Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah proses yang terjadi dari pembuahan sampai
kelahiran, dimulai dari prosedur sel telur yang dibuahi oleh sperma, lalu
tertanam di dalam lapisan rahim, dan kemudian menjadi janin. Kehamilan
merupakan fase yang paling dinantikan oleh rata-rata wanita sebagai ekspresi
rasa perwujudan diri dan identitasnya sebagai wanita. Kehamilan bagi seorang
wanita merupakan hal yang penuh kebahagiaan sekaligus kecemasan, cemas
mengenai hal-hal buruk yang dapat menimpa dirinya dan janin, terutama pada
saat proses persalinan. Kondisi kehamilan yang awalnya merupakan sumber
kebahagiaan dapat berubah menjadi suatu kecemasan tertentu, salah satunya
disebabkan oleh kondisi kehamilan yang berisiko tinggi.(1)
Berdasarkan data dari BPS dan SDKI pada tahun 2012 menunjukkan
angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi yaitu kisaran 359 kematian ibu
per 100.000 kehamilan. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan
SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390 kematian ibu per 100.000 kehamilan
walaupun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000
kehamilan pada tahun 2015, namun potensi untuk mencapai target MDGs ke-
5 untuk menurunkan AKI adalah off track, yang artinya diperlukan kerjakeras
dan sungguh-sungguh untuk mencapainya baik dari pemerintah, petugas
kesehatan, maupun masyarakat itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi
meningkatnya AKI salah satunya adalah kehamilan yang berisiko tinggi.
Kondisi kehamilan yang berisiko tinggi dapat menyebabkan janin yang
dikandung tidak dapat tumbuh dengan sehat, bahkan dapat menimbulkan
kematian pada ibu dan janin. (1)
Hasil penelitian Khan et al dari WHO menyampaikan bahwa
kehamilan dengan risiko tinggi menyumbang angka kematian yang besar di
berbagai negara, baik di Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan negara-negara di
2

Asia. Selain itu, menurut hasil penelitian Castro et al yang dilakukan secara
kualitatif, mengenai kematian pada ibu di Mexico dengan mengidentifikasi
164 keluarga dimana terdapat ibu yang meninggal menunjukkan bahwa
kematian ibu rata-rata disebabkan oleh kehamilan berisiko tinggi dengan
keterlambatan mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, saat pelayanan setelah
kedatangan ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan keterlambatan dalam
memutuskan tindak lanjut. Selain itu juga dipengaruhi kualitas pelayanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan. Selain itu penyebab kematian pada
ibu banyak disebabkan oleh ketidaksetaraan baik secara gender dan sosial
ekonomi.(1)
Masalah kesehatan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun psikis,
memiliki dampak terhadap kualitas hidup ibu. Ibu hamil memiliki suatu
keadaan yang dapat meningkatkan risiko selama kehamilan sekitar 5-10%
dari kehamilan. Ibu dengan kehamilan risiko tinggi perlu menyiapkan diri
dengan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dalam menghadapi
kehamilan. Melalui peningkatan kondisi kesehatan yang berdampak secara
langsung terhadap peningkatan kualitas hidup, 90-95% ibu hamil yang
termasuk kehamilan dengan risiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat
dan mendapatkan bayi yang sehat. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan
diatasi dengan baik jika gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat
dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.(1)
Kegiatan praktek belajar lapangan pada blok Implemtation of Family
Medicine and Community Health ini lebih memfokuskan pada kegiatan
Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) yang merupakan salah satu
deteksi dini pada ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi.(1)
3

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab ibu hamil dengan risiko tinggi selama
kehamilan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi masalah terjadinya ibu hamil dengan risiko tinggi
di Puskesmas Majasem
2. Mengidentifikasi penyebab, metode, dan alternatif pemecahan
masalah terjadinya ibu hamil dengan risiko tinggi di Puskesmas
Majasem
3. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang berhubungan dengan
masalah terjadinya ibu hamil dengan risiko tinggi berdasarkan
program RSBM di Puskesmas Majasem.

