• Di bagi 2 yaitu ;
-Menurut terjadinya
-Menurut gambaran klinis
Klasifikasi menurut terjadinya abortus
1. Faktor janin
2. Faktor ibu
3. Faktor Ayah
PATOFISIOLOGI
MEKANISME AWAL : lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya
perdarahan minimal Kegagalan fungsi
plasenta kontraksi uterus dan mengawali
adanya proses abortus.
GAMBARAN KLINIS
• Amenore
• Perdarahan pervaginam
• Rasa mulas atau kram perut di
daerah simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus
Pemeriksaan ginekologi
• Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak
ada jaringan konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva
• Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium
• Vagina toucher (VT): portio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglas, tidak menonjol dan
tidak nyeri
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
ANAMNESIS
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus
adalah nyeri di perut bagian bawah terutamanya di bagian
suprapubik yang bisa menjalar ke punggung, bokong dan
perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak
tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan
hasil konsepsi yang masih tertingal didalam rahim.
Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan (banyak, sedang atau sedikit), Palpasi
abdomen : keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar
sesuai usia gestasi, dan konsistensinya. Pada pemeriksaan
pelvis (speculum} keadaan serviks dapat dinilai ada terbuka atau
tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus
yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan diliang vagina.
Pemeriksaan penunjang