Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

ATRESIA ANI

OLEH :

YOHANES GERARDUS ARMAN

NPM : 22201338

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTU PAULUS RUTENG
2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Menurut Adriana (2013))istilah Atresia Ani dari bahasa Yunani yaitu “a” yang
berarti “tidak ada”dan trepsis yang berarti “makanan atau nutrisi”. Atresia Ani
adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus,rectum atau keduanya(Betz.Ed 3 tahun 2022).Atresia ini atau anus imperforate
adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum.(Purwanto.2021 RSCM).Atresia ani
merupakan kelainan bawaan (kongenital) tidak adanya lubang atau saluran
anus(Donna L.Wong,520 2003).Dalam istilah kedokteran “atresia” itu sendiri
adalah suatu keadaan atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular
secara kongenital disebut juga clausura.Dengan kata lain tidak adanya lubang
ditempat yang seharunya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh,hal ini
bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit
yang mengenai saluran itu.Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan
tindakan Operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
2. Etiologi
Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah
usus,rektum bagian distal serta traktus orogenitalis yang terjadi antara minggu ke
empat dan ke enam usia kehamilan
3. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
4. Berkaitan dengan sindrom down (kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala
mental dan fisik khas ini disebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom 21)
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
3. Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan perubahan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik, sehingga anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang.
Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupaan bakal
genitourinary dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan
dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar
melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstriksi dan
fistula.Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen,sekuestrasi cairan ,muntah
dengan segala akibatnya.Apabila urin mengalir melalui fisel menuju rectum,maka
urine akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiper kloremia,sebaliknya feses
mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.Pada keadaan ini
akan terbentuk fistula antara rectum dan organ sekitarnya.Pada wanita 90 % dengan
fistula ke vagina(rektovagina) atau perineum(rektovestibuler). Pada laki-laki
biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke
prostate(rektovesika).Pada letak rendah fistula menuju ke uretra(rektourethralis)
Manifestasi Klinik
a. Mekonium tidak keluar pada 24 Jam pertama setelah melahirkan
b. Tidak dapat dilakukan suhu rectal pada bayi
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus(bila tidak ada fistula
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 Jam
f. Pada pemeriksaan rectal touche’terdapat adanya membran anal
g. Perut kembung
4. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memperkuat diagnostik perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual
b. Pemeriksaan Urine; jika ada fistula urine tampak terdapat sel-sel epitel
mikonium
c. Pemeriksaan sinar X lateral infeksi(teknik wangesteen-rica) dapat menunjukan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai ke ujung kantong rectal
d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal;dengan memasukan jarum
tersebut sampai melakukan aspirasi,jika mekonium tidak keluar pada saat jarung
sudah masuk 1,5 cm dianggap defek tingkat tinggi
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia
b. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal,stenosis(akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
f. Inkontinensia(akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal
h. Fistula(karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi)
BAB II
PATOFLOW DIAGRAM ATAU WOC

