Anda di halaman 1dari 74

1

a. Skenario
SKENARIO 4
DEPRESI
Pasien laki-laki umur 17 tahun diantar ke poliklinik oleh pamannya karena
berbicara sendiri. Menurut pamannya, keponakannya selalumelihat orang
tuanya yang sudah meninggal. Pasien selalu menyendiri dikamar, malas
beraktivitas di dalam rumaha maupun keluar rumah, makan dan mandi harus
selalu diingatkan. Selama anamnesis pasien cenderung menjawab pertanyaan,
bicara agak merintih, dan sesekali menyebut ayah dan ibunya. Menurut
pamannya, keponakannya sempat mencoba untuk bununh diri. Dari keterangan
pamannya, keponakannya sedih karena orang tuanya meninggal akibatkejadian
tsunami 3 minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan tanda-tanda
vital dan pemeriksaan umum dalam batas normal. Pada status psikiatri
didapatkan kesan umum pasien tampak penampilan wajar, roman muka sesuai
umur dan kontak visual maupun verbal kurang. Pasien juga memiliki kesadaran
yang jernih, mood depresi, efek datar serta halusinasi. Oleh dokter, pasien
diberikan terapi sertraline 2x50 mg kemudian dirujuk ke dokter Sp.KJ.

b. Klarifikasi Istilah
STEP 1
1. Mood : perasaan yang bersifat persuasive dan bertahan lamaa yang
mewakili perasaan.
2. Depresi : gangguan alam perasaan yang ditandai perasaan sedih.
3. Afek datar : respon emosional yang mencerminkan situasi emosi sesaat.,
Muka (ekspresi) tidak berubah, suara monoton.
4. Halusinasi : munculnya presepsi post mendengar, menyentuh, melihat dan
melakukan sesuatu yang tidak nyata.

c. Rumusan Daftar Masalah


STEP 2
1. Mengapa pada kasus tersebut terjadi depresi dan apa saja faktor resikonya ?
2. Bagaimana gejala, dan tanda dari psikiatri ?
2

3. Bagaimana interview pada diagnosis psikiatri ?


4. Bagaimana cara pemeriksaan dan interpretasi pemeriksaan psikiatri ?
5. bagaimana tatalaksana depresi ?

d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Disebabkan faktor biopsikososial dan interaksi neurotransmitter yang
mempengaruhi secara kompleks.
a. Hipotesis : Monoamin (neurotransmitter terganggu), Neurotrofik (gangguan
pertumbuhan dan saraf).
b. Faktor resiko : Gender (perempuan), Genetik (kembar 70%, anak 15%),
Penyakit
kronik/ganas, psikologis, lingkungan.
2. Gejala dan tanda :
Gejala utama : afek depresi, hilang minat, aktivitas menurun
Gejala lain : konsentrasi menurun, menarik diri, pesimistis, harga diri menurun,
pandangan, tidur terganggu, nafsu makan menurun
3. Diagnosis :
idealnya interview 60 menit :
a. initial interview : KU
b. middle interview : sign and symptom
c. end of interview : edukasi
4. Cara pemeriksaan :
a. Deskripsi umum : penampilan, postur, gerakan
b. Mood / afek/ keserasian empati
c. Bicara
d. Gangguan presepsi : halusinasi
e. Tingkat kesadaran, daya ingat, konsentrasi
f. Pengendalian diri, daya nilai
g. Taraf : bisa dipercaya / tidak
5. tatalaksana :
a. obat-obatan antidepresan :
3

1) gol. SSRI
2) gol Trisiklik
3) gol. Tetrasiklik
4) gol. MAOI
b. psikoterapi
c. terapi elektrokonvulsif
d. rawat inap

e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. Monoamin – mengalami defisiensi – serotonin presinap & norepinefrin
disimpan – kecelah sinaps untuk mengatur emosi – pada gangguan depresi
avabiltas serotonin – inhibisi reuptake serotonin.
NE disinap – mengatur norepinefrin – pada px depresi meningkat, sensitivitas
menurun.
2. Gejala dan tanda :
Klasifikasi depresi :
a. Episodik depresif ringan (2 minggu) = 2 gejala utama + 2 gejala lain
b. Episodik depresif sedang = 2 gejala utama + 4 gejala lain
c. Episodik depresif berat = 3 gejala utama + 4 gejala lain
d. Non psikotik = gaada waham / halusinasi
3. Diagnosis :
2 penting dalam anamnesis :
a. aloanamnesis
b. autoanamnesis
4. cara pemeriksaan :
a. axis 1 = penyakit kejiwaan ex: skizofren
b. axis 2 = gangguan kepribadian & retardasi mental
c. axis 3 = penyakit organik
d. axis 4 = lingkungan
e. axis 5 = GAF (global assessment of functioning)
5. tatalaksana :
4

a. gol SSRI : sentraline, fluoxanin, fluoxetine, parasetin


b. gol trisiklik : amitriptilin, amiplamin
c. gol MAOI : moklobernide
d. rawat inap : untuk beresiko bunuh diri / pembunuhan
e. terapi elektrokonvulsif : jika dengan farmakologi tidak ada perbaikan

Peta Konsep

FAKTOR RESIKO PATOFISIOLOGI

GANGGUAN DEPRESI TANDA DAN GEJALA


PENEGAKAN DX

KLASIFIKASI TERAPI
ANAMNESIS

RINGAN FARMAKOLOGI
SEDANG NONFARMAKOLOGI
ALOANAMNESIS
AUTOANAMNESIS BERAT
PEMERIKSAAN
STATUS MENTAL
AXIS
f. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Patofisiologi munculnya gangguan jiwa
2. Perbedaan psikotik dan non psikotik
3. Penilaian status mental, diagnosis multiaksial, instrumental
4. Penatalaksanaan

g. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar mandiri
5

h. Penjelasan
STEP 7
1. Patofisiologi munculnya gangguan jiwa
a. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
PTSD sering mengarah pada perubahan anatomi dan neurofisiologi
otak. Ukuran hippocampus yang berkurang mungkin merupakan faktor
predisposisi dan akibat dari trauma. Amigdala, yang terlibat dalam
memproses emosi dan memodulasi respons rasa takut, tampaknya terlalu
reaktif pada pasien dengan PTSD. Korteks prefrontal medial (mPFC),
yang menunjukkan kontrol penghambatan terhadap respons stres dan
reaktivitas emosional amigdala, tampaknya lebih kecil dan kurang
responsif pada individu dengan PTSD. 1
Perubahan fungsi neurohormonal dan neurotransmitter juga telah
ditemukan. Individu dengan PTSD berhubungan dengan reseptor serotonin
5-HT1B yang rendah di anterior cingulate cortex (ACC), hippocampus
(HC) dan pallidum serta daerah lain yang terlibat dalam PTSD . Penurunan
reseptor 5-HT1B mengikat di ACC telah terbukti meningkatkan kembali
mengalami gejala. Penurunan reseptor 5-HT1B mengikat di HC telah
terbukti dapat meningkatkan gejala mati rasa. Penurunan reseptor 5-HT1B
mengikat di pallidum yang telah terbukti meningkatkan gairah cemas,
mengingat kejadian masa lalu , dan gejala mati rasa selain itu pada PTSD
memiliki kadar kortisol yang bersirkulasi normal bahkan rendah meskipun
stres mereka sedang berlangsung dan kadar Corticotropin Releasing
Factor (CRF) yang meningkat. Kortisol menyebabkan penurunan produksi
CRF. Jika kortisol rendah maka CRF terus menjadi tinggi dan
menstimulasi pelepasan norepinefrin oleh korteks cinculate anterior.
Individu dengan PTSD menunjukkan hiperaktif cabang simpatis sistem
saraf otonom, sebagaimana dibuktikan oleh perubahan dalam denyut
jantung, tekanan darah, tingkat konduktansi kulit, dan tindakan
psikofisiologis lainnya. PTSD juga meningkatkan reaktivitas
noradrenergik berbagai sistem neurotransmitter lainnya, seperti serotonin,
6

GABA, glutamat, neuropeptida Y, dan opioid endogen, menunjukkan


fungsi yang berubah pada individu dengan PTSD. 1
Perubahan anatomi juga menyoroti keberadaan dua sistem terpisah
untuk memori. Memori yang dapat diakses secara verbal (pertama kali
direkam dalam hippocampus dan kemudian dalam penyimpanan memori
otak umum) dapat dimodifikasi dengan refleksi. Ini adalah karakteristik
dari sebagian besar kenangan non-traumatis. Memori yang dapat diakses
secara situasional adalah non-verbal, berhubungan dengan emosi dan
amigdala yang sangat kuat. Memori traumatis cenderung disimpan sebagai
memori yang dapat diakses secara situasional, yang lebih sulit untuk
diproses, mudah dipicu oleh asosiasi, dan lebih cenderung menyebabkan
tekanan emosional ketika diaktifkan. Individu mungkin berjuang untuk
mengintegrasikan pengalaman traumatis ini dengan sisa cerita kehidupan
mereka sehingga mengakibatkan memori traumatis memiliki dampak
signifikan pada pandangan mereka tentang dunia dan diri mereka sendiri. 1
b. Skizofrenia
Hipotesis dopamin menyatakan pada skizofrenia terdapat terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik serta peran jalur mesokortikal dan
mesolimbik yang paling sering terlibat. Neuron dopaminergik di dalam
jalur tersebut berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron
dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral. Reseptor dopamin
tipe 1 (D1) pada jalur mesokortikal memainkan peran dalam gejala negatif,
pada jalur mesolimbik berperan dalam gejala positif dan hiperaktivitas,
pada jalur nigrostriatal berperan dalam pengendalian epinefrin sedangkan
jalur tuberoinfundibular berperan dalam inhibits prolactin release.
Hipotesis serotonin, peningkatan serotonin tipe 2 mengakibatkan
turunnya aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang bertanggung
jawab dalam gejala negatif.
Hipotesis asam amino, neurotransmitter GABA pada skizofrenia
mengalami kehilangan pada hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor
GABA dapat menyebabkan hiperaktivitas neuoron dopaminergik dan
noradrenergik sehingga dapat menimbulkan efek psikotik. 2
7

Klasifikasi Skizofrenia: 3
1). Skizofrenia Paranoid

Gambar 1.1 Gejala Skizofrenia Paranoid. 3


2). Skizofrenia Hebefrenik

Gambar 1.2 Gejala Skizofrenia Hebefrenik. 3


3). Skizofrenia Katatonik
8

Gambar 1.3 Gejala Skizofrenia Katatonik. 3

4). Skizofrenia Tak Terinci

Gambar Gejala Skizofrenia Tak Terinci. 3


5). Depresi Pasca-skizofrenia

Gambar 1.4 Gejala Depresi Pasca-skizofrenia. 3

6). Skizofrenia Residual


9

Gambar 1.5 Gejala Skizofrenia Residual. 3

7). Skizofrenia Simpleks

Gambar 1.6 Gejala Skizofrenia Simpleks. 3


10

Gambar 1.7 Patofisiologi Skizofrenia. 4

c. OCD (Obsessive-Compulsive Disorder)


Keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah
serotonin sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif
kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi
serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi
pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada
ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi. OCD
menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang
11

dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion”


(fusi pikiran dan tindakan).5
d. Gangguan Bipolar
Dalam otak terdapat neurotransmitter yang berperan sebagai pembawa
pesan komunikasi antar neuron otak. Berdasarkan riset kekurangan
serotonin, norepinefrin, dan dopamin dapat menyebabkan depresi,
sedangkan jika neurotransmitter ini berlebih dapat menjadi gangguan
manik. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi, penurunan
dopamin juga dapat menyebabkan depresi sedangkan peningkatan
dopamin dapat menyebabkan mania, jalur dopamin mesolimbik mungkin
mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin tipe 1 (D1)
mungkin hipoaktif pada depresi. Faktor neurotransmitter lain seperti
GABA dan peptida neuroaktif yang juga berperan dalam gangguan mood.
Regulasi neuroendokrin hipotalamus adalah pusat regulasi sumbu
neurohormonal dan hipotalamus menerima banyak input neuronal
menggunakan neurotransmitter amin biogenik. Sumbu neuroendrokin
utama yang berperan dalam gangguan mood adalah penurunan sekresi
nokturnal melatonin, penurunan pelepasan prolaktin serta penurunan kadar
FSH dan LH pada perempuan sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan
kadar testosteron.
Neuron di nucleus paraventrikuler (PVN) melepaskan corticotropin
releasing hormon (CRH) yang menstimulasi pelepasan ACTH dari
hipofisis anterior, ACTH selanjutnya menstimulasi pelepasan kortisol dari
korteks adrenal, kotrisol memberikan feedback dengan dua mekanisme
yaitu mekanisme umpan balik cepat, yang peka kecepatan peningkatan
konsentrasi kortisol beroperasi melalui reseptor kortisol di hipokampus
yang menyebabkan penurunan pelepasan ACTH, mekanisme umpan balik
lambat yang sensitif terhadap konsentrasi kortisol dalam keadaan mantap
diperkirakan bekerja melalui reseptor hipofisis dan andrenal.5

e. Depresi
12

Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari sisi organobiologik,


sosiokultural dan psikoedukatif. Dari sisi biologik dikatakan adanya
gangguan pada neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin.
Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus
komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara
salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada terapi
farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter
norefinefrin, serotonine dan dopamin. Dari penelitian keluarga didapatkan
gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar, terkait erat dengan
hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti adanya kerentanan
biologik, pada genetik keluarga tersebut. Episoda pertama gangguan
seringkali dipicu oleh stresor psikososial pada mereka yang biologiknya
rentan. Gangguan depresif juga mungkin dialami oleh mereka yang tidak
mempunyai faktor biologik sebagai kontributor terhadap terjadinya
gangguan depresif, hal ini lebih merupakan gangguan psikologik. Berbagai
faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif.
Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada
gangguan depresif ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif.
Gangguan depresif reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan
penyesuaian diri selama masa pengobatan. Mereka dengan rasa percaya diri
rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar dengan penilaian
pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan
mengalami gangguan depresif. Para psikolog menyatakan bahwa mereka
yang mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran
depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti
model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi masalah
psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku
gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif
ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga,
sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi
perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor
pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah
13

psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari


generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik,
dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu
akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan
depresif. 6

