungkinan terjadi antara lain : secara fisik seperti anemia,
keguguran, pre-eklamsia, persalinan operatif, perdarahan pasca
partum, mudah terjadi infeksi. Risiko pada bayi yang di lahirkan
prematur dan BBLR. Adapun resiko secara psikologis adalah stress,
depresi berat, berhenti untuk tidak meneruskan pendidikannya,
penganiayaan terhadap bayinya, merasa terasing karena lingkungan
dan teman-teman menjauh. (1)
Pada akhirnya, masalah kehamilan remaja mempengaruhi diri
remaja itu sendiri. Remaja dengan kehamilan tidak diinginkan
merupakan masalah yang menyababkan stres. Sumber stress utama aib
karena hamil tanpa menikah, merasa berdosa karena menggugurkan,
berpacu pada waktu karena hamil makin besar. Ia akan merasa
semakin tertekan karena takut menyampaikan pada orang tua, tersisih
dari keluarga karena hamil, dianggap abnormal dalam pergaulan.
Remaja yang hamil akan mengalami stres. Stres yang berlebihan
menimbulkan hiperemesis gravidarum (mual muntah yang
berlebihan), terjadi kenaikan tekanan darah atau keracunan kehamilan
yang disebut pre-eklampsia atau berlanjut menjadi eklampsia dan
dapat mengancam jiwa dan meningkatkan angka kematian ibu.
kehidupan sosialnya pun remaja akan gagal menikmati masa
remajanya dan akan menerima sikap ungkapan yang negative karena
dianggap memalukan, yang dapat menimbulkan sikap penolakan
remaja terhadap bayi yang dikandungnya. Kehamilan remaja juga
dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial seperti putus
sekolah, rasa rendah diri dan kawin muda.(1)

2. Hamil di Bawah Umur


Pada saat ini banyak sekali menemui kejadian atau kasus
kehamilan pada remaja putri,bahkan kasus tersebut paling banyak
dialami pada saat para remaja putri belum menikah alias hamil di luar
nikah. Padahal, kehamilan di usia muda memiliki resiko yang tinggi ,
6

tidak hanya merusak masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi


juga sangat berbahaya untuk kesehatannya.
Kehamilan di bawah umur memuat risiko yang tidak kalah
berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang.
Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat
dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si
ibu mengandung bayinya.(2)
Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam kehamilan di usia
muda (Di bawah 20 tahun) :(2)
1. Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk perempuan dengan
umur dibawah 20 tahun belum siap untuk berhubungan seks atau
mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami
tekanan darah tinggi. Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada
tahap-tahap awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang,
perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya.

2. Kondisi sel telur pada perempuan dibawah 20 tahun , belum begitu


sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami
cacat fisik.

3. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena


semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks,
maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus.
4. Kurangnya perawatan kehamilan
Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika tidak
memiliki dukungan dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak
mendapatkan perawatan kehamilan yang memadai. Kehamilannya
menjadi genting, terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan.
5. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.
misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran
yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya
7

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya


dapat menimbulkan kemandulan
6. Tekanan darah tinggi
Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena
tekanan darah tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang
berusia 20-30 tahun. Kondisi tersebut disebut dengan pregnancy-
induced hypertension. Remaja perempuan yang hamil juga
memiliki risiko lebih tinggi terkena preeklamsia.(2)
7. Kelahiran prematur
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan,
berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil
kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat
bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil.
Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan
(genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan
minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat
dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda
biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
8. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia
muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
8

janin dan plasenta, lama kelamaan seorang yang kehilangan sel


darah merah akan menjadi anemis.
9. Depresi postpartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami
depresi postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan
bayi. Remaja perempuan yang merasa down dan sedih, baik saat
hamil atau setelah melahirkan, harus berbicara secara terbuka
dengan dokter atau orang lain yang mereka percaya. Depresi dapat
mengganggu merawat bayi yang baru lahir.(2)
10. Merasa sendirian dan terkucilkan
Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang
tuanya bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi, dan merasa
sendiri dapat menjadi masalah nyata.
11. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur
kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga
non profesional (dukun).
12. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot
rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga
disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim) kemudian proses pembekuan darah yang lambat
dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
13. Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai
alat.
9

14. Persalinan yang lama dan sulit.


Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah Kematian ibu.(2)

b. Penyalahgunaan Obat
1. NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan
fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
2. NARKOBA
NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan
berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media
massa dan aparat penegak hukum yang sebetulnya mempunyai
makna yang sama dengan NAPZA Ada juga menggunakan istilah
Madat untuk NAPZA Tetapi istilah Madat tidak disarankan karena
hanya berkaitan dengan satu jenis Narkotika saja, yaitu turunan
opium.
a) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi
serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
b) Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
10

terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta


mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan
(Contoh : morfin, petidin).(3)
c) Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein)
3. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
a) Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD)
b) Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan
ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat
atau ritalin)
c) Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).

d) Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat


pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
11

mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,


bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).(3)
4. ZAT ADIKTIF LAIN
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi:
a) Minuman berakohol, mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika
atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam
tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
1) Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
2) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis
minuman anggur)
3) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca,
TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner,
penghapus cat kuku, bensin.
c) Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin
sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA
di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena
rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NAPZA lain yang lebih berbahaya.(3)

Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di


masyarakat serta akibat pemakaiannya :
12

1. OPIOIDA
a) Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
1) Opioida alamiah (opiat): morfin, opium, kodein
2) Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin
3) Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon
2. HEROIN
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin
yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari cairan
getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan
proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai
kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang mempunyai
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opiat atau opioid biasanya
digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat
(analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, kodein dan lain-lain.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa
ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf
kecanduan si pemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak
mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk
dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah
musuh. Mulai sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita
kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan pencurian
atau tindak kriminal lainnya.
3. KOKAIN
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan
free base. Kokain berupa kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih
mudah larut dari free base. Free base tidak berwarna/putih, tidak
berbau dan rasanya pahit. Biasanya dalam bentuk bubuk putih. Cara
pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa
bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang
mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot deperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama
tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu
13

proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer


disebut freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko
kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa
dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar,
kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.(3)
4. KANABIS
Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica.
Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro
kanabinol,kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya adalah
dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai rokok atau dengan
menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,si
pemakai : cenderung merasa lebih santai,rasa gembira berlebih
(euforia), sering berfantasi. Aktif berkomonikasi,selera makan
tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan.
5. AMPHETAMINES
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan
keabuan,digunakan dengan cara dihirup. Sedangkan yang
berbentuk tablet biasanya diminum dengan air. Ada dua jenis
amfetamin :
a) MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar
tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc,
fantacy pils, inex, cece, cein. Terdiri dari berbagai macam jenis
antara lain : white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas
dalam bentuk pil atau kapsul .
b) Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-
shabu. SS, ice, crystal, crank. Cara penggunaan : dibakar dengan
menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap, atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus
(bong).
6. LSD (Lysergic acid)
14

Termasuk dalam golongan halusinogen. Bentuk yang bisa


didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat
perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang
berbentuk pil, kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan
LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak
pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa disebut
tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap
tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung
menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia
rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat
indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat
paranoid.(3)
7. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat
tidur). Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral, atau
intravena.
8. SOLVENT / INHALANSIA
Uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya : Aerosol,
aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap
bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah
umur golongan kurang mampu/ anak jalanan. Efek yang
ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan,
mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
9. ALKOHOL
Alkohol merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering
digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula,
sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi diperoleh
alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses
penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih
tinggi bahkan mencapai 100%. Konsentrasi maksimum alkohol
dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi,
etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh.
15

Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang


akan menjadi euforia, mamun sering dengan penurunannya pula
orang menjadi depresi.(3)
TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA.
a) Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA
yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain
berlanjut pada tahap lebih berat.
b) Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu
pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat
rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap
ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat
c) Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada
saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan,
kekecewaaqn, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan
perasaan-perasaan tersebut.
d) Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola
penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang
ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau
menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus
menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan
menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai
oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan
baik,perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan
terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau
kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.
e) Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan
gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi
dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih berat
(ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian
tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan
16

masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga


dan masyarakat.(3)
Faktor risiko penyalahgunaan obat:(3)
1. Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai
atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang
mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang
pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan
NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai
risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri
tersebut antara lain :
a) Cenderung membrontak dan menolak otoritas
b) Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
depresi,cemas, psikotik, keperibadian dissosial.
c) Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
d) Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem)
e) Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
f) Mudah murung,pemalu, pendiam
g) Mudah merasa bosan dan jenuh
h) Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
i) Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
j) Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai
lambang keperkasaan dan kehidupan modern.
k) Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
l) Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”
m)Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan
sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran
NAPZA dengan tegas
n) Kemampuan komunikasi rendah
o) Melarikan diri dari sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,
ketidak mampuan, kesepian dan kegetiran hidup, malu dan lain-
lain)
17

p) Putus sekolah
q) Kurang menghayati iman kepercayaannya
2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga
dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman
sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama faktor orang
tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahguna NAPZA antara lain adalah :
a) Lingkungan Keluarga
1) Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
2) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam
keluarga
3) Orang tua bercerai,berselingkuh atau nikah lagi
4) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
5) Orang tua otoriter atau serba melarang
6) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
7) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
8) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah
NAPZA
9) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang
konsisten)
10) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah
dalam keluarga
11) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi
penyalahgunaan NAPZA
b) Lingkungan Sekolah
1) Sekolah yang kurang disiplin
2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual
NAPZA
3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
4) Adanya murid pengguna NAPZA
c) Lingkungan Teman Sebaya
18

1) Berteman dengan penyalahguna


2) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
d) Lingkungan masyarakat/sosial
1) Lemahnya penegakan hukum
2) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1.Golongan Depresan (Downer) adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya
merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak
sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw,
kodein), sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti
cemas) dan lain-lain.
2.Golongan Stimulan (Upper) adalah jenis NAPZA yang dapat
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein,
Kokain.
3.Golongan Halusinogen adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis
(ganja), LSD, Mescalin.(3)

c. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual yaitu perilaku seksual yang tidak sesuai
dengan norma. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah dengan menggunakan objek seks yang tidak wajar.
Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual(4)
Perilaku menyimpang seksual dibagi ke dalam beberapa bentuk
perilaku sebagai berikut: 1) Sadisme; 2) Masochisme; 3)
19

Exhibitionisme; 4) Scoptophilia; 5) Voyeurisme; 6) Troilisme; 7)


