Anda di halaman 1dari 7

SKENARIO 5

Konjungtivitis Neonatus

Seorang bayi laki-laki berusia 18 hari dibawa ke Puskesmas oleh ibunya


karena kedua mata keluar kotoran berwarna kuning kehijauan sejak 7 hari yang lalu.
Keluhan disertai kedua mata merah, kelopak mata bengkak dan mata sulit membuka.
Pada riwayat antenatal, ibu pasien pernah mengeluhkan keputihan saat usia
kehamilan 4 bulan dan berlangsung hingga persalinan. Selama kehamilan ibu pasien
tidak pernah memeriksakan diri ke dokter ataupun bidan setempat. Pasien lahir cukup
bulan, pasien tidak mendapatkan imunisasi ataupun salep mata antibiotic. Dokter
kemudian melakukan pemeriksaan pada bayi tersebut.

STEP 1

1. Konjuntivitis neonatus : Radang pada konungtiva pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh Niseria gonorea atau klamidia.(Oftalmia neonatorum)
2. Lahir spontan : Proses persalinan lewat vagina tanpa menggunakan alat
maupun obat tertentu.
3. Riwayat antenatal : Pemeriksaan kehmailan yang dilakukan oleh dokter atau
bidan untuk mengoptimalkan kesehatan ibu.

STEP 2

1. Bagaimana etiologi dan factor resiko pada kasus ?


2. Mengapa bayi mengalami keluhan seperti pada kasus ?
3. Apa saja pmeriksaan yang dilakukan dokter untuk penegakan diagnosis ?
4. Imunisasi apa saja yang harus diberikan pada bayi ?
5. Bagaimana tatalaksana dari ibu dan bayi pada kasus ?
6. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari kasus tersebut ?
7. Apakah ada hubungan antara pemeriksaan antenatal serta melahirkan dengan
dukun pada kasus ?
STEP 3

1. - Etilogi menjadi 2 : kimiawi krn larutan AgNO. Agen infeksi : Niseria


Gonore, klamidia.
- Faktor resiko : Riwayat isk, ketuban pecah dini, obstrukti duct.nasolacrimal,
karena pemberian profilaksis yaitu feronitrat.
Konjungtivitis neonatorum : Bakteri Neiseria gonore gram (-), pada pertama
kehidupan, tertular oleh ibu melewati jalan lahir, sesuai kasus yaitu melalui
pervaginam.
2. Terjadi peradangan konjuntiva yang terjadi dilatasi posterior sehingga terjadi
eksudat pd konjungtiva. Bayi imunitas rendah, tidak adanya air mata saat lahir
sehingga infeksi menjadi berat atau ibu yang mempunyari riwayat ISK yg
tidak terdeteksi melalui cerviks ibu. NG 3 stadium :
Infiltrasi 1-2 hari, supuratif 2-3 mgg, kovalenser 2-3 mgg.
3. Penegakan diagnosis :
- Anamnesis : bayi kedua mata keluar kotoran, merah, bengkak, dan sulit
membuka mata.
- Pada ibu, pemeriksaan fisik, sedangkan pada bayi terlihat sembab, jika
iya obati dgn GO.
- Khas Konjungtivitis neonatorium : inflamasi hebat, nyeri, secret bnyk,
warna kehijauan, edem palpebra, kemosis.
- GO : dilihat dari stadium
- Pemeriksaan penunjang ; Gram, Pewarnaan metilen blue, Pewarnaan
giemsa, kultur, elisa, sediaan apus (pap smear), kultur virus jika diduga
virus.
4. Imunisasi : 0 : hepatitis, 1 bln ; Polio, BCG, 2 bln : DPT, HB, Polio 2.
5. Harus dirawat di RS, pemberian medikamentosa seftriakson secara IV,
dilarang pada neonatus hiperbilirubin. Cefiksim peroral dosis tunggal untuk
GO, klamidia (eritromisin slm 14 hari).
Suportif ;
- Membersihkan mata, dgn irigasi menggunaan NaCl.
- Pada bayi diisolasi, pemberian seftriakson secara IM,
- Pada ibu, GO (sefiksim 400 mg tunggl PO, canamisin 75 grm tunggal
injksi) ceftriakson 250 mg Inj IM.
6. Pencegahan : Membersihkan mata segera stlh lahir, penggunaan eritromisin /
tetrasiklin, popidone iodine 2,6.
Edukasi : pemeriksaan regular untuk mendeteksi ISK, membersihkan tangan
untuk mencegah transmisi.
7. Riwayat antenatal tidak pernah meriksa antenatal, adanya riwayat infeksi yang
tidak terdeteksi, karena riwayat keputihan yang menularkan pada saat
persalinan. Ibu melahirkan di dukun, tdk menggunakan salep antibiotic.