Gambar 1.8 Patofisiologi Depresi. 4


f. Kecemasan
14

Gangguan kecemasan merupakan salah satu kelompok yang paling umum


gangguan kejiwaan. Studi Komorbiditas Nasional melaporkan bahwa satu
dari empat orang memenuhi kriteria diagnostik untuk setidaknya satu
gangguan kecemasan dan ada prevalensi 12 bulan tingkat 17,7 persen.
Wanita (30,5 persen prevalensi seumur hidup) lebih cenderung memiliki
gangguan kecemasan daripada pria (1 9,2 persen prevalensi seumur hidup).
Prevalensi kecemasan gangguan berkurang dengan status sosial ekonomi
yang lebih tinggi. 6

KONTRIBUSI ILMU BIOLOGI

Sistem Saraf otonom. Stimulasi otonom sistem saraf menyebabkan gejala


tertentu --- kardiovaskular (mis., takikardia), berotot (mis., sakit kepala),
pencernaan (mis., diare), dan pernapasan (mis., takipnea). Otonom sistem
saraf dari beberapa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama mereka
dengan gangguan panik, menunjukkan peningkatan simpatik nada,
beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang, dan merespons secara
berlebihan sampai rangsangan sedang. 6

Neurotransmiter. Tiga neurotransmiter utama terkait dengan kecemasan


berdasarkan studi hewan dan tanggapan terhadap pengobatan adalah
norepinefrin (NE), serotonin,dan asam r-aminobutyric (GABA). Sebagian
besar ilmu saraf dasar informasi tentang kecemasan berasal dari eksperimen
pada hewan melibatkan paradigma perilaku dan agen psikoaktif. Satu
Eksperimen semacam itu untuk mempelajari kecemasan adalah tes konflik,
di mana hewan tersebut secara bersamaan disajikan dengan rangsangan
yang positif (mis., makanan) dan negatif (mis., sengatan listrik). Anxiolytic
obat-obatan (mis., benzodiazepin) cenderung memfasilitasi adaptasi dari
hewan untuk situasi ini, tetapi obat-obatan lain (mis., amfetamin)
selanjutnya mengganggu respons perilaku hewan. 6

Norepinephrine. Gejala kronis dialami oleh penderita gangguan


kecemasan, seperti serangan panik, susah tidur, kaget, dan otonom
hyperarousal, adalah karakteristik peningkatan fungsi noradrenergik. Teori
15

umum tentang peran norepinefrin dalam gangguan kecemasan adalah bahwa


pasien yang terkena mungkin memiliki noradrenergik yang tidak diatur
dengan baik sistem dengan semburan aktivitas sesekali. Badan sel
noradrenergik Sistem ini terutama dilokalisasi ke lokus ceruleus di pons
rostral, dan mereka memproyeksikan akson mereka ke korteks serebral,
limbik sistem, batang otak, dan sumsum tulang belakang. Eksperimen pada
primata telah menunjukkan bahwa stimulasi locus ceruleus menghasilkan
rasa takut respon pada hewan dan ablasi pada area yang sama menghambat
atau benar-benar memblokir kemampuan hewan untuk membentuk respons
rasa takut. 6

SEROTONIN. Identifikasi banyak reseptor serotonin jenis telah


merangsang pencarian peran serotonin dalam patogenesis gangguan
kecemasan. Berbagai jenis stres akut mengakibatkan peningkatan turnover
5-hydroxytryptamine (5-HT) di korteks prefrontal, nucleus accumbens,
amigdala, dan lateral hipotalamus. Minat dalam hubungan ini pada awalnya
termotivasi oleh pengamatan yang memiliki antidepresan serotonergik efek
terapeutik pada beberapa gangguan kecemasan-misalnya, clomipramine
(Anafranil) pada gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Efektivitas buspirone
(BuSpar), serotonin 5-HT1A agonis reseptor, dalam pengobatan gangguan
kecemasan juga menunjukkan kemungkinan hubungan antara serotonin dan
kecemasan. Tubuh sel dari kebanyakan neuron serotonergik adalah terletak
di inti raphe di batang otak rostral dan proyek ke korteks serebral, sistem
limbik (terutama, amigdala dan hippocampus), dan hipotalamus. Beberapa
laporan menunjukkan bahwa meta-chlorophenylpiperazine (mCPP), obat
dengan beberapa efek serotonergik dan nonserotonergik, dan fenfluramin
(Pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin, lakukan menyebabkan
peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan; dan
banyak laporan anekdotal menunjukkan bahwa halusinogen serotonergik
dan stimulan - misalnya, lysergic acid diethylamide (LSD) dan 3, 4-
methylenedioxymethamphetamine (MDMA) --- terkait dengan
perkembangan kecemasan akut dan kronis gangguan pada orang yang
menggunakan obat ini. Studi klinis.Fungsi 5-HT dalam gangguan
16

kecemasan memiliki hasil yang beragam. Satu Studi menemukan bahwa


pasien dengan gangguan panik memiliki tingkat yang lebih rendah beredar
5-HT dibandingkan dengan peserta kontrol. Jadi, tidak pola kelainan yang
jelas pada fungsi 5-HT pada gangguan panik telah muncul dari analisis
elemen darah perifer. 6

GABA. Peran GABA dalam gangguan kecemasan paling kuat didukung


oleh kemanjuran yang tidak perlu dari benzodiazepin, yang meningkatkan
aktivitas GABA di GABA tipe A (GABA A) reseptor, dalam pengobatan
beberapa jenis gangguan kecemasan. Meskipun benzodiazepin dengan
potensi rendah paling efektif gejala gangguan kecemasan umum, potensi
tinggi benzodiazepin, seperti alprazolam (Xanax), dan clonazepam efektif
dalam pengobatan gangguan panik. Studi pada primata telah menemukan
bahwa gejala sistem saraf otonom gangguan kecemasan diinduksi ketika
benzodiazepin terbalik agonis, / j-karbolin-3-karboksilat asam (BCCE),
diberikan. BCCE juga menyebabkan kecemasan pada relawan kontrol
normal. SEBUAH antagonis benzodiazepine, flumazenil (Romazicon),
sering menyebabkan serangan panik parah pada pasien dengan gangguan
panik. Ini data telah mengarahkan para peneliti untuk berhipotesis bahwa
beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal
GABA reseptor, meskipun koneksi ini belum ditampilkan secara langsung. 6

2. Perbedaan psikotik dan non psikotik


Gangguan Psikotik

Gangguan Psikotik adalah kondisi di mana penderitanya mengalami


kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala yang muncul pada
penderita psikosis berupa delusi atau waham, dan halusinasi. Sebagai contoh,
penderita psikosis akan memiliki anggapan bahwa dirinya seorang agen rahasia
negara namun pada kenyataannya tidak, atau mendengar suara orang berbicara
meski tidak ada yang bersuara. 6

Gangguan psikotik dilatar belakangi dari berbagai hal :


17

a. Faktor genetik
b. Faktor lingkungan
Contohnya mengalami kejadian traumatis sebelumnya \ interaksi dalam
keluarga/lingkungan yang penuh tekanan mengkonsumsi NAPZA. Penyebab
pasti psikotik belum diketahui. Memiliki pola tidur yang buruk, mengonsumsi
alkohol atau menggunakan ganja, dan mengalami trauma akibat kehilangan
seseorang yang dicintai, seperti orang tua atau pasangan, dapat menjadi pemicu
munculnya kondisi ini. Psikotik juga dapat dipicu oleh kondisi yang terjadi
karena adanya gangguan pada otak, seperti: 6

a) Penyakit Parkinson
b) Penyakit Huntington
c) Tumor atau kista otak
d) Stroke
e) Penyakit alzheimer
f) Epilepsi
g) Infeksi yang menyerang otak, seperti HIV dan sifilis
Pada kasus lain, psikotik dapat muncul sebagai gejala suatu penyakit. Penyakit
tersebut meliputi:
a) Skizofrenia
b) Depresi berat
c) Gangguan bipolar

Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung


penyebab, usia, dan keparahan kondisi. Seseorang yang mengalami psikosis
akan memiliki gejala utama berupa delusi dan halusinasi.

a) Delusi. Delusi atau waham adalah kondisi di mana seseorang memiliki


keyakinan yang kuat dan tidak dapat dipatahkan terhadap sesuatu yang
tidak nyata, misalnya mempercayai bahwa dirinya menderita penyakit
yang mematikan, meskipun pada kenyataannya kondisi orang tersebut
sehat.
18

b) Halusinasi. Halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mendengar,


melihat, merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak ada dan tidak
dialami orang lain, misalnya mendengar suara orang berbincang ketika
dirinya tengah sendirian di suatu tempat. 6

Pada anak-anak, aktivitas yang menggambarkan perilaku halusinasi, misalnya


memiliki teman imajinasi, bukan berarti merupakan gejala psikosis. Hal itu
hanya suatu bentuk imajinasi anak-anak, serta merupakan tahapan yang
normal dan tergolong wajar. Selain delusi dan halusinasi, beberapa gejala lain
yang dapat muncul ketika seseorang mengalami psikotik, meliputi: 6

a) Sulit berkonsentrasi.
b) Gangguan tidur.
c) Gelisah.
d) Merasa curiga.
e) Gangguan berinteraksi dengan orang lain.
f) Berbicara melantur dan tidak sesuai topik.
g) Merasakan dorongan untuk bunuh diri.
h) Suasana hati menurun (depresi).

Gangguan Non Psikotik


Neurosis adalah kelainan non psikotik yang kronis atau berulang yangdikarakteris
tikkan terutama dengan kecemasan yang diekspresikan secara langsung
atauadanya perubahan pada mekanisme difensif, yaitu yang tampak beru
pa gejala obsesi,kompulsi, fobia, atau disfungsi seksual. Merupakan gangguan
neurotik, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik.
1) Kelompok gangguan cemas : panik, fobia, obsesi kompulsi, ganguan cemas
menyeluruh, stres pasca trauma
2) Kelompok gangguan somatoform : gangguan somatosensasi, hipokondria,
disfungsi otonomik somatoform
3) Kelompok gangguan disosiatif konversi.
19

Tabel 2.1 Perbedaan gejala psikosis dan non-psikosis (neurosis). 6

No Faktor Psikosis Neurosis


.
1. Perilaku Gangguan terjadi pada Gangguan terjadi pada
Umum seluruh aspek kepribadian, sebagian kepribadian,
tidak ada kontak dengan kontak dengan realitas
realitas masih ada
2. Gejala- Gejala bervariasi luas Gejala psikologis dan
gejala dengan waham, halusinasi, somatik bisa bervariasi,
kedangkalan emosi yang tetapi bersifat temporer dan
terjadi secara terus menerus ringan
3. Orientasi Penderita sering mengalami Penderita tidak/jarang
disorientasi (waktu, tempat mengalami disorientasi
dan orang-orang)
4. Pemaha Penderita tidak memahami Penderita memahami bahwa
man bahwa dirinya sakit dirinya mengalami
(insight) gangguan jiwa
5. Resiko Perilaku penderita dapat Perilaku penderita
sosial membahayakan orang lain jarang/tidak membahayakan
dan diri sendiri orang lain dan diri sendiri
6. Penyemb Penderita memerlukan Tidak begitu memerlukan
uhan perawatan di rumah sakit, perawatan di rumah sakit.
kesembuhan seperti keadaan Kesembuhan seperti semula
semula dan permanen sulit dan permanen sangat
di capai mungkin dicapai
7. Peran Keterbatasan atau Penderita masih mampu
Sosial kekurangan kemampuan atau menyesuaikan diri dan
kekurangan untuk melakukan melakukan aktivitas sehari-
suatu aktifitas pada tingkat hari
personal, yaitu melakukan
kegiatan hidup sehari-hari
yang biasa dan dilakukan
untuk perawatan diri dan
20

keberlangsungan hidup
(mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air
besar dan kecil)