1.3 Letak Geografis dan Cakupan Wilayah Kerja Puskesmas Majasem


1. Letak geografis
Puskesmas Majasem adalah pusat kesehatan masyarakat yang terletak di
wilayah Keluarahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon yang
mempunyai luas 250,081 ha dengan batas wilayah :
a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Kalikoa Kab. Cirebon
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kel. Harjamukti
c. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Sunyaragi
d. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kepompongan
4

Gambar 1.1. Geografis Kelurahan Karyamulya

2. Cakupan wilayah kerja Puskesmas Majasem


Secara Administratif Kelurahan Karyamulya terbagi menjadi 17
RW dengan Jumlah RT. Sebanyak 87 RT sebagai berikut :
a. RW 01 Kalikebat dengan jumlah RT sebanyak 4
b. RW 02 Sicalung dengan jumlah RT sebanyak 6
c. RW 03 Karyamulya dengan jumlah RT sebanyak 4
d. RW 04 Mega Endah dengan jumlah RT sebanyak 5
e. RW 05 Nusa Endah dengan jumlah RT sebanyak 10
5

f. RW 06 Harapan Mulya dengan jumlah RT sebanyak 8


g. RW 07 Harapan Mulya dengan jumlah RT sebanyak 4
h. RW 08 Majasem dengan jumlah RT sebanyak 4
i. RW 09 Situgangga dengan jumlah RT sebanyak 5
j. RW 10 Karya Bakti dengan jumlah RT sebanyak 5
k. RW 11 Mekar Mulya dengan jumlah RT sebanyak 5
l. RW 12 Mulya Indah dengan jumlah RT sebanyak 6
m.RW 13 Mekar Sicalung dengan jumlah RT sebanyak 4
n. RW 14 Jembar Agung dengan jumlah RT sebanyak 3
o. RW 15 Nuansa Majasem dengan jumlah RT sebanyak 10
p. RW 16 Karya Indah dengan jumlah RT sebanyak 3
q. RW 17 Mulya Sejahtera dengan jumlah RT sebanyak 6

1.4 Landasan Teori


A. Gambaran RSBM
Rumah Sakit Berbasis Masyarakat atau RSBM merupakan jejaring
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pemerintah
dan swasta di masing-masing wilayah binaannya berupa pelayanan
kesehatan rumah sakit bagi masyarakat di luar gedung rumah sakit secara
langsung oleh dokter spesialis baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta adanya transfer of knowledge bagi tenaga kesehatan dan
masyarakat dengan melibatkan puskesmas, institusi pendidikan kesehatan,
institusi kesehatan lainnya. Kegiatan RSBM meliputi pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) pada ibu hamil yang dilakukan oleh dokter spesialis
obstetri dan ginekologi (Sp.OG) dan pada anak yang dilakukan oleh
dokter spesialis anak (Sp.A). RSBM juga mempunyai alur rujukan
pelayanan kesehatan dari tingkat puskesmas sampai ke tingkat rumah
sakit.
Beberapa puskesmas di kota Cirebon sudah menerapkan program
RSBM yang bertujuan untuk menekan dan menurunkan jumlah kematian
ibu bersalin dan bayi di Kota Cirebon. Kegiatan ini dibawah tanggung
6

jawab Dinas Kesehatan Kota Cirebon dengan melibatkan seluruh


komponen baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Pelayanan pada
kegiatan dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu penapisan ibu hamil dan
bayi yang berisiko tinggi oleh kader kampung siaga dan petugas
puskesmas, kemudian dilanjutkan dengan pelayanan rujukan bagi ibu
hamil dan bayi risiko tinggi.
Ibu dan bayi risti dianjurkan untuk datang kembali pada waktu
yang sudah ditentukan dimana dokter spesialis Sp.OG maupun Sp.A
datang ke puskesmas 2 minggu sekali atau jika dokter spesialis datang ke
puskesmas.