Transvestisme; 8) Trans – Seksualisme; 9) Sexual oralisme; 10)
Sodomi; 11) Homoseksual/lesbian; 12) Pedophilia; 13) Betiality; 14)
Zoophilia; 15) Necrophilia; 16) Pornography; 17) scenity; 18)
Fetishisme; 19) Soliromantis; 20) My sophilya; 21) Onani/ Masturbasi
Berikut adalah penjelasan mengenai bentuk-bentuk penyimpangan
perilaku menyimpang seksual yang lebih difokuskan dalam penelitian
ini:
1) Scoptophilia/ atau Voyeurisme
Voyeurisme/ Soptophilia yaitu kecenderungan yang berulang atau
menetap untuk melihat (mengintip) orang yang sedang
berhubungan seksual dan berganti pakaian.
2) Zoophilia
Zoophilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan
melakukan hubungan seks.
3) Pornography
Pornography ialah pemuasan nafsu seksual yang dilakukan dengan
melihat gambar-gambar telanjang, membaca bacaan
porno,menonton film romantis yang menjurus pornografi, film
adeganadegan seksual erotik, dan sejenisnya.
4) Scenity
Scenity Ialah pemuasan nafsu seksual yang dilakukan dengan cara
mengeluarkan kata-kata kotor, humor seksual dan sejenisnya
5) Onani/Masturbasi
Onani merupakan kelainan perilaku seks yang biasanya dilakukan
oleh laki-laki yang merasa ingin memenuhi kebutuhan seksnya.
Dilakukan dengan cara mengeluarkan air mani oleh tangan.
Biasanya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi atau pada
waktu tidur. Sedangkan masturbasi memiliki pengertian yang sama
dengan onani, tapi dilakukan oleh perempuan.
6) Oral Seks
20

Sexual oralisme (oral sexual) ialah pemuasan nafsu seksual yang


dilakukan dengan memadukan alat seksual dengan mulut.
Penyimpangan seksual dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan sebabnya. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
1) Abnormalitas seks disebabkan oleh dorongan seksual yang
abnormal.
Contohnya yaitu Seduksi dan Perkosaan.Seduksi merupakan
bujukan dan godaan untuk mengajak partnernya bersetubuh, yang
sebenarnya melanggar norma susila atau melanggar hukum.
2) Abnormalitas seks disebabkan adanya partner seks yang
abnormal.
Contohnya adalah pornografi dan obscenity. Pornografi adalah
bacaan yang immoril; berisikan gambar-gambar dan tulisan yang
asusila, yang khusus dibuat untuk merangsang nafsu seks.
Sedangkan obsenity merupakan pola tingkah laku, gerak-gerik,
perkataan-perkataan, dan ekspansi lainnya yang bersifat erotis,
tidak sopan, berlangsung ditempat umum, jorok dan menjijikkan.
Faktor risiko Penyimpangan Seksual
Remaja dan anak-anak yang terjebak menjadi pelaku seks dipicu oleh
beberapa faktor:(4)
1) Pernah menjadi korban
Remaja yang pernah menjadi korban pelecehan seks atau
perkosaan cenderung menjadi pelaku aktivitas seks karena measa
kecanduan atau menikmati seks itu sendiri. Di sisi lain, juga
karena merasa “sudah basah tercebur sekalian”.
2) Lingkungan yang kurang baik
Anak yang dibesarkan dilingkungan di mana teman-temannya
menganggap berciuman antara lelaki dan perempuan adalah hal
biasa, termasuk berpegangan tangan, pelukan, atau bahkan yang
lebih jauh lagi adalah hal lumrah, akan menganggap semua
aktivitas yang mengarah ke perilaku seks itu biasa saja, dan
merasa wajar melakukannya juga. Keluarga adalah unit kesatuan
21

sosial terkecil yang mempunyai peranan sangat penting dalam


membina anggota-anggota keluarganya. Dari penjelasan tersebut
dapat diartikan bahwa apabila peran keluarga tidak berfungsi
maka pembinaan pada setiap anggota keluarga akan gagal.
3) Libido yang tidak terkontrol
Massa pra puber adalah masa di mana seorang anak menyadari
bahwa organ intimnya berbeda dengan lawan jenis, membuat
mereka mengalami lonjakan libido dibandingkan dengan masa
anak-anak. Sedikit saja melihat gambar atau tulisan mengenai
seks dan tidak dibentengi dengan moral, anak remaja dengan
libido tinggi bisa melakukan aktivitas seksual.(4)

d. Kekerasan Remaja
Definisi
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 kekerasan
terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan
hukum. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak. Perlindungan khusus tersebut
berupa perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan
kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh
kembangnya.(5)
Beberapa kondisi anak yang memerlukan perlindungan khusus
yaitu; anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan
hukum, anak dan kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang
dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya, menjadi korban pornografi, anak dengan HIV/AIDS.
Kondisi Iainnya anak yang menjadi korban penculikan, penjualan,
22

dan/atau perdagangan, korban kekerasan fisik dan/atau psikis,


kejahatan seksual. korban jaringan terorisme, penyandang disabilitas,
korban perlakuan salah dan penelantaran, anak dengan perilaku sosial
menyimpang, dan anak yang menjadi korban stigmatisasi dari
pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.(5)
Jenis kekerasan terhadap anak menurut Kantor Pusat Layanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang iuga
merupakan definisi dari the UN Convention on the Rights of the Child
and the World Report on Violence and Health, World Health
Organization, 2002 : (5)
1) Kekerasan Fisik: pukul, tampar, tendang, cubit, dsb.