3. Penilaian status mental, diagnosis multiaksial dan instrumental


a. Penilaian Status Mental
A. Deskripsi Umum :
1). Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat,
sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak lebih tua,
tampak lebih muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki, tanda-
tanda kecemasan–tangan basah, dahi berkeringat, gelisah, tubuh tegang, suara
tegang, mata melebar, tingkat kecemasan berubah-ubah selama wawancara
atau dengan topik khusus.
2). Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics,
gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik, menyentuh
pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas (agile), pincang
(limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan (combative), bersikap
seperti lilin (waxy)
3). Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik
perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main,
mengelak (evasive), berhati-hati (guarded). 6

B. Bicara : Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant),


emosional, monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred),
komat-kamit (mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch), berkurang
(ease), spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody). 6

C. Mood dan Afek :


1). Mood : (Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai persepsi
seseorang terhadap dunianya) : Bagaimana pasien menyatakan perasaannya,
kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan–depresi, berputus asa
(despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas, menakutkan (terrify),
21

marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa, rasa bersalah, perasaan


kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri sendiri (self– contemptuous),
anhedonia, alexithymic
2). Afek : (ekspresi keluar dari pengalaman dunia dalam pasien), Bagaimana
pemeriksa menilai afek pasien–luas, terbatas, tumpul atau datar, dangkal
(shallow), jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan ; sukar dalam memulai,
menahan (sustaining) atau mengakhiri respons emosinal, ekspresi emosi serasi
dengan isi pikiran, kebudayaan,
3). Keserasian : keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam
hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien. Sebagai contoh,
pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah atau takut
tentang pengalaman yang sedang terjadi pada mereka. Afek yang tidak serasi,
ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada beberapa pasien skizofrenia;
afeknya inkongruen dengan topik yang sedang mereka bicarakan. (contohnya :
mereka mempunyai afek yang datar ketika berbicara tentang impuls
membunuh). Ketidak serasian juga mencerminkan tarap hendaya dari pasien
untuk mempertimbangkan atau pengendalian dalam hubungan dengan respons
emosional. 6

D. Pikiran dan Persepsi :


1). Bentuk Pikiran :
a. Produktivitas : Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas),
kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight of ideas),
berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant thinking), apakah
pasien bicara secara spontan ataukah menjawab hanya bila ditanya, pikiran
mengalir (stream of thought), kutipan dari pasien (quotation from patient)
b. Arus pikiran : Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan sungguh-
sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak relevan, asosiasi
longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam penjelasan pasien; tidak
logis, tangensial, sirkumstansial, melantur (rambling), bersifat mengelak
(evasive), perseverasi, pikiran terhambat (blocking) atau pikiran kacau
(distractibility).
22

c. Gangguan Berbahasa : Gangguan yang mencerminkan gangguan mental


seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti (word salad), asosiasi bunyi
(clang association), neologisme. 6

2). Isi Pikiran :


a. Preokupasi : Mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi, kompulsi, fobia,
rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala hipokondrik, dorongan atau
impuls-impuls antisosial.

3). Gangguan Pikiran :


a. Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan
kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya, ; waham
penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang menetap, serasi
mood (congruent) atau tak serasi mood (incongruent)
b. Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai, dan
arti / makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.

4). Gangguan Persepsi :


a. Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat
bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi, halusinasi
hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting.
b. Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda terhadap
diri dan lingkungan.

5). Mimpi dan Fantasi


a. Mimpi : satu yang menonjol, jika ia iingin menceritakan, mimpi buruk.
b. Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan. 6

E. Sensorium dan Fungsi Kognitif:


23

1). Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian,


kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen, stupor, kelelahan,
keadaan fugue.

2). Orientasi :
a. Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari
hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia dia
berbaring disitu,
b. Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada
c. Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran
dari orang-orang yang bertemu denganya.

3). Konsentrasi dan Perhitungan : Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya


tetap dikurangi 7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien dapat
tugas lebih mudah – 4 x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap gangguan mood
atau konsentrasi yg bertanggung jawab terhadap kesulitan ini.

4). Daya ingat : Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu –
penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik, sirkumstansialitas yang
digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah proses registrasi,
retensi, rekoleksi material terlibat.
a. Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanak-kanak,
peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas dari penyakit,
persoalan-persoalan pribadi.
b. Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory) :
beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan pasien
kemarin, sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang, makan malam.
c. Daya ingat segera (immediate retention and recall) : kemampuan untuk
mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya – pertama maju,
kemudian mundur, sedudah beberapa menit interupsi, tes pertanyaan yang
lain, pertanyaan yang sama, jika diulang, sebutkan empat perbedaan jawaban
pada empat waktu.
24

d. Pengaruh atau kecacatan pada pasien : mekanime pasien mengembangkan


kemampuan menguasai kecacatan. 6

5. Tingkat Pengetahuan : Tingkat pendidikan formal, perkiraan kemampuan


intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi pada tingkat dasar
pengetahuan. : jumlah, perhitungan, pengetahuan umum, pertanyaan harus
relevan dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan pasien.

6. Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien


mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya
membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan
peribahasa yang sederhana, misalnya ; “Batu-batu berguling tidak dikerumuni
lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contoh-contoh yang
spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak (memberikan
penjelasan yang umum) ; kesesuaian dengan jawaban.

F. Tilikan :
1). Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2). Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan
tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan
3). Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar,
medis atau faktor organik yang tidak diketahui.
4). Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada dirinya.
5). Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan
dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu,
tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang
6). Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-
motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang
menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang;
keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan
orang-orang penting dalam kehidupannya.
25

G. Daya nilai :
1). Daya nilai Sosial : Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang
membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat
diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil yang tak
mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi oleh pengertian itu.
2). Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan
dalam bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan pasien dengan
perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan.
3). Penilaian Realitas : kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi. 6

Gambar 3.1 Penilailan status mental. 6


b. Diagnosis Multiaksial
a) Diagnosis Multiaksial terdiri dari 5 aksis :
26

Aksis I : Gangguan klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian


klinis
Aksis II : Gangguan kepribadian, retardasi mental
Aksis III : Kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : Penilaian fungsi secara global
b) Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologi atau
patogenesis.
Hubungan antara "Aksis I-II-III" dan "Aksis IV" dapat timbal balik
saling mempengaruhi.
c) Tujuan dari Diagnosis Multiaksial :
1) Mencakup informasi yang "komprehensif' (Gangguan Jiwa, Kondisi
Medik Umum, Masalah Psikososial dan Lingkungan, Taraf Fungsi
Secara Global), sehingga dapat membantu dalam perencanaan terapi,
meramalkan "outcome" atau prognosis
2) Fomat yang "mudah" dan "sistematik", sehingga dapat membantu dalam
menata dan meng-komunikasi-kan informasi klinis, menangkap
kompleksitas situasi klinis, menggambarkan heterogenitas individual
dengan diagnosis klinis yang sama
3) Memacu penggunaan "model bio-psiko-sosial" dalam klinis, pendidikan,
dan penelitian. 3

Gambar 3.2 Daftar Aksis I. 3


27

Gambar 3.3 Daftar Aksis II. 3

Gambar 3.4 Daftar Aksis III dan IV. 3

Gambar 3.5 Daftar Aksis V. 3


28

c. Instrumental Gangguan Jiwa


Lie Minessota Multiphasic Personality Inventory SKALA L-MMPI. 7

Berilah tanda (X) pada kolom “Ya” bila pertanyaan dibawah ini sesuai dengan
perasaan/keadaan anda, berilah tanda (X) pada kolom “Tidak” bila pernyataan
tidak sesuai dengan yang anda rasakan.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Sekali-kali saya berpikir hal buruk untuk diutarakan.
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat atau mencaci
maki.
3 Saya tidak selalu mengatakan hal yang benar.
4 Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat kabar
hari.
5 Saya kadang-kadang marah.
6 Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang kadang
saya tunda sampai besok.
7 Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-kadang saya
mudah tersinggung.
8 Sopan santun saya diluar rumah lebih baik dari pada di
rumah.
9 Saya akan menyelundup nonton tanpa karcis bila yakin
tidak diketahui orang.
10 Saya lebih senang kalah dari pada menang dalam
permainan.
11 Saya tidak mengenak orang-orang penting, kadang
demikian saya merasa menjadi orang penting pula.
12 Saya tidak selalu menyukai orang yang saya kenal.
13 Saya kadang-kadang menggunjingkan orang lain.
14 Saya kadang-kadang memilih orang yang tidak saya
kenal dalam pemilihan.
15 Sekali-kali saya tertawa juga mendengar lelucon porno.

Mini Mental State Examination (MMSE). 8

Inisial responden :

Umur :
29

No. Tes Nilai


ORIENTASI (skor maksimal = 10)
1. Tanyakan hari ini tanggal berapa?
2. Tanyakan, sekarang tahun berapa?
3. Tanyakan, sekarang bulan apa?
4. Tanyakan hari ini hari apa?
5. Tanyakan, sekarang musim apa?
6. Tanyakan, kita berada di daerah mana
sekarang?
7. Tanyakan, kita berada di RW berapa
sekarang?
8. Tanyakan, kita berada di kota apa?
9. Tanyakan, kita berada di kabupaten apa?
10. Tanyakan, kita berada di provinsi apa?
REGISTRASI (skor maksimal = 3)
Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori).
Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA, BENDERA,
POHON. Dengan jarak per kata 1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk
mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi mintalah pasien
untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang bermakna.
11. Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata “bola”
12. Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata
“bendera”
13. Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata
“pohon”
PERHATIAN DAN PERHITUNGAN (skor maksimal =5)
Minta pasien untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisih 7. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk setiap jawaban yang benar. Bila dia tidak
mampu berhitung, mintakan padanya untuk mengeja suatu kata dari arah belakang
(misalnya RUMAH----H-A-M-U-R), beri skor 1 untuk setiap huruf yang
ditempatkan benar. Catatlah jawaban pasien……
14. 100 - 7 = 93
15. 93 - 7 = 86
16. 86 - 7 = 79
17. 79 - 7 = 72
18. 72 – 7 = 65
19. Jumlah huruf yang ditempatkan sesuai
DAYA INGAT (skor maksimal = 3)
Minta pasien untuk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan kepadanya
30

diatas tadi.
20. Kata “Bola“
21. Kata “ Bendera “
22. Kata “ Pohon “
BAHASA (skor maksimal = 9)
Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “Apa ini?” Ulangi
hal yang sama untuk pensil. Beri skor 1 untuk setiap jawaban benar.
23. “Jam “
24. “Pensil “
25. Pengulangan : minta pasien untuk
mengulangi : bukan, itu bukan…….!, tetapi
itu…… dan …..!. beri skor 1 bila pengulangan
benar
Perintah tiga langkah.
Beri pasien secarik kertas kosong dan katakan : “ambil kertas ini dengan tangan
kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai.” Beri skor 1 poin untuk setiap langkah
yang benar.
26. Ambil kertas ini dengan tangan kanan
27. Lipat jadi dua
28. Letakkan di lantai
Membaca : pada kertas yang tercetak kalimat :
“pejamkan mata anda” dengan huruf yang
cukup besar. Minta pasien untuk membacanya
dan melakukan apa yang yang tertulis. Skor
benar hanya bila pasien memang memejamkan
matanya.
29. Pejamkan mata
Menulis : dengan secarik kertas, minta pasien
menulis sebuah kalimat yang harus ditulisnya
secara spontan. Kalimat harus mengandung
subjek dan kata kerja, serta berarti. Tata bahasa
dan tanda baca dikecualikan.
30. Menulis kalimat
Meniru gambar : pada secarik kertas kosong
yang bergambar dua segi lima yang saling
bersentuhan seperti berikut ini, tiap sisi
berukuran 2 cm. Minta pasien untuk menirunya
31

dengan tepat. Kesepuluh sudut harus Nampak


dimana dua sudut saling bersebelahan untuk
memperoleh satu poin.
31. Menggambar segi lima

POSITIF DAN NEGATIF SINDROM SKALA (PANSS)


KRITERIA PENILAIAN PETUNJUK UMUM RATING. 9
Data yang dikumpulkan dari prosedur penilaian ini diterapkan pada peringkat
PANSS. Masing-masing dari 30 item disertai juga dengan definisi khusus seperti
yang dijelaskan anchoring kriteria untuk semua tujuh poin rating. Ketujuh poin
mewakili peningkatan tingkat psikopatologi, sebagai berikut:

1. Tidak ada
2. Minimal
3. Ringan
4. Moderat
5. Moderat parah
6. Parah
7. Ekstrim

Dalam menetapkan peringkat, pertimbangkan pertama apakah hal tersebut


ada, seperti definisi dari penilaian. Jika hal tersebut tidak ada, akan dinilai 1,
sedangkan jika ada nilai satu maka menunjukkan parahnya dengan mengacu pada
32

kriteria tertentu dari nilai dasar. Titik Peringkat tertinggi selalu berlaku, bahkan
jika pasien memenuhi kriteria untuk poin lebih rendah juga. Dalam menilai
tingkat keparahan, penilai harus menggunakan perspektif holistik dalam
memutuskan mana titik dasar terbaik mencirikan fungsi pasien dan tingkat
sesuainya, apakah benar semua elemen deskripsi telah diamati.