Gambar 1.2. Alur rujukan bertingkat

B. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


7

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki risiko


kematian ibu dan bayi, ibu yang melahirkan bayi yang cacat, atau terjadi
komplikasi pada kehamilan yang lebih besar dari risiko pada wanita
normal umumnya. Penyebab kehamilan berisiko tinggi pada ibu hamil
adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi,
rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Pengetahuan ibu tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan
dapat memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin.

C. Macam-Macam Kehamilan Risiko Tinggi


Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti dari berbagai institut
yang berbeda-beda namun dengan tujuan yang sama mencoba
mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi. Risiko adalah suatu ukuran
statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan
gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan
(5K) pada ibu dan bayi. (2)
Ukuran risiko dapat dikelompokkan dalam bentuk angka (skor)
digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada
tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah,
risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah atau faktor risiko, fisiologis dan
kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan
bayi hidup sehat. (3)
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak
ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
8

baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak
darurat. (3)
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko perdarahan sebelum bayi lahir,
memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya,
membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan
bayinya. Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan
di rumah sakit oleh dokter spesialis. (3)

D. Faktor risiko pada ibu hamil


Faktor risiko pada ibu hamil antara lain:
1. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
a. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan
panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya
diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin
terjadi antara lain:
- Bayi lahir belum cukup umur
- Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
- Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
b. Primi tua
Penyebab yang terjadi pada primi tua antara lain :
- Lama perkawinan ≥ 4 tahun
- Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan
kehidupan perkawinan biasa
- Suami istri tinggal serumah
- Suami atau istri tidak sering keluar kota
9

- Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)


Bahaya yang terjadi pada primi tua antara lain :
- Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh
karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia
- Persalinan tidak lancar.
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Kurang energi kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas krang dari
23,5 cm atau penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama masa
kehamilan

5. Anemia dengan hemoglobin kurang dari 11 g/dl.


Pengaruh anemia pada kehamilan antara lain:
- Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
- Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat
badan lahir rendah
- Persalinan prematur
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
- Kematian janin mati
- Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
- Persalinan lama
- Perdarahan pasca persalinan.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini
8. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain
tuberkulosis, kelainan ginjal, jantung hati, psikosis, kelainan endokrin,
tumor, keganasan.
10

9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik


terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital.
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : perdarahan dengan seksio
sesaria, ekstraksi vakum / forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan pasca persalinan,
infeksi masa nifas, psikosis post-partum (post-partum blues)
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipeRTensi, dan
cacat kongenital
13. Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster
14. Kelaianan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar
15. Kelainan letak posisi janin: lintang atau oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
E. Deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil
Pelaksanaan deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil dilakukan
dengan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya.
Tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai
risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri
atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan
11

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan


8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa.
Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau
kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B,
HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Dengan demikian secara operasional pelayanan antenatal disebut


lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut:
- Minimal 1 kali pada trimester pertama
- Minimal 1 kali pada trimester kedua
- Minimal 2 kali pada trimester ketiga

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk


menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

F. Komplikasi kehamilan risiko tinggi


Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam (kelainan pembekuan darah dan subinvolusi
uteri)
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)
12

Tekanan darah tinggi (sistolik ≥ 140 mmHg, diastolik ≥ 90


mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4. Ancaman persalinan prematur
5. Infeksi berat dalam kehamilan (demam berdarah, tifus abdominalis,
sepsis)
6. Distosia bahu (persalinan macet dan persalinan tak maju)
7. Infeksi masa nifas

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat


penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu
dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk
kasus risiko tinggi, oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu. Faktor risiko pada
neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil yang
memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
pada neonatus. Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Kejang
4. Ikterus
5. Hipotermia
6. Tetanus neonatorum
7. Trauma lahir
8. Sindroma gangguan pernapasan
9. Kelainan kongenital
13

BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan data yang diperoleh dari KIA Puskesmas Majasem,
masalah yang timbul pada pelaksanaan RSBM adalah tingginya angka ibu
hamil dengan resiko tinggi, adanya gangguan tumbuh kembang pada anak
disertai penyakit yang menyertainya, kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai program pelayanan RSBM, kurangnya pengetahuan kader
mengenai masalah RSBM di Puskesmas Majasem, dan kurangnya
komunikasi yang efektif antara dokter spesialis dengan masyarakat.
14

2.2. Prioritas masalah


Berdasarkan masalah yang diperoleh dari data RSBM Puskesmas
Majasem didapatkan angka yang masih tinggi adalah jumlah ibu hamil
dengan resiko tinggi. Data yang diperloleh dari bulan Januari sampai awal
Desember tahun 2018 pada wilayah Puskesmas Majasem sebanyak 273 ibu
hamil. Pada jumlah 273 ibu hamil tersebut, terdapat sebanyak 3 kehamilan
multigravida, 6 ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun, 46 ibu hamil
berusia lebih dari 35 tahun, 14 ibu hamil anemia, 14 ibu hamil dengan
hipertensi, 31 ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5, 4 ibu hamil dengan
jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, 7 ibu hamil dengan hbsAg (+), 1 ibu
hamil dengan tinggi badan kurang dari 145, 22 ibu hamil dengan riwayat
abortus, dan 125 ibu hamil yang tidak memiliki risiko seperti diatas.
15

Hipertensi TB Riwayat
Usia Usia LILA Jarak
Kehamilan >140/90 HbSAg < 145 abortus
ibu < ibu > Anemia < 23,5 kehamilan
multigravida mmHg (+) cm
20th 35 th cm < 2 th

RW 1 - - 4 1 - - 1 - - -
RW 2 - - 4 1 - 2 - - - 1
RW 3 1 1 6 1 1 3 1 2 - 3
RW 4 - - 2 - 1 2 - - - 1
RW 5 - - 3 - - 2 - - - -
RW 6 - - 3 - - 2 1 - - 2
RW 7 - 1 3 3 1 2 - - - 2
RW 8 - 3 4 1 6 9 - 2 1 7
RW 9 1 - 6 2 1 - 1 - - 2
RW 10 - 1 2 2 1 5 - 1 - 1
RW 11 1 - 2 - - - - 1 - -
RW 12 - - - - - - - - - -
RW 13 - - 1 1 2 3 - 1 - 3
RW 14 - - 1 - - - - - - -
RW 15 - - 4 2 1 - - - - -
RW 16 - - - - - - - - - -
RW 17 - - 1 - - 1 - - - -
Jml 3 6 46 14 14 31 4 7 1 22

Tabel 2.1. Data ibu hamil dengan risiko tinggi pada Puskesmas Majasem
16

Setelah melakukan identifikasi masalah pada kegiatan RSBM di


wilayah kerja Puskesmas Majasem didapatkan beberapa masalah yaitu:
1. Ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm
2. Kehamilan dengan usia ibu yang lebih dari 35 tahun
3. Ibu hamil anemia
4. Kehamilan dengan usia ibu kurang dari 20 tahun
5. Kehamilan dengan multigravida
6. Kehamilan dengan hipertensi
7. Kehamilan dengan HbsAg (+)
8. Kehamilan dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
9. Kehamilan dengan riwayat abortus
10. Kehamilan dengan tinggi badan ibu < 145 cm

2.3. Analisis masalah


Penentu prioritas masalah perlu dilakukan untuk menentukan masalah
mana yang perlu mendapat perhatian lebih dari masalah lainnya. Untuk
menentukan prioritas masalah yang ada, dilakukan menggunakan analisis
USG dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
U : Urgency (tingkat kepentingan yang mendesak)
S : Seriousness (tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu untuk
penanganan masalah)
G : Growth (tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan
pada saat masalah mulai terlihat dan sesudahnya).
Tabel 2. Penilaian Kriteria USG
Nilai KRITERIA
Urgency Seriousness Growth
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
17

3 Urgen Serius Tumbuh


2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang urgen Sangat kurang serius Sangat kurang
tumbuh
Keterangan : Nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah.
Berikut adalah penerapan analisis USG yang dilakukan pada masalah-masalah
yang sudah kami identifikasi dari kegiatan RSBM di Puskesmas Majasem.

