Anda di halaman 1dari 27

Bed Site Teaching

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Oleh :

Meilia Ghinasari 1740312022

Ilya Rosdiana 1740312025

Fitri Indria Rahmi 1740312027

Pembimbing :

Dr. dr. Yusrawati, Sp.OG ( K )

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan ginekologi merupakan suatu prosedur klinik yang dilakukan

secara bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,

Pemeriksaan ginekologi berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada

tidaknya kelainan pada bagian tersebut. Tujuan pemeriksaan ginekologi adalah untuk

menentukan arah, besar dan konsistensi uterus, memeriksa adneksa dan parametrium,

pemeriksaan ballotement, konfirmasi kehamilan intra dan ekstrauterin, konfirmasi

peradangan atau infeksi dan pemeriksaan flour albus, perdarahan dan tumor pelvik.1

Organ reproduksi perempuan sangat rentan untuk terserang penyakit yang

berbahaya, terutama jika terlambat dideteksi. Pemerksaan dini sangat penting karena

gejala penyakit biasanya akan muncul pada stadium lanjut. Beberapa keluhan yang

sering muncul adalah keluar cairan dari vagina, gangguan siklus menstruasi, nyeri

saat menstruasi, nyeri perut bagian bawah dan nyeri saat berhubungan seksual.

Oleh karena itu, pemeriksaan ginekologi sangat penting dilakukan, dan akan

sangat baik apabila dilakukan secara berkala dan rutin.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan

pengetahuan tentang pemeriksaan ginekologi.

2
1.3 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara

bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,

berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada

bagian tersebut. Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur

pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada tampilan

genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan

serviks, kondisi adneksa, parametrium dan organ-organ disekitar genitalia interna

(rongga pelvik).1

Tujuan pemeriksaan ginekologi adalah untuk menentukan arah, besar dan

konsistensi uterus, memeriksa adneksa dan parametrium, pemeriksaan ballotement,

konfirmasi kehamilan intra dan ekstrauterin, konfirmasi peradangan atau infeksi dan

pemeriksaan flour albus, perdarahan dan tumor pelvik.

2.1. ANAMNESIS1,2

a. Ucapkan salam

b. Dengan sopan, tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, dll)

c. Tanyakan tentang :

 Riwayat perkawinan (berapa dan tahun)

4
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya (kesulitan persalinan yang

lalu)  Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya, abortus, persalinan

normal, operasi, anak hidup atau tidak. Infeksi nifas dan kuretase dapat

menjadi sumber infeksi panggul menahun dan kemandulan, gangguan haid.

 Riwayat Ginekologik  Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta

pengobatannya dapat memberi keterangan penting terutama operasi yang telah

dialami.

 Riwayat Haid

Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyak darah yang

keluar waktu haid, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak dan menopause,

apakah haid penderita terlambat atau mengalami amenorea.

d. Keluhan Sekarang

 Perdarahan

Perlu ditanyakan apakah perdarahan ada hubungannya dengan siklus haid

atau tidak, banyaknya dan lama perdarahan. Apakah sedang mengalami

menoragia, hipermenorea, polimenorea hipomenorea, oligomenorea atau

metroragia. Perdarahan yang didahului dengan haid yang terlambat biasanya

disebabkan abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Tapi mungkin

juga karena poliposus servisi uteri,erosi porsio uteri dan karsinoma servik

uteri.

5
Gadis muda kadang-kadang mengalami perdarahan tidak normal, ada

kalanya disertai/tidak hipoplasia uteri atau uterus infantilis, keadaan ini

disebut dengan metropathia haemorrhagica des juvenilis.

Perdarahan sewaktu atau setelah koitus merupakan gejala karsinoma

servik uteri atau bisa juga karena poliposus servik uteri, erosi porsio uteri atau

vulnus postkoitum.

Selain tumor ganas, perdarahan dalam menopause dapat pula disebabkan

oleh kelainan lain seperti karankula uretralis, vaginitis/endometriosis senilis,

perlukaan vagina, poliposus servisis uteri, erosi porsio uteri.

 Fluor albus (leukorea)

Walau tidak mengandung bahaya tetapi dapat mengganggu penderita baik

fisik atau mental. Sifat dan banyaknya keputihan bisa memberi petunjuk

etiologinya. Ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus-menerus atau

pada waktu-waktu tertentu, banyaknya, warnanya, baunya disertai rasa

gatal/nyeri atau tidak.