Poin Peringkat dari 2 sampai 7 mengacu pada tingkat dari gejala keparahan:
a. Rating 2 (minimal) menunjukkan dipertanyakan atau halus atau dicurigai
patologi, atau mungkin juga mengarahkan pada kondisi paling ekstrim dari
kondisi normal.
b. Rating 3 (ringan) merupakan indikasi dari gejala yang kehadirannya jelas
tetapi tidak terucapkan dan sedikit mengganggu pada fungsi sehari-hari.
c. Rating 4 (moderat) ciri gejala yang, meskipun mewakili masalah serius,
baik hanya terjadi sesekali atau terasa menganggu pada kehidupan
sehari-hari hanya sampai batas moderat.
d. Rating 5 (moderat berat) menunjukkan perwujudan yang jelas bahwa
dampak jelas berpengaruh pada fungsi seseorang tetapi tidak memakan
semua dan biasanya dapat diredam sesuai niat.
e. Rating 6 (berat) merupakan kelainan besar yang hadir sangat sering,
terbukti sangat mengganggu kehidupan seseorang, dan sering dipanggil
untuk pengawasan langsung.
f. Rating 7 (ekstrim) mengacu pada tingkat yang paling serius psikopatologi,
dimana perwujudan pengaruh drastis dalam sebagian besar atau semua
fungsi besar dalam hidup, biasanya mengharuskan pengawasan lebih dekat
dan pendampingan di banyak daerah. Setiap hal diberi peringkat dalam
berkonsultasi dengan definisi dan kriteria yang diberikan dalam panduan
ini. Peringkat tersebut diberikan pada formulir Peringkat PANSS halaman
sebelah dengan melingkari nomor yang sesuai dimensi masing-masing.

PANSS RATING FORM

Tida Minim Ringa Meneng Meneng Para Ekstri


k al n ah ah Parah h m
ada
33

P1 Delusi 1 2 3 4 5 6 7
P2 Disorganisasi 1 2 3 4 5 6 7
Konseptual
P3 Perilaku 1 2 3 4 5 6 7
Halusinasi
P4 Semangat 1 2 3 4 5 6 7
P5 Grandiositas 1 2 3 4 5 6 7
P6 Curiga 1 2 3 4 5 6 7
P7 Permusuhan 1 2 3 4 5 6 7
N1 Efek Tumpul 1 2 3 4 5 6 7
N2 Gambaran 1 2 3 4 5 6 7
Emosional
N3 Hubungan 1 2 3 4 5 6 7
Buruk
N4 Pasif/Apatis 1 2 3 4 5 6 7
sosial
N5 Kesulitan 1 2 3 4 5 6 7
dalam
pemikiran
abstrak
N6 Kurangnya 1 2 3 4 5 6 7
spontanitas &
aliran
percakapan
N7 Pemikiran 1 2 3 4 5 6 7
klise
G1 Perhatian 1 2 3 4 5 6 7
somatik
G2 Kecemasan 1 2 3 4 5 6 7
G3 Perasaan 1 2 3 4 5 6 7
bersalah
G4 Ketegangan 1 2 3 4 5 6 7
G5 Laku & sikap 1 2 3 4 5 6 7
G6 Depresi 1 2 3 4 5 6 7
G7 Keterbelakan 1 2 3 4 5 6 7
gan motor
G8 Tidak 1 2 3 4 5 6 7
bekerjasama
G9 Pikiran yang 1 2 3 4 5 6 7
34

tidak biasa
G1 Disorientasi 1 2 3 4 5 6 7
0
G1 Kurangnya 1 2 3 4 5 6 7
1 perhatian
G1 Kurangnya 1 2 3 4 5 6 7
2 penilaian &
wawasan
G1 Gangguan 1 2 3 4 5 6 7
3 kemauan
G1 Kurangnya 1 2 3 4 5 6 7
4 impuls
kontrol
G1 Keasyikan 1 2 3 4 5 6 7
5
G1 Penghindaran 1 2 3 4 5 6 7
6 sosial aktif

INSTRUKSI SKOR

Dari 30 hal(item) yang termasuk dalam PANSS, 7 merupakan Skala


Positif, 7 adalah Skala negatif, dan sisanya 16 adalah Psikopatologi Skala Umum.
Skor untuk skala ini dengan penjumlahan dari peringkat di item komponen. Oleh
karena itu, rentang potensial 7-49 untuk Positif dan Timbangan negatif, dan 16-
112 untuk Psikopatologi Skala Umum. Selain langkah-langkah perhitungan ini,
Skala Komposit didapatkan dengan cara dengan mengurangkan skor negatif dari
nilai positif. Ini menghasilkan indeks bipolar yang berkisar dari -42 sampai 42,
yang pada dasarnya nilai perbedaan mencerminkan tingkat dominasi satu sindrom
dalam kaitannya dengan yang lain.

POSITIVE Scale (P)

a. P1 Delusi - Keyakinan yang tidak berdasar, tidak realistis dan istimewa.


Dasar Peringkat – isi Pemikiran dinyatakan dalam wawancara dan
pengaruhnya terhadap hubungan sosial dan perilaku.
1) Absen – dalam arti tidak ada
35

2) Minimal – patologinya dipertanyakan; mungkin level ekstrim


atas pada batas normal
3) Mild - Kehadiran satu atau dua delusi yang tidak jelas, tidak
berbentuk dan tidak sering ada. Delusi tidak mengganggu
pemikiran, hubungan sosial atau perilaku.
4) Sedang – Muncul secara acak dan tidak berbentuk, delusi tidak
stabil atau delusi yang kadang-kadang mengganggu pemikiran,
hubungan sosial atau perilaku beberapa tersusun.
5) Sedang Parah - Kehadiran berbagai delusi yang terbentuk yang
sering terjadi dan kadang-kadang mengganggu pemikiran,
hubungan sosial dan perilaku.
6) Parah – hadirnya susunan delusi yang stabil dan solid,
mungkin sistematis, sering terjadi dan jelas mengganggu
pemikiran, hubungan sosial dan perilaku.
7) Extreme – hadirnya susunan delusi yang baik dan sangat
sistematis atau sangat banyak, dan yang mendominasi aspek
utama dari kehidupan pasien. Hal ini sering menyebabkan
perilaku yang tidak pantas dan tidak bertanggung jawab, yang
bahkan dapat membahayakan keselamatan pasien atau orang
lain.
b. P2 kekacauan Konseptual - proses kekacauan pemikiran ditandai
dengan gangguan yang mengarah pada tujuan rangkaian, misalnya
sifat terperinci, rangkaian acak, kebersinambungan, sangat tidak
masuk akal atau memblokir pola pikir.
Dasar Peringkat - proses kognitif-verbal diamati selama
wawancara.
1) Absen – dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologinya dipertanyakan; mungkin level ekstrim
atas pada batas normal
3) Mild - Berpikir secara situasional, tangensial atau alasan yg
salah. Ada beberapa kesulitan dalam mengarahkan pikiran
36

kepada tujuan, dan beberapa ngelantur dapat dibuktikan pada


saat di bawah tekanan.
4) Sedang - Mampu berpikir fokus ketika berkomunikasi yang
singkat dan terstruktur, tetapi menjadi ngelantur atau tidak
relevan ketika berhadapan dengan komunikasi yang lebih
kompleks atau ketika berada di bawah tekanan minimal.
5) Sedang Parah - Umumnya memiliki kesulitan dalam mengatur
pikiran, sebagaimana dibuktikan sering tidak relevan,
ketidakterhubungan atau ngelantur bahkan ketika tidak berada
di bawah tekanan.
6) Parah – Pola pikir sangat keluar dari jalur dan tidak konsisten,
sehingga sangat tidak relevan dan gangguan proses berpikir,
yang terjadi hampir terus-menerus.
7) Extreme - Pikiran terganggu ke titik di mana pasien tidak
koheren. Dan ditandai dengan tidak nyambungnya, yang
mengakibatkan kegagalan total komunikasi, misalnya "tidak
dapat dimengerti" atau sifat bisu.
c. P3 Perilaku Halusinasi- Laporan lisan atau perilaku yang
menunjukkan persepsi yang tidak dihasilkan oleh rangsangan
eksternal. Ini dapat terjadi di alam pendengaran, penglihatan,
penciuman atau somatik.
Dasar Peringkat - laporan lisan dan manifestasi fisik selama
wawancara serta laporan perilaku oleh pekerja perawatan primer
atau keluarga.
1) Absen - dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin level ekstrim atas
pada batas normal
3) Mild - Satu atau dua halusinasi terbentuk jelas tapi jarang, atau
beberapa persepsi kabur yang abnormal yang tidak
mengakibatkan distorsi pemikiran atau perilaku.
37

4) Sedang - Halusinasi sering terjadi tetapi tidak terus menerus,


dan pemikiran dan perilaku pasien hanya terpengaruh sebagian
kecil.
5) Sedang Parah - Halusinasi sering terjadi, mungkin melibatkan
lebih dari satu modalitas sensorik, dan cenderung mendistorsi
pemikiran dan / atau mengganggu perilaku. Pasien mungkin
memiliki interpretasi delusi dari pengalaman ini dan
menanggapi mereka secara emosional dan, pada kesempatan,
secara lisan juga.
6) Parah - Halusinasi yang hadir hampir terus-menerus,
menyebabkan gangguan besar dari pola pikir dan perilaku.
Pasien memperlakukan ini sebagai persepsi yang nyata, dan
fungsi sering terhambat dengan respon emosional dan verbal
untuk mereka.
7) Extreme - Pasien hampir benar-benar sibuk dengan halusinasi,
yang hampir mendominasi pola pikir dan perilaku. Halusinasi
menyebabkan interpretasi delusi berat dan memprovokasi
tanggapan lisan dan perilaku, termasuk ketaatan kepada perintah
halusinasi.
d. P4 Semangat - Hiperaktif sebagaimana tercermin dalam perilaku
motorik dipercepat, tinggi responsivitas terhadap rangsangan,
kewaspadaan berlebih atau suasana hati labil berlebihan.
Dasar Peringkat - manifestasi perilaku selama wawancara juga
laporan perilaku oleh pekerja perawatan primer atau keluarga.
1) Absen - dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin level ekstrim atas
pada batas normal
3) Mild - Cenderung akan sedikit gelisah, sangat waspada atau
sedikit terangsang selama wawancara, tetapi tanpa waktu jelas
dalam menunjukkan kegembiraan atau suasana yang labil.
Pidato mungkin sedikit ditekan.
38

4) Sedang - Agitasi atau sedikit terangsang jelas jelas di seluruh


wawancara, yang mempengaruhi berbicara dan mobilitas
umum, atau ledakan episodik terjadi secara sporadis.
5) Sedang Parah - signifikan hiperaktif atau sering terjadi ledakan
aktivitas motorik yang diamati, sehingga sulit bagi pasien
untuk duduk diam selama lebih dari beberapa menit pada
waktu tertentu.
6) Parah - Ditandai kegembiraan yang mendominasi wawancara,
perhatian anpa batas, dan beberapa mempengaruhi fungsi
pribadi seperti makan atau tidur.
7) Extreme - ditandai kegembiraan sangat mengganggu makan
dan tidur dan membuat interaksi antarpribadi hampir mustahil.
Percepatan berbicara dan aktivitas motorik dapat
mengakibatkan inkoherensi dan kelelahan.
e. P5 Grandiositas (membesar-besarkan) - berpendapat berlebihan
dan keyakinan superioritas yang tidak realistis, termasuk delusi
kemampuan yang luar biasa, kekayaan, pengetahuan, ketenaran,
kekuasaan dan kebenaran moral.
Dasar Peringkat - konten Pemikiran dinyatakan dalam wawancara
dan pengaruhnya terhadap tingkah laku.
1) Absen - dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin level ekstrim atas
pada batas normal
3) Mild - Beberapa ekspansif atau kesombongan terlihat jelas,
tapi tanpa delusi berlebihan yang megah.
4) Sedang - Merasa realistis dan jelas unggul daripada orang lain.
Beberapa delusi yang buruk terbentuk tentang status khusus
atau kemampuan mungkin ada tetapi tidak ditindaklanjuti.
5) Sedang Parah - delusi jelas mengenai kemampuan yang luar
biasa, status atau kekuasaan yang diungkapkan dan
mempengaruhi sikap tapi tidak tingkah laku.
39

