Definisi
Kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1: 5000 kelahiran dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Etiologi
kegagalan
pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur Gangguan organogenesis dalam kandungan karena kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu Kelainan bawaan.
Klasifikasi
Menurut klasifikasi Wingspread (1984):3 Pada lakilaki Golongan I: kelainan fistel urin, atresia rektum, perineum datar, fistel tidak ada dan pada invertogram udara >1cm dari kulit. Golongan II: kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada dan pada invertogram udara
Klasifikasi2
Pada perempuan Golongan I: kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rektum, fistel tidak ada dan pada invertogram udara >1cm dari kulit. Golongan II: kelainan fistel perineum, stenosis anus, fistel tidak ada dan pada invertogram udara <1cm dari kulit.
Klasifikasi3
Tinggi (supralevator): rektum berakhir di atas m.levator ani dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum >1cm, biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital. Intermediate: rektum terletak pada m.levator ani tetapi tidak menembusnya. Rendah: rektum berakhir di bawah
Manifestasi Klinik
Bayi muntah-muntah pada 2448 jam setelah lahir, tidak terdapat defekasi mekonium sumbatan yang lebih tinggi Pada atresia ani letak rendah, hampir selalu disertai fistula.
Bayi perempuan sering ditemukan fistula rektovaginal (feses keluar dari vagina) Bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius.
Manifestasi Klinik2
Gejala atresia ani letak rendah: 1.) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. 2.) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi. 3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah. 4.) Perut kembung. 5.) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Manifestasi Klinik3
Faktor predisposisi
Kelainan kardiovaskuler: ASD, VSD, paten ductus arteriosus, dan tetralogi of fallot. Kelainan gastrointestinal: Kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi duodenum (1%-2%). Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis Kelainan traktus genitourinarius.
Komplikasi
Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan Obstruksi intestinal Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan Komplikasi jangka panjang: a. Eversi mukosa anal b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi f. Fistula kambuh karena tegangan di area
Penatalaksanaan
Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi, disusul tindakan definitif (PSARP) setelah 612 bulan berikutnya. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, yang sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot. Bila terdapat fistula, dilakukan cut back incicion. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin.
Penatalaksanaan2
Pembuatan kolostomi
Kolostomi: sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir
Penatalaksanaan3
Penatalaksanaan4
Tutup kolostomi
Tindakan terakhir dari atresia ani Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai buang air besar melalui anus. Pertama akan lebih sering. Tetapi seminggu post operasi, frekuensi buang air besar berkurang dan agak padat.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis Sinar-X terhadap abdomen USG terhadap abdomen CT scan Pyelografi intra vena Pemeriksaan fisik rektum Rontgenogram abdomen dan pelvis.