Anda di halaman 1dari 7

Kuliah gangguan system saraf

dr Tatan, Sp.A Senin 4 mei 2020 13.00-15.00


A. Kejang Neonatus
Klasifikasi kejang dapat di bagi menjadi Subtle (mata rowing, mengayuh, mengecap,
mengunyah dan apne), klonik ( EEG glombang ritmis, tidak hilang kesadaran, trauma),
tonik , Jitteriness (neonatus hipoglikemi) dan mioklonik. Prinsip utama tatalaksana kejang
yaitu mempertahankan ventilasi dan perfusi, mencari dan memberikan tatalaksana terhadap
etiologi. Untuk terapi standart dapat di berikan Lini I Fenovarbital IV, Lini kedua Fenitoin
IV, Lini ketiga bisa Medazolam, lorazepam, lidokain.
B. HIE ( Hypoxic ischemic Encephalopathy)
yaitu terganggunya pertukaran gas darah bisa ditimbulkan dari keadaan asfiksia perinatal.
Faktor resiko dapat terjadi selama antepartum (perdarahan uterus), intrapartum (preeklamsia),
dan postpartum (penyakit jantung bawaan). Diagnosis dapat ditegakan lewat anamnesis yang
dapat ditanyakan dari rendahnya nilai APGAR, pada PF dapat dibagi dengan drajat sirnat:
drajat 1/ringan, drajat 2/sedang, drajat 3/berat. Pada pemeriksaan penunjang bisa dilakukan
pemeriksaan darah, radiologi dan EEG. Untuk tatalaksana awal bisa dilakukan resusitasi,
ventilasi, perfusi dan di cek status asam basa, cairan serta glukosa darah. Kriteria bayi yang
dapat dilakukan total body cooling: kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kuliah pakar Periatologi Genomik


dr Gara samara, SE., MMR,. MSc., M.Si.Mes., PhD Selasa 5 mei 8.00-12.00
A. Genetika dari Teori ke Aplikasi Klinis
Autosomal resesif ditandai dengan laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama
menjadi penderita, penderita biasanya hanya pada 1 generasi orang tua seringnya ada
hubungan keluarg (consangeuineous), muncul dalam keadaan homozigot, autosomal dominan
ditandai dengan laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama menjadu penderita,
penderita terdapat dalam lebih 1 generasi, transmisi oleh kedua jenis kelamin, muncul dalam
keadaan heterozigot dan biasanya yang homozigot lebih berat kondisinya. Perwarisan
mitokondrial: laki tidak daoat memwariskan penyakit (mutasi), perempuan mempunya
kesempatan meneruskan mutase, laki resiko menjadi penderita. Perwarisan multifaktoral:
tidak menunjukan bentuk kelainan gen tunggal, diagnosis klinik berdasarkan penyebab
heterogen.
B. Replikasi, Transkripsi dan Translasi
Replikasi DNA bisa semi konservatif ( pita DNA dalam rantai ganda menjadi template,
nukleotida DNA akan tersusun secara komplementer terhadap basa nitrogennya) dan Sintesis
DNA terjadi pada orientasi 5’ sampai 3’. Replikasi DNA dilakukan dengan RNA polymerase.
Transkripsi ada inisiasi, elongasi dan terminasi. Translasim, dari mRNA template melibatkan
ribosom & amino acyl-tRNA dari start kodon sampai stop kodon.
C. Genetika, Biologi molekuler dan seluler
Peranan gen dalam perkembangan system reproduksi:
a. Kromosom, DNA dan gen
struktur gen exon 1, exon 2, exson 3, dibagi menjadi translasion initiation site & translation
termination site begitupun pada transkripsi. 5’UTR sampai 3’UTR.
b. Aktivitas gen
meliputi transkripsi, pemprosesan mRNA, translasi
c. pengaturan aktivitas gen
semua sel somatis kecuali sel lymphocyte memiliki genom yang sama, pengaturan ekspresi
gen secara diferensial.
Genetika reproduksi:
a. Perwarisan sifat keturunan
karakteristik seseorang diwariskan dari orang tua yang ditransfer melalui pembentukan gamet
dan penggabungan materi genetic dalam gamet selama proses fertilisasi
b. Anomali yang diwariskan kepada keturunanya
gametogenesis kadang menghasilkan produk tidak sebagaimana mestinya sehingga
menghasilkan anomali dalam system reproduksi disebabkan karena abrasi kromosom
(numerik atau structural)