2) Kekerasan Emosional: kekerasan berupa kata-kata yang menakut-


nakuti, mengancam, menghina, mencaci dan memaki dengan kasar
dan keras.

3) Kekerasan Seksual: pornografi, perkataan-perkataan porno,


tindakan tidak senonoh pelecehan organ seksual anak.

4) Pengabaian dan Penelantaran: segala bentuk kelalaian yang


melanggar hak anak dalam pemenuhan gizi dan pendidikan.

5) Kekerasan Ekonomi (Eksplontasi): mempekerjakan anak di bawah


umur dengan motif ekonomi, prostitusi anak.
Jenis Kekerasan menurut WHO: (5)
Sebagian besar kekerasan terhadap anak-anak melibatkan
setidaknya satu dari enam jenis kekerasan intra personal utama yang
cenderung terjadi pada tahap yang berbeda dalam perkembangan
anak.

1) Penganiayaan (termasuk hukuman yang kejam) melibatkan


kekerasan fisik, seksual dan psikologis/emosional dan pengabaian
terhadap bayi, anak-anak dan remaja oleh orang tua, pengasuh dan
23

figur otoritas lainnya, paling sering di rumah tetapi juga di


lingkungan seperti sekolah dan panti asuhan.

2) Penindasan/Bullying (termasuk cyber-bullying) adalah perilaku


agresif yang negatif yang dilakukan oleh anak lain atau kelompok
anak-anak yang bukan saudara kandung atau yang mempunyai
hubungan dengan korban. lni melibatkan gangguan fisik, psikologis
atau sosial yang berulang, dan sering terjadi di sekolah dan tempat-
tempat lain di mana anak-anak berkumpul, atau lewat media online.

3) Kekerasan Remaja terkonsentrasi dika langan anak-anak dan


dewasa muda berusia 10-29 tahun, terjadi paling sering  dalam
aturan perkenalan komunitas dengan anak baru (plonco), termasuk
bullying dan serangan fisik dengan atau tanpa senjata (seperti pisau
atau senjata tajam lainnya), dan mungkin melibatkan kekerasan
antar kelompok (geng).

4) Kekerasan pasangan intim (atau kekerasan dalam rumah tangga)


melibatkan kekerasan fisik, seksual dan emosional oleh pasangan
intim atau mantan  pasangan. Meskipun laki-laki juga bisa menjadi 
korban, kekerasan pasangan intim secara tidak proporsional lebih
mempengaruhi perempuan. Ini biasanya terjadi terhadap anak
perempuan  dalam pernikahan anak dan pernikahan dini/paksa, di
antara orang-orang yang terlibat hubungan dekat tetapi belum
menikah, kadang-kadang disebut "kekerasan dalam pacaran".

5) Kekerasan seksual meliputi hubungan seksual atau hubungan


seksual nonkonsensual (tindakan seksual yang tidak mellbatkan
kontak (seperti voyeurisme atau pelecehan seksual); tindakan
perdagangan seksual yang dilakukan terhadap seseorang yang tidak
dapat menyetujui atau menolak; dan eksploitasi melalui media
sosial.
24

6) Kekerasan emosional atau psikologis termasuk membatasi gerakan


anak, pencemaran nama baik, cemoohan, ancaman dan intimidasi,
diskriminasi, penolakan dan bentuk-bentuk non-fisik dari perlakuan
tidak bersahabat lainnya.(5)

Gambar Bentuk kekerasan yang dipilih sesuai dengan


usia yang paling mungkin terjadi.(6)

Faktor-fakor Penyebab Kekerasan terhadap Anak


a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational transmission
of violance) Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orangtuanya
dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan
kekerasan kepada anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan
diwarisi (transmitted) dari generasi ke generasi. Studi-studi
menunjukkan bahwa lebih kurang 30% anak-anak yang diperlakukan
dengan kekerasan menjadi orangtua yang bertindak keras kepada anak-
anaknya. Sementara itu, hanya 2 sampai 3 persen dari semua individu
menjadi orangtua yang memperlakukan kekerasan kepada anak-
anaknya. Anak-anak yang mengalami perlakuan salah dan kekerasan
25

mungkin menerima perilaku ini sebagai model perilaku mereka sendiri


sebagai orangtua. Tetapi, sebagian besar anak-anak yang diperlakukan
dengan kekerasan tidak menjadi orang dewasa yang memperlakukan
kekerasan kepada anak-anaknya. (6,7)
b. Stres Sosial (social stress)
Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan
risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial
ini mencakup: pengangguran (unemployment), penyakit (illness),
kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga
besar dari rata-rata (a larger than average family size), kelahiran bayi
baru (the presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di
rumah, dan kematian (the death) seorang anggota keluarga. Sebagian
besar kasus dilaporkan tentang tindakan kekerasan terhadap anak
berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Tindakan
kekerasan terhadap anak juga terjadi dalam keluarga kelas menengah
dan kaya, tetapi tindakan yang dilaporkan lebih banyak di antara
keluarga miskin karena beberapa alasan.(6)
c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat
Bawah Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit
sekali orangtua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi
masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan
teman atau kerabat.(6)
d. Struktur Keluarga
Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat untuk
melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak. Misalnya,
orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan
terhadap anak dibandingkan dengan orangtua utuh. Selain itu, keluarga-
keluarga di mana baik suami atau istri mendominasi di dalam membuat
keputusan penting, seperti: di mana bertempat tinggal, pekerjaan apa
yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan beberapa keputusan
lainnya, mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
26

dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama


bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut.(6)

