Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ESSAY MINGGU KE-3

BLOK 6.1

Nama : Muhammad Nuh Baihaqi Mulyana

NPM : 117170042

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
Alergi Susu Sapi

Oleh: dr. Bambang Suharto Sp.A.,MH.Kes.

Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan yang
diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Alergi susu sapi biasanya
dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantai oleh IgE. Namun
demikian ASS dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai
oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya. Tidak ada gejala yang
patognomonik untuk alergi susu sapi. Gejala akibat alergi susu sapi antara lain pada
gastrointestinal (50-60%), kulit (50-60%) dan sistem pernapasan (20-30%). Gejala
alergi susu sapi biasanya timbul sebelum usia satu bulan dan muncul dalam satu
minggu setelah mengkomsumsi protein susu sapi. Gejala klinis akan muncul dalam
satu jam (reaksi cepat) atau setelah satu jam (reaksi lambat) setelah mengkomsumsi
protein susu sapi.1

Untuk mendiagnosis Alergi susu sapi dapat dilakukan beberapa cara yaitu
diantaranya tanyakan pada anamnesis bagaimana riwayat perjalanan penyakit,
kemudian tanyakan bagaimana catatan makanan hariannya, lakukan uji alergi bila
memang diperlukan, dan yang terakhir dapat dilakukan uji eliminasi dan uji
provokasi. Untuk pencegahan pada Alergi susu sapi dibagi menjadi dua yaitu
terdapat yang primer dan sekunder. Untuk pencegahan primer dapat diberikan ASI
eksklusif maupun susu hidrolisat parsial. Sedangkan untuk pencegahan sekundernya
bias diberikan susu hidrolisat, formula asam amino maupun dapat juga diberikan
formula kedelai.

Prognosis bayi dengan alergi susu sapi umumnya baik, dengan angka remisi
45-55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga.
Namun, terjadinya alergi terhadap makanan lain juga meningkat hingga 50%
terutama pada jenis: telur, kedelai, kacang, sitrus, ikan dan sereal dan alergi inhalan
meningkat 50-80% sebelum pubertas.1
Kern Ikterus

Oleh: dr. Bambang Suharto Sp.A.,MH.Kes.

Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati
bilirubin (Kern Ikterus) yang merupakan komplikasi dari ikterus neonatorum. Bayi
lahir cukup bulan mempunyai risiko terjadi ikterus neonatorum mencapai 60% dan
peningkatan risiko terjadi pada bayi lahir prematur sebesar 80%. Hal ini disebabkan
oleh imatarutas hepar. Maturasi hati menjadikan proses bilirubin uptake dan
konjugasi menjadi lebih lambat terutama pada bayi lahir prematur.2 Kern ikterus
sendiri merupakan sindroma neurologic yang disebabkan oleh tertimbunnya bilirubin
indirek yang berada dalam sel otak. Sedangkan ikterus sendiri dapat diartikan sebagai
keadaan klinis dimana terjadi disklorasi yang berada pada kulit, mukosa membrane
dan sklera akibat terdapatnya peningkatan kadar bilirubin dalam serum pada bayi
baru lahir. Dikatakan ikterus fisiologis jika timbul pada hari ke dua dan hari ke 3
setelah masa kelahiran dan kadar keadaan bilirubin indirek tidak melalui 10mg%
pada BCB dan tidak melalui 12,5% pada BKB.

Pada Kern ikterus didapatkan reflex moro yang jelek, adanya letargi, malas
menetek, konvulsi, fibris, dan adanya mata yang berviasi ke arah atas. Jika gejala
berlanjut dapat terjadi adanya spastisitas, atetosis, tuli parsial, dan adanya dysplasia
dental. Pada pemeriksaan labolatorium didapatkan kadar bilirubin yaitu yg kurang
dari 20 dari kadar BCB. Untuk penatalaksanaannya dapat di berikan ig melalui
metode IV pada bayi dengan Rh yang berat dan inkompatibilitas ABO, kemudian
dapat juga dengan cara mencegah terjadinya prematuritas, lakukan pemeriksaan
bilirubin, asam-basa, dan pemeriksaan albumin. Fenobarbital dan
metalloprotoporphyrin juga dapat di berikan pada kasus ini.
Sindrom Malabsorbsi

Oleh: dr. Bambang Suharto Sp.A.,MH.Kes.