Secara fisiologik dapat dijumpai pada waktu ovulasi, waktu menjelang

dan setelah haid, rangsangan seksual,atau dalam kehamilan. Tetapi, bila

wanita merasa terganggu, berganti celana beberapa kali sehari, disertai

gatal/nyeri merupakan tanda-tanda keadaan yang patologis.

 Rasa nyeri

6
Nyeri di perut, pinggang atau alat kelamin luar dapat merupakan gejala

dari kelainan ginekologik. Dismenorea dapat dirasakan di perut bawah atau di

pinggang, bersifat seperti mulas-mulas, ngilu atau ditusuk-tusuk.

Endometriosis hampir selalu disertai dismenorea.

Dispareunia, rasa nyeri waktu bersenggama dapat disebabkan kelainan

organik atau faktor psikologik. Sebab-sebab organik seperti introitus vagina

atau vagina terlampau sempit, peradangan atau perlukaan.

Nyeri perut dapat disebabkan kelainan letak uterus, neoplasma,

peradangan. Nyeri pinggang bagian bawah diderita oleh wanita yang

mengalami parametritis akibat fibrosis di ligamentum kardinal dan

sakrouterinum.

 Miksi

Ditanyakan rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing, retensio urine,

kencing tidak lancar atau tidak tertahan. Penderita urethritis dan sistitis merasa

nyeri waktu kencing atau sesudah kencing disertai pula rasa tidak enak atau

nyeri didaerah simfisis. Retensio urine dijumpai pada retrofleksi uteri gravid

inkarserata pada kehamilan 16 minggu, mioma uteri dan kista ovarii besar.

Inkontensia urine merupakan fistula vesikovaginalis. Apabila fistulanya kecil,

penderita baru ngompol kalau kandung kemihnya penuh.

 Defekasi

7
Apakah ada kesulitan defekasi, apakah defekasi disertai rasa nyeri ataukah

beraknya encer disertai lendir, nanah, atau darah.

 Keluhan sistemik lainnya

 Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga

2.2 Pemeriksaan Fisik1,2

1. Pemeriksaan Umum

Seperti halnya pemeriksaan fisik lainnya, inspeksi harus dilakukan sejak

pasien masuk ke dalam kamar periksa. Keadaan umum pasien, postur dan

kesadaran harus diinspeksi dengan akurat. Pemeriksaan fisik umum harus

dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanda vital, kondisi organ vital

(jantung dan paru), tanda anemia serta kelainan organ lain dari kepala hingga

kaki. Berilah perhatian khusus terhadap tanda yang berhubungan dengan kelainan

ginekologi serta organ yang memiliki hubungan terdekat dengan kelainan

ginekologi.4

Apakah penderita terlampau gemuk (obesitas), atau terlampau kurus

(cachexia), dan sudah berapa lama keadaan demikian. Dilakukan pemeriksaan

secara sistematik mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kalau perlu

dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, miksal Hb, leukosit, laju endap

darah, pemeriksaan air kencing, dll.

8
2. Pemeriksaan Payudara

Mempunyai arti penting karena berhubungan dengan diagnostik kelainan

endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae. Pemeriksaan dilakukan dengan

inspeksi dan palpasi.

3. Pemeriksaan abdomen

Penderita harus tidur telentang dan tenang

 Inspeksi. Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan,

kondisi kulit, dan parut operasi.

9
 Palpasi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung kemih

dan rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista dan

rektum terisi menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien BAK/BAB

terlebih dahulu atau dilakukan kateterisasi atau diberi klisma. Jelaskan

pemeriksaan pada penderita. Kedua tungkai ditekuk sedikit dan disuruh

bernafas dalam. Palpasi abdomen dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari

dari atas atau daerah yang tidak dikeluhkan nyeri. Diperiksa adanya

rangsangan peritoneum, adanya nyeri tekan dan nyeri lepas. Baru kemudian

palpasi dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernafasan. Dimulai dari

bagian-bagian yang normal yang tidak dirasakan nyeri dan tidak

membesar/menonjol.

 Perkusi. Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan

bebas dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian

menonjol saat pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah

walaupun pasien dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan

mengumpul pada bagian yang paling rendah, sedang usus-usus mengambang

di atasnya. Apabila pasien telentang, maka perkusi timpani di bagian atas

perut melengkung ke ventral dan pekak sisi kanan dan kiri. Keadaan berubah

bila pasien berbaring miring ke kanan, cairan berpindah dan mengisi bagian

kanan dan ventral. Daerah timpani pun berpindah tempat. Tumor yang disertai

dengan cairan bebas menunjuk ke arah keganasan.

