Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI


PADA NY. I USIA 28 TAHUN P1