Tabel 3. Analisis Permasalahan


NO MASALAH POKOK U S G Total
1 Masih ditemukannya ibu dengan usia kurang dari 20 tahun 2 3 3 8
2 Masih ditemukannya ibu dengan usia lebih dari 35 tahun 3 3 6 12
3 Terdapatnya ibu hamil dengan LILA <23,5 cm (KEK) 3 4 4 11
4 Terdapatnya ibu hamil dengan anemia 3 3 3 9
5 Terdapatnya ibu hamil dengan hipertensi > 140/90 mmHg 4 4 3 11
6 Terdapatnya ibu hamil dengan HbSAg (+) 4 5 3 12
7 Terdapatnya ibu hamil dengan jarak kehamilan < 2 tahun 2 2 2 6
8 Terdapatnya ibu hamil yang mengalami abortus 4 3 2 9

9. Kehamilan dengan multigravida 3 2 2 7


Dengan menjumlah (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah.
Dengan demikian prioritas masalah yang memerlukan pemecahan segera pada
program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat adalah ibu hamil dengan usia > 35
tahun.
18

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah kami paparkan sebelumnya kami
memiliki beberapa solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
1. Penyuluhan pada ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi pada bumil
diatas 35 tahun.
2. Meningkatkan pengetahuan kader tentang deteksi dini kehamilan risiko
tinggi, alur rujukan ibu hamil risti, dan komplikasi ibu hamil risti.
3. Mengoptimalkan tatalaksana ibu hamil risti di wilayah kerja puskesmas
Majasem melalui pelayanan antenatal care dan RSBM.
4. Penyuluhan mengenai KB (Keluarga Berencana) untuk pencegahan
kehamilan diatas 35 tahun

3.2 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah


1. Penyuluhan pada ibu hamil mengenai bahaya kehamilan risiko tinggi pada
bumil diatas 35 tahun.
2. Penyuluhan mengenai jenis-jenis KB untuk pencegahan kehamilan diatas
35 tahun
3. Meningkatkan kemampuan kader tentang cara deteksi dini kehamilan
risiko tinggi
4. Mengoptimalkan pelayanan antenatal care dan RSBM di wilayah kerja
Puskesmas Majasem

3.3 Pemecahan Masalah


Dilihat dari alternatif pemecahan masalah yang telah diurutkan, maka
solusi yang paling mungkin dan mudah dilakukan adalah dengan melakukan
19

penyuluhan kepada ibu hamil dan kader tentang Kehamilan Risiko Tinggi
pada bumil diatas usia 35 tahun.
Pengetahuan mengenai Kehamilan Risiko Tinggi di puskesmas
Majasem masih terbilang rendah, hal ini dibuktikan dengan tingginya angka
ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun. Oleh karena itu, untuk mencapai
angka kesehatan ibu hamil, kami memilih melakukan penyuluhan yang berisi
tentang bahaya kehamilan diatas usia 35 tahun. Selain itu alternatif
pemecahan masalah lainya adalah dengan ibu hamil diatas usia 35 tahun
untuk mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Majasem
sebagai upaya untuk menurukan kejadian kehamilan risiko tinggi pada usia
diatas 35 tahun di Puskesmas Majasem agar dijadikan usulan kegiatan
sebagai solusi dari prioritas masalah.
3.4 Pelaksanaan Pemecahan Masalah
Program yang kami usulkan dalam kesempatan belajar praktek
lapangan selama 4 minggu di Puskesmas Majasem ini bertujuan untuk lebih
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan RSBM khususnya pada kesehatan ibu
dan anak. Hasil dari identifikasi masalah pada wilayah Puskesmas Majasem
didapatkan masih tingginya angka kejadian ibu hamil diatas usia 35 tahun.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan:
1. Mempersiapkan materi penyuluhan tentang risiko kehamilan diatas 35
tahun
2. Koordinasi dengan pihak puskesmas untuk mempersiapkan tempat
penyuluhan
3. Koordinasi dengan pihak puskesmas dan kader untuk mengundang ibu
hamil.
4. Berkoordinasi dengan kader untuk menghadirkan ibu hamil ke tempat
penyuluhan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan :
1. Melakukan pre-test tentang pengetahuan ibu terhadap risiko
kehamilan diatas usia 35 tahun pada ibu hamil (terlampir)
20