Obsteri sosial
dr Bogie,Sp.OG Selasa 5 mei 13.00-15.00
A. Obtetri Genikologi Sosial
Faktor resiko yang sering menyebabkan kematian ibu yaitu, 3 Terlambat (terlambat
mengenali tanda bahaya, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat untuk
mendapatkan pelayanan) dan Terlalu (terlalu muda, terlalu banyak partus, terlalu rapat jarak
melahirkan, terlalu tua). Ada perbedaan yang mendasar antara kedokteran repoduksi yang
identic dengan monodisiplin (biomedis) dengan orientasi klinik dan kesehatan reproduksi
yang indentik dengan obgin social ditambah obgin klinik dengan multidisiplin
(biomedis,humaniora) serta orientasi kompetensi klinik, etik dan manajemen. Terdapat 5
model manajemen obgin social yang umum digunakan yaitu: Strategi pendekatan resiko
(SPR), Sistem rujukan (SR), safe motherhood initiative (rencana kluarga, antenatal care,
bersih jalan kelahiran, tempat obsteri yang baik/poned), Making pregnancy safer dan
Millenium development goals (G1 bebas miskin, G2 mencapai Pendidikan dasar, G3
mendorong kesetaraan gender, G4 menurunkan angkat kematian anak, G5 meningkatkan
kesehatan ibu, G6 mencegah hiv, G7 kelestariaan lingkungan, G8 kemitraan global dan
pembangunan).
B. Kesehatan reproduksi remaja
Sehat secara social, fisik, dan mental yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Agar seorang remaja mendapatkan informasi yang
benar mengenai fungsi, peran dan proses reproduksi, harus memiliki sikap serta tingkah laku
yang bertangung jawab mengenai proses reproduksi. Serta pentingnya seorang remaja
mengetahui bahwa kegiatan sex yang bebas dapat menyebabkan penyakit seksual menular
yang sangat berbahaya dan sekaligus komplikasinya yang mana harusnya remaja dapat
emnghindari hal tersebut dan seandainya sudah terjadi remaja juga harus tau harus
memeriksaakan kemana dan tanda-tandanya yang harus membuatnya cepat memeriksaan diri.

Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan hormone reproduksi


dr Wildan,Sp.OG Selasa 5 mei 15.00-17.00
Purbertas dan Menopause
Pubertas dapat terjadi akibat peningkatan sekresi gonadotropin hormone (GnRH) dari
hipotalamus diikuti oleh sekuens perubahan system endokrin yang kompleks. Pada fase
pubertas terjadi perubahan fisik sekunder serta organ reproduksi yang menyebabkan memiliki
kemampuan untuk bereproduksi. Sedangkan menopause diartikan sebagai berhentinya
menstruasi secara permanen selama 12 bulan berturut-turut akibat hilangnya aktivitas dari
folikel ovarium yang sebelumnya ditandai dengan premenopause (40 tahun & dimulainya
siklus haid tidak teratur) dan perimenopause/klimakterium (ditandai dengan siklus haid yang
tidak teratur dan perubahan pada bagian tubuh yang lainnya) serta ada yang disebut
menopause prekok yaitu menopause terjadi sebelum usia 40 tahun dan dapat menyebabkan
sindrom klimakterik yaitu keluah yang timbul akibat kurangnya estrogen.
Efek dari menopause dapat dibagi menjadi dua yaitu jangka pendek: hot flushes/muka
memerah (norepinefrin dan serotonin pemicu) & keringat malam, Disfungsi seksual
(hilangnya hasrat seksual, masalah dengan orgasme, nyeri seksual, mood depresi, ansietas,
mood swing, letargi) dan jangka Panjang: osteoporosis, cardiovascular disease, atrofi
urogenital, insomnia. Gejala diatas dapat diatas dengan salah satu caranya menggunakan
hormone reolacement therapy dengan indikasi menhilangkan gejala menopause, pencegahan
osteoporosis serta menjaga kualitas hidup pada wanita menopause bisa dengan cara oral,
suntik, topical dan transdermal dengan catatan untuk factor resiko dapat meningkatkan resiko
kanker payudara, endrometrium, VTE (Venous Thromboembolism) dan penyakit empedu.