Gambar Model sosial-ekologis untuk memahami kekerasan terhadap


anak-anak dan remaja.(6)

Dampak Kekerasan Pada Remaja


Semua bentuk pelecehan fisik, seksual dan emosional terhadap
anak perempuan dan anak laki-laki mungkin negatif serius fisik, mental
dan reproduksi jangka pendek dan jangka panjang konsekuensi
kesehatan. Ini termasuk fisik cedera, infeksi menular seksual, kecemasan,
depresi, ide bunuh diri, kehamilan yang tidak direncanakan dan beberapa
kasus meninggal. Bukti menunjukkan bahwa itu beracun stres yang
terkait dengan paparan kekerasan di masa kecil dapat mengganggu
27

perkembangan otak dan merusak lainnya bagian dari sistem saraf, dengan
konsekuensi seumur hidup.
Kekerasan juga mungkin memiliki masalah sosial dan
konsekuensi ekonomi bagi individu dan masyarakat, termasuk penurunan
kinerja sekolah dan jangka panjang biaya ekonomi.(6)

Gambar Dampak Kekerasan pada Kelompok Umur 18-24 Tahun


yang Mengalami Kekerasan sebelum usia 18 Tahun.(5)

2. Pengelolaan perilaku berisiko pada remaja


Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor-faktor yang
secara signifikan berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja di
Indonesia pada tahun 2007 adalah pengetahuan sikap,umur, jenis
kelamin, pendidikan, status ekonomi rumah tangga, akses terhadap media
informasi , komunikasi dengan orang tua dan keberadaan teman yang
berperilaku beresiko. variabel yang paling dominan berhubungan dengan
perilaku berisiko pada remaja adalah jenis kelamin remaja laki-laki
berpeluang 30 kali lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih besar untuk
minum alkohol, 20 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba dan 5
kali lebih besar untuk hubungan seksual pranikah jika dibandingkan
28

dengan remaja perempuan. dari hasil penelitian ini juga diketahui adanya
keterkaitan hubungan diantara keempat perilaku berisiko pada remaja.

Agar pemerintah dapat lebih banyak memberikan informasi


dasar Yang Tepat dan akurat mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan pencegahan perilaku berisiko termasuk di dalamnya adalah
memberikan informasi kepada remaja mengenai berbagai pengaruh sosial
dan psikologis yang berdampak buruk bagi kehidupan mereka akibat dari
perbuatan perilaku merokok minum alkohol, penyalahgunaan narkoba
dan hubungan seksual pranikah dengan cara antara lain mengadakan
berbagai kegiatan seminar dan olahraga seni atau ilmiah remaja.
Selain itu disarankan juga agar pemerintah atau sekolah atau
perguruan tinggi dapat memberikan informasi agar remaja lebih
mengembangkan kepercayaan diri termasuk didalamnya keterampilan
berkomunikasi sehingga dapat mempunyai kemampuan dalam hal
keterampilan hidup sehat dengan cara lebih banyak menciptakan
konselor konselor remaja dari kalangan mereka sendiri juga agar
menyampaikan informasi pendidikan kesehatan reproduksi dan
keterampilan hidup sehat melalui media massa terutama televisi dengan
acara yang akrab diminati oleh remaja.(8)
Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model
pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera
remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan
pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini
merupakan terjemahan dari istilah adolescent friendly health services
(AFHS), yang sebelumnya dikenal dengan youth friendly health services
(YFHS).
Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya, lebih
intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja.
Memberi layanan pada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah
satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal
bagi remaja kita. Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di
29

puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya di mana


remaja berkumpul.

Jenis kegiatan dalam PKPR


1. Pemberian informasi dan edukasi.(8)
a. Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara
perorangan atau berkelompok.
b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari
sekolah, atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan
materi dari (atau sepengetahuan) puskesmas.
c. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group
discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan
alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan
telepon/hotline, SMS).
d. Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang
lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran
(remaja, orangtua, guru) dan mudah dimengerti. Khusus untuk
remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu
bersikap santai.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan
rujukannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung
ke puskesmas adalah:

a. Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani


dengan mengacu pada prosedur tetap penanganan penyakit
tersebut.
b. Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi,
kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam menghadapi remaja
yangdatang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial
atau yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk
kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila
diperlukan.
30

c. Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas -


loket atau petugas laboratorium, seperti halnya petugas khusus
PKPR juga harus menjaga kerahasiaan remaja tersebut, dan
memenuhi kriteria peduli remaja.
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan
mencatat hasil rujukan kasus per kasus.

3. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
a. Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan
membantunya agar dapat mengambil keputusan dengan mantap
tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi masalah
tersebut.
b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan
sumber daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu
remaja agar mampu:
c. Mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental
lainnya.
d. Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang
mungkin terjadi pada dirinya.
e. Mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi
masalah.
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan
optimisme bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup
sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang
merugikan bagi kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat
merupakan adaptasi dari life skills education (LSE). Sedangkan life
skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial
seseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam
kehidupan sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai
31

peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas,


yaitu: kesehatan fisis, mental, dan sosial.(8)

Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan,


yaitu:
1. Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan
konstruktif dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan
hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa
depan menjadi suram.
2. Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya
keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan
ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah. Berpikir kreatif terealisasi karena adanya
kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan
mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan
diambil. Meski tak menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif
akan membantu remaja merespons secara fleksibel segala situasi
dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan
pengalaman secara objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan
menilai faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya:
tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan
dirinya baik secara verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan
antara budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan keinginan,
pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan
32

mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan


bilamana mereka membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang
lain, sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan,
meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk
mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka
dapat mempertahankan hubungan tersebut. Hubungan interpersonal
ini sangat penting untuk kesejahteraan mental remaja itu sendiri.
Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri
hubungan yang tidak sehat dengan cara yang
positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan
dan kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan
dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan
pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus
dihadapi. Kesadaran diri ini harus dimiliki untuk menciptakan
komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik,
serta mengembangkan empati terhadap orang lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan
baik, remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang
lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang
lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu
menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang
mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta
mengetahui bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku,
memudahkan menggali kemampuan merespons emosi dengan
benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena
33

luapan emosi kemarahan atau kesedihan dapat merugikan


kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
tubuh, membantu mengontrol stres, dan mengurangi sumber
penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar
atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana
bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak
terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang
serius.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut
sertakan remaja sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR.
Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja atau
konselor sebaya dan pendidik sebaya, beberapa keuntungan
diperoleh, yaitu kelompok ini berperan sebagai agen perubahan di
antara kelompok sebayanya agar berperilaku sehat. Lebih dari itu,
kelompok ini terlibat dan siap membantu dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Kader yang berminat, berbakat,
dan sering menjadi tempat curhat bagi teman yang
membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan
konseling.(9)
Pengelolaan perilaku berisiko pada remaja
Adanya dukungan sosial terhadap remaja juga menjadi faktor
yang mempengaruhi seorang individu dalam perilaku pencegahan seks
pranikah dukungan sosial menurut (Taylor 2012) yaitu informasi dari
orang yang dicintai dan diperdulikan dihormati dan dihargai serta
bagian dari hubungan dan kewajiban bersama . Dukungan sosial yang
diberikan untuk remaja dapat berasal dari lingkungan pertemanan
yang diberikan oleh teman sebaya lingkungan keluarga atau sekitar
tempat tinggal yang diberikan oleh orang tua serta dukungan sosial
34

dari lingkungan sekolah yang diberikan oleh guru maupun tata tertib
yang ada di sekolah.
Bentuk dukungan teman sebaya dalam perilaku pencegahan seks
pranikah pada remaja yaitu melalui nasihat salah satu teman sebaya
menyatakan bahwa dukungan yang diberikan yaitu melalui contoh
kejadian teman-teman yang melakukan perilaku seks pranikah teman
sebaya saling mengingatkan dan memberikan nasihat satu sama lain
hal ini juga disampaikan oleh remaja bahwa bentuk dukungan yang
diberikan teman sebaya yaitu dengan saling menasehati satu sama lain
melalui beberapa kejadian tentang seks pranikah yang terjadi di
lingkungan sekitar tempat tinggal maupun dari berita media sosial.
Selanjutnya bentuk dukungan yang diberikan teman sebaya
kepada remaja yaitu saling mengingatkan dalam berperilaku dan
memilih teman salah satu teman sebaya menjelaskan bahwa dukungan
sosial yang diberikan dengan saling mengingatkan untuk tidak
berpacaran yang melebihi batas lebih berhati-hati dalam pergaulan
serta harus pandai dalam memilih teman yang baik teman sebaya tidak
ingin jika temannya salah dalam memilih pergaulan hal ini juga
disampaikan oleh remaja bahwa dirinya bersama temannya selalu
saling memberikan dukungan dengan mengingatkan agar tidak
terjerumus ke pergaulan yang salah seperti perilaku seks pranikah.
Orang tua memegang peranan penting dalam memberikan
pengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja Hal ini karena peranan
orangtua merupakan titik awal proses identifikasi diri bagi remaja
Oleh karena itu dukungan sosial yang berikan kepada orang tua ke
remaja sangat diperlukan dalam menentukan perilaku remaja. Bentuk
dukungan yang diberikan orang tua kepada remaja yaitu dengan
mengarahkan anak tentang masalah seks pranikah dan selalu
mengingatkan agar tidak salah pergaulan serta mengajarkan ibadah
dan memberikan nasihat untuk tekun beribadah hal ini merupakan
suatu upaya orangtua dalam pencegahan seks pranikah bagi anak-
anak.
35

Pada lingkungan sekolah remaja mendapatkan dukungan dalam


perilaku pencegahan seks pranikah melalui pelajaran sekolah
ekstrakurikuler maupun tata tertib yang ada di sekolah sekolah
merupakan tempat di mana remaja atau siswa menghabiskan waktu
lebih banyak selain di rumah sehingga guru berperan sebagai orang
tua bagi siswa jika remaja sudah berada di sekolah guru menjadi fitur
yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
terutama pendidikan yang berkaitan tentang Kesehatan Reproduksi
adanya interaksi guru dan siswanya dapat mempengaruhi siswa dalam
perilaku pencegahan seks pranikah selain bentuk dukungan yang
mendukung adanya perilaku pencegahan seks pranikah di atas dapat
pula dukungan lain dari sekolah berupa razia HP.
Pendidikan seks di sekolah telah dilakukan melalui kegiatan
belajar mengajar Pendidikan seks sama dengan sosialisasi aktivitas
seks dan identitas sebenarnya apabila remaja mengetahui esensi dari
pendidikan seks yang meliputi tentang pengetahuan genital
pemahaman mengenai organ-organ tubuh yang boleh dilihat atau
tidak, Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi dan
batasan bergaul dengan teman lawan jenis serta Resiko yang mungkin
dapat terjadi jika melakukan seks pranikah maka remaja tidak akan
berani mencoba melakukan seks pranikah.(10)