STEP 4

1. Infeksi yg terjadi scr intrauteriun; adanya isk yg berupa NG, pd bayi kondisi
steril tetapi dpt mudah terjadi mikroorganisme, dn Iga ige belum terbentuk
sprna pd bayi, peradangan pd konjungtiva yg terjadi pembengkakan, dan sel
mucus akan membentuk eksudat.
-Klamidia
-Pneumokokus
-Staphilococcus aureus
1. Inutero (pada masa kehamilan); sitomegalo virus, rubella, HIV, sifilis,
varicella, parovirus.
Protozoa ; toksoplasma gondi,
Bakteri ; Sifilis
2. Infeksi janin dn neonatus ; Hepatitis B, hep.C, HIV, H.simpleks,
parovirus.
Bakteri ; E.coli, Niseria gonorae, Streptococcus B
Jamur ; Clamidia trakomatis
3. Infeksi janin dn neonatus (pada bulan pertama kelahiran)
Protozoa ; Plasmodium
Bakteri ; TBC, Clostridium tetani
- Faktor resiko pada saat persalinan ;
1. Persalinan yang lama
2. Kpd ; berupa cairan yg menyebabkan infeksi antara agen infeksi dgn
janin, terutama pada mata shg terjadi konjungtivitis neonatorum.
- Faktor resiko pada masa kehamilan ;

Faktor resiko setelah lahir ; Pada bayi lahir imun belum membaik atau
pembentukan antibody belum sempurna / masih rendah, pd IgE dn IgA
blm terbentuk secara sempurna. Ketika kontak dengan baktri belum
adanya spesifik mengenali bakteri sehingga terjadinya infeksi.

Terjadinya keluhan mata disebut oftamia neonatorum.

2. Terjadi peradangan konjuntiva yang terjadi dilatasi posterior sehingga terjadi


eksudat pd konjungtiva. Bayi imunitas rendah, tidak adanya air mata saat lahir
sehingga infeksi menjadi berat atau ibu yang mempunyari riwayat ISK yg
tidak terdeteksi melalui cerviks ibu.

3. Manifestasi :
- Kimiawi dalam beberapa jam:
Konjungitivtis ringan, sektret minimal bisa cair, kultur negative.
- Gonokokus dalam 2-7 hari stelah lahir :
Konjungtivits hiperakut, biasanya bilateral, eksudat, edem palpebral, gram
negative diplokokus intraseluler.
- Klamidia 5-14 hari setelah lahir :
Bervariasi dari konjungtiv ringan-berat, kemosis, pseudomembran, giemsa
inklusi sitoplasma dalam sel epitel, terdapat polikel.
Pada klamidia yang berat terjadi skar konjungtiva, palpebral bengkak
kemerahan (3-12 mgg) disertai pneumonitis.
Stadium ;
1. Infiltasi 1-3 hr, palpebral bengkak, hiperemi, pengeluaran secret yang
banyak, keluar darah
2. Supuratif / purulent ; 2-3 hari, gejala tidak hebat, mata tidak tegang,
secret bercampr darah, keluar terus menerut
3. Konvalensen ; 2-3 minggu gejala tidak hebat, hiperemis menghilang,
tidak adanya infiltrate.
- Pemeriksaan penunjang ; secret mata metilen blue (diplokokus ), gram (sel
intraseluler / ekstraseluler dgn gram -)
4. Hep A+B diberikan setelah lahir, vaksin BCG sebelum 3 bulan optimal saat 2
bulan, DPT pada usia 6 minggu, Campak 9 bulan, 2 tahun, SD kls 1.
5. Managamen bagi yang lahir dilakukan penilaian yaitu ketuban jernih, bayi
menagis atau bernapas, tonus otot bergerak aktif, bayi cukup bulan.
- Asuhan bayi ; pada mulut, pemantauan tanda bahaya, lakukan inisiasi dini,
pemberian vit A scr im, beri salep antibiotic mata, pf, beri imunisasi
hepatitis b 0,5 ml 1 jam setelah pemberian Vit A.
- Prognisis ; bisa membaik secara signifikan dengan antibiotic, sangat buruk
jika tidak pengobatan
- Komplikasi ; Atritis Go, meningitis, endocarditis
- Profilaksis antenatal ; perawatan antenatal yg baik, pengobatan ISK
- Neonatal ; kebersihan, antiseptic, kelopak mata hrus dibersihkan
- Post ; tetrasiklin.
6. Pengunaan tetes mata, eriromisin 0,5. Tertrasiklin dlm salep / tetes mata.
Klamidia : popidone iodine 2,5, skirining pada ibu
7. Riwayat antenatal tidak pernah meriksa antenatal, adanya riwayat infeksi yang
tidak terdeteksi, karena riwayat keputihan yang menularkan pada saat
persalinan. Ibu melahirkan di dukun, tidak menggunakan salep antibiotic.
MIND MAP

Etiologi Anamnesis

Faktor resiko

Kimiawi Penegakan
dan Infeksi Diagnosis

Infeksi
neonatorum
Patofisologi Pemeriksaan
Penunjang

Pemeriksaan
fisik
Tatalaksana

Pencegahan dan Pemeriksan


Edukasi Antenatal

STEP 5

1. Infeksi neonatorum ; etiologi, factor resiko, patofisologi dihubungkan dengan


imunitas, manifestasi klinis.
2. Masalah Pelayanan kesehatan yg menjadi factor resiko
3. Masalah bayi baru lahir selain infeksi (inkompatibilitas ABO, dan rhesus)

Refleksi Diri

Alhamdulillah PBL pertemuan pertama berjalan cukup lanjar, semoga pada


pertemuan kedua lebih baik lagi.

STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7

Anda mungkin juga menyukai