Kelainan Genikologi
dr Ricardi, Sp.OG 8.00-10.00 Rabu 6 Mei 2020
A. Perdarahan Abnormal Pervaginam
Etiologi dapat menggunakan jembatan keledai, PALM-COEIN: P: Polyp, A: Adenomyosis,
L: Leiomyoma, M: Malignancy and hyperplasia, C: Coagulopathy, O: Ovulatory dysfunction,
E: Endometrial disorders, I:- Iatrogenic, N: Not otherwise classified
Untuk klasifikasi : PUA akut perdarahan yang banyak dan cepat, PUA kronik telah
terjadi di 3 bulan & intermenstrual bleeding terjadi di antara 2 siklus haid. Etiologi
perdarahan vagina dapat sangat bervariasi, dari infeksi hingga endokrin, ganas, anatomi, dan
penyebab fisiologis. Pendarahan vagina dapat dikelompokkan secara luas menjadi perdarahan
sekunder untuk proses ginekologis dan perdarahan sekunder untuk proses sistemik. Prosedur
ginekologis dapat dibagi lebih jauh menjadi perdarahan sekunder akibat gangguan anatomi
dan perdarahan sekunder akibat gangguan fisiologis. Proses sistemik dapat dibagi menjadi
perdarahan sekunder karena etiologi endokrin dan perdarahan sekunder karena etiologi
hematologis / onkologis. Kemungkinan proses yang diberikan bertanggung jawab untuk
perdarahan vagina pada seseorang tergantung pada usia dan status kehamilan mereka.
Patofisiologi: Pendarahan abnormal pada wanita tidak hamil pada usia subur (perdarahan
vagina yang abnormal dapat bersifat siklis atau non-siklikal), Pendarahan dalam kehamilan
(trimester pertama, keguguran spontan, kehamilan ektopik, dan perdarahan subkorionik,
trimester kedua plasenta previa, plasenta akreta, solusio plasenta, atau kematian janin
intrauterin / keguguran spontan, trimester ketiga, perdarahan terjadi karena solusio plasenta,
plasenta previa, atau persalinan), Berdarah pada anak-anak premenarkis dan Pendarahan pada
wanita pasca-menopause (vaginitis atrofi).
Arteri uterina dan ovarium memasok darah ke uterus. Arteri ini menjadi arteri
arkuata; kemudian arteri arcuate mengirimkan cabang radial yang memasok darah ke 2
lapisan endometrium, fungsionalis, dan lapisan basal. Kadar progesteron jatuh pada akhir
siklus menstruasi, yang menyebabkan pemecahan enzim pada lapisan fungsional
endometrium. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan darah dan peluruhan yang
menyebabkan menstruasi. Trombosit dan trombin yang berfungsi, dan vasokonstriksi arteri
ke kontrol kehilangan darah endometrium. Setiap kelainan dalam struktur rahim (seperti
leiomioma, polip, adenomiosis, keganasan atau hiperplasia), gangguan pada jalur pembekuan
(koagulopati atau iatrogenik), atau gangguan poros hipotalamus-hipofisis-ovarium (melalui
ovulasi / gangguan endokrin atau gangguan ovarium) iatrogenically) dapat mempengaruhi
menstruasi dan menyebabkan perdarahan uterus abnormal.
B. Prolaps genital dan inkontensia urin
Inkontensia urin didefinisikan pengeluaran urin secara involunter yang dapat
disebabkan oleh infeksi saluran kemih, atrofi vaginitis, efek samping obat dan iatrogenic atau
lingkungan dapat didiagnosis dengan cara volume urin residu setelah pengosongan vesika
urinaria untuk tatalaksana bisa dengan cara terapi untuk memperkuat otot dasae panggul
sedangkan terapi bedah bisa kolposuspensi bruch (jahitan di lig.cooper) dan tension free
vaginal tape (plester sintetik ditempatkan di bawah uretra bagian tengah dan diletakan ke
lig.cooper).
Prolaps organ panggul dapat di sebabkan oleh kehamilan, melahirkan, kulitas dari
otot-ototnya, hormone, kegiatan, konstipasi dan riwayat operasi sebelumnya di daerah
panggul. Klasifikasi prolapse berdasarkan anatomi: Urethrocele (Prolaps dari dinding vagina
anterior bawah yang hanya melibatkan uretra), Cystocele (Prolaps dari dinding vagina
anterior atas yang melibatkan kandung kemih. Umumnya terdapat juga prolaps uretra dan
oleh karena itu istilah cystourethrocele sering digunakan), prolaps Uterovaginal ( Istilah ini
digunakan untuk menggambarkan prolaps dari uterus, serviks dan vagina bagian atas),
Enterocele (Prolaps dinding posterior atas vagina biasanya mengandung loop usus kecil),
Rectocele (Prolaps dinding posterior bawah vagina yang melibatkan rektum) melotot ke
depan ke dalam vagina) dan Vaginal vault prolapse (descent of the vaginal vault post-
hysterectomy). Setelah itu ada klasifikasi dari tingkat keparahan: Tahap 0: tidak ada
kejatuhan, Tahap 1: lebih dari 1 cm di atas selaput dara, Tahap 2: dalam jarak 1 cm proksimal
atau distal ke bidang selaput dara, Tahap 3: lebih dari 1 cm di bawah bidang selaput dara
tetapi menjulur tidak lebih dari 2 cm kurang dari total panjang vagina, Tahap 4: ada eversi
menyeluruh pada vagina setelah itu gejala yang di timbulkan dari setiap organ yang prolapse
akan berbeda-beda. Untuk tatalaksana bisa menggunakan sistokel/uretrokel dengan
kolporafia anterior, rektokokel dengan kolporafia posterior dan prolasps uteri dengan
ventrofikasi, histerektomi vagina dan kolpoklesis.