 Gangguan Pertumbuhan
 Fusi
 Pembentukan anus dari tonjolan Embriogenik

ATRESIA ANI

Feses tidak keluar Vistel rektovaginal

Konstipa
Feses Menumpuk Feses Masuk ke uretra
si

Reabsorbis sisa Mikroorganisme


Peningkatan tekanan masuk ke sal.kemih
Metabolisme oleh
Intra Abdominal
Tubuh

Mual,Munt Keracuna Dysuria


Operasi:Anoplast n
i Colostomi ah

Resiko defisit G3
nutrisi Eliminasi
Perubahan Urine
Defekasi

Pengeluaran tdk Trauma


terkontrol Jaringan

Nyeri Akut Perawatan tdk


Iritasi Mukosa
adekuat

G3 integritas kulit
Resti Infeksi
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama: Distensi Abdomen
 Riwayat Kesehatan Sekarang: muntah,perut kembung dan membuncit, tidak
bisa BAB,meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urine
 Riwayat Kesehatan Dahulu:klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
3.1.2 Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar virginia henderson
a. Pernapasan/Oksigenasi:32 x /menit
b. Nutrisi dan Cairan: Klien hanya minum ASI dan susu kaleng
c. Eliminasi: Klien tidak bisa buang air besar,dalam urine ada mekonium
d. Mobilisasi/aktivitas:Pasien beleum dapat melakukan aktifitas apapun
secara mandiri karena masih bayi
e. Tidur dan Istirahat:-
f. Berpakaian:-
g. Mempertahankan Suhu Tubuh:-
h. Kebersihan diri/personal hygiene:
i. Keamanan:-
j. Berkomunikasi:-
k. Bekerja:-
l. Bermain:-`
m. Beribadah:-
n. Belajar:-
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Hasil pemeriksaan fisik yang di dapatkan pada pasien atresia ani adalah: anus
tampak merah,usus melebar,kadang-kadang tampak ileus obstruksi,termometer
yang dimasukan melalui anus tertahan oleh jaringan,pada auskultasi terdengar
hiperperistaltik,tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir
 Kesadaran:
 Tanda vital: Nandi : 110 x/mnt,Respirasi: 32 x/Mnt,Suhu Axila:37°C
 Kepala dan rambut:-
 Mata:-
 Hidung:-
 Telinga:-
 Mulut:-
 Leher:-
 Dada:-
 Jantung:-
 Paru:-
 Abdomen:Perut kembung dan membuncit,pada auskultasi terdengar
hiperperistaltik
 Punggung:-
 Ekstremitas:-
 Genitalia: terdapat lubang uretra,tidak ada epispandia dan hipospandia pada
penis,tidak ada hernia scrotalis
 Anus: tidak terdapat anus,nampak merah,kadang-kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukan melalui anus tertahan oleh jaringan.
3.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
 Pemeriksaan Radiologis: untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal
 Sinar X Lateral Inversi(teknik Wangensteen) pada abdomen: untuk
menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rectum dari sfingternya
 CT Scan: untuk menentukan lesi
 Poligrafi intra vena:untuk menilai pelviokalises dan uretra
3.3 ANALISA DATA
N DATA Masalah Etiologi
o
1. DS:- Konstipasi Aganglionik
DO:
- Perut membuncit
- Distensi Abdomen
- Tidak bisa BAB
2 DS: - Resiko Defisit nutrisi Ketidak mampuan
DO:muntah,Distensi mengabsorbsi
Abdomen,Perut membuncit Nutrien
3 DS:-
DO:akan dilakukan G3 Eliminasi Urine Iritasi Kandung
Operasi: Anoplasti kemih
Colostomi
4 DS:- Resiko Infeksi Efek Prosedur
DO: Luka di daerah Invasif
anus,luka tertutup
tampon,perdarahan(-)
5 DS: Nyeri akut Agen pencedera
DO: Paisen post op Atresia Fisik(Prosedur
Ani Operasi)
6 Ds:- Gangguan Itegriras Pembedahan
Do: Paisen post op Atresia Kulit Kolostomi
Ani

3.4 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


a. Diagnosa Pre-Oprasi
 Konstipasi berhubungan dengan ganglion
 Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidak mampuan mengabsorbsi
Nutrien
 Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Iritasi Kandung kemih
b. Diagnosa Post Oprasi
 Risiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur Invasif
 Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera Fisik (Prosedur Operasi)
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Pembedahan kolostomi
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera Fisik (Prosedur Operasi)
 OBSERVASI
o Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensiatas
o Identifikasi skala nyeri
o Identifikasi nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplimenter yang sudah di berikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
 TERAPEUTIK
o Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
o Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 EDUKASI
o Jelaskan pemicu penyebab dan periode nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 KOLABORASI
o Pemberian analgetik bila perlu
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Pembedahan kolostomi
 OBSERVASI
o Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
 TERAPEUTIK
o Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
o Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang apabila perlu
o Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipo alergi pada kulit
sensitif
o Gunakan produk berbahan petrolium / minyak pada kulit kering
o Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
 EDUKASI
o Anjurkan menggunakan pelembab
o Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
o Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur Invasif
 OBSERVASI
o Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 TERAPEUTIK
o Batasi jumlah pengunjung
o Berikan perawatan kulit pada area edema
o Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
o Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
 EDUKASI
o Jelaskan tanda dan gejala infeksi
o Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 KOLABORASI
o Pemberian imunisasi jika perlu
4. Konstipasi berhubungan dengan ganglion
 OBSERVASI
o Periksa tanda dan gejala konstipasi
o Periksa pergerak usus,karakteristik feses
o Identifikasi faktor resiko konstipasi
o Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis
 TERAPEUTIK
o Lakukan evaluasi feses secara manual jika perlu
 EDUKASI
o Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
o Anjurkan peningkatan asupan cairan,jika tidak ada kontra indikasi
 KOLABORASI
o Konsultasi dgn tim Medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
5. Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidak mampuan mengabsorbsi
Nutrien
 OBSERVASI
o Identifikasi status nutrisi
o Indentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
o Monitor asuoan makanan
 TERAPEUTIK
o Lakukan oral higene sebelum makan,jika perlu
 EDUKASI
o Ajarkan diet yang diprogramkan
 KOLABORASI
o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,jika perlu
6. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Iritasi Kandung kemih
 OBSERVASI
o Idintefikasi faktor yang menyebabkan faktor yang menyebabkan
retensi atau inkontenensia urine
o Monitor eliminsai urine
 TERAPEUTIK
o Catat waktu dan haluaran berkemih
o Batasi asupan cairan jika perlu
 EDUKASI
o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
o Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
 KOLABORASI
o Pemberian obat suposutoria uretra,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Adriana (2013), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta : Salemba Medika


Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik. Edisi ke-3.Jakarta : EGC.
PPNI,2017,Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia,Edisi 1,Cetakan 3
2017
PPNI,2017,Standart Intervensi Keperawatan Indonesia,Edisi 1,Cetakan 3
2017
Wong,Dona L.2009.Pedomaan Klinis keperawatan pediatrik.Jakarta:EGC
Wong dkk (2013).Buku Ajar Keperwatan Pediatrik.Jakarta : EGC
Lokonanta,J 2018 dari https://kedokteran –kesehatan.blogspot com/penyakit-kongenital-
artresia-ani.html
Novitasri,Adkk2015darihttps://www.academia.edu/8685826/
ASKEP_PADA_PASIEN_ATRESIA_ANI

Anda mungkin juga menyukai