6) Parah - delusi jelas mengenai keunggulan yang luar biasa yang


melibatkan lebih dari satu parameter (kekayaan, pengetahuan,
ketenaran, dll) diperlihatkan, terutama mempengaruhi interaksi
dan dapat ditindaklanjuti.
7) Extreme - Berpikir, interaksi dan perilaku didominasi oleh
beberapa delusi seperti kemampuan menakjubkan, kekayaan,
pengetahuan, ketenaran, kekuasaan dan / atau perawakan
moral, yang mungkin kadang dengan kualitas aneh.
f. P6 Curiga/Benci – Pemikiran realistis atau berlebihan kebencian,
seperti tercermin dalam kehati-hatian, sikap tidak percaya,
kewaspadaan mencurigai atau delusi kejujuran yang berarti orang
lain membahayakan. Dasar Peringkat - konten Pemikiran
dinyatakan dalam wawancara dan pengaruhnya terhadap tingkah
laku.
1) Absen - dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin level ekstrim atas
pada batas normal
3) Mild – Memperlihatkan sikap kehati-hatian atau bahkan tidak
percaya, tapi pikiran, interaksi dan perilaku minimal
terpengaruh.
4) Sedang - tidak percaya jelas terlihat dan terasa menganggu
pada wawancara dan / atau perilaku, tetapi tidak ada bukti
delusi kecurigaan. Atau, mungkin ada sedikit terbentuk
indikasi delusi kecurigaan, tapi ini tampaknya tidak
mempengaruhi sikap pasien atau hubungan interpersonal.
5) Sedang Parah - Pasien menunjukkan ditandai
ketidakpercayaan, menyebabkan gangguan besar dari
hubungan interpersonal, atau ada delusi kecurigaan yang jelas
yang berdampak terbatas pada hubungan interpersonal dan
perilaku.
40

6) Parah - delusi kecurigaan meresap secara jelas yang mungkin


sistematis dan secara signifikan mengganggu dalam hubungan
interpersonal.
7) Extreme - Sebuah jaringan delusi kecurigaan sistematis
mendominasi pasien berpikir, hubungan sosial dan perilaku.
g. P7 Permusuhan - Ekspresi verbal dan nonverbal kemarahan dan
kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif-agresif, kekerasan
verbal dan menyerang. Dasar Peringkat - perilaku interpersonal
diamati selama wawancara dan laporan oleh pekerja perawatan
primer atau keluarga.
1) Absen - dalam arti tidak ada
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin level ekstrim atas
pada batas normal
3) Mild - komunikasi tidak langsung atau kemarahan terkendali,
seperti sarkasme, tidak hormat, ekspresi bermusuhan dan
sesekali marah.
4) Sedang – Memperlihatkan sikap terang-terangan bermusuhan,
sering menunjukkan marah dan ekspresi marah langsung atau
dendam.
5) Sedang Parah - Pasien sangat marah dan kadang-kadang kasar
secara verbal atau mengancam.
6) Parah – tidak bekerja-sama dan pelecehan verbal atau ancaman
mempengaruhi wawancara dan serius berdampak pada
hubungan sosial. Pasien mungkin bertindak kekerasan dan
destruktif tetapi tidak pelecehan fisik terhadap orang lain.
7) Extreme - Ditandai dengan kemarahan yang sangat tidak
bekerja sama, menghalangi interaksi lainnya, atau dalam satu
(beberapa) waktu serangan fisik terhadap orang lain.

NEGATIVE Scale (N).


41

a. N1 BLUNTED Affect - Hilangnya respon emosional ditandai


dengan penurunan ekspresi wajah, modulasi perasaan dan gerak
tubuh komunikatif.
Dasar Peringkat - Pengamatan manifestasi fisik nada afektif dan
respon emosional selama wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Perubahan ekspresi wajah dan gerak tubuh
komunikatif tampaknya kaku, dipaksa, buatan atau kurang
dalam modulasi.
4) Sedang - Mengurangi berbagai ekspresi wajah dan gerak
tubuh yang ekspresif beberapa menghasilkan membosankan
penampilan
5) Sedang Parah - Mempengaruhi umumnya 'datar' dengan
hanya perubahan sesekali di wajah berekspresi dan
kekurangan gerakan komunikatif.
6) Parah - Ditandai kerataan dan kekurangan emosi
dipamerkan sebagian besar waktu. Mungkin ada menjadi
unmodulated pembuangan afektif ekstrim, seperti
kegembiraan, kemarahan atau tidak tawa yang tidak
terkendali.
7) Extreme - Perubahan ekspresi wajah dan gerak tubuh bukti
komunikatif adalah hampir tidak ada. Pasien tampaknya
terus-menerus untuk menunjukkan mandul atau ekspresi
'kayu'.
b. N2 menggerakkan WITHDRAWAL -. Kurangnya minat,
keterlibatan dengan, dan afektif komitmen untuk acara hidup.
Dasar Peringkat - Laporan fungsi dari pekerja perawatan primer
atau keluarga dan Pengamatan perilaku antarpribadi selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
42

2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim


atas batas normal
3) Mild - Biasanya kurang inisiatif dan kadang-kadang dapat
menunjukkan minat kekurangan peristiwa di sekitarnya.
4) Sedang - Pasien umumnya menjauhkan emosional dari
lingkungan dan tantangan namun, dengan dorongan, dapat
terlibat.
5) Sedang Parah - Pasien jelas emosional terpisah dari orang-
orang dan kejadian-kejadian di lingkungan tersebut,
menolak semua upaya keterlibatan. Pasien tampak jauh,
jinak dan tanpa tujuan tetapi dapat terlibat dalam
komunikasi setidaknya sebentar dan cenderung kebutuhan
pribadi, kadang-kadang dengan bantuan.
6) Parah - Ditandai kekurangan minat dan hasil komitmen
emosional dalam percakapan terbatas dengan orang lain
dan sering mengabaikan fungsi pribadi, yang pasien
membutuhkan pengawasan.
7) Extreme - Pasien hampir benar-benar ditarik, Alexandro
dan cerobohnya kebutuhan pribadi sebagai akibat dari
kurangnya mendalam minat dan komitmen emosional.
c. N3 POOR Apport - Kurangnya empati interpersonal, keterbukaan
dalam percakapan dan rasa kedekatan, kepentingan atau
keterlibatan dengan pewawancara. Hal ini dibuktikan dengan
antarpribadi menjauhkan dan mengurangi komunikasi verbal dan
nonverbal.
Dasar Peringkat - perilaku interpersonal selama wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Percakapan ditandai dengan nada kaku, tegang atau
buatan. Ini mungkin tidak kedalaman emosional atau
cenderung tetap pada impersonal, pesawat intelektual.
43

4) Sedang - Pasien biasanya menyendiri, dengan jarak antar


cukup jelas. Pasien mungkin menjawab pertanyaan-
pertanyaan secara mekanis, bertindak bosan, atau
menyatakan tidak berminat.
5) Sedang Parah - Disinvolvement jelas dan jelas menghambat
produktivitas wawancara. Pasien mungkin cenderung
menghindari mata atau wajah kontak.
6) Parah - Pasien sangat acuh tak acuh, dengan jarak antar
ditandai. Jawaban yang asal-asalan, dan ada bukti
nonverbal sedikit keterlibatan. Mata dan kontak wajah
sering dihindari.
7) Extreme - Pasien benar-benar tidak terlibat dengan
pewawancara. Pasien tampaknya benar-benar acuh tak acuh
dan konsisten menghindari interaksi verbal dan nonverbal
selama wawancara.
d. N4 PASSIVE / MENYEDIHKAN Sosial WITHDRAWAL -.
Hilangnya minat dan inisiatif dalam interaksi sosial karena pasif,
apatis, anergi atau avolition. Hal ini menyebabkan berkurangnya
keterlibatan interpersonal dan mengabaikan aktivitas hidup
seharihari. Dasar Peringkat - Laporan perilaku sosial dari pekerja
perawatan primer atau keluarga.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Menunjukkan minat sesekali dalam kegiatan sosial
tapi inisiatif miskin. Biasanya terlibat dengan lain hanya
ketika didekati pertama oleh mereka.
4) Sedang - pasif sejalan dengan sebagian besar kegiatan
sosial tetapi dalam tertarik atau cara mekanik. Cenderung
surut ke belakang.
5) Sedang Parah - pasif berpartisipasi dalam hanya sebagian
kecil kegiatan dan menunjukkan hampir tanpa bunga atau
44

inisiatif. Umumnya menghabiskan sedikit waktu dengan


orang lain.
6) Parah - Cenderung apatis dan terisolasi, berpartisipasi
sangat jarang dalam kegiatan sosial dan kadang-kadang
mengabaikan kebutuhan pribadi. Memiliki sangat sedikit
kontak sosial spontan.
7) Extreme - Profoundly apatis, terisolasi secara sosial dan
pribadi lalai.
e. N5 DIFFICULTY IN ABSTRACT THINKING -. Penurunan
penggunaan abstrak-simbolis cara berpikir, sebagaimana
dibuktikan oleh kesulitan dalam klasifikasi, membentuk
generalisasi dan melanjutkan melampaui pemikiran beton atau
egosentris dalam tugas-tugas pemecahan masalah.
Dasar Peringkat - Tanggapan atas pertanyaan tentang persamaan
dan interpretasi pepatah, dan penggunaan beton vs modus abstrak
selama wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Cenderung untuk memberikan interpretasi literal
atau pribadi dengan peribahasa lebih sulit dan mungkin
memiliki beberapa masalah dengan konsep yang cukup
abstrak atau jauh terkait.
4) Sedang - Sering menggunakan mode beton. Memiliki
kesulitan dengan kebanyakan peribahasa dan beberapa
kategori. Cenderung terganggu oleh aspek fungsional dan
fitur yang menonjol.
5) Sedang Parah - Penawaran terutama dalam mode beton,
menunjukkan kesulitan dengan kebanyakan peribahasa dan
banyak kategori.
6) berat - Tidak dapat memahami makna abstrak dari setiap
peribahasa atau ungkapan kiasan dan dapat merumuskan
45

klasifikasi hanya yang paling sederhana dari persamaan.


Berpikir adalah baik hampa atau terkunci ke dalam aspek
fungsional, fitur yang menonjol dan interpretasi istimewa.
7) Extreme - Dapat menggunakan hanya modus beton
berpikir. Tidak menunjukkan pemahaman peribahasa,
metafora umum atau kiasan, dan kategori sederhana.
Bahkan atribut yang menonjol dan fungsional tidak
melayani sebagai dasar untuk klasifikasi. Peringkat ini
berlaku bagi mereka yang tidak bisa berinteraksi bahkan
minimal dengan pemeriksa karena gangguan kognitif yang
ditandai.
f. N6 LACK OF SPONTANEITY DAN F RENDAH DARI
CONVERSATION -. Penurunan aliran normal komunikasi yang
berhubungan dengan sikap apatis, avolition, defensif atau defisit
kognitif. Ini dimanifestasikan oleh fluiditas berkurang dan
produktivitas proses interaksional verbal.
Dasar Peringkat - proses kognitif-verbal diamati selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Percakapan menunjukkan sedikit inisiatif. Jawaban
Pasien cenderung singkat dan unembellished,
membutuhkan pertanyaan langsung dan terkemuka oleh
pewawancara.
4) Sedang - Percakapan tidak memiliki aliran bebas dan
tampak tidak rata atau terputus-putus. Pertanyaan
terkemuka sering dibutuhkan untuk memperoleh respon
yang memadai dan melanjutkan dengan percakapan.
5) Sedang Parah - Pasien menunjukkan kurangnya ditandai
spontanitas dan keterbukaan, membalas pertanyaan
pewawancara dengan hanya satu atau dua kalimat singkat.
46

6) Parah - tanggapan Pasien terbatas terutama untuk beberapa


kata atau frasa singkat dimaksudkan untuk menghindari
atau mengurangi komunikasi. (Misalnya "Saya tidak tahu",
"Aku tidak berhak untuk mengatakan"). Percakapan serius
terganggu akibatnya dan wawancara sangat tidak produktif.
7) Extreme - Output Verbal dibatasi untuk, paling banyak,
ucapan sesekali, membuat percakapan tidak mungkin.
g. N7 STEREOTYPED THINKING - Penurunan fluiditas, spontanitas
dan fleksibilitas berpikir, sebagai dibuktikan dalam kaku, berulang-
ulang atau tandus isi pikiran.
Dasar Peringkat - proses kognitif-verbal diamati selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Beberapa kekakuan ditunjukkan dalam sikap atau
keyakinan. Pasien dapat menolak untuk
mempertimbangkan alternatif posisi atau mengalami
kesulitan dalam beralih dari satu ide ke yang lain.
4) Sedang - Percakapan berkisar tema berulang, sehingga
kesulitan dalam beralih ke topik baru.
5) Sedang Parah - Berpikir adalah kaku dan berulang-ulang ke
titik itu, meskipun Upaya pewawancara, percakapan
terbatas hanya dua atau tiga topik yang mendominasi.
6) Parah - pengulangan yang tidak terkontrol tuntutan,
pernyataan, gagasan atau pertanyaan yang sangat
mengganggu percakapan.
7) Extreme - Berpikir, perilaku dan percakapan didominasi
oleh pengulangan konstan ide tetap atau frase yang terbatas,
menyebabkan kekakuan kotor, ketidaktepatan dan
Pembatasan komunikasi pasien.