10
 Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang

cukup tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan

mioma uteri yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan

ileus.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK

Status ginekologik yaitu catatan-catatan dan hasil pemeriksaan yang

diperoleh dengan cara khusus (pemeriksaan ginekologik). Agar hasilnya baik,

pasien harus berbaring dalam posisi tertentu dan diperlukan alat-alat tertentu.

Posisi pasien

Ada 3 jenis letak :1

 Posisi litotomi.

Diperlukan meja ginekologi dengan penyangga kedua tungkai. Pasien

berbaring diatasnya sambil lipat lutunya diletakkan pada penyangga dan

tungkainya fleksi santai sehingga berbaring dengan posisi mengangkang.

Dengan penerangan yang memadai, vulva, anus, dan sekitarnya tampak jelas

dan pemeriksaan bimanual dan spekulum dapat dilakukan dengan mudah.

Pemeriksa berdiri duduk didepan vulva. Pemeriksaan inspekulo sebaiknya

duduk dan pemeriksaan bimanual sebaiknya berdiri. Pemeriksaan bimanual

bisa juga tanpa meja ginekologik. Pasien tidur telentang sam bil kedua tungkai

dilipat lutut dan agak mengangkang. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan


11
pasien, sambil 2 jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan tangan kiri

diletakkan di perut.

 Posisi miring.

Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri,

paha dan lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar.

 Posisi Sims.

Posisi hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir

lurus, tungkai kanan ditekuk ke arah perut dan lututnya diletakkan pada alas,

sehingga panggul membentuk sudut miring dengan alas, lengan kiri di

belakang badan dan bahu sejajar dengan alas. Penderita berbaring setengah

tengkurap.

Alat-alat dan perlengkapan:1

1. Sarung tangan

2. Spekulum Sims dan cocor bebek

3. Cunam kapas untuk membersihkan vagina dan porsio uteri

4. Kateter Nelaton dan logam

5. Kapas sublimat atau lisol

6. Kaca benda untuk pemeriksaan gonorea dan sitologi vaginal

7. Spatel ayre dan etil alkohol 95% untuk sitologi vaginal

8. Kapas lidi untuk pemeriksaan gonorea, trikominiasis dan kandidiasis

9. Botol kecil berisi larutan fisiologis


12
10. Cunam porsio

11. Sonde uterus

12. Cunam biopsi

13. Mikrokuret

Pemeriksaan yang dilakukan:

a. Pemeriksaan genitalia eksterna

Dengan litotomi genitalia eksterna tampak jelas. Perhatikan bentuk, warna,

dan pembengkakan dari genitalia eksterna, perineum, anus, dan sekitarnya.

Apakah ada darah atau fluor albus. Apakah himen masih utuh, klitoris masih

normal, dan juga pertumbuhan rambut pubis.1,2

Selain itu juga dilakukan perabaan glandula Bartholini dengan jari-jari dari

luar kemudian diteruskan dengan perabaan antara 2 jari di dalam vagina dan ibu

jari diluar. Dicari apakah ada Bartholinitis, abses, atau kista. Dalam keadaan

normal kelenjar Bartholin tidak dapat diraba

b. Pemeriksaan dengan spekulum

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan spekulum dan hanya

dilakukan apabila pasien telah menikah atau pernah melakukan koitus. Spekulum

yang sering digunakan adalah spekulum Sims atau Graeves. Spekulum Sims

memberikan visualisasi yang lebih baik, tetapi harus menggunakan 2 tangan,

sementara Graeves hanya membutuhkan 1 tangan, sementara tangan lainnya dapat

13
melakukan hal lain. Pada beberapa keadaan, Sims dapat digunakan dengan

bantuan orang lain.

Prosedur Memasang Spekulum Graeves  Geser labia mayora ke sisi kiri

dan kanan dengan menggunakan ibu jari dan telujuk tangan kiri. Tangan kanan

memegang Graves dalam posisi oblik dan menggerakkan daun spekulum sampai

mencapai posisi kiri kanan. Spekulum tidak membutuhkan lubrikan atau

disinfektan bila anda ingin mengambil sampel sitologi. Spekulum dimasukkan

dengan perlahan dan halus dalam posisi daun tertutup.Perhatikan bahwa arah

spekulum harus paralel terhadap sumbu panjang vagina. Setelah memasukkan

2/3 daun spekulum ke dalam vagina, rotasikan 90˚ secara perlahan sampai daun

spekulum mencapai posisi superior-inferior, dan buka daun secara perlahan.

