Klasifikasi abortus
Klasifikasi abortus menurut sastrawinata dan kawan-kawan adalah
sebagai berikut
Etiologi Abortus
Secara umum, terdapat tiga faktor yang menyebabkan abortus spontan
yaitu:
1. Faktor fetus
Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan
janin yang mengalami abortus spontan, serta merupakan sebagian
besar dari kegagalan kehamilan dini. Abnormalitas kromosom secara
struktural dapat diturunkan olehsalah satu daru kedua orang tuanya
yang jadi pembawa abnormalitas tersebut (Cunningham et al.,2005)
3. Faktor Paternal
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menyababkan zigot
mempunyai terlalu sedikit atau terlalu banyak kromosom, sehingga
menyebabkan abortus (Cunningham et al.,2005)
5. Abortus Habituali
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil,
dan kelainan struktural uterus erupakan penyebab langsung pada
abortus habitualis (Jauniaux et al., 2006). Etiologi abortus ini adalah
kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi
pembuahan, hasilnya adalah patologis.
6. Abortus septik
Abortus ini adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal
ini serig ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan,
terutama yang kriminal tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis
dan antisepsis. Bakteri yang dapat mentebabkan abortus septik adalah
e-coli, enterobacter aerogenes, proteus vulgaris, hemolytic
streptococci dan staphylococci (Mochtar, 1998; Dulay, 2010)
Diagnosa Abortus
Menurut WHO (1994) setiap wanita pada usia produktif yang
mengalami dua daripada tiga gejala seperti dibawah haus dipikirkan
kemungkinan terjadi abortus:
1. Perdarahan pada vagina
2. Nyeri pada abdomen bawah
3. Riwayat amenorea
2. Aborus Insopiens
Anamneis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi
rahim.
Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih
dalam rahim, dan ketuban utuh
3. Abortus Inkompletus
Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak),
nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat
terjadi syok.
Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan
buah kehamilan
4. Abortus Tertunda (missed abortion)
Anamnesis – perdarahan bisa ada atau tidak
Penatalaksanaan abortus
Menurut mochtar (1998) penatalaksanaan abortus sebagai berikut:
1. Abortus insipiens dan abortus inkompletus
Bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan
dan transfuse darah. Kemudia jaringan dikeluarkan secepat mungkin
dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, diberi obat-obat
uterotonik dan antibiotika
2. Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehigga
rongga rahim kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika.
3. Abortus tertunda
Obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase
dilakukan.
Keguguran atau yang dalam istilah kedokteran dikenal sebagai aborsi (abortus)
adalah pengeluaran hasil konsepsi atau pembuahan sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, dengan berat badan janin kurang dari 500 gram dan usia
kandungan kurang dari 20 minggu. Usia kehamilan yang cukup bulan/ aterm
adalah 37 – 40 minggu.
Klasifikasi Abortus
Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Abortus spontan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu yang berlangsung tanpa tindakan/ tanpa disengaja.
2. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan yang disengaja.
3. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan pada
kehamilan sebelum 20 minggu atas indikasi tindakan medis.
Abortus spontan maupun buatan bisa berupa abortus imminens, insipiens,
kompletus, inkompletus, infeksius, missed abortion.
ABORTUS IMMINENS
Abortus sedang yang mengancam, terjadi sebelum janin dapat mencapai 500 gram
atau kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan:
Gejala
1. Perdarahan pervaginam (< 20minggu)
2. Mulas sedikit atau bahkan tidak sama sekali
3. Ostium uteri masih menutup
4. Tes kehamilan (+)
Pemeriksaan
1. USG untuk melihat keadaan plasenta, ukuran biometri janin
berdasarkan HPHT (hari pertama haid terakhir) dan DJJ (denyut jantung
janin).