Sindrom Malabsorbsi merupakan gangguan absorbs yang berada pada saluran


pencernaan dan merupakan penyakit yang berhubungan dengan gangguan pada
bahan makanan seperti karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang dimakan.
Malabsorbsi yang sering dijumpai pada anak yaitu malabsorbsi karbohidrat dan
malabsorbsi yang disebabkan oleh lemak. Malabsorbsi karbohidrat karena adanya
intoleransi yang terdapat pada laktosa. Gejala yang dapat timbul pada malabsorbsi
karbohidrat diantara lainnya yaitu adanya diare yang berulang, berjumlah banyak,
cair, berbau asam, adanya kolik pada bagian abdomen dan adanya gangguan
pertumbuhan. Untuk pengobatannya dapat diberikan free lactose milk formula.

Penyebab pada gangguan absorbs lemak yaitu adanya enzim lipase yang
kurang, conjugated bile salt yang ada atau tidak, mukosa usus halus atrofi atau tidak
dan dilihat apakah adanya gangguan sistem limfe pada saluran cerna atau tidak.
Gejala pada malabsorbsi lemak yaitu diantaranya terdapat lemak pada tinja, tinja
lembek, tidak berbentuk, berwarna coklat muda sampai kuning dan terlihat
berminyak. Untuk pengobatannya dapat diberikan magarine union, trifood MCT oil.
Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir

Oleh : dr. Ineu Nopita Sp.A, MKes

Gangguan pernapasan atau sesak napas merupakan gejala yang sering ditemui
pada bayi baru lahir. Sesak nafas atau kesulitan bernafas, merupakan keadaan dimana
seseorang akan merasa seperti kekurangan udara atau tidak bisa leluasa menghirup
udara sehingga frekuensi nafasnya menjadi cepat, sehingga muncul rasa sesak di
dada.3 Penilaian gawat nafas dapat dilakukan dengan Down’s score bila skor kurang
dari 4 maka tidak ada gawat nafas, bila skor 4-7 maka terjadi gawat nafas dan skor
lebih dari 7 maka adanya ancama gawat nafas. Lalu pada Transient Tachypnea Of
The Newborn didapatkan perihilar streaking, kardiomegali ringan, peningkatan
volume paru, cairan pada fisura minor dan efusi pleura.
Gangguan Sistem Endokrin Pada Neonatus

dr. Defa R Nisaa, Sp.A, Mkes

Yang dimaksud hipoglikemi pada neonatus adalah kadar glukosa dalam darah
kurang dari 40-45 mg/dL. Neonatus yang memiliki risiko terkena hipoglikemi yaitu
seperti kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, makrosomia dan riwayat ibu
diabetes melitus. Penyebab terjadinya hipoglikemi akibat berkurangnya simpanan
glukosa dan penurunan produksi glukosa, peningkatan pemakaian glukosa atau
hiperinsulinemia, genetik atau bawaan. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dapat
dengan memantau kadar gula darah pada saat lahir, 30 menit setelah lahir, setiap 2-4
jam selama 48 jam, sampai pemberian minum berjalan dengan baik dan glukosa
darah normal. Pencegahan yang dilakukan pada hipoglikemi yaitu dengan mencegah
terjadinya hipotermia, memberikan makan secara enteral, bayi yang tidak mungkin
menyusui dapat diberikan minum dengan menggunakan sonde lalu bila gagal dapat
diberikan terapi secara IV dengan glukosa 10%.

Hipotiroid kongenital adalah kelainan fungsi tiroid yang terjadi sebelum atau
saat lahir. Hipotiroid primer adalah kelainan pada kelenjar tiroid. Hipotiroid sekunder
adalah kelainan pada kelenjar hipofisis dan hipotiroid tersier adalah kelainan pada
hipotalamus. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pemeriksaan kadar TSH lalu
serum T3 dan T4.
Psikiatri Ibu

Oleh : dr Rini Rianti, Sp.KJ

Hubungan psikologis ibu dan anak secara fisiologis meliputi pola asuh yaitu
dimana pola asuh sendiri merupakan suatu tindakan yang diberikan oleh orang tua
kepada anaknya secara konsisten. Dimana nanti pola asuh ini akan dirasakan oleh
sang anak baik dari sisi negatifnya maupun sisi positifnya. Pola asuh ini diberikan
dimulai saat sang anak sudah mulai dapat tumbuh dan berkembang. Tetapi ini semua
akan berbeda jika seorang ibu mengalami keadaan patologis. Contohnya jika terdapat
adanya postnatal mental illness.
DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Alergi Imunologi. Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015.
2. Ratuain M, Wahyuningsih H. Hubungan Antara Masa Gestasi Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak. 2015; 7(1).
3. Dwicahyo H. Analisis Kadar NH3, Karakteristik Individu, dan Keluhan
Pernapasan Pemulung di TPA Sampah Benowo. 2017; 9 (2).

Anda mungkin juga menyukai