C. Kelainan Kogenital
Hymen imperforate terbentuk akibat ada bagian persisten terjadi ketika mesoderm
terbagi menjadi bagian urogenital dari membrane cloacal dengan gejala hymen buldging dan
molimeniaamenstrualia, tatalaksana bisa menggunakan insisi/ hymenotomy posisi 2, 4 ,8, dan
10. Hyeman mikroperforata dengan gejala infertilitas, akut/kronik nyeri pelvis, abnormal
vagina bleeding. Agenesis vagina dengan gejala obstruksi pada aliran darah menstruasi, nyeri
abdomen terus menerus, pembengkaka abdomen bagian bawah dengan tatalaksana
konservatif dan operatif.
D. Pembendahan Genikologi
Indikasi pembedahan adalah keperluan diagnosis, tindakan untuk mengangkat tumor
jinak/ganas, tindakan untuk mengoreksi kelainan bawaan atau kelainan akibat persalinan,
trauma atau radang. Histerektomi (operasi pengangkatan Rahim), miomektomi
(pengangkatan fibroid atau tumor jinak dari uterus), kistektomi (pengangkatan kista pada
jaringan ovarium), saphingektomi (pengangkatan satu/kedua tuba fallopi) , ooferektomi
(pengangkatan ovarium), section casesarea,

Diskusi Etik dan Hukum


dr Ouve, MH.Kes & dr Bambang, MH.Kes 10.00-12.00 Rabu 6 mei 2020
A. Aborsi pada kasus pemerkosaan
Menurut pasal 346 KUHP seseorang dilarang denfan sengaja menggugurkan
kandungannya maupun menyuruh orang untuk itu, sedangkan pada UU No.36 tahun 2009
dijelaskan setiap orang dilarang melakukan tindakan aborsi tetapi dapat dikecualikan jika ada
indikasi kedagawatdaruratan medis yang dideteksi secara dini dan kehamilan akibat
perkosaan yang menyebabkan terganggunya trauma psikologi bagi korban. Sebagaimanapun
juga bagi kaum pro life dalam aspek isu etika dalam sumpahnya dokter juga harus
mengutamakan kesehatan si penderita sedangkan dari kaum pro choice membenarkan atas
dasar aborsi illegal jika ada indikasi medis, social justice menurut hak yang sama dan wanita
mempunya hak sepenuhnya atas apa yang ada dalam dirinya tetapi dengan syarat dilakukan
oleh dokter dengan professional, dilakukan di fasilitas yang memenuhu standart , atas
persetujuan dari wanita/korban, tidak ada diskriminasi SARA, diliat awasi komisi etik dan
hokum yang tidak mementingkan imbalam materi.
B. Bayi Tabung (IVF) dan Inseminasi Salinan
Dalam aspek hokum pasal 127 UU No.36 2009 upaya kehilam di luar cara alamiah
dapat dilakukan dengan cara hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan kembali kedalam istri asal ovum tersebut, dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahilan dan kewenangan dan pada fasilitas kesehatan tertentu
begitupun juga dalam aspek agama mengatakan haram jika tidak ditanamkan kembali kepada
ibu pemelik asli ovum tersebut.
C. Human Clonning
Adapun dampak posotif, menumbuhkan individu baru yang bebas penyakit keturunan
seperti diabetes etc, pengklonan sel cloning dapat menghasilkan sel, jaringan atau organ yang
sesuai untuk pengobatan beberapa penyakit yang disebabkan oleh kegagalan funsi organ,
sedangkan dalam dampak negatifnya dapat disalahgunakan untuj menciptakan spesies baru
dengan tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan, berkurangnya perbedaan antar
spesien karna dari DNA yang sama. Sedangkan di Indonesia sendiri untuk human cloning
jelas dianggap haram yang sesuai dengan fatwa MUI, sedangkan untuk cloning bahan makan
seperti tumbuhan bersifat mubah jika dapat membatu keadaan kebutuhan.
D. Surrogate Mother
Perjanjian seorang wanita yang mengaitkan dirinya dengan pihak lain untuk mennjadi
hamil dan setelah melahirkan menyerahkan anak atau bayi tersebut. Dalam aspek hukum
kesehatan sudah dijelaskan pelayanan teknologi reporoduksi buatan hanya diberikan kepada
pasangan suami istri yang terikat perkawinan yang sah dan sebagai upaya akhir untuk
memperoleh keturunan serta berdasarkan pada suatu indikasi medik tetapi hal ini merupakan
suatu pelanggaran yang dapat sanksi tindakan administrative pasal 10 ayat 1 permenkes RI
yang mana jika nantipun ada yang melakukan hal ini dan anaknya lahir dalam pasal 43 UUP
dijelaskan anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya.

Anda mungkin juga menyukai