Pengelolaan perilaku beresiko penyalahgunaan obat


Salah satu upaya yang bersifat strategis dalam penanggulangan
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika adalah upaya pencegahan.
Upaya pencegahan:
1. Pencegahan primer atau pencegahan Dini (primary prevention)
ditunjukkan kepada individu yang belum menyalahgunakan.
2. Pencegahan sekunder atau pencegahan kerawanan (secondary
prevention) ditunjukkan kepada mereka yang rawan masalah
penyalahgunaan narkoba.
36

3. Pencegahan tersier atau pencegahan kekambuhan (tertiary


prevention) ditunjukkan kepada mereka yang telah sembuh atau
terbebas mencegah kekambuhan.
Dalam menangani penyalahgunaan narkoba saat ini melibatkan
berbagai sektor antara lain : Rumah Sakit khususnya Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Panti rehabilitasi sosial narkotika (PRSN) Pesantren,
Lembaga Pemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat
yang bergerak dalam bidang penanggulangan masalah
penyalahgunaan narkoba. Penanganan penyalahgunaan narkoba:
1. Rumah Sakit (RSK, RSJ, RSU)
penanganan masalah media akut kronis dan medik dengan
komplikasi antara lain dengan detoksifikasi
2. Bagian atau Panti rehabilitasi
a) Penanganan perbaikan perilaku melalui berbagai
pendekatan non medis seperti
Sosial, agama, spiritual, therapeutic community dan
pendekatan alternatif lainnya
b) Bagian dari strategi preventif atau pencegahan dalam
mengurangi “demand”
c) Merupakan proses menuju kesembuhan dari
ketergantungan terhadap narkoba
resosialisasi penyalahgunaan narkoba ke dalam
lingkungan kehidupan normal dikeluarga dan
masyarakat.(11)

Pengelolaan perilaku beresiko penyimpangan seksual


Dalam upaya ini setidaknya ada lima pilar penting yang masing-
masing berperan aktif yaitu : pemerintah, masyarakat, media, keluarga
dan individu.
37

1. Pemerintah
Dalam hal ini memang seharusnya pemerintah harus berperan
aktif dalam pencegahan kekerasan seksual. Pemerintah membuat
kebijakan yang memberikan perlindungan dan jaminan rehabilitasi
terhadap korban (dan pelaku), pemerintah saat ini sudah mempunyai
undang-undang tentang perlidungan perempuan dan anak yaitu: UU
No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No. 23
Tahun 2004 tentang Pengapusan KDRT, dan UU No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

2. Masyarakat
Peran serta masyarakat Jombang dalam upaya pencegahan
perilaku penyimpangan seksual sangat aktif dan produktif ini terbukti
dengan adanya dua lembaga masyarakat yang berperan dalam
mengawal dan memberikan pendampingan terhadap korban dari
perilaku penyimpangan seksual berupa kekerasan seksual, yaitu
Wowan Crisis Center (WCC) dan lembaga perempuan dan anak
(LPPA). Kedua lembaga ini sudah melakukan banyak sekali kegiatan
dalam upaya pencegahan perilaku penyimpangan seksual yaitu dengan
melakukan edukasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang
dikategorikan sebagai penyimpangan seksual seperti halnya kekerasan
seksual dalam rumah tangga, bagaimana cara memberikan pendidikan
seks sejak dini kepada anak-anak disamping melakukan edukasi
mereka juga melakukan pendampingan dan bimbingan kepada
masyarakat.
3. Media
Media adalah alat pembelajaran bagi masyarakat yang sangat
penting dan dan berperan vital pada saat ini. Media juga sebagai salah
satu pembentuk opini public dalam setiap hal. Mulai dari pemberitaan
kasus-kasus seksual yang pada intinya cenderung mengeksploitasi
peristiwa kekerasan seksual dan korbannya, dengan kata lain dalam
hal ini media juga ikut bertanggung-jawab membentuk citra
perempuan sebagai obyek seksual melalui stereotipe dalam
38

penyiarannya. Satu hal yang harus menjadi catatan kita bersama


bahwa perilaku penyimpangan seksual adalah sebuah perilaku keliru
yang harus dibenarkan. Tidak ada alasan apapun untuk membiarkan
tindakan tersebut terjadi apalagi mencari pembenaran dengan
menyalahkan korban. Oleh karena itu, salah satu langkah awal
yang perlu dilakukan oleh masyarakat secara umum adalah
menghentikan stigma dan stereotipe terhadap korban. Blame the
perpetrator, not the victim! Selain itu, mulai juga untuk berani
bertindak jika ada orang terdekat kita yang melakukan
salah satu bentuk perilaku penyimpangan seksual setidaknya dengan
memberikan teguran.
4. Keluarga
Peran orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan untuk memberikan
pendidikan seksual kepada anak, misalnya pengenalan tubuh sejak
usia dini.Kemudian, banyak orang tua yang khawatir bagaimana
melindungi supaya anaknya terhindar dari kejahatan seksual
setidaknya hal-hal berikut ini yang harus dilakukan:
a. Tumbuhkan keberanian pada anak
Ajarkan kepada anak anda jika dia diperlakukan tidak baik sama
seseorang, dia harus berani menolak. Dia harus berani melaporkan
ancaman tindakan kekerasan kepada orang yang dapat melindunginya,
seperti orang tua, petugas keamanan, guru di sekolah, dll. Ajarkan
anak-anak jangan takut jika diancam seseorang atau diiming-imingi
imbalan tertentu.
b. Memberikan pakaian yang tidak terlalu terbuka
Untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan terjadi pada
anak kita. Tidak ada salahnya anda memberikan pakaian yang sopan
dan tertutup. Karena bisa jadi pakaian yang terbuka akan semakin
menarik perhatian para pelaku kejahatan seksual pada anak.
39