Setelah serviks dapat divisualisasikan, seluruh daun spekulum dimasukkan ke

dalam vagina hingga mencapai forniks anterior dan posterior.

Pemasangan spekulum adalah benar apabila serviks terlihat dengan jelas.

Bila serviks terhalang discharge, bersihkan dengan menggunakan cairan saline

atau cairan disinfektan. Sebelumnya, perhatikan discharge, dan catat jumlah,

konsistensi, warna dan baunya. Setelah serviks tervisualisasi dengan jelas,

lakukan assessment terhadap serviks secara hati-hati tentang, antara lain, warna

mukosanya (hiperemia, anemia, livide) serta abnormalitas seperti erosi,

ektropion, laserasi, sikatrik, granulasi, teleangiektasi, polip dan tumor. Setelah

pemeriksaan selesai, spekulum ditarik secara perlahan dan memutar untuk

memungkinkan inspeksi dinding vagina, dengan menandai warna, petechiae,

14
varises, granulasi, ulserasi, ulkus, fistula, aksentuasi yang disebabkan oleh

kelemahan dinding vagina (sistokel dan rektokel) dan tumor.

Gambar 2.1 Pemeriksaan Inspekulo3

c. Pemeriksaan dalam (vaginal touché)

Himen yang masih utuh atau kaku merupakan kontraindikasi untuk

dilakukan pemeriksaan dalam pervaginam. Jika tidak, sebaiknya 2 jari

dimasukkan ke dalam vagina. Diperiksa apakah intoitus vagina dan vagina

sempit atau luas, apakah dinding vagina licin atau kasar, apakah teraba polip,

tumor atau benda asing, apakah ada kelainan bawaan apakah puncak vagina

teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servisis uteri.1,2

Juga dilakukan perabaan kavum Douglas dengan menempatkan ujung jari

di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior dapat disebabkan oleh :1

a. Terkumpulnya feses/skibala di dalam rektosigmoid

b. Korpus uterus dalam retrofleksio

15
c. Abses di kavum Douglas

d. Hematokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu

e. Kutub bawah tumor ovarium atau mioma uteri

f. Tumor rektosigmoid

Perabaan serviks dan tentukan:1

 Arah porsio

Apabila uterus dalam anteversiofleksio, maka porsio bagian depanlah yang

teraba lebih dahulu oleh jari karena portio menghadap agak kebelakang.

Sebaliknya pada uterus dalam letak retroversiofleksio, portio bagian belakang

atau ostium uteri eksternum yang teraba lebih dahulu karena portio

menghadap kedapan.

 Bentuk, apakah bulat atau terbelah melintang

Pada nullipara portio bentuknya konis atau silindris dan ostium uteri

eksternum kecil dan bulat. Setelah terjadi robekan pada persalinan, portio

menjadi lebih besar dan mempunyai bentuk lain, yaitu yang lazim disebut

terbelah melintang dan terdiri dari bibir depan dan bibir belakang.

 Besarnya dan konsistensi serviks

Gadis muda mempunyai portio yang masih kecil kira-kira sebesar ujung jari

kelingking atau lebih kecil lagi dan berbentuk konis. Pada multipara portio

dapat mencapai sebesar ibu jari. Apabila portio lebih besar lagi maka

16
kemungkinan neoplasma harus dipertimbangkan, misalnya mioma atau

karsinoma eksofitik. Konsistensi servik yang normal kenyal dan elastis teraba

seperti buah rambutan yang telah dikupas kulitnya. Mioma teraba kenyal

keras, sedang karsinoma teraba keras apabila masih kecil dan rapuh apabila

sudah besar.

 Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri

internum. Dalam menghadapi kehamilan muda dengan perdarahan selalu

harus diperiksa apakah kanalis servikalis tertutup atau terbuka.