2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang risiko kehamilan diatas


usia 35 tahun pada ibu hamil dan kader
3. Melakukan post-test tentang pengetahuan ibu setelah kegiatan
penyuluhan (terlampir)
4. Melakukan wawancara kepada ibu hamil dan kader (terlampir)
21

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

4.1 Prioritas Masalah dan Analisa Masalah


Penentu prioritas masalah perlu dilakukan untuk menentukan masalah
mana yang perlu mendapat perhatian lebih dari masalah lainnya. Untuk
menentukan prioritas masalah yang ada, dilakukan menggunakan analisis
USG dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
U : Urgency (tingkat kepentingan yang mendesak)
S : Seriousness (tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu untuk
penanganan masalah)
G : Growth (tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan pada saat
masalah mulai terlihat dan sesudahnya).

Tabel 2. Penilaian Kriteria USG


Nilai KRITERIA
Urgency Seriousness Growth
5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh
4 Cukup urgen Cukup serius Cukup
3 Urgen Serius Tumbuh
2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh
1 Sangat kurang urgen Sangat kurang serius Sangat kurang
tumbuh
Keterangan : Nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah.

Berikut adalah penerapan analisis USG yang dilakukan pada masalah-


masalah yang sudah kami identifikasi dari kegiatan RSBM di Puskesmas
Majasem.
22

Tabel 3. Analisis Permasalahan


NO MASALAH POKOK U S G Total
1 Masih ditemukannya ibu dengan usia kurang dari 20 tahun 2 3 3 8
2 Masih ditemukannya ibu dengan usia lebih dari 35 tahun 3 3 6 12
3 Terdapatnya ibu hamil dengan LILA <23,5 cm (KEK) 3 4 4 11
4 Terdapatnya ibu hamil dengan anemia 3 3 3 9
5 Terdapatnya ibu hamil dengan hipertensi > 140/90 mmHg 4 4 3 11
6 Terdapatnya ibu hamil dengan HbSAg (+) 4 5 3 12
7 Terdapatnya ibu hamil dengan jarak kehamilan < 2 tahun 2 2 2 6
8 Terdapatnya ibu hamil yang mengalami abortus 4 3 2 9

9. Kehamilan dengan multigravida 3 2 2 7

Dengan menjumlah (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas


masalah. Dengan demikian prioritas masalah yang memerlukan pemecahan segera
pada program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat adalah ibu hamil dengan usia >
35 tahun.
23

BAB V

PEMECAHAN MASALAH

5.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah kami paparkan sebelumnya kami memiliki
beberapa solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
1. Penyuluhan pada ibu hamil tentang Ibu Hamil Risiko Tinggi terutama Ibu
hamil dengan risiko tinggi
2. Meningkatkan pengetahuan kader tentang ibu hamil risti serta alur rujukan,
dan bahaya ibu hamil risti
3. Mengoptimalkan tatalaksana ibu hamil risti di wilayah kerja puskesmas
majasem
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan sadock 1997


2. Kualitas Hidup pada Ibu dengan Kehamilan Risiko Tinggi. Available
from:
https://www.researchgate.net/publication/320597324_Kualitas_Hidup_
pada_Ibu_dengan_Kehamilan_Risiko_Tinggi [accessed Nov 29 2018].
3. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Sarwono; 2010
4. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Dan Anak (Pws-Kia). Jakarta: Departemen Kesehatan;
2010.

Anda mungkin juga menyukai