Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 2

1. Brio Adolf NS (210115006)


2. DeaVeronica (21011008)
3. Dimas Endrianto (210115129)
4. Elis Khairunnisa (210115009)
5. FathiyahTM (210115122)
6. Rain Hard S (210115033)
7. Riska Ayu O (210115034)
8. Sabina Andini (210115035)
ATRESIA ANI
• Defenisi Atresia Ani
Atresia ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anusimperforate
meliputi anus, rectum, atau keduanya. Betz (2012). Atresiaani atauanus
imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang memisahkan
bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. Purwanto
(2011).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital),tidak adanya lubang atau
saluran anus. Donna L. Wong (2013).
Jadi pengertian atresia ani adalah kelainan bawaan,tidak adanya lubang tempat
buangairbesar/anus.
 KlasifikasiAtresiaAni
Terdapatbebrapaklasifikasiyaitu:
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar
2. Membran osusatresia adalah terdapat membrane pada anus
3. Anala genesis adalah memiliki anus tetapi ada daging
diantrarectum dengan anus
4. Rektalatresia adalah tidak memiliki rectum
 AnatomiFisiologi
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan
dari yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
sehingga dapat diserap oleh dinding usus halus. Proses pencernaan
makanan dibantu oleh HCl, garam empedu dan berbagai enzim
pencernaan yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan. Selain kelenjar
pencernaan, proses ini juga memerlukan alat-alat pencernaan
 EtiologiAtresiaAni
1. Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh:
 Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjol
anembrionik.
 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
 Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena
ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan.
 Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai.Menurut penelitian beberapa ahli masih
jarang terjadi bahwagen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia
ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier penyakit ini.
Janin yang diturunkan dari kedua orangtua yang menjadi carier saat
kehamilan mempunyai peluang sekitar25%- 30 % dari bayi yang
mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenitallain juga beresiko untuk menderita atresia ani(Purwanto,
2001).
 ManefestasiKlinisAtresiaAni
Menurut Ngastiyah(2011),gejala yang menunjukan
terjadinya atresia ani atau anus, imperforate tejadi dalam
waktu 24-48 jam.Gejala ini dapat berupa:
 Perutkembung
 Muntah
 Tidakbisabuangairbesar
 Padapemeriksaanradiologidenagnposisitegaksertaterbalikdapatdilihatsampai
dimanaterdapatpenyumbatan
 Tidakdapatataumengalamikesulitanmengeluarkanmekonium(mengeluarkan
tinja yang menyerupai pita)
 Perutmembuncit
 Mekoniumtidakkeluardalam24jampertamasetelahkelahiran
 Tidakdapatdilakukanpengukuransuhurectalpadabayi
 Mekoniumkeluarmelaluisebuahfistulaatauanusyangsalahletaknya

Distensibertahapdanadanyatanda-tandaobstruksiusus(bilatidakadafistula)
 Bayimuntah-muntahpadaumur24-48jam
 Padapemeriksaanrectaltouchéadanyamembraneanal
 Perutkembung
 PatofisiologiAtresiaAni
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari
danstruktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal
anorektal. Terjadi atresia anal
karenatidakadakelengkapandanperkembanganstrukturkolonantara7-10
minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan
dalam agenesiss akral dan abnormalitas pada uretradanvagina.Tidak ada pembukaan usus
besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan
sehingga intestinal mengalami obstruksi.Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa
lubanganus.Atresiaaniadalahsuatukelainanbawaan,terdapattigaletak:
 Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1cm.
Letak upralevator biasanya disertai dengan fistelke saluran kencing atau saluran
genital.
 Intermediate:rektum terletak padaM.levatorani tetapi tidak menembusnya.
 Rendah:rektumberakhirdibawahM.levatorani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rektum paling jauh 1 cm.
 WOC
7. WOC
8. Penatalaksanaan Atresia Ani
a. Penatalaksanaan Medis
Ada dua beeberapa penatalksanaan antra lain :
• Pemedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatanya.Untuk
kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat
anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia
12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk member
waktu pada pelvis untuk besar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan
ini juga , mumgkinkan bayi menambah Berat badan dan bertambah baik status
nutrisiny. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter
sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus di tutup kelainan membrane
mukosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membrane tersebut
dilubangi dengan hemostratauskatel.
• Pengobatan
a) Aksisi membrane anal (membuat anus buatan)
b) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuatan anus permanen)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Kepada orang tua diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan
tesebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap
pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan
ke 2, selain itu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk
mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi.
9.Pemeriksaan Penunjang Atresia
Ani