d. Pemeriksaan Bimanual

Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan, 2 atau 1 jari

dimasukkan dalam vagina atau satu jari ke dalam rektum, sedang tangan lain

diletakkan di dinding perut. Untuk memperoleh hasil yang baik, penderita

berbaring dalam letak litotomi, kemudian pasien diberitahu, pasien harus santai,

tidak boleh meregangkan perutnya. Pemeriksa memakai sarung tangan dan

berdiri atau duduk di depan vulva.1

17
Gambar 2.2 Pemeriksaan Bimanual3

Perabaan korpus uteri

Pemeriksaan dilakukan bimanual. Mula-mula jari-jari dimasukkan

sedalam-dalamnya. Pada uterus dalam anteversiofleksio ujung jari ditempatkan

di forniks anterior dan mendorong lekukan uterus keatas belakang. Lalu tangan

luar ditempatkan diperut bawah tidak langsung diatas simfisis, melainkan agak

keatas atau lebih jauh lagi keatas. Dipegang fundus uteri dan permukaan

belakang korpus. Dengan demikian korpus dicekap betul antara kedua tangan

dengan tangan luar mendorong korpus kebawah dan dari belakang kedepan.1,2,3

Yang harus diperhatikan pada perabaan bimanual secara berturut-turut :1

o Letaknya : anteversiofleksio, retroversiofleksio, anteversio, retroversion,

atau lurus.

18
o Bentuknya. Bentuk uterus bulat agak lonjong dengan fundus uteri lebih

besar daripada bagian bawah.

o Besarnya dan konsistensinya. Uterus wanita sebesar telur ayam dan kenyal.

Pembesaran uterus dapat disebabkan oleh kehamilan dan neoplasma.

o Permukaannya. Permukaan uterus biasanya rata, termasuk uterus gravidus

dan uterus dengan karsinoma korporis uteri. Permukaan yang tidak rata dan

berbenjol-benjol menunjuk kearah mioma uteri.

o Gerakannya. Uterus normal dapat digerakkkan dengan mudah kesegala arah.

Perabaan parametrium dan adneksum1

Jari-jari dimasukkan sedalam-dalamnya, jikalau perlu perineum didorong

kedalam sehingga ujung jari bias mencapai 2-5 cm lebih dalam. Pemeriksaan

sebaiknya dimulai disisi yang tidak terasa nyeri atau yang tidak ada tumornya.

Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat diraba

pada wanita kurus dengan dinding perut yang lunak, besarnya seperti ujung jari

atau ujung ibu jari dan kenyal. Setiap kali parametrium dan atau tuba dapat

diraba berarti suatu kelainan.1

Penebalan parametrium sampai ketulang panggul yang disertai rasa nyeri

merupakan gejala parametritis. Pada karsinoma servisis uteri, penebalan

parametrium tidak disertai rasa nyeri.Pembesaran ovarium dapat disebabkan oleh

peradangan, retensi dan neoplasma. Pada pelvio peritonitis daerah sekitar uterus

teraba sebagai tahanan lunak tanpa batas-batas yang jelas dan sangat nyeri. Juga

19
gerakan portio dirasakan nyeri. Pada abses douglas dan hematoma retrouterina

teraba tahanan lunak dikavum douglas dengan batas-batas yang lebih jelas.1

Gambar 2.3 pemeriksaan adneksa3

e. Pemeriksaan Rektal

Dilakukan pada: 1

o Wanita yang belum pernah bersetubuh

o Pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau atresia vaginalis,

o Hymen rigidus

o Vaginismus.

20
Gambar 2.4 pemeriksaan rektal3

Pemeriksaan dalam narcosis

Pemeriksaan vaginoabdominal dan pemeriksaan in speculum perlu/harus

dilakukan dalam narcosis: 1

 Pada anak kecil

 Pada virgo dengan introitus vagina yang sempit atau pada hymen rigidus

 Vaginismus

 Apabila penegangan perut oleh penderita tidak dapat dihilangkan

 Apabila pada pemeriksaan biasa tanpa narcosis tidak diperoleh keterangan

yang cukup jelas.

21
Pemeriksaan Khusus

 Pemeriksaan labor biasa

Kadar Hb diperiksa pada wanita yang tampak pucat mengalami perdarahan,

pada wanita hamil, dan pada persangkaan kehamilan ekstrauterin terdanggu.

Jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa pada proses peradangan. Air

kencing diperiksa pada setiap wanita hamil (proteinuri) dan pada persangkaan

kelainan saluran kencing (sedimen).1

 Pemeriksaan sekret vulva dan vagina

Dilakukan terutama pada keluhan leukorea. Getah uretra diambil dari

orifisium urethrae eksternum dan getah servik dari ostium uteri eksternum. 1

 Pemeriksaan sitologi vagina

Bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks. Pemeriksaan sitologi

vagina dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini karsinoma servisis uteri dan

karsinoma korporis uteri. Selain itu pemeriksaan sitologi vaginal dapat juga

dipakai untuk secara tidak langsung mengetahui fungsi hormonal.1

 Percobaan schiller

Apabila permukaan portio dipulas dengan larutan lugol, maka epitel portio

yang normal menjadi berwarna coklat tua, sedangkan daerah yang tidak normal

berwarna kurang coklat dan tampak pucat.1

22
 Kolposkopi

Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan

dari lendir dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau

dilakukan percobaan schiller terlebih dahulu. Tampak jelas batas antara epitel

berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa dari endoserviks. Apabila ada lesi

