Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh :

CYNTHIA EIFEL A.S. 2004196


` DIAH ARI MURTI AFSARI 2004198
DIAN NURINGTYAS RAHAYU 2004199
DINNA SF 2004200
DWI MARTASARI 2004202
EKA WAHYUNINGTYAS 2004203
ILA LISTIANI 2004206
ISTIQOMAH 2004209
MUSAROFAH 2004211
SUTINI 2004223
TIKA ARISTA 2004224
UMI RAHAYU 2004227
WIWIK MURTIYANTI 2004232
ZAIDATUL LAILI 2004233

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Hiperemesis
Gravidarum” .
Adapun penyusunan makalah ini adalah dengan maksud supaya dapat
memenuhi tugas pada mata kuliah Midwifery I.
Dalam penyususnan laporan ini, tentunya banyak sekali hambatan yang
telah penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada dosen mata
kuliah Midwifery I yang telah membantu membina dan mendukung kami dalam
mengatasi beberapa hambatan yang kami hadapi.
Selain itu kami juga sadar bahwa penyusunan laporan ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Dan semoga
laporan percobaan ini dapat memberikan manfaat.

Ungaran, 21 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
D. Manfaat............................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................... 4
A. Konsep Dasar Kehamilan................................................................................... 4
B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum............................................................. 9
C. Kewenangan Bidan dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum............................ 13
D. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Kasus Hiperemesis Gravidarum............ 14
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................ 32
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017 masih tinggi yaitu sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI turun dari 4.999
tahun 2015 menjadi 1712 kasus pada tahun 2017. Menurut laporan dari WHO, kematian ibu
umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis
komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu – sekitar 75% dari total
kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan,
komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014). Untuk kasus Indonesia
sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014) penyebab
utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun 2013)
dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai
penyebab kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan
perawatan medis yang tepat.
Hiperemesis Gravidarum atau mual muntah yang berlebihan disebabkan oleh Hormon
Human Chorionic Gonadotropin (HCG), dalam tingkatan yang berat dapat mengancam
jiwa maupun janin.4 Hormon HCG meningkat pada trimester pertama kemudian menurun
levelnya pada trimester kedua. Komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum diantaranya
adalah keterlambatan pertumbuhan kandungan dan Kematian janin. Angka kejadian
Hiperemesis Gravidarum di Indonesia sekitar 1-3%. Sekitar 50 – 60% kehamilan disertai
mual dan muntah, dari 360 wanita hamil, 20% diantaranya mengalami mual dan muntah di
pagi hari dan sekitar 80% mual dan muntah sepanjang hari. Kondisi ini biasanya bertahan
dan mencapai puncak pada usia kehamilan 9 minggu. Sekitar 18% kasus mual dan muntah
akan berlanjut sampai kelahiran.
Hiperemesis gravidarum ini pada umumnya dialami oleh ibu primigravida sebanyak
60-80%, dan multigravida sebanyak 40-60%. Menurut WHO sebagai badan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) yang menangani masalah bidang kesehatan, mengatakan bahwa
hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia, di antaranya negara- negara benua
Amerika dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai 0,5-2%, sebanyak 0,3% di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di
Pakistan, dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis gravidarum di
Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi secara
umumnya yaitu 4 : 1000 (Atika, Hardians, dkk, 2016)

1
Hiperemesis gravidarum tidak hanya berdampak pada ibu, tapi juga berdampak pada
janinnya. Seperti abortus, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, serta
malformasi pada bayi baru lahir. Selain itu, kejadian pertumbuhan janin terhambat
(Intrauterine Growth Retardation/IUGR) meningkat pada wanita hamil dengan
hiperemesis gravidarum (Ardani, 2013). Jika ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum
dibiarkan begitu saja, maka kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil menjadi tidak
terpenuhi. Jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, dapat mengganggu kesehatan dan
aktifitas ibu hamil. Padahal, nutrisi mempunyai peran penting dalam kehamilan. Terutama
pada kesehatan ibu dan pertumbuhan janinnya agar tetap sehat.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan manajemen
“Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8 Minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kasus ini adalah “Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0
Hamil 8 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah penulis mampu melakukan :
a. Pengkajian data subyektif Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
b. Pengkajian data objektif Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
c. Menegakkan diagnosa Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8
Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
d. Penatalaksanaan Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8 Minggu
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
e. Mengkaji faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan asuhan pada
Asuhan Pada Ny. I, Usia 23 Tahun, G1P0A0 Hamil 8 Minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa.
2
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat menjadi sumber referensi mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi tolak ukur dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum .
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat memberikan asuhan dan pelayanan yang maksimal dan paripurna pada pasien
dan keluarga.
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat melakukan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
secara tepat dan cepat sesuai dengan standar profesi bidan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Varney, 2008).
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologi
tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi. Dan
setiap perempuan berkpribadian unik,dimana terdiri dari bio,psiko,dan sosial yang berbeda
sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh
disamakan. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan
juga merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan
baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya
menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat selama proses kehamilan(Sarwono,
2014).
Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan
proses alamiah dimana hasil dari fertilisasi spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi.
2. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan
Proses terjadinya kehamilan adalah ketika bersatunya sel telur (ovum) dan sperma atau
disebut dengan fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sampai stadium
morula selama 3 hari dan bergerak kea rah rongga rahim oleh rambut getar tuba dan kontraksi
tuba, hasil konsepsi tiba pada kavum uteri pada tingkat blastula. Hasil konsepsi akan
menamakan dirinya dalam endometrium (nidasi). Ketika blastula mencapai rongga rahim,
endometrium berada dalam masa sekresi sehingga blastula dengan bagian yang berisi masa sel
dalam akan mudah masuk kedalam desi dua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh
dan menutup lagi. Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel bistula.
Kemudian bistula akan berkembang menjadi janin. Untuk mencukupi kebutuhan janin maka
dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk lengkap pada kehmilan kurng lebih 16 minggu, dan
berfungsi untuk memberikan makanan kepada janin. Respirasi janin untuk tempat sekresi bagi
janin, dan tempat pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan segala kebutuhan
janin.di dalam rahim janin juga diproteksi oleh air ketuban,volume air ketuban pada kehamilan
cukup bulan kira-kira 1000- 1500 cc, air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis (Sarwono,
2014).