General PSYCHOPATHOLOGY Scale (G)


47

a. G1 Somatic CONCERN -. Keluhan fisik atau keyakinan tentang


penyakit tubuh atau kerusakan. Ini bisa berkisar dari rasa sakit
samar menjadi jelas-cut delusi penyakit fisik bencana.
Dasar Peringkat - Pemikiran konten dinyatakan dalam wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Jelas prihatin tentang kesehatan atau kerusakan
tubuh, tetapi tidak ada delusi keyakinan dan overconcern
dapat disembuhkan oleh jaminan.
4) Sedang - Keluhan tentang kesehatan yang buruk atau
kerusakan tubuh, tetapi tidak ada delusi keyakinan, dan
overconcern dapat disembuhkan oleh jaminan.
5) Sedang Parah - Pasien mengungkapkan banyak atau sering
keluhan tentang fisik penyakit atau kerusakan fisik, atau
pasien mengungkapkan satu atau dua jelas delusi
melibatkan tema-tema ini, tetapi tidak disibukkan oleh
mereka.
6) Parah - Pasien disibukkan oleh satu atau beberapa delusi
yang jelas tentang penyakit fisik atau kerusakan organik,
tetapi mempengaruhi tidak sepenuhnya tenggelam dalam
tema tersebut, dan pikiran bisa dialihkan oleh pewawancara
dengan beberapa usaha.
7) Extreme - Banyak dan sering dilaporkan delusi somatik,
atau hanya beberapa somatik delusi yang bersifat bencana,
yang benar-benar mendominasi pasien mempengaruhi atau
pemikiran.
b. G2 ANXIETY -. Subyektif pengalaman gugup, khawatir, ketakutan
atau gelisah, mulai dari keprihatinan yang berlebihan tentang
sekarang atau masa depan perasaan panik.
Dasar Peringkat - laporan verbal selama wawancara dan sesuai
manifestasi fisik.
48

1) Absen - Definisi tidak berlaku


2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Mengungkapkan beberapa khawatir, overconcern
atau subjektif gelisah, tapi tidak ada somatik dan
konsekuensi perilaku dilaporkan atau dibuktikan.
4) Sedang - Pasien melaporkan gejala yang berbeda dari
kegelisahan, yang tercermin dalam ringan manifestasi fisik
seperti tremor tangan halus dan keringat yang berlebihan.
5) Sedang Parah - Pasien melaporkan masalah serius
kecemasan yang memiliki signifikan konsekuensi fisik dan
perilaku, seperti ketegangan ditandai, konsentrasi yang
buruk, palpitasi atau gangguan tidur.
6) Parah - negara subyektif takut hampir konstan berhubungan
dengan fobia, ditandai kegelisahan atau banyak manifestasi
somatik.
7) Extreme - kehidupan Pasien secara serius terganggu oleh
kecemasan, yang hadir hampir terus-menerus dan kadang-
kadang mencapai proporsi panik atau diwujudkan dalam
serangan panik sebenarnya. .
c. G3 Guilt FEELINGS - Rasa penyesalan atau menyalahkan diri
sendiri untuk kejahatan nyata atau membayangkan di masa lalu.
Dasar Peringkat - laporan verbal dari perasaan bersalah selama
wawancara dan pengaruh pada sikap dan pikiran.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Tanya memunculkan rasa samar bersalah atau
menyalahkan diri sendiri untuk insiden kecil, tetapi pasien
jelas tidak terlalu khawatir.
4) Sedang - Pasien mengungkapkan keprihatinan yang
berbeda atas tanggung jawabnya untuk kejadian nyata di
49

hidupnya namun tidak pra-sibuk dengan itu dan sikap dan


perilaku pada dasarnya tidak terpengaruh.
5) Sedang Parah - Pasien mengungkapkan rasa yang kuat
bersalah terkait dengan selfdeprecation atau keyakinan
bahwa ia pantas dihukum. Perasaan bersalah mungkin
memiliki dasar delusi, dapat mengajukan diri secara
spontan, mungkin menjadi sumber keasyikan dan / atau
perasaan depresi, dan tidak dapat disembuhkan dengan
mudah oleh pewawancara.
6) Parah - ide yang kuat bersalah mengambil kualitas delusi
dan mengarah pada sikap putus asa atau tidak berharga.
Pasien percaya bahwa dia harus menerima sanksi yang
keras sebagai hukuman tersebut.
7) Extreme - kehidupan Pasien didominasi oleh delusi tak
tergoyahkan bersalah, yang ia merasa layak hukuman
drastis, seperti hukuman penjara seumur hidup, penyiksaan,
atau kematian. Mungkin ada terkait pikiran untuk bunuh
diri atau atribusi masalah orang lain untuk kejahatan masa
lalu sendiri.
d. G4 TENSION -. Manifestasi fisik jelas baru ketakutan, kecemasan,
dan agitasi, seperti kekakuan, tremor, berkeringat banyak dan
gelisah.
Dasar Peringkat - laporan verbal membuktikan kecemasan dan
kemudian beratnya manifestasi fisik dari ketegangan yang diamati
selama wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Postur dan gerakan menunjukkan sedikit
apprehensiveness, seperti kekakuan kecil, kegelisahan
sesekali, pergeseran posisi, atau tremor tangan halus yang
cepat.
50

4) Sedang - Sebuah penampilan jelas gugup muncul dari


berbagai manifestasi, seperti perilaku gelisah, tremor
tangan yang jelas, keringat yang berlebihan, atau laku
gugup.
5) Sedang Parah - ketegangan Diucapkan dibuktikan dengan
berbagai manifestasi, seperti saraf gemetar, berkeringat
banyak dan gelisah, tetapi dapat melakukan dalam
wawancara tidak signifikan dipengaruhi.
6) Parah - ketegangan Diucapkan ke titik bahwa interaksi
antarpribadi terganggu. Pasien, misalnya, mungkin terus-
menerus gelisah, tidak dapat duduk diam untuk waktu yang
lama, atau menunjukkan hiperventilasi.
7) Extreme - ketegangan Ditandai dimanifestasikan oleh
tanda-tanda kepanikan atau percepatan motorik kasar,
seperti mondar-mandir gelisah cepat dan ketidakmampuan
untuk tetap duduk selama lebih dari satu menit, yang
membuat percakapan berkelanjutan tidak mungkin.
e. G5 laku dan sikap -. Gerakan tidak wajar atau postur yang ditandai
menjadi canggung, kaku, tidak teratur, atau aneh penampilan.
Dasar Peringkat - Pengamatan manifestasi fisik selama wawancara
serta laporan dari pekerja perawatan primer atau keluarga.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - kecanggungan Sedikit gerakan atau kekakuan kecil
postur
4) Sedang - Pergerakan yang terutama canggung atau
terputus-putus, atau postur yang tidak wajar adalah
dipertahankan untuk periode singkat.
5) Sedang Parah - ritual aneh Sesekali atau postur berkerut
diamati, atau Posisi normal ditopang untuk waktu yang
lama.
51

6) Parah - pengulangan Sering ritual aneh, tingkah laku atau


gerakan stereotipik, atau postur berkerut ditopang untuk
waktu yang lama.
7) Extreme - Berfungsi serius dirugikan oleh keterlibatan
hampir konstan dalam ritual, manneristic, atau stereotip
gerakan atau postur tetap alami yang berkelanjutan
sebagian besar waktu.
f. G6 Depresi -. Perasaan sedih, putus asa, tidak berdaya dan
pesimisme.
Dasar Peringkat - laporan verbal dari perasaan depresi selama
wawancara dan pengaruhnya diamati pada sikap dan perilaku.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Mengekspresikan kesedihan keputusasaan hanya
pada mempertanyakan, tetapi tidak ada bukti depresi pada
sikap umum atau sikap.
4) Sedang - perasaan Berbeda sedih atau putus asa, yang
mungkin secara spontan diungkapkan, namun perasaan
depresi tidak memiliki dampak yang besar pada perilaku
atau fungsi sosial dan pasien biasanya dapat terhibur.
5) Sedang Parah - Jelas perasaan depresi dikaitkan dengan
kesedihan yang jelas, pesimisme, hilangnya minat sosial,
retardasi psikomotor dan beberapa gangguan dalam nafsu
makan dan tidur. Pasien tidak dapat dengan mudah terhibur.
6) Parah - suasana nyata depresi dikaitkan dengan perasaan
berkelanjutan penderitaan, sesekali menangis, keputusasaan
dan tidak berharga. Selain itu, ada gangguan besar dalam
nafsu makan dan atau tidur serta motor dan sosial fungsi
normal, dengan tanda-tanda kemungkinan pengabaian diri.
7) Extreme - perasaan depresi serius mengganggu di sebagian
besar fungsi utama. Itu Manifestasi termasuk sering
52

menangis, gejala somatik diucapkan, gangguan konsentrasi,


retardasi psikomotor, ketidaktertarikan sosial, mengabaikan
diri, mungkin depresi atau delusi nihilistik dan / atau
mungkin pikiran untuk bunuh diri atau tindakan.
g. G7 MOTOR RETARDATION -. Pengurangan aktivitas motorik
yang tercermin dalam memperlambat atau mengurangi atau
gerakan dan ucapan, berkurang respon rangsangan, dan nada tubuh
berkurang.
1) Dasar Peringkat - Manifestasi selama wawancara serta
laporan oleh pekerja perawatan primer maupun keluarga.
2) Absen - Definisi tidak berlaku
3) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
4) Mild - Sedikit tapi nyata penurunan dalam tingkat gerakan
dan ucapan. Pasien mungkin agak underproductive dalam
percakapan dan gerakan.
5) Sedang - Pasien jelas lambat dalam gerakan, dan pidato
dapat dicirikan oleh miskin produktivitas termasuk latency
respon panjang, jeda diperpanjang atau lambat.
6) Sedang Parah - Penurunan yang signifikan pada aktivitas
motorik membuat komunikasi yang sangat tidak produktif
atau delimits berfungsi dalam situasi sosial dan pekerjaan.
Pasien bisa biasanya dapat ditemukan duduk atau
berbaring.
7) Parah - Pergerakan yang sangat lambat, sehingga minimal
aktivitas dan bicara. Pada dasarnya hari dihabiskan duduk
diam atau berbaring.
8) Ekstrim - Pasien hampir sepenuhnya bergerak dan hampir
tidak responsif terhadap rangsangan eksternal.
h. G8. UNCOOPERATIVENESS - penolakan aktif untuk mematuhi
kehendak orang lain yang signifikan, termasuk pewawancara, staf
rumah sakit atau keluarga, yang mungkin berhubungan dengan
53

ketidakpercayaan, defensif, keras kepala, negativisme, penolakan


otoritas, permusuhan atau agresif.
Dasar Peringkat - perilaku interpersonal yang diamati selama
wawancara serta laporan oleh pekerja perawatan primer atau
keluarga.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Sesuai dengan sikap kebencian, ketidaksabaran, atau
sarkasme. Mungkin tidak menyinggung keberatan sensitif
probing selama wawancara.
4) Sedang - penolakan langsung Sesekali untuk memenuhi
tuntutan sosial yang normal, seperti membuat tempat tidur
sendiri, menghadiri program yang dijadwalkan, dll Pasien
mungkin memproyeksikan sikap bermusuhan, defensif atau
negatif tetapi biasanya dapat bekerja dengan.
5) Sedang Parah - Pasien sering adalah incompliant dengan
tuntutan lingkungannya dan mungkin ditandai dengan
lainnya sebagai "orang buangan" atau memiliki "masalah
serius sikap". Uncooperativeness tercermin dalam defensif
jelas atau mudah tersinggung dengan pewawancara dan
mungkin keengganan untuk mengatasi banyak pertanyaan.
6) Parah - Pasien sangat tidak kooperatif, negativistic dan
mungkin juga berperang. Menolak untuk mematuhi dengan
tuntutan yang paling sosial dan mungkin tidak mau
memulai atau mengakhiri wawancara penuh.
7) Ekstrim - resistensi aktif serius berdampak pada hampir
semua bidang utama fungsi. Pasien dapat menolak untuk
bergabung dalam kegiatan sosial, cenderung kebersihan
pribadi, berkomunikasi dengan keluarga atau staf dan
berpartisipasi bahkan sebentar dalam sebuah wawancara.
54

i. G9. UNUSUAL Thought menurunkan kandungan - Berpikir


ditandai dengan ide-ide aneh, fantastis atau aneh, mulai dari orang-
orang yang jauh atau atipikal bagi mereka yang menyimpang, tidak
logis dan tidak masuk akal.
Dasar Peringkat - Pemikiran konten menyatakan selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - konten Pemikiran agak aneh, atau istimewa, atau
ide-ide yang akrab dibingkai dalam konteks yang aneh.
4) Sedang - Situs sering terdistorsi dan kadang-kadang tampak
cukup aneh.
5) Sedang Parah - Pasien mengungkapkan banyak pikiran
yang aneh dan fantastis, (misalnya Menjadi anak angkat
seorang raja, menjadi pelarian dari hukuman mati), atau
yang absurd (misalnya Memiliki ratusan anak-anak,
menerima pesan radio dari luar angkasa dari mengisi gigi).
6) Parah - Pasien mengungkapkan banyak ide tidak masuk
akal atau tidak masuk akal atau yang memiliki jelas
Kualitas aneh (misalnya memiliki tiga kepala, menjadi
pengunjung dari planet lain).
7) Ekstrim - Berpikir penuh dengan masuk akal, aneh dan
aneh ide.
j. G10. DISORIENTATION - Kurangnya kesadaran hubungan
seseorang dengan lingkungan tersebut, termasuk orang, tempat dan
waktu, yang mungkin karena kebingungan atau penarikan.
Dasar Peringkat - Responses to pertanyaan wawancara pada
orientasi.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
55