c. Memperkenalkan fungsi organ intim


Hal yang tidak kalah penting adalah, memberikan pengertian
mengenai organ intim. Berikan pengertian bahwa organ intim adalah
privasi yang tidak boleh orang lain mengetahuinya. Ajarkan pula
mengenai hak privasi yang harus dimiliki oleh anak-anak
d. Mengajarkan nilai-nilai agama
Nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan untuk menumbuhkan
semangat tanggung jawab pada pribadi anak. Banyak hal positif yang
dapat diambil dari mengajarkan nilai-nilai keagamaan. Seperti
keadilan, kejujuran, kedisiplinan, respect terhadap kebaikan dan
berani menolak kejelekan.
5. Jalin komunikasi dengan anak
Jalin hubungan komunikasi senyaman mungkin dengan anak.
Orang tua adalah tempat pengaduan segala keluh kesah anak. Minta
anak supaya terbuka mengenai segala aktivitas yang telah dikerjakan.
Jadilah orang tua yang siap menjadi tempat curahan hati bagi anak.
6. Individu
Setiap individu mempunyai tanggung jawab atas perbuatannya
sendiri baik dalam tatanan sosial, hukum dan agama tanpa terkecuali
maslah perilaku penyimpangan seksual. Setiap individu pada akhirnya
sangat membutuhkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan
Seksualitas oleh sebab itu dia harus mendapatkan pengetahuan yang
komprehensif tentang tubuh dan otonominya sebagai manusia. Dari
titik ini, jika seorang anak mendapatkan pengetahuan ini
maka dia tahu bahwa tidak seorangpun, bahkan negara dapat
mengontrol atau menyerang tubuhnya. Pengetahuan tersebut akan
menjadi bekal bagi mereka saat mengambil keputusan terkait dengan
tubuhnya (dan tubuh orang lain).(12)

Pengelolaan perilaku beresiko kekerasan


Program pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap
anak dan sektor kesehatan, terpadu dalam program penanggulangan
40

kekerasan terhadap perempuan dan anak (Ktp/A).program ini berperan


dalam menyediakan :
a) Puskesmas mampu tatalaksana Ktp/A dengan target minimal 4
puskesmas pada setiap Kabupaten/Kota
b) Tersedianya pusat pelayanan terpdu (PPT)/Pusat Krisis Terpadu
(PKT) di RS setiap Kabupaten/Kota
c) Petugas kesehatan terlatih dalam menangani pasien korban
Ktp/Adan TTPO di Rumah Sakit
d) Petugas kesehatan terlatih dalam menangani pasien korban
Ktp/Adan TTPO di Puskesmas.(12)

Standar pelayanan kesehatan, alur penanganan kasus kekerasan


terhadap anak serta jumlah layanan kesehatan terpadu bagi
penanganan kekerasan terhadap anak dijelaskan pada gambar dibawah
ini:

Gambar Standar Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap


Perempuan dan Anak (KtPA)(12)
41

Gambar Alur Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Puskesmas(12)

Gambar Alur Penanganan Kasus Terhadap Anak di Rumah Sakit(12)


42

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukhodim, S. Faridah Hanum.Dampak Psikologis Pada Kehamilan


Remaja.Vol 1.FIKES UMSIDA. Sidoarjo; 2015.
2. Lutfatul Latifah. Hubungan Kehamilan Pada Usia Remaja Dengan
Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah Dan Asfiksia.Vol 6.
UNSOED. Purwokert; 2013.
3. KEMENKES RI. Buku Pedoman Praktis Mengenai Penyalahgunaan
NAPZA Bagi Petugas Kesehatan. KEMENKES RI. Jakarta; 2015.
4. Sarwono, S. Psikologi Remeja. (Edisi Revisi). PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta; 2006.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Info DATIN Kekerasan
Terhadap Anak dan Remaja. Jakarta: Kemenkes; 2016.
6. United Nations Children’s Fund. Preventing and Responding to
Violence Against Children and Adolescents. New York: UNICEF;
2017.
7. Marcdante K, et. al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi
Update Keenam. Singapore: Elsevier; 2018.
8. Lestary H. Sugihani. Perilaku Berisiko Remaja Di Indonesia Menurut
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI). Jurnal
Kesehatan Reproduksi. Vol 1. No 3. Agustus 2011 :136-144.
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kesehatan Remaja Di Indonesia.
IDAI. Jakarta; 2013.
10. Rahmawati CD. Devi SR. Dukungan Sosial yang
Mendorong Perilaku Pencegahan Seks Pranikah Pada
Remaja SMA X DI Kota Surabaya. Jurnal Promkes. Vol
4. No 2 Desember 2016 : 129-139.
11. Pusat Data dan Informasi. Situasi dan Analisis
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ; 2014.
12. Pusat Data dan Informasi. Kekerasan Terhadap Anak
dan Remaja. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ; 2018.
43

Anda mungkin juga menyukai