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :


o Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

o Sinar X terhadap abdomen


Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum
dari sfingternya.
o Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
o CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
o Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
o Periksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
o Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
10. Komplikasi Atresia Ani
Adapun komplikasi yang dapat terjadi antra lain:
a. Asidosis hiperkioremia
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)

a. Komplikasi jangka panjang : Eversi mukosa anal, stenosis


(akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
b. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
c. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
d. Prolaps mukosa anorektal
e. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dean infeksi
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau
impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare
pembedahan dean infeksi
B. asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata klien
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
d. Riwayat tumbuh kembang
1) BB lahir abnormal
2) Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif
dan tumbuhkembang pernah mengalami trauma saat
sakit
3) Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
4) Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
e. Riwayat sosial Hubungan sosial
f.Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan aganglion.

2) Risiko kekurangan volume cairan


berhubungan denganmenurunnya intake, muntah.
3) Cemas orang tua berhubungan dengan
kurangpengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.
b. Post Operasi

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma


sekunder dari kolostomi.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
SDKI SLKI SIKI

Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Nyeri :
diharapkan Nyeri Akut dapat teratasi dengan Identifikasi lokasi,
Fisiologis Tingkat Nyeri dengan KH : karakteristik,durasi, frekuensi nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat atau
Gelisah menurun memperingan nyeri
Kesulitan tidur menurun Identifikasi respon nyeri
Anoreksia menurun Anjurkan teknik nonfarmakologis
Sikap protektif menurun Kolaborasi pemberian
Pola tidur membaik
Nafsu makan membaik
Fungsi berkemih membaik

Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


keperawatan, diharapkan Risiko Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dapat teratasi dengan Tingkat Infeksi dengan
KH : local dan sistematik
1. Demam menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan menurun 3. Berikan perawatan pada area
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun kulit
5. Cairan berbau busuk menurun 4. Pertahankan teknik aseptic pada
6. Letargi menurun pasien beresiko tinggi.
7. Nafsu makan meningkat 5. Jelaskan gejala infeksi.
8. Kultur darah
9. Kultur area muka membaik
6. Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu.
Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas berubah
diharapkan ansietas dapat teratasi 1. Temani pasien untuk
denganTingkat Ansietas dengan KH : mengurangi kecemasan
1. Perilaku Gelisah menurun 2. Gunakan pendekatan yang
2. Anoreksia menurun tenang dan meyakinkan
3. Frekuensi pernapasan menurun 3. Kolaborasi pemberian obat
4. Pola tidur membaik antiansietas

Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia :


keperawatan,output urine meningkat 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan Hipovolemia dapat teratasi hipovovelemia
dengan Status Cairan dengan KH : 2. Hitung kebutuhan cairan
1. Turgo kulit meningkat 3. Berikan asupan ccairan oral
2. Disepnea menurun
3. Suara nafas tambah menurun
4. Frekuensi nadi membaik
5. Tekanan darah membaik
Inkontensia urin Setelah dilakukan Tindakan Perawatan inkontensia Fekal :
Keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi penyebab inkontensia fekal
Inkontinensia Fekal dapat teratasi baik fisik maupun psikologis
dengan Fungsi Gastrointestinal 2. Monitor kulit perianal
dengan KH : 3. Monitor kulit dan kebutuhan cairan
1. Nafsu makan meningkat
2. Muntah menurun
3. Nyeri abdomen menurun
4. Jumlah feses membaik
5. Warna feses membaik

Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :


keperawatan, diharapkan Defisit 1. Identifikasi status nutrisi
Nutrisi dapat teratasi dengan 2. Monitor berat badan
Status Nutrisi dengan KH : 3.Identifikasi asupan makanan
1. Kekuatan otot mnelan
meningkat
2. Nyeri abdomen menurun
3. Berat badan membaik
4. Nafsu makan membaik
5. Bisisng usus membaik
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi :
gas keperawatan,diharapkan Gangguan 1. Monitor frekuensi,irama,
Pertukaran Gas dapat kedalaman dan upaya napas
teratasi dengan Pertugaran Gas dengan 2.Monitor pola napas
KH : 3. Monitor adanya sumbatan jalan
1.Tingkat kesadaran meningkat napas
2.Dispnea menurun 4.Auskultasi bunyi napas
3.Geelisah menurun 5. Monitor nilai AGD
4.PCO2 membaik
5.PO2 membaik
6.Sianosis membaik
7.Pola Napas

Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia:


keperawatan,diharapkan Hipertermi 1. Identifikasi penyebab
dapat teratasi dengan hipertermia
Termoregulasi Neonatus dengan KH : 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
Konsumsi Oksigen meningkat 4. Sediakan lingkungan yang
2. Suhu tubuh menurun dingin
2. Suhu kulit menurun 5. Berikan cairan oral
3. Ventilasi menurun
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
keperawatan,diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
Gangguan Rasa Nyaman dapat karakteristik,durasi, frekuensi
teratasi dengan Status nyeri
Kenyamanan dengan KH : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Kesejahteraan Fisik meningkat 3. Identifikasi faktor yang
2. Gelisah menurun memperberat atau memperingan
3. Menangis menurun nyeri
4. Pola eliminasi membaik 4. Identifikasi respon nyeri
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
6. Kolaborasi pemberian
analgetik

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh :


keperawatan,diharapkan Diskusikan perubahan tubuh dan
Gangguan Citra Tubuh dapat fungsinya
teratasi dengan Citra Tubuh Jelaskan pada keluarga tentang
dengan KH : keperawatan perubahan citra
1. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh
tubuh meningkat
2. Verbalisasi perubahan gaya
hidup menurun
DAFTAR PUSTAKA

Adriana (2013), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta : Salemba Medika

Coyne (2013), Terapi bermain Terhadap Anak Prasekolah. Jakarta : EGC Dalami, E., Suliswati,
dkk (2013). Asihan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.Jakarta : Trans Info
Medika
Hockenbery,& Wlson (2014), Wong’s esensial pediatric nursing. Eighth ediation. St. Lois Mosby
Elseviwr
Hamad, S. (2004).
Terapi bermain. Jakarta. PustakaImam, h. 30.
Herdman,T.Heather.(2015).Diagnosiskeperawatandefinisi&klasifikasi2015-2017 edisi10.Jakarta: EGC.
Hidayat,A.A.(2005)Pengantar Ilmu Keperawatan AnakI.Jakarta:Salemba Medika.
Parker & Wampler (2013) Keperawatan Anak Jakarta : Salemba Medika Kartika (2013), Terapi bermain anak
prasekolah : Salemba Medika.
Nursalam.,Susilaningrum.,danUtami.(2005)Asuhan Keperawatan Anak.Jadkaarta: SalembaMedika.
Potter, P.A., and Perry, A.G. (2010). FundamentalKeperawatan.
Jakarta : SalembaMedika.
Sherwood,L. (2011) FisiologiManusia: Dari Selke Sistem. Jakarta: EGC.
Sekriptini, A.Y.(2013).Pengaruh terapi bermain boneka tangan terhadap Penurunan kecemasan pada anakdi Ruang
UGDRSUDKotaCirebon. Tesis.FIK UniversitasIndonesia.
Sihombing,D,T.H.(2005).Terapi bermain pada anak.Yogyakarta:GadjahMada UniversityPress.
SueMoorhead,dkk. (2013).Nursing Outcomes Classification (NOC)edisibahasa Indonesia.: ELSEVER.
Supartindia,nYC.h(u2n0g10(2).01B6u)k, uAsAujhaarnKKoenpseerpaDwaasaanr
PKaedpaeAranwakat:aJnakAanratak.:JEakGaCrta: EGC. Wilian
Wong dkk (2013).Buku Ajar Keperwatan Pediatrik.Jakarta : EGC
Pertanyaan
1. Apa upaya yang di lakukan agar bayi terhindar dari kondisi
lahir dengan atresia ani ( Heri Setiawan)
2. Bagaiman cara menilai ansietas pada pasien atresia Ani, apa
perlu di berikan obat? ( Lestari Sihotang)
3. Apa tindakan operasi pada BBLR yang dengan kondisi lahir
kurang dari normal ( Oktaviani Anggraini)
Jawaban
1. Upaya yang di lakukan untuk mencegah lahirnya bayi
dengan kondisi atresia Ani, yaitu dengan cara hindari
merokok dan konsumsi alkohol pada ibu, hindari
mengkonsumsi obat-obatan, makan makanan yang seimbang ,
berolahraga dan rutin mengecek kondisi bayi pada dokter.
2. Untuk kondisi ansietas lebih di arah kan kepada kondisi psikologis
keluarga dan orangtua karena kurangnya pengetahuan dan tindakan
yang akan di lakukan oleh dokter dan perawat, jadi perlunya ada
edukasi kepada keluarga agar mengurangi kecemasan dan
kegelisahan dari keluarga dan orang tua
3. Ketika bayi baru lahir dilahirkan dengan kondisi kurang dari normal
maka harus di kaji melalui komplikasinya lalu kriteria tertentu dan
lihat kondisi bayi ketika ingin dilakukan pre operasi atau operasi

Anda mungkin juga menyukai