3) Mild - orientasi umum memadai tetapi ada beberapa


kesulitan dengan spesifik. Sebagai contoh, pasien tahu
lokasinya tetapi tidak alamat jalan, tahu nama staf rumah
sakit tetapi tidak fungsi mereka, tahu bulan namun
membingungkan hari dalam seminggu dengan hari yang
berdekatan, atau keliru in dengan lebih dari dua hari hari.
Mungkin ada penyempitan bunga dibuktikan oleh
keakraban dengan segera tetapi tidak diperpanjang
lingkungan, seperti kemampuan untuk mengidentifikasi staf
tetapi tidak walikota, gubernur, atau presiden.
4) Sedang - sukses Hanya parsial dalam mengenali orang,
tempat dan waktu. Sebagai contoh, pasien tahu dia berada
di rumah sakit tapi tidak namanya, tahu nama kota tapi
tidak borough atau kabupaten, tahu nama-Nya terapis
utama tetapi tidak banyak pekerja perawatan langsung
lainnya, tahu tahun atau musim tapi tidak yakin bulan.
5) Sedang Parah - kegagalan yang cukup dalam mengenali
orang, tempat dan waktu. Pasien hanya memiliki gagasan
samar di mana dia dan tampaknya tidak terbiasa dengan
kebanyakan orang di lingkungannya. Dia mungkin
mengidentifikasi tahun dengan benar atau hampir tapi tidak
tahu bulan berjalan, hari minggu atau bahkan musim.
6) berat - kegagalan Ditandai dalam mengenali orang, tempat
dan waktu. Sebagai contoh, pasien tidak memiliki
pengetahuan tentang nya keberadaan, membingungkan
tanggal oleh lebih dari satu tahun, dapat nama hanya satu
atau dua individu dalam kehidupan saat ini.
7) Ekstrim - Pasien muncul benar-benar kehilangan arah
berkaitan dengan orang, tempat dan waktu. Ada
kebingungan bruto atau total ketidaktahuan tentang lokasi
seseorang, tahun berjalan dan bahkan orang yang paling
56

akrab, seperti orang tua, pasangan, teman dan terapis


utama.
k. G11. POOR Attention - Kegagalan di terfokus kewaspadaan
diwujudkan oleh konsentrasi yang buruk, distractibility dari
stimulus internal dan eksternal, dan kesulitan dalam
memanfaatkan, mempertahankan atau fokus beralih ke rangsangan
baru.
Dasar Peringkat - Manifestasi selama wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - konsentrasi Terbatas dibuktikan dengan sesekali
kerentanan terhadap gangguan dan goyah perhatian
menjelang akhir wawancara.
4) Sedang - Percakapan dipengaruhi oleh kecenderungan
untuk mudah terganggu, kesulitan dalam panjang
mempertahankan konsentrasi pada suatu topik tertentu, atau
masalah dalam perhatian beralih ke topik baru.
5) Sedang Parah - Percakapan serius terhambat oleh
konsentrasi yang buruk, distractibility, dan kesulitan dalam
mengalihkan fokus tepat
6) Parah - perhatian Pasien dapat dimanfaatkan untuk
beberapa saat singkat atau dengan susah payah, karena
ditandai gangguan oleh rangsangan internal atau eksternal.
7) Ekstrim - Perhatian begitu terganggu bahkan percakapan
singkat tidak mungkin.
l. G12. LACK OF JUDGEMENT DAN INSIGHT - Gangguan
kesadaran atau pemahaman sendiri kondisi kejiwaan dan situasi
kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan kegagalan untuk mengenali
masa lalu atau sekarang penyakit jiwa atau gejala, penolakan
kebutuhan untuk rawat inap psikiatri atau pengobatan, keputusan
57

ditandai dengan antisipasi yang buruk atau konsekuensi, dan


jangka pendek tidak realistis dan perencanaan jangka panjang.
Dasar Peringkat - Pemikiran konten menyatakan selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Mengakui memiliki gangguan kejiwaan tetapi jelas
meremehkan keseriusannya, implikasi untuk pengobatan,
atau pentingnya mengambil langkah-langkah untuk
menghindari kambuh. Perencanaan masa depan mungkin
kurang dipahami.
4) Sedang - Pasien hanya menunjukkan pengakuan samar-
samar atau dangkal penyakit. Mungkin ada fluktuasi
pengakuan menjadi kesadaran sakit atau sedikit gejala
utama yang hadir, seperti delusi, pemikiran teratur,
kecurigaan dan penarikan sosial. Pasien mungkin
merasionalisasi perlu pengobatan dalam hal mengurangi
gejala yang lebih rendah, seperti kecemasan, ketegangan
dan kesulitan tidur.
5) Sedang Parah - Mengakui gangguan kejiwaan masa lalu
tapi tidak hadir. Jika tertantang, pasien mungkin mengakui
adanya beberapa gejala yang tidak terkait atau tidak
signifikan, yang cenderung dijelaskan oleh salah tafsir
kotor atau pemikiran delusi. Kebutuhan perawatan
psikiatris sama tidak diakui.
6) Parah - Pasien menyangkal pernah memiliki gangguan
kejiwaan. Dia membantah adanya setiap kejiwaan Gejala di
masa lalu atau sekarang, dan, meskipun compliant,
membantah kebutuhan untuk pengobatan dan rawat inap.
7) Ekstrim - penolakan Empati penyakit jiwa masa lalu dan
sekarang. Rawat inap saat ini dan pengobatan diberikan
58

interpretasi delusi (misalnya sebagai hukuman fro


kejahatan, seperti penganiayaan oleh penyiksa, dll), dan
pasien sehingga menolak untuk bekerja sama dengan
terapis, obat atau aspek lain dari pengobatan.
m. G13. DISTURBANCE OF VOLITION - Gangguan dalam inisiasi
yang disengaja, rezeki dan kontrol seseorang pikiran, perilaku,
gerakan dan ucapan.
Dasar Peringkat - Pemikiran konten dan perilaku terwujud dalam
perjalanan wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Ada bukti dari beberapa keraguan dalam percakapan
dan berpikir, yang mungkin menghambat proses verbal dan
kognitif untuk sebagian kecil.
4) Sedang - Pasien sering ambivalen dan menunjukkan
kesulitan yang jelas dalam mencapai keputusan.
Percakapan dapat dirusak oleh perubahan dalam berpikir,
dan sebagai konsekuensinya, verbal dan fungsi kognitif
terganggu jelas.
5) Sedang Parah - Gangguan kemauan mengganggu dalam
berpikir serta perilaku. Pasien menunjukkan keraguan
diucapkan yang menghambat inisiasi dan kelanjutan sosial
dan kegiatan motorik, dan yang juga dapat menjadi bukti
dalam pidato menghentikan.
6) berat - Gangguan kemauan mengganggu dalam pelaksanaan
motor otomatis yang sederhana fungsi, seperti berpakaian
atau perawatan, dan nyata mempengaruhi pidato.
7) Ekstrim - kegagalan Hampir lengkap kemauan diwujudkan
oleh penghambatan kotor gerakan dan pidato
mengakibatkan imobilitas dan / atau sifat bisu.
59

n. G14. POOR Saya MPULSE Control - regulasi Disorder dan


kontrol tindakan pada dorongan batin, sehingga tiba-tiba,
unmodulated, sewenang-wenang atau salah arah keluarnya
ketegangan dan emosi tanpa kekhawatiran tentang konsekuensi.
Dasar Peringkat - Perilaku selama wawancara dan dilaporkan oleh
primer peduli pekerja atau keluarga.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Pasien cenderung mudah marah dan frustrasi ketika
menghadapi stres atau ditolak gratifikasi tapi jarang
bertindak pada dorongan.
4) Sedang - Pasien akan marah dan kasar secara verbal dengan
provokasi minimal. Mungkin sesekali mengancam,
merusak, atau memiliki satu atau dua episode yang
melibatkan konfrontasi fisik atau perkelahian kecil.
5) Sedang Parah - Pasien pameran berulang episode impulsif
yang melibatkan pelecehan verbal, perusakan harta benda,
atau ancaman fisik. Mungkin ada satu atau dua episode
yang melibatkan serangan yang serius, yang pasien
memerlukan isolasi, pengekangan fisik, atau prn sedasi.
6) berat - Pasien sering impulsif agresif, mengancam,
menuntut, dan merusak, tanpa pertimbangan jelas
konsekuensi. Menunjukkan perilaku assualtive dan
mungkin juga menyinggung seksual dan mungkin
merespon behaviourally perintah halusinasi.
7) Ekstrim - Pasien pameran membunuh, kekerasan seksual,
kebrutalan diulang, atau perilaku merusak diri sendiri.
Membutuhkan pengawasan langsung konstan atau kendala
eksternal karena ketidakmampuan untuk mengontrol impuls
yang berbahaya.
60

o. G15 Keasyikan - Penyerapan dengan pikiran internal dan perasaan


dan dengan pengalaman autis sehingga merugikan orientasi realitas
dan perilaku adaptif.
Dasar Peringkat - perilaku interpersonal yang diamati selama
wawancara.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - keterlibatan berlebihan dengan kebutuhan pribadi
atau masalah, percakapan seperti itu veers kembali ke tema
egosentris dan ada berkurang khawatir dipamerkan
terhadap orang lain.
4) Sedang - Pasien kadang-kadang muncul mementingkan diri
sendiri, seolah-olah melamun atau terlibat dengan
pengalaman internal, yang mengganggu komunikasi untuk
sebagian kecil.
5) Sedang Parah - Pasien sering muncul untuk terlibat dalam
pengalaman autis, sebagaimana dibuktikan oleh perilaku
yang signifikan mengganggu fungsi sosial dan komunikasi
yang, seperti kehadiran dari tatapan kosong, bergumam
atau berbicara dengan diri sendiri, atau keterlibatan dengan
pola motorik stereotip.
6) Parah - Ditandai keasyikan dengan pengalaman autis, yang
serius delimits konsentrasi, kemampuan untuk
berkomunikasi, dan orientasi lingkungan tersebut. Pasien
sering mungkin diamati tersenyum, tertawa, bergumam,
berbicara, atau berteriak pada dirinya sendiri.
7) Ekstrim - penyerapan Gross dengan pengalaman autis, yang
sangat mempengaruhi semua utama alam perilaku. Pasien
terus dapat merespon secara lisan atau behaviourally ke
halusinasi dan menunjukkan sedikit kesadaran orang lain
atau lingkungan eksternal.
61

p. G16. PENGHINDARAN ACTIVE SOSIAL - Hilangnya


keterlibatan sosial yang terkait dengan ketakutan yang tidak
beralasan, permusuhan, atau ketidakpercayaan.
Dasar Peringkat - Laporan pekerja perawatan primer fungsi sosial
atau keluarga.
1) Absen - Definisi tidak berlaku
2) Minimal - patologi dipertanyakan; mungkin pada ekstrim
atas batas normal
3) Mild - Pasien tampak tidak nyaman di hadapan orang lain
dari orang lain dan lebih memilih untuk menghabiskan
waktu sendirian, meskipun ia berpartisipasi dalam fungsi
sosial bila diperlukan.
4) Sedang - Pasien menghadiri semua atau sebagian kegiatan
sosial, tetapi mungkin perlu dibujuk atau dapat
menghentikan prematur karena kecemasan, kecurigaan,
atau permusuhan.
5) Sedang Parah - Pasien ketakutan atau marah terus dari
banyak interaksi sosial meskipun upaya lain untuk
melibatkan dirinya. Cenderung menghabiskan waktu
terstruktur saja.
6) Parah - Pasien berpartisipasi dalam kegiatan sosial sangat
sedikit karena takut, permusuhan, atau ketidakpercayaan.
Ketika mendekat, Pasien menunjukkan kecenderungan
yang kuat untuk memutuskan interaksi, dan umumnya dia
cenderung mengisolasi diri dari orang lain.
7) Ekstrim - Pasien tidak dapat terlibat dalam kegiatan sosial
karena kekhawatiran diucapkan, permusuhan, atau delusi
persecutory. Sedapat mungkin, ia menghindari semua
interaksi dan tetap terisolasi dari orang lain. 9

4. Penatalaksanaan gangguan jiwa


1) Obat Antipsikosis
62

Obat antipsikosis biasanya diresepkan kepada penderita gangguan jiwa untuk


mengurangi gejala psikosis dan untuk menghentikan gangguan jiwa agar tidak
kembali terjadi. Beberapa obat juga dapat bertindak sebagai antidepresan atau
obat penenang. Antipsikosis mempengaruhi aksi sejumlah bahan kimia dalam
otak yang disebut neurotransmitter yaitu zat kimia yang sel-sel otak untuk
berkomunikasi satu sama lain. Dopamin adalah neurotransmitter utama yang
dipengaruhi oleh obat antipsikosis. Hal ini terlibat dalam keadaan dimana mereka
merasa adanya sesuatu yang signifikan seperti penting atau menarik, perasaan
puas hati dan termotivasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dopamin
yang terlalu banyak di otak dapat menyebabkan pengalaman halusinasi, delusi dan
berpikir tidak teratur. Beberapa jenis antipsikotik juga mengubah efek
neurotransmitter lain yang membantu mengatur perasaan dan emosi kita.
Klasifikasi Obat Antipsikosis. 10

Gambar 4.1 Daftar obat antipsikotika, dosis dan sediaannya.