tampak jelas pula batas antara daerah yang normal dan yang tidak normal. Muara

kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan dengan kenyataan ini dapat

jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma. 1

 Eksisi percobaan dan konisasi

Dilakukan pada setiap portio yang tidak utuh, didahului atau tidak oleh

pemeriksaan sitologi vagina atau kolposkopi. Daerah yang dipotong adalah

perbatasan antara epitel yang tampak normal dan lesi.1

 Biopsy endometrium

Dilakukan untuk menentukan ada atau tidak adanya ovulasi. Waktu yang

paling baik ialah hari pertama haid untuk menghindari kemungkinan adanya

kehamilan muda yang tidak disangka.1

 Pemeriksaan khusus lain

Pemeriksaan analisis sperma, pertubasi, percobaan pakis, percobaan

pemelaran/tarikan lender serviks, percobaan pasca koitus Sims-Huhner,

percobaan Miller-Kur-zrok, pengukuran suhu basal, histero-salpingografi,

23
laparoskopi, kuldoskopi, dilakukan untuk keperluan diagnostic

sterilitas/infertilitas.Pemeriksaan endokrin dilakukan dalam laboratorium khusus

misalnya penentuan fungsi hipofisis, ovarium, kelenjar gondok, dan kelenjar

adrenal.1

Pemeriksaan Roentgen diperlukan dalam mencari kelainan bawaan pada

genitalia interna, untuk deteksi massa tumor, perkapuran, kista dermoid yang

mengandung tulang atau gigi, lesi pada tulang panggul atau punggung, juga untuk

mencari kelainan pada saluran kencing.1

Sistoskopi diperlukan untuk visualisasi batu dan polip didalam kandung

kencing dan untuk mencari metastasis karsinoma servisis uteri dikandung

kencing.Ultrasonografi untuk diagnosis mola hidatidosa, kematian hasil konsepsi,

kehamilan kembar, untuk mencari detak jantung janin, lokasi plasenta, dan massa

tumor.Kuldosintesis atau pungsi douglas dilakukan untuk memastikan

terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus membedakannya

dengan abses douglas.1

 Sonografi transvaginal.

Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada

pasien infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi

transvaginal dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa, akan tetapi

tidak dapat menilai mobilitas organ/massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada

pasien yang masih virgo.1

24
 Histeroskopi

Dipakai untuk memeriksa rongga uterus, seperti kanalis servikalis, kavum

uteri serta ostium tuba uteri kiri dan kanan. Indikasi pemeriksaan :1

o Perdarahan abnormal dari uterus

o Pemeriksaan infertilitas

o Konfirmasi mioma atau polip endometrium

o Menentukan lokasi AKDR yang tertanam didalam kavum uteri

o Perlekatan dan kelainan kavum uteri

o Pemeriksaan parut uterus setelah tindakan pembedahan, seksio sesarea,

histerotomi dan miomektomi

o Melakukan biopsy intauterin dan lesi endoserviks.

Kontraindikasi pemeriksaan :1

 Perforasi uterus yang baru saja terjadi

 Kehamilan intrauterine dan peradangan pelvis aktif

 Perdarahan uterus yang masih aktif

 Stenosis serviks yang berat dan luas

 Hiperetrofleksi uteri fiksata

Peran diagnostik dalam mendeteksi kelainan ginekologik terutama dalam tiga hai :1

o Ginekologi umum terutama pada kasus-kasus perdarahan uterus normal

o Ginekologi onkologi

o Ginekologi reproduksi terutama dalam evaluasi infertilitas.

25
BAB III

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara

bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,

berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada

bagian tersebut

2. Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang

3. Pemeriksaan ginekologi dimulai dari inspeksi genitalia eksterna, pemeriksaan

dengan inspekulo, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan bimanual

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Raachimhadhi T. Ilmu Kandungan, edisi ke-7,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009: 132-163.

2. Yusrawati, Muhammad S. Penuntun Skills Lab Blok 2.3 Reproduksi, edisi ke-3,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2012.

3. Tahir AM, Farid RB, Jusuf EC. Buku Panduan Keterampilan Pemeriksaan

Ginekologi. Fakultas Kedokteran Hasanuddin. 2015

27

Anda mungkin juga menyukai