2. Untuk menentukan prognosis dilakukan pemeriksaan urin.
Tata Laksana
1. Tirah baring (bedrest) sampai perdarahan berhenti
2. Spasmolitik
3. Penambahan hormon progesteron
4. Tidak melakukan hubungan seksual hingga 2 minggu
ABORTUS INSIPIENS
Abortus yang ditandai dengan serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka
namun hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Gejala
1. Mulas karena kontraksi sering dan kuat
2. Perdarahan meningkat sesuai pembukaan serviks uterus dan usia
kehamilan
3. Tes kehamilan (+)
Pemeriksaan
1. USG memperlihatkan bahwa pembesaran uterus masih sesuai
dengan usia kehamilan
2. Gerak janin dan DJJ jelas tapi mulai tidak normal
3. Tampak penipisan serviks/ pembukaannya
4. Perhatikan ada tidaknya plasenta
Tata Laksana
1. Memperhatikan keadaan umum dan keadaan hemodinamik
2. Pengeluaran hasil konsepsi
3. Kuretase
4. Antibiotik profilaksis , uterotonika
ABORTUS KOMPLETUS
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu, dengan berat janin kurang dari 500gr.
Hasil pemeriksaan :
1. Semua hasil konsepsi telah keluar
2. Ostium uteri telah menutup
3. Uterus telah mengecil sehingga perdarahan sedikit
4. Tes kehamilan (+) sampai 7-10 hari pasca abortus
Tata Laksana
Otimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.
ABORTUS INKOMPLETUS
Hasil konsepsi sebagian telah keluar dan sebagian lagi masih tertinggal dalam
kavum uteri.
Ciri-ciri :
1. Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri
2. Jaringan bisa menonjol pada ostium uteri eksternum
3. Perdarahan jika masih ada sisa konsepsi
4. Jika perdarahan berlanjut dapat menyebabkan anemia
Tata Laksana
1. Optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan
banyak dapat menyebabkan syok)
2. Pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital
3. Bila perlu dilakukan kuretase
4. Uterotonika parenteral
5. Antibiotik profilaksis
MISSED ABORTION
Abortus yang ditandai dengan embrio/ fetus yang telah meninggal dalam
kandungan dan masih tertahan dalam kandungan.
Gejala
1. Tidak merasakan keluhan
2. Kehamilan > 14 minggu hingga 20 minggu namun rahimnya
semakin mengecil
3. Tanda-tanda sekunder pada payudara menghilang
4. Kadang diawali dengan abortus imminens kemudian merasa
sembuh padahal janin meninggal dalam kandungan
5. Uterus mengecil
6. Kantong gestasi mengecil
7. Gambaran fetus tidak ada tanda kehidupan
Tata laksana
1. Mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus.
Jika dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena
jaringan telah mengeras, dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah
akibat komplikasi kelainan koagulasi (hipofibrinogenemia).
2. Jika abortus masih < 12 minggu dapat dilakukan dilatasi kemudian
kuretase.
3. Jika abortus > 12 mingggu, pada keadaan ini serviks masih kaku
dilakukan induksi untuk mengeluarkan janin/ mematangkan kanalis
servikalis dengan memberikan infus oksitosin IV dose 10 unit dalam
500cc dextrose 5% dengan tetesan 20 tetes/menit.
ABORTUS INFEKSIUS
Adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genetalia dan
sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga menyebabkan
perdarahan hebat.
Gejala
1. Demam
2. Tampak sakit, lelah
3. Takikardi
4. Perdarahan pervaginam berbau
5. Uterus membesar dan lembut
6. Nyeri tekan
7. Tekanan darah menurun
8. Menggigil
9. Lelah
Tata Laksana
1. Penisilin 4x 1,2. unit atau ampisilin 4 x 1 gr tambah gentamisin 2 x
80mg
2. Kuretase setelah 6 jam pasca pemberian antibiotik
3. Uterotonika
ABORTUS TERAUPETIK
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi
tindakan medis. Abortus terapeutik dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu, atas pertimbangan/ indikasi kesehatan wanita dimana bila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal, dll. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan/
indikasi kelainan janin yang berat.