63

Gambar 4.2 Daftar obat antipsikotika, dosis dan sediaannya. 11

a. Antipsikosis Konvensional

Antipsikosis ini memblokir aksi dopamin pada reseptor D2 dan memperbaiki


gejala positif. Sayangnya, antipsikosis ini juga memblokir reseptor D2 di daerah-
daerah di luar jalur mesolimbik. Hal ini dapat mengakibatkan memburuknya
gejala negatif yang terkait dengan penyakit. Obat antipsikosis konvensional
adalah Klorpromazin (200-800mg), Haloperidol (5-20 mg), Trifluoperazine (15-
20mg), Perphenazin dan Fluphenazine. 10

b. Antipsikosis Atipikal

Antipsikosis ini memblokir reseptor D2 serta subtipe spesifik reseptor serotonin


yang dikenali dengan nama reseptor 5HT2A. Hal ini diyakini bahwa tindakan
pengabungan di reseptor D2 dan 5HT2A akan mengobati gejala baik, positif dan
negatif. Antipsikosis atipikal meliputi clozapine, risperidone (2-8mg), olanzapine
(10-20mg), quetiapine (300-800mg), paliperidone dan ziprasidone. Efek Samping
Obat Antipsikosis Antipsikosis memiliki efek samping antara lain adalah
memblokir reseptor D2 yang menyebabkan mencakup tremor, akathisia (sensasi
kegelisahan), kejang otot, disfungsi seksual, dan dalam kasus yang jarang dapat
64

menyebabkan diskinesia tardif, suatu kelainan yang menyebabkan gerakan


berulang, involunter dan tanpa tujuan. Efek samping ini lebih sering dikaitkan
dengan antipsikotik konvensional lama yang masih dapat bekerja lebih baik untuk
beberapa orang, tetapi tidak berarti bahwa obat antispikosis atipikal tidak
memiliki efek samping. Efek samping yang berhubungan dengan antipsikotik
atipikal termasuk penambahan berat badan, diabetes dan gangguan lipid. Efek
samping tersebut lebih sering dikaitkan dengan obat clozapine dan olanzapine.
Efek samping obat Antipsikosis Generasi Pertama Yang Merupakan Antagonis
Terhadap D2 antipsikosis terhadap rongga mulut adalah hiposalivasi kecuali obat
antipsikosis klozapin yang akan menyebabkan hipersalivasi. 10

Gambar 4.3 Mekanisme kerja obat psikosis. 12

2) Anti depresan

Antidepresan adalah obat yang dikonsumsi pasien depresi untuk meningkatkan


suasana jiwa (mood), dengan meringankan atau menghilangkan gejala keadaan
murung. Antidepresan tidak bekerja pada orang sehat.
65

Pembagian obat Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 2 195 antidepresan


dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRI), Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),
Inhibitor Monoamin Oksidase, Trisiklik. 10

1) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) Mekanisme kerja dari


SSRI adalah menghambat pengambilan 5-HT ke dalam neuron
presinaptik. Sering digunakan sebagai lini pertama karena efek samping
yang cenderung aman. Obat jenis ini memiliki afinitas tinggi terhadap
reseptor monoamine tetapi tidak memiliki afinitas terhadap adrenoreseptor
α, histamin, muskarinik atau asetilkolin yang terdapat juga pada obat
antidepresan trisiklik. Beberapa contoh obat yang termasuk ke dalam
golongan SSRI adalah citalopram, fluvoxamine (1x25-50mg), paroxetine
(1x10-20mg), fluoxetine (1x10-20mg), sertraline (1x25-50mg). Efek
samping dari SSRI adalah sakit kepala, insomnia, kelelahan, kecemasan,
disfungsi seksual, peningkatan berat badan. SSRI dilaporkan berinteraksi
dengan 40 obat lainnya menyebabkan serotonin sindrome. Ciri ciri dari
sindrom ini adalah kekakuan, tremor, demam, kebingungan, atau agitasi.
SNRI juga dapat mennyebabkan sindorom serotonin. Namun, obat trisiklik
tidak memiliki efek samping tersebut kecuali amitriptyline . Penelitian
terbaru menyebutkan terdapat obat golongan SSRI yaitu vortioxetine yang
dapat ditoleransi dengan baik dan prevalensi efek samping kecil.
Vortioxetine dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita
depresi dengan signifikan. 10
2) Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) SNRI bekerja
dengan melakukan pengangkutan serotonin dan norepinedrin.
Pengangkutan norepinefrin secara struktur mirip dengan pengangkutan
serotonin. Pengangkutan norepinefrin memiliki afinitas ringan terhadap
dopamine. Afinitas sebagaian besar SNRI cenderung lebih besar untuk
pengangkut serotonin daripada norepinedrin. Beberapa contoh obat yang
termasuk ke dalam golongan SNRI adalah venlafaxine, duloxetine,
desvenlafaxine, milnacipran, levomilnacipran. 10
66

3) Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs) Bekerja dengan mekanisme


meningkatkan konsentrasi norepinefrin, 5-HT, dan dopamine dalam
neuron sinaps melalui penghambatan sistem enzim monoamine oxidase
(MAO). Monoamin oksidase dalam tubuh memiliki fungsi deaminasi
oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh MAOI
karena terbentuknya suatu kompleks antara MAOI dan MAO sehingga
mengakibatkan peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin.
MAOI tidak hanya menghambat MAO, tetapi menghambat juga enzim
lain yang mengakibatkan terganggunya metabolisme obat di hati.
Penggunaan obat golongan MAOI sudah sangat jarang dikarenakan efek
toksik. Efek samping yang sering terjadi adalah hipotensi dan hipertensi.
Contoh obat MAOI adalah isocarboxazid, phenelzine, tranylcypromine,
selegiline. 10
4) Trisiklik (TCA)
Obat golongan trisiklik efektif untuk penyakit depresi, tetapi
penggunaanya telah berkurang karena telah tersedia obat yang mempunyai
efektivitas terapi yang sama tetapi mempunyai dosis yang lebih aman dan
lebih toleransi. Mekanisme obat golongan trisklik ini bekerja adalah
dengan mennghambat ambilan dari norephinefrin dan 5-HT, menghambat
adrenergik, kolinergik, dan reseptor histaminergik. Jenis trisiklik yaitu
Imipramin (Dosis lazim 25-50 mg sebanyak tiga kali sehari). Klomipramin
(Dosis lazim 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum 250 mg
sehar)i. Amitripilin (Dosis lazim 25 mg )dapat dinaikkan secara bertahap
sampai (dosis maksimum 150-300 mg sehari). 10
67

Gambar 4.4 Jenis obat antidepresan, dosis dan efek samping. 11


68

Gambar 4.5 Mekanisme obat anti depresi. 12

3) Antiansietas

Obat antiansietas disebut anxiolitika yaitu obat yang dapat mengurang


antiansietasdan patologik, oketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak berpengaruh
pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi
menurunkan ambang kejang danberpotensi untuk ketergantungan obat.Ada dua
golongan obat antiansietas :.
Benzodiazepin : diazepam, oxazolam, lorazepam, clobazam.
 Non Benzodiazepin : buspiron dan sulpirit.
Benzodiazepin merupakan obat pilihan untuk kecemasan dan ketegangan jika
pasienmengalami ansietas yang intensif. Benzodiazepin dengan paruh waktu yang
lebih panjangmungkin dapaditerima.
Mekanisme kerja : syndrome Acietas disebabkan oleh hiperaktifitas dari system
limbik  SSP yang terdiri dari “ dopaminergik, noradrenergik, serotoniergik
neurons “ yang dikendalikan oleh GABA.
Ada beberapa efek samping obat dari golongan ini adalah :
a. sedasi : mengantuk, kewaspadaan kurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah.
69

b. Relaksasi otot : rasa lemah, cepat lelah dll.Potensi menimbulkan


ketergantungan lebih rendah dari narkotik, potensi
menimbulkanketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosisakhir berlangsung sangat singkat.
Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus obat :
pasienmenjadi irirtable, bingung, gelisah, imsonia, tremor, palpitasi,
keringat dingin, konvulsi dll.Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar
Benzodiasepin dalam plasma.Ketergantungan lebih sering pada individu
dengan riwayat peminum alcohol. 10

Gambar 4.6 Daftar obat untuk gangguan ansietas. 11

4) Anti manik (mood stabilizer)


1) Golongan lithium (dosis 1200-1800mg).
Menyebabkan pelepasan serotonin dan norepinefrin di neural terminal
SSP)
70

2) Golongan anticonvulsant
1) Carbamazepine (200-400mg).
2) Asam valrpoat (500-1000mg).
3) Na dipravote (1x500-1000mg).
Menyebabkan ebukaan kanal sodium dari parensial aksi neuron dan
10
menyebabkan kanal menjadi tidak aktif.

5) Teapi kejang listrik TEK/ECT


Terapi elektro konvulsi (TEK) merupakan salah satu pengobatan yang sudah
digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai gangguan jiwa dan masih
terus digunakan hingga saat ini. Saat ini prosedur tindakan TEK telah banyak
berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek samping Untuk mencapai
manfaat maksimal dengan risiko minimal, terapi ini berkembang jauh lebih
baik dengan pemberian anestesi dan aliran arus listrik terkendali yang telah
diperhitungkan secara medis, namun selain hal yang bersifat teknik, perihal
etikomedikolegal sangat penting diketahui untuk panduan standar praktik
terbaik sehingga TEK dapat digunakan secara aman dan efektif dan dengan
cara yang menghormati hak – hak, privasi, dan martabat setiap individu yang
terlibat.
a. Mekanisme kerja TEK
Terdapat beberapa teori yang memungkinkan mengenai bagaimana mekanisme
kerja TEK, yaitu: teori psikologi,teori neurofisiologi,teori neurokimia. Akhir
akhir ini mulai berkembang neuroplastisitas yang berhubungan dengan
stimulasi kejang listrik.
b. Indikasi Berdasarkan pedoman American Psychiatric Association (APA)
2001 dan kumpulan data serta konsensus, sebelum dipertimbangkan untuk
TEK pasien harus memenuhi tiga kriteria berikut ini yaitu:  Diagnosis:
Gangguan bipolar, depresi mayor atau mania persisten dengan atau tanpa
gejala psikotik, gangguan skizoafektif,skizofrenia. iKeparahan gejala dan
derajat gangguan fungsional yang dialami pasien: Berat atau ada agitasi
ekstrim dan berkelanjutan, sedang dengan gejala telah ada bertahun – tahun,
pasien berada pada situasi yang mengancam kehidupan berupa kelemahan
71

akibat kurang makanan, resiko bunuh diri atau membunuh.  Kurangnya


respon pengobatan : Kegagalan untuk merespon pada setidaknya dua uji coba
psikofarmakologi yang adekuat. TEK dapat dipertimbangkan segera bila pasien
tidak mampu mentolerir pengobatan psikofarmaka atau tidak dapat menunggu
respon pengobatan psikofarmaka karena mengancam kehidupan. TEK dapat
diindikasikan kembali jika ada riwayat respon positif terhadap TEK.
c. Kontraindikasi Menurut American Psychiatric Association (APA) 2001
tidak ada kontraindikasi absolut untuk TEK. Tetapi beberapa kondisi
menimbulkan risiko yang relatif tinggi. 10

Algoritma penatalaksanaan depresi

Gambar 4.7 Terapi fase akut pada gangguan depresi. 10


72

Gambar 4.8 Terapi depresi mayor tanpa komplikasi. 10


73

Algoritma penatalaksanaan skizofrenia

Gambar 4.9 Algoritma terapi skizofrenia. 10


74

DAFTAR PUSTAKA

1. Bienenfeld D. Posttraumatic Stress Disorder. Columbia. Department of


Psychiatry, Howard University School of Medicine. Medscape; 2018.
2. Tost H, Alam T. Dopamine and Psychosis: Theory, Pathomecanisms and
Intermediate Phenotypes. 34(5): 689-700. doi:10.1016/j.neubiorev. USA.
Nationatl Institute of Mental Health; 2010.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ DSM-V. Jakarta: PT
Nuh Jaya; 2013.
4. Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. 3rd Edition. New York: Thieme;
2016.
5. Sadock, Kaplan. Sinopsis Psikiatri. Jilid Satu. Jakarta. EGC; 2013.
6. Sadock B, Sadock V. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Eleventh
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
7. E. Seedhouse. Interplanetary Outpost: The Human and Technological. New
York: Springer; 2012.
8. BCGuidelines. Recognition, Diagnosis and Management in Primary Care:
Standarized Mental State Examination. New York; 2014.
9. Opler M. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) Training. Vol. 14.
Washington: ICNS; 2017.
10. Katzung B, et al. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12. New York: Mc
Graw Hill; 2012.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta: KEMENKES; 2015.
12. Neal M. Medical Pharmacology at a Glance. Seventh Edition. London:
Willey-Blackwell; 2012.

Anda mungkin juga menyukai