4
Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang
fisiologis awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan terhadap kelainan yang
mungkin terjadi selama kehamilan. Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi saat kehamilan
yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Ukuran uterus terus membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan
progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan
hypertrofi dan hyperplasia otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti
pertumbuhan rahim.
2) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika
korpus uteri lebih banyak mengandung jaringan otot, maka serviks lebih banyak
mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot jaringan ikat pada serviks ini banyak
mendandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
3) Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-
biruan (livide).
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus graviditatis sampai terbentuknya
plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter
kira-kira 3 cm. kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah di
kemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
5) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropiun, estrogen dan
progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan
hipertropi system saluran payudara, progesterone menambah sel-sel asinus sedangkan
somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan
perubahan dalam sel-sel sehingga perubahan kasein, laktalbumin dan lactabumin.
Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi.

5
b. Sistem sirkulasi darah
1) Volume darah
Volume darah total dan volume darah naik pesat sejak akhir trisemester pertama. Volume
darah akan bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu, diikuti curah janjung (cardiac output) yang meningkat sebanyak ± 30%.
2) Protein darah
Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan gamamglobulin menurun
dalam triwulan pertama dan akan meningkat secara bertahap pada ahkir kehamilan.Beta
globulin dan fibrinogen terus menigkat.
3) Hemoglobin Meskipun terjadi peningkatan volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi
penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi haemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologik dalam
kehamilan, oleh karena jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhan lebih
besar dari pada sewaktu belum hamil.
c. Sistem pernapasan Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32
minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh karena uterus yang membesar kearah
diafragma, sehingga diagragma kurang leluasa bergerak.
d. Sistem Pencernaan Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek mual akibat
kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus digestivus menurun. Sehingga
motilitas (daya gerak) seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada
di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Gejala
muntah (emesis), biasanya terjadi pada pagi hari yang biasa dikenal dengan morming
sicknes. Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah-muntah.
Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih
sering lapar atau perasaan ingin makan terus, juga akibat peningkatan asam lambung. Pada
keadaan patologik tertentu, terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari
Saliva meningkat dan pada trimester pertama, dan megeluh mual dan muntah. Tonus otot-
otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada
dalam saluran makanan. Bulan-bulan pertama kehamilan, hormon estrogen meningkat yang
dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami muntah terus menerus sampai
menganggu aktivitasnya, dikatakan mengalami hiperemesis gravidarum (muntah-muntah
yang banyak ini merupakan keadaan patologik), mual dan muntah tersebut merupakan efek
samping dari peningkatan kadar estrogen dan HCG, reabsorbsi makanan baik, namun akan
menimbulkan obstipasi, rahim yang semakin membesar akan akan menekan rektum dan
usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit (konstipasi), sembelit semakin berat karena
gerakan otot di dalam usus di perlambat oleh tinginya kadar progesteron. Seiring dengan

6
kemajuan kehamilan lambung dan usus tergeser oleh uterus yang membesar seiring dengan
kemajuan usia kehamilan. Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah disebabkan
oleh refluks secret-sekret asam ke esophagus bagian bawah. Gusi dapat terjadi hiperemis
dan melunak, dapat berdarah serta cidera ringan. Haemorroid sering terjadi ini disebabkan
oleh konstipasi dan peningkatan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang membesar.
Sistem Perkemihan Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar dan akhir kehamilan bila 10 kepala janin mulai turun pintu atas
panggul tertekan kembali sehingga timbul sering BAK.
e. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan huperpigmentasi alat-alat tertentu. Pegmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh melanoprhore stimulating hormon yang meningkat. MSH ini
adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kadangkadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai
kloasma gravidarum.
f. Perubahan metabolisme.
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mandasar
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan
ASI. Adapun perubahan metabolisme adalah :
1) Metabolisme basal naik 15 – 20 % terutama pada trimester ke tiga.
2) Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan; pada wanita tidak hamil kadar
sebesar 155 mEq perliter menurun sampai 145 – 147 mEq perliter.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin; protein harus di simpan pula untuk kelak dapat di keluarkan pada laktasi. Maka
dari itu, perlu di perhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein selama hamil.
Di perkirakan satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi kebutuhan
sehari – hari.
4) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, dan protein.
5) Kebutuhan mineral untuk ibu hamil
a) Kalsium 1,5 – 2,5 gram setiap hari
b) Zat besi 800 mg atau 30 – 50 mg perhari
c) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak d) Berat badan ibu hamil bertambah
antara 6,6 – 16,5 selama hamil.
3. Perubahan Psikologi Wanita Hamil
Masalah psikologis dapat menjadi faktor ibu hamil mengalami mual muntah dalam
kehamilan, atau memperburuk dalam gejala yang sudah ada. Kehamilan yang tidak
direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial
akan menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman

7
melahirkan sebelumnya terutama kecemasan akan datangnya mual dan muntah dapat
memperburuk rasa mual muntah. Perasaan bersalah, marah, mengasihani diri sendiri atau
ketakutan dapat menambah gejala mual muntah. Ibu hamil dapat merasa bersalah tentang
dampak kehamilan pada keadaan keunganan keluarga, terutama jika kehamilan tidak
direncanakan. Rasa marah dapat diarahkan pada pasangannya turut andil dalam menyebabkan
konsepsi sehingga dianggap bertanggung jawab atas rasa tidak nyaman. Pada saat wanita
menginginkan janin didalam kandungannya berjenis kelamin tertentu juga dapat mengalami
respon positif atau negative secara ekstrem, hal ini pada akhirnya dapat memunculkan gejala
fisik seperti mual dan muntah. faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut
terhadap kehamilannya sangat berpengaruh dengan berat ringannya gejala yang timbul
(Kusmiyati, 2009).
a. Trimester pertama (1-12 minggu) Trimester pertama merupakan periode penyusaian diri
terhadap kenyataan bahwa ibu hamil, juga merupakan waktu penungguan yang
mencemaskan agar menjadi ibu yang baik. Ini terutama berlaku pada ibu hamil pertama
yang merupakan pengalaman baru pada hidupnya (Varney, 2008).
b. Trimester kedua (13-28 minggu) Trimester kedua disebut sebagai periode pancaran
kesehatan karena selama trimester ini umumnya wanita merasa sehat dan terbesar dari masa
12 kecemasan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan pada trimester pertama. Pada trimester
ini pula ibu mulai merasakan gerakan bayinya sehingga ia merasakan kehadiran bayinya
sebagai seseorang diluardari dirinya (Varney, 2008).
c. Trimester ketiga (29-40 minggu) Trimester ketiga sering disebut periode menunggu dengan
hati-hati, wanita tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga saat persiapan
aktif kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Wanita tersebut mungkin takut akan rasa sakit
dan bahaya fisik yang timbul saat melahirkan (Varney, 2008).
4. Tanda Kehamilan
a. Adapun tanda-tanda tidak pasti hamil sebagai berikut (Varney, 2008) :
(1) Mual dan muntah
(2) Gangguan berkemih
(3) Persepsi adanya gerakan janin
(4) Terhentinya menstruasi/amenore
(5) Perubahan pada payudara
(6) Perubahan warna mukosa vagina
(7) Meningkatnya pigmentsi kulit dan timbulnya striae
b. Adapun tanda-tanda mungkin hamil :
(1) Pembesaran abdomen
(2) Perubahan anatomi pada serviks
(3) Kontraksi Braxton hiks

8
(4) Ballottement
(5) Kontraksi fisik janin
(6) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum

c. Adapun tanda-tanda pasti hamil


(1) Identifikasi kerja jantung janin yang tersendiri dari kerja jantung wanita hamil
(2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa 13
(3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan tekhnik
sonogravik atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua
kehamilan
5. Komplikasi Selama kehamilan
Ada beberapa tanda-tanda bahaya atau Komplikasi pada ibu hamil yaitu :
a. Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari
22 minggu.
b. Sakit kepala yang hebat adalah ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
c. Gerakan janin berkurang adalah ibu sudah tidak merasakan gerakan janin sesudah usia
kehamilan 22 minggu atau selama kehamilan.
d. Demam tinggi merupakan suatu masalah,demam tinggi dapat merupakan adanya gejala
infeksi dalam kehmilan.
e. Mual muntah yang merupakan gejala yang wajar yang sering di alami oleh ibu hamil
trimester 1. Tetapi jika tidak cepat ditangani secara dini akan menyebabkan komplikasi
yaitu hiperemesis gravidarum.
B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan trimester
pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis,
pielititis dan sebagainya (Varney, 2008). Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada
kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan
kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar .
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan
intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada
trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan
abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada

9
trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa kehamilan
(Manuaba, 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.Jadi Kesimpulan yang dapat penulis ambil,
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang berlebihan yang terjadi
pada usia kehamilan trimester 1 mengakibatkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi serta dapat
mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari.
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2
per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi yaitu primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Pada wanita
primigravida, sebagian kecil belum mampu beradaptasi dengan hormon. Primigravida
memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan multigravida. Ibu primigravida
belum dapat beradaptasi dengan peningkatan HCG dan hormon estrogen,bahwa hormon
estrogen dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas olfactorius (penciuman) terhadap
aroma atau bau yang tidak enak yang dapat merangsang mual dan muntah.kehamilan yang
pertama juga merupakan pengalaman baru bagi ibu hamil dimana ibu belum siap secara
mental menghadapi kehamilan dan persalinan (Ratna, 2016).
b. Faktor Usia, Hiperemesis Gravidarum di bawah 20 tahun lebih disebabkan oleh karena
belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu
makan (Umboh, 2014).
c. Faktor organik yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik
akibat hamil dan retensi ibu yang menurun. Masuknya vili khorealis ke dalam sirkulasi
internal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu
respons dari jaringan ibu terhadap janin.
d. Faktor psikologis dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum belum jelas. Besar
kemungkinan bahwa wanita menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat berkurang sampai
menghilang. Segera setelah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesterone akan
meningkat dan ini akan menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan menyebabkan membesarnya payudara. Pada trimester pertama seorang ibu akan
selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama, karena

10
perutnya masih kecil, pengertian kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin
diberitahukannya pada orang lain atau dirahasiakannya (Manuaba, 2017)
e. Konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan, hal ini mengakibatkan iritasi
lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada
pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan memalui saraf spinal ke
diagfragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah (Sulistyowati, 2014).
f. Faktor Adaptasi dan Hormonal
Ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum. Yang
termasuk dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah ibu hamil yang anemia,wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
gonadotropin kironik, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan Hiperemesis Gravidarum.
Peningkatan hormon HCG ( Human Chorionic Gonadotropin) yang berasal dari ari-ari dapat
menyebabkan mual dan muntah yang berlebihan (Depkes Jabar, 2014).
3. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone
Chorionic Gonodhotropin (HCG). HCG adalah hormone glikoprotein dari keluarga
gonadotropin yang awalnya disintesin oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh
syncytiotrophoblast. bagian dari plasenta selama masa kehamilan. dapat menjadi faktor mual
dan muntah. Khusus nya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum
adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu HCG mencapai kadar tertingginya HCG sama
dengan LH dan disekresikan oleh sel-sel tropoblas blastoit. Peningkatan kadar hormon
progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali
dengan mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka
terjadilah ketosis atau keton dengan tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton darah
(Sarwono, 2010).
4. Gejala dan Tingkat Hiperemesis Gravidarum
Gejala utama dari Hiperemesis Gravidarum adalah mual yang berat dan terus menerus.
Penderita biasanya mengalami penurunan berat badan karena tidak bisa makan apapun.
Perasaan pusing, lemas, bahkan bisa sampai pingsan. kulit kering, bibir kering, keringat dingin
dan sebagainya.
Gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3 meliputi (Fauziyah,
2012) :

11
a. Tingkat 1 (Ringan) dengan gejala mual muntah terus menerus menyebabkan penderita
lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan nyeri epigastrium nadi sekitar 100 kali per
menit, tekanan darah menurun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat 2 (Sedang) dengan gejala mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan
umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor,
nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata
cekung, tekanan darah menurun, hemokonsentrasi, oligoria dan konstipasi. Dapat juga
terjadi asetonuria dan dari nafas berbau aseton.
c. Tingkat 3 (Berat) dengan gejala keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen
sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun
sekali, ikterus, komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada sususnan saraf pusat
(ensepalopati wernicke) dengan adanya nigtasmus, diplopia, perubahan mental.
5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan
muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis
gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Diagnosis
dapat ditegakkan jika ditemui tanda berikut (Varney, 2006) :
a. Amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b. Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, Tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril, dan gangguan kesadaran (apatiskoma)
c. Fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher
uterus besarnya sesuai usia kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru.
d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui adanya kehamilan kembar, molahidatidosa dan
kondisi kesehatan janin.
e. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, benda keton, dan proteinuria.
f. Pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan untuk konsultasi psikologi.
6. Penatalaksanaan
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Varney, 2006). Adapun tingkatan
hiperemesis gravidarum yang harus dirawat dirumah sakit adalah hiperemesis gravidarum
tingkat II dan III. Dan tidak semua grade harus di rawat di RS. Adapun tatalaksana hiperemesis
gravidarum secara umum :
1. Tatalaksana Umum
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis.

12
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
f. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Defekasi yang teratur.
h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
2. Obat-obatan
Pemberian obat pada Hiperemesis Gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan
kongenital atau cacat bawaan bayi). Komponen yang dapat diberikan adalah (Manuaba,
2009) :
a. Sedatif ringan (fenobarbital 30mg, Valum), untuk mengurangi kekhawatiran.
b. Anti alergi (antihistamin,Dramamine,Avomin) untuk mencegah terjadinya alergi
c. Obat anti mual/anti muntah (mediamer B, Emetrole, Stemetil, Avopreg) untuk mencegah
terjadinya mual dan muntah.
d. Vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C. Untuk mengurani rasa mual dan
segar.
Menghentikan kehamilan pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis yang tidak berhasil
justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga
diperlukan pertimbangan penguguran kandungan.
C. Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan memiliki kewenangan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya dalam kasus hyperemesis
gravidarum. Pedoman yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi Bidan
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 320 tahun 2020, bidan memiliki wewenang yang tercantum
dalam area kompetensi 5 yaitu Ketrampilan Klinis dalam Praktek Kebidanan dalam masa
kehamilan. Lalu ditunjang dalam daftar masalah lingkup asuhan kebidanan yang dapat
ditangani oleh bidan pada masa kehamilan yaitu
a. Muntah hebat pada kehamilan muda
b. Tidak nafsu makan

13
2. UU No. 28 tahun 2017 Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (2). Pada ayat (2) bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu, bidan berwenang melakukan :
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui normal, dan
f. Konseling pada masa dua kehamilan.
3. UU nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan, pada pasal 46 juga disebutkan bidan memiliki
kewenangan dalam memberikan asuhan pada kehamilan normal
D. Aplikasi Manajemen Kebidanan Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum
1. Data Subjektif
a. Anamnesa
1) Biodata
a) Umur < 20 tahun belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari
calon ibu. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang
membuat ibu kurang nafsu makan.
b) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien mengalami mual dan
muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan seharihari.
c) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui paritas, dan hari pertama haid terakhir untuk mengetahui
usia kehamilan. hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat yang
puncaknya antara Minggu ke-8 dan Minggu ke-12 dan hilang pada Minggu ke-16.
d) Riwayat Kesehatan Ibu
Dikaji untuk mengetahui apakah mual dan muntah tersebut merupakan Hiperemesis
Gravidarum atau penyakit lain.
e) Riwayat Psikososial
Dikaji untuk mendapatkan gambaran bahwa wanita menolak hamil, takut kehilangan
pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum.
f) Pola Kebiasaan sehari-hari
Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama hamil apakah
mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas
makanan, apakah ada pantang makan dan jenis minuman apa yang diminum serta

14
berapa banyak ibu minum dalam satu hari.16 frekuensi BAK serta warna mengetahui
frekuensi BAB serta konsistensi untuk mengetahui apakah ibu mengalami dehidrasi.
Pada ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum asupan makan dan minum
berkurang.
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah baik, cukup atau kurang untuk mengetahui tingkatan
Hiperemesis Gravidarum.
b. Tanda-tanda Vital
Pada kasus Hiperemesis Gravidarum nadi cepat, suhu meningkat tekanan darah rendah.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada kasus Hiperemesis Gravidarum data fokus yang dilakukan seperti mata untuk
mengetahui kelopak mata cekung, sklera kuning. Mulut untuk mengetahui bibir kering,lidah
kering dan kotor terdapat bau aseton. Turgor kulit lambat.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus Hiperemesis Gravidarum dibutuhkan data penunjang seperti pemeriksaan urin
untuk mengetahui apakah ada kandungan keton, serta dilakukan pemeiksaan darah yang
terdiri dari Hb dan Leukosit untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia.
3. Analisa
Setelah mendapatkan data subjektif dan objektif kemudian menentukan masalah potensial yang
memerlukan tindakan, selanjutnya disimpulkan dengan pernyataan : Ny...usia...G..P..A...
Usia Kehamilan... dengan Hiperemesis Gravidarum Grade...
4. Penatalaksanaan
a. Tata laksana umum
b. Obat-obatan

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TRIMESTER I


PADA NY. I, USIA 23 TAHUN, G1 P0 A0 HAMIL 8 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE II
DI RSGM AMBARAWA

I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada
Tanggal 16 Oktober 2020 Pukul 16.30 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 23 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kupang Lor RT 7/ RW 3 Kel. Kupang, Kec.
Ambarawa, Kab. Semarang.
b. Biodata Penanggung Jawab (Suami)
Nama : Tn. D
Umur : 27 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kupang Lor RT 7/ RW 3 Kel. Kupang, Kec.
Ambarawa, Kab. Semarang.

16
2. Alasan Datang dan Keluhan Utama
a. Alasan Datang
Ibu menyatakan bahwa alasan kedatangannya untuk
memeriksakan diri dan kehamilannya.
b. Keluhan Utama
Ibu menyatakan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu.
Badan terasa lemas dan pusing. Hari ini ibu sudah muntah 12 kali.
Setiap makan atau minum, ibu menjadi mual dan muntah.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis, HIV/ AIDS, dll.
2) Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti
diabetes, penyakit jantung, asma, hipertendi dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Ibu menyatakan mual, muntah, pusing dan lemas sejak satu
minggu yang lalu.
2) Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular
seperti TBC, Hepatitis, HIV/ AIDS, dll.
3) Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit keturunan
seperti diabetes, penyakit jantung, asma, hipertendi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya, tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
HIV/ AIDS, dll.
2) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya, tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes, penyakit
jantung, asma, hipertendi dll.
3) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat lahir
kembar.

17
4) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat lahir
cacat.

4. Riwayat Perkawinan
a. Menikah : 1 kali
b. Menikah usia : 23 Tahun
c. Lama menikah : 6 bulan

5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche usia : 12 Tahun
2) Siklus/ Lama : 28 hari/ 7 hari (teratur)
3) Perdarahan : sedang (3-4×/ hari separuh pembalut)
4) Dismenorea : tidak ada.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Hamil ini.
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) HPHT : 21 Agustus 2020
2) HPL : 28 Mei 2021
3) Usia kehamilan menurut ibu 2 bulan.
4) Periksa hamil 1 kali, di BPM mendapat terapi multivitamin
dan asam folat.
5) Berat badan sebelum hamil 48 kg.
6) Imunisasai TT 1 kali (TT caten).
7) Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, minum jamu dan ibu
hanya mengonsumsi obat dari tenaga kesehatan.
8) Gerakan janin belum dirasakan.

6. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu menyatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

18
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum Hamil
Makan berat 3 kali sehari porsi sedang (nasi, sayur, lauk dan
buah) dan makanan ringan 2 kali sehari.
Minum 7-8 gelas belimbing air putih sehari, 1 cangkir kopi.
2) Selama Hamil
Nafsu makan menurun karena mual muntah. Makan berat 2
kali sehari porsi kecil (sayur, lauk dan buah) dan makanan
ringan 2 kali sehari (pudding dan jus buah).
Minum 4-5 gelas belimbing air putih sehari.
b. Eliminasi
1) Sebelum Hamil
BAB 1x/ hari konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses.
BAK 5-6x/ hari, warna kuning jernih.
2) Selama Hamil
BAB 1x/ hari konsistensi sedikit keras, warna kuning, bau
khas feses.
BAK 4-5x/ hari, warna kuning pekat.

c. Pola Aktifitas
1) Sebelum Hamil
Ibu bekerja di pabrik tekstil dan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga.
2) Selama Hamil
Ibu menyatakan pekerjaan rumah tangga dibantu suami dan
untuk 2 hari ini, ibu tidak berangkat bekerja karena mual,
muntah, pusing dan lemas.
d. Pola Istirahat
1) Sebelum Hamil

19
Ibu menyatakan tidur malam 8 jam sehari, tidak sering
terbangun dan ibu tidak mengonsumsi obat tidur. Ibu
menyatakan tidak pernah tidur siang.
2) Selama Hamil
Ibu menyatakan tidur malam 6-7 jam sehari, sering terbangun
karena rasa mual dan ibu tidak mengonsumsi obat tidur. Ibu
menyatakan tidak pernah tidur siang.
e. Pola Personal Hygien
1) Sebelum Hamil
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari dan
keramas 2 hari sekali.
2) Selama Hamil
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari dan
keramas 2 hari sekali.
f. Pola Seksual
1) Sebelum Hamil
Ibu menyatakan melakukan hubungan suami istri 1-2 kali
seminggu.
2) Selama Hamil
Ibu menyatakan selama hamil ini tidak pernah melakukan
hubungan suami istri karena keadaan kehamilannya.
8. Psikososiospiritual
a) Ibu merasa senang dengan kehamilannya dan merasa cemas
dengan keadaan yang dialaminya saat ini.
b) Keluarga senang dan memberi dukungan kepada ibu.
c) Pengambil keputusan dalam keluarga dilaksanakan secara
musyawarah.
d) Ibu taat beribadah dengan melaksanakan sholat 5 waktu.
e) Ibu tinggal Bersama suami dan tidak memiliki hewan pelihara

20
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat Badan sebelum : 48 kg
d. Berat Badan sekarang : 47 kg
e. Tinggi Badan : 153 cm
f. Tanda-tanda Vital : TD : 98/69 mmHg, N : 104x/mnt,
RR : 20x/ mnt, T : 37,3ºC
2. Status Present
a. Kepala
Bentuk mesochepal. Rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe dan
tidak mudah romtok.
b. Mata
Simetris, cekung, conjungtiva tidak pucat, sklera sedikit kuning
dan tidak oedema.
c. Hidung
Bersih, tidak ada sekret dan polip.
d. Mulut
Bibir kering, lidah kotor, warna keputihan, tidak ada caries, gusi
tidak ada luka dan tidak ada stomatitis
e. Telinga
Simetris, bersih dan tidak ada cairan yang keluar.
f. Muka
Muka terlihat pucat, tidak oedema.
g. Leher
Tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
h. Ketiak
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
i. Dada
Simetris dan tidak ada ronchi dan wheezing.

21
j. Mammae
Simetris dan tidak ada benjolan bersifat patologis.
k. Perut
Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar dan tidak
ada nyeri tekan pada daerah gaster.
l. Ekstremitas
Simetris, tidak ada varises, tidak oedema dan kuku bersih. Reflek
patella positif.
m. Genetalia
Bersih, tidak ada varises, tidak ada keputihan.
n. Anus
Tidak ada varises dan haemoroid.
o. Tulang belakang
Normal, tidak ada kelainan bentuk.
p. Kulit
Turgor kulit jelek dan kering.
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
1) Muka
Tidak ada cloasmagravidarum.
2) Mammae
Areola mammae sedikit menghitam, kelenjar montogemery
belum terlihat, papilla mammae menonjol, tidak ada cairan
yang keluar.
3) Abdomen
Tidak ada linea nigra, linea alba dan strie gravidarum.
4) Genetalia
Dalam batas normal.
b. Palpasi
Leopold I-IV tidak dilakukan (belum teraba balotement)

22
c. Auskultasi
Pemeriksaan DJJ tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
Kolaborasi dengan dr Sp.OG dengan hasil GS intra uterin sesuai
7+5 minggu.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 10,3 gr/dL
Leukosit : 6,7 x 103
Hematokrit : 35,1%
Trombosit : 319 x 103
HbSAg : Non Reaktif
GDS : 86 mg/dL

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa Kebidanan
Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II
Data Dasar :
1. Data Subyektif
a. Ibu menyatakan usianya 23 tahun, hamil pertama kali.
b. Ibu menyatakan HPHT 21 Agustus 2020.
c. Ibu menyatakan mual, muntah 12x, lemas adan pusing sejak 1
minggu yang lalu.
d. Ibu menyatakan Nafsu makan menurun karena mual muntah.
Makan berat 2 kali sehari porsi kecil (sayur, lauk dan buah) dan
makanan ringan 2 kali sehari (pudding dan jus buah). Minum 4-5
gelas belimbing air putih sehari.
e. BAB 1x/ hari konsistensi sedikit keras, warna kuning, bau khas
feses. BAK 4-5x/ hari, warna kuning pekat.

23
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat Badan sebelum : 48 kg
d. Berat Badan sekarang : 47 kg
e. Tanda-tanda Vital : TD : 98/69 mmHg, N : 104x/mnt,
RR : 20x/ mnt, T : 37,3ºC
f. Bibir kering, lidah kotor, warna keputihan, tidak ada caries, gusi
tidak ada luka dan tidak ada stomatitis
g. Mata simetris, cekung, conjungtiva tidak pucat, sklera sedikit
kuning dan tidak oedema
h. Turgor kulit jelek dan kering.
i. Kolaborasi dengan dr Sp.OG dengan hasil USG ; GS intra uterin
sesuai 7+5 minggu.
j. Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin: 10,3 gr/dL, Hematokrit :
35,1%

24
B. Masalah
Ibu menyatakan merasa cemas dengan keadaan kehamilannya.
C. Kebutuhan
Memberikan konseling, motivasi dan support mental kepada ibu tentang
kehamilannya.

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi terganggunya keseimbangan elektrolit dan dapat mengarah
ke hyperemesis gravidarum grade III.

IV. TINDAKAN ANTISIPASI SEGERA


Dilaksanakan
Tanggal : 16 Oktober 2020 Jam : 16.50
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian rehidrasi cairan dan terapi, antara
lain :
1. Infus RL 40 tpm.
2. Inj ondancentron 4 mg/IV
3. Inj ranitidine 25 mg/ IV.

V. INTERVENSI
Dilaksanakan
Tanggal :16 Oktober 2020 Jam : 16.55
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan jelaskan tentang keadaan yang dialami
2) Jaga keseimbangan cairan dengan kolaborasi pemberian Infus RL : D5%
20 tpm dengan perbandingan 1:1 .
3) Berikan terapi sesuai advis
a. Inj ondancentron 4 mg/ IV/ 8 jam
b. Inj ranitidine 25 mg/ IV/ 8 jam
c. Inj biocombin 1 amp drip dalam 500cc RL/ 24 jam
d. Antasida syrup 3x1 cth / PO/ sebelum makan
e. Asam folat 1x1 PO

25
4) Monitor Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
5) Monitor intake dan output
6) Berikan support mental
7) Anjurkan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan porsi sedikit tetapi sering
dan menghindari makanan yang memicu mual muntah.

VI. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan
Tanggal : 16 Oktober 2020 Jam : 17.05
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami mual
muntah yang berlebih. Penyebab dari mual muntah ini adalah perubahan
hormon pada kehamilan. Mual muntah yang berlebih dapat menyebabkan
dehidrasi atau kekurangan cairan pada ibu hamil.
2. Menjaga keseimbangan cairan dengan kolaborasi memberikan Infus RL :
D5% 20 tpm dengan perbandingan 1:1.
3. Memberikan terapi sesuai advis dokter Sp.OG
a. Inj ondancentron 4 mg/ IV/ 8 jam
b. Inj ranitidine 25 mg/ IV/ 8 jam
c. Inj biocombin 1 amp drip dalam 500cc RL/ 24 jam
d. Antasida syrup 3x1 cth / PO/ sebelum makan
e. Asam folat 1x1 PO
4. Memonitor Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital setiap 8 jam sekali.
5. Memonitor intake dan output
6. Memberikan support mental kepada ibu.
7. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan porsi sedikit
tetapi sering dan menghindari makanan yang memicu mual muntah.

26
VII.EVALUASI
Dilaksanakan
Tanggal : 16 Oktober 2020 Jam : 23.00
1. Ibu telah mengetahui kondisinya saat ini.
2. Ibu telah terpasang Infus RL 20 tpm untuk menjaga keseimbangan cairan
3. Ibu telah mendapat terapi sesuai advis dengan prinsip 10 benar.
4. KU : cukup
Kesadaran Composmentis
Tanda-tanda Vital :
TD : 103/78 mmHg, N : 92x/mnt, RR : 20x/ mnt, T : 37,0ºC
5. Ibu sudah mau makan dan minum dalam porsi kecil sedikit-sedikit. Masih
mual, namun muntah berkurang (dalam 8 jam muntah 2 kali).
6. Ibu lebih bersemangat.
7. Ibu bersedia makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang
memicu mual seperti makanan yang berminyak, berbau tajam dan
bersantan.

27
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 17 Oktober 2020 Jam : 07.00
S : Data Subyektif
Pasien menyatakan masih lemas merasakan mual dan muntah sebanyak 3
kali sejak jam 23.00-07.00 WIB berupa cairan kekuningan dan sisa
makanan. Ibu sudah tidak pusing. Keluarga menyatakan, ibu sudah mulai
makan sedikit tapi sering (biskuit dan sarpan ½ porsi). Ibu menyatakan air
seni jernih.
O : Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup, masih lemah
TD : 116/74 mmHg
N : 88x/ menit
RR : 20x/ menit
T : 36,8ºC
2. Bibir kering berkurang, lidah kotor, warna keputihan, tidak ada caries,
gusi tidak ada luka dan tidak ada stomatitis
3. Mata simetris, cekung berkurang, conjungtiva tidak pucat, sklera putih
dan tidak oedema
4. Turgor kulit membaik tetapi masih terlihat kering.

A : Assesment
Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II hari perawatan ke-2.

P : Planning
Dilaksanakan
Tanggal 17 Oktober 2020 Jam 07.15
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pagi ini. Ibu mengerti dan
memahami kondisinya saat ini.

28
2. Memberikan support mental. Kecemasan ibu tentang kondisinya
berkurang dan bersemangat untuk segera pulih.
3. Memberikan terapi sesuai advis dari kolaborasi dengan dokter Sp.OG,
meliputi :
a. Inj ondancentron 4 mg/ IV/ 8 jam
b. Inj ranitidine 25 mg/ IV/ 8 jam
c. Antasida syrup 3x1 cth / PO/ sebelum makan
d. Asam folat 1x1 PO.
Ibu telah diberikan terapi dengan prinsip 10 benar.
4. Memonitor KU, TTV, intake dan output. KU ibu jam 13.00 membaik,
masih sedikit lemas. TD : 118/72 mmHg, N : 84x/menit, RR :
20x/menit dan T; 36,7ºC. Muntuh 1x berisi sisa makanan.
5. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan
yang memicu mual dan muntah. Ibu memahami dan mencoba makan
dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang memicu mual dan
muntah.

29
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 18 Oktober 2020 Jam : 07.00
S : Data Subyektif
Pasien menyatakan lemas berkurang, merasakan mual dan sudah tidak muntah. Ibu
menyatakan sudah mulai nafsu makan dan sudah mulai makan sedikit tapi sering
(biscuit, buah dan sarpan 2/3 porsi). BAB 1x konsistensi lunak, warna kuning, bau
khas. BAK 6-7x/ hari, warna jernih.

O : Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
TD : 118/78 mmHg
N : 82x/ menit
RR : 20x/ menit
T : 36,7ºC
2. Bibir lembab, lidah bersih, warna kemerahan, tidak ada caries, gusi tidak ada luka
dan tidak ada stomatitis
3. Mata simetris, tidak cekung, conjungtiva tidak pucat, sklera putih dan tidak ada
oedema
4. Turgor kulit membaik dan sudah mulai lembab.
A : Assesment
Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade
II hari perawatan ke-3.
P : Planning
Dilaksanakan
Tanggal 18 Oktober 2020 Jam 07.15
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pagi ini. Ibu mengerti dan memahami
kondisinya saat ini.
2. Memberikan support mental. Kecemasan ibu tentang kondisinya berkurang dan
bersemangat untuk segera pulih.
3. Memonitor KU, TTV, intake dan output. KU ibu jam 14.00 membaik, lemas
berkurang. TD : 116/74 mmHg, N : 84x/menit, RR : 20x/menit dan T; 36,6ºC.
Sudah tidak muntah.

30
4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang memicu
mual dan muntah. Ibu memahami dan mencoba makan dengan porsi kecil dan
menghindari makanan yang memicu mual dan muntah.
5. Mempersiapkan ibu pulang dan memberikan edukasi terkait terapi pulang sesuai
advis dari kolaborasi dengan dokter Sp.OG, meliputi :
a. Antasida syrup 3x1 cth / PO/ sebelum makan
b. Vit B610 mg 3x1 PO
c. Asam folat 1x1 PO
dan jadwal kontrol 1 minggu lagi
Ibu telah diberikan terapi pulang dengan prinsip 10 benar dan bersedia kontrol 1
minggu lagi.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa dengan
menggunakan 7 langkah varney. Dalam penerapan asuhan kebidanan ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian data pada Ny. I, usia 23 Tahun, G 1P0A0 hamil 8 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM Ambarawa dari data subyektif didapatkan
keluhan Ibu menyatakan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu. Badan tersa lemas
dan pusing. Hari ini ibu sudah muntah 12 kali. Setiap makan atau minum, ibu menjadi
mual dan muntah. Ibu menyatakan Nafsu makan menurun karena mual muntah. Makan
berat 2 kali sehari porsi kecil (sayur, lauk dan buah) dan makanan ringan 2 kali sehari
(pudding dan jus buah). Minum 4-5 gelas belimbing air putih sehari. BAB 1x/ hari
konsistensi sedikit keras, warna kuning, bau khas feses. BAK 4-5x/ hari, warna kuning
pekat. Pada data obyektif didapatkan hasil keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, TD : 98/69 mmHg, N : 104x/mnt, RR : 20x/ mnt, T : 37,3ºC. Bibir
kering, lidah kotor dan warna keputihan. Mata simetris, cekung, conjungtiva tidak pucat,
sklera sedikit kuning dan tidak oedema. Turgor kulit jelek dan kering. Pemeriksaan
laboratorium hemoglobim 10,3 gr/dL dan hematokrit 35,1%.
Sedangkan menurut teori gejala Hiperemesis Gravidarum Grade 2 (sedang)
dengan gejala mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih
parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat,
suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan
darah menurun, hemokonsentrasi, oligoria dan konstipasi. Dapat juga terjadi asetonuria
dan dari nafas berbau aseton (Fauziyah, 2012).
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan dalam tanda dan gejala Hiperemesis Gravidarum
Grade II.

32
B. INTERPRETASI DATA
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada kasus ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade II dapat ditegakkan diagnosa sebagi berikut : Ny. I, usia
23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSGM
Ambarawa. Masalah yang muncul yaitu Ibu menyatakan merasa cemas dengan keadaan
kehamilannya. Sedangkan kebutuhan dari masalah tersebut adalah memberikan
konseling, motivasi dan support mental kepada ibu tentang kehamilannya.
Menurut teori diagnosa Hiperemesis Gravidarum dapat ditegakan jika ditemui
tanda berikut : amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu, fungsi
vital : nadi meningkat 100x/menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril,
dan gangguan kesadaran (apatiskoma), fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis,
berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besarnya sesuai usia kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru, pemeriksaan USG :
untuk mengetahui adanya kehamilan kembar, molahidatidosa dan kondisi kesehatan
janin, laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, benda keton, dan
proteinuria dan pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan untuk
konsultasi psikologi.
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan dalam menetapkan diagnosa kebidanan Hiperemesis
Gravidarum Grade II.

C. DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial dari kasus Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah terganggunya keseimbangan elektrolit
dan dapat mengarah ke hyperemesis gravidarum grade III.
Berdasarkan teori gejala hyperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi 3 meliputi tingkat 1 (ringan), tingkat 2 (sedang) dan tingkat 3 (berat) (Fauziyah,
2012). Sehingga pada kasus pada kasus Hiperemesis Gravidarum Grade II yang
dehidrasinya tidak tertangani dapat menyebabkan kenaikan tingkat keparahannya
menjadi hyperemesis gravidarum grade III dengan gejala keadaan umum jelek,
kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi
hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus, komplikasi yang dapat berakibat
fatal terjadi pada sususnan saraf pusat (ensepalopati wernicke) dengan adanya nigtasmus,
diplopia, perubahan mental.
33
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan dalam menetapkan diagnosa potensial kebidanan
Hiperemesis Gravidarum Grade II.

D. ANTISIPASI/ TINDAKAN SEGERA


Langkah ini dilakukan tindakan segera untuk mencegah diagnosa potensial
terjadi. Pada Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II tindakan antisipasi segera adalah kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian rehidrasi cairan dan terapi berupa infus RL 40 tpm, inj ondancentron 4 mg/ IV
dan inj ranitidine 25 mg/ IV. Pada kasus ini dehidrasi yang menjadi masalah utama yang
bila tidak segera diatasi dapat berakibat menyebabkan kenaikan tingkat keparahannya
menjadi hyperemesis gravidarum grade III.
Dalam teori adapun tingkatan hiperemesis gravidarum yang harus dirawat
dirumah sakit adalah hiperemesis gravidarum tingkat II dan III. Penyakit ini biasanya
dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat
mengancam jiwa ibu dan janin (Varney, 2006).
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan dalam tindakan antisipasi segera Hiperemesis
Gravidarum Grade II.

E. INTERVENSI
Pada langkah ini ditentukan rencana asuhan pada Ny. I, usia 23 Tahun, G 1P0A0
hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II yang meliputi rencana
pemberian informasi hasil pemeriksaan dan keadaan ibu, menjaga keseimbangan cairan,
pemberian terapi injeksi ondancentron 4 mg/IV/8 jam, injeksi ranitidine 25 mg/IV/8
jam, Inj biocombin 1 amp drip dalam 500cc RL/ 24 jam, antasida syrup 3x1 cth/PO/
sebelum makan, asam folat 1x1 PO, monitor KU, TTV, intake dan output, memberi
support mental serta anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang memicu mual muntah.
Sedangkan pada teori tata laksana pada hyperemesis gravidarum tingkat II dan
II dilakukan di rumah sakit dengan memberikan penjelasan terkait kondisi pasien, porsi
makan kecil, menghindari minyak dan berbau lemak, disajikan dalam keadaan panas,
pemberian terapi sedative ringan, anti alergi, anti emetik dan vitamin.

34
Dari hasil pengkajian terdapat kesenjangan antara penatalaksanaan di RSGM
dengan teori, dimana pada pemberian terapi sedative ringan dan anti alergi tidak
diberikan. Alasan sedative ringan tidak diberikan karena kondisi pasien dapat mengelola
cemas dengan tepat. Sementara tidak diberikannya anti alergi dikarenakan tidak adanya
riwayat alergi.

F. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Implementasi yang dilakukakn pada kasus Ny. I, usia 23 Tahun, G 1P0A0
hamil 8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II adalah memberikan informasi
hasil pemeriksaan dan keadaan ibu, menjaga keseimbangan cairan, memberikan terapi
injeksi ondancentron 4 mg/IV/8 jam, injeksi ranitidine 25 mg/IV/8 jam, Inj biocombin 1
amp drip dalam 500cc RL/ 24 jam, antasida syrup 3x1 cth/PO/ sebelum makan, asam
folat 1x1 PO, memonitor KU, TTV, intake dan output, memberi support mental serta
anjurkan makan dengan porsi sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang memicu
mual muntah.
Dari hasil pengkajian langkah ini terdapat kesenjangan antara penatalaksanaan
di RSGM dengan teori, dimana pada pemberian terapi sedative ringan dan anti alergi
tidak diberikan. Alasan sedative ringan tidak diberikan karena kondisi pasien dapat
mengelola cemas dengan tepat. Sementara tidak diberikannya anti alergi dikarenakan
tidak adanya riwayat alergi.

G. EVALUASI
Pada kasus Ny. I, usia 23 Tahun, G1P0A0 hamil 8 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade II dilakukan perawatan di Rumah Sakit selama 3 hari. Didapatkan
hasil Ibu mengetahui dan memahami kondisinya, kecemasan berkurang, KU membaik,
lemas berkurang, TTV dalam batas normal, sudah tidak muntah, ibu bersedia makan
dengan porsi kecil tapi sering dan menghindari makanan yang memicu mual serta ibu
pulang ke rumah dengan terapi pulang dan bersedia kontrol 1 minggu.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menguraikan pembahasan kasus pada pasien dengan "Hiperemesis


Gravidarum" yang dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 16 Oktober s/d 18 Oktober
2020 di RSGM Ambarawa, maka penulis dapat mengatakan beberapa kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian data subjektif yang ditemukan pada Ny. "I" yaitu
1) Ibu sudah muntah 10 kali, terasa lemas dan pusing
2) Perubahan pola BAK 5-6 kali sehari menjadi BAK 4-5 kali
2. Pada pengkajian data objektif yang ditemukan pada Ny. "I" yaitu
1) penurunan berar badan dari 48 kg menjadi 47 kg
2) Hasil TTV TD : 98/69 mmHg, Nadi: 104x/menit,
3) mata cekung, sklera sefikit ikterik
4) Bibir kering, lidah kotor
5) Turgor kulit jelek
3. Dari hasil pengkajian diatas didapatkan diagnosa yaitu Ny. I, usia 23 Tahun,
G1P0A0 hamil 8 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II
4. Diagnosa dan masalah potensial yang muncul adalah gangguan keseimbangan
elektrolit dan dapat mengarah ke hiperemesis gravidarum grade III
5. Untuk mengatasi diagnosa dan masalah potensial adalah pemberian Infus RL 40
tpm
6. Melakukan Intervensi sesuai advice dokter sebagai berikut:
8) Menjaga keseimbangan cairan dengan pemberian Infus RL 20 tpm.
9) Memberikan terapi sesuai advice
f. Inj ondancentron 4 mg/ IV/ 8 jam
g. Inj ranitidine 25 mg/ IV/ 8 jam
h. Antasida syrup 3x1 cth / PO/ sebelum makan
i. Asam folat 1x1 PO
10) Memonitor Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
11) Memonitor intake dan output
12) Memberikan support mental

36
13) Menganjurkan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan porsi sedikit tetapi
sering dan menghindari makanan yang memicu mual muntah.

B. Saran
1. Untuk Institusi
Diharapkan kepada institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada masa
yang akan datang, agar dapat menghasilkan alumni-alumni yang kompeten,
dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di institusi

2. Untuk Pihak Rumah Sakit


Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan pelayanan terhadap klien dengan menyediakan sarana dan
fasilitas yang lebih memadai.

3. Untuk Klien dan Keluarga


Diharapkan agar klien memperbaiki pola makan. Serta keluaga memberikan
motivasi kepada klien agar merasa tenang dan diperhatikan

4. Untuk Petugas Kesehatan


Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dalam memberikan pelayanan secara
profesional serta meningkatkan ilmi pengetahuan dan keterampilan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2014 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Bandung : Dinas Kesehatan.

Fauziyah, Y. 2012. Obstetri Patologi. Yogjakarta : Nuha Medika.


Humas Jateng, 2017. Penurunan AKI di Jateng melampui target SDG’s. Diambil dari :
https://jatengprov.go.id/publik/penurunan-aki-di-jateng-lampaui-target-sdgs/. Diakses
pada tanggal 19 Oktober 2020, pukul 20.10 WIB.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta.

Lombo, Giovanna. 2017. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeklampsia di Rsup Prof Dr.R.D
Kandou Manado, Jurnal Kedokteran Klinik (JKK) Volume 1 No.3, Situasi Kesehatan
Ibu. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan

Manuaba. 2017. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC


Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB,
EGC, Jakarta.

Manuaba,Ida Ayu,dkk.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC.


Rahadian, Arief. 2015. Kematian Ibu dan Upaya-upaya Penanggulangannya. Diambil dari :
https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-penanggulangannya/. Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2020, pukul 20.30 WIB.

Prawirohardjo, Kusmiyati. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.


Prawirohardjo, Sarwono, 2014, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono.

Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ratna, Dwi. 2016. Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum pada pada ibu hamil.

Sulistyowati, dkk. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum.

Sumai,Elfanny.dkk. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis


Gravidarum.

Umboh,Hertje,dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubugan Dengan Kejadian Hiperemesis


Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa

Varney, Helen. 2008. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.


Varney, Hellen,dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Yosii Fitrina,Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester I Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Palembaya Jorong Koto
Tinggi Tahun 2014:Dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Yasri Sumbara
Bukit tinggi.

Anda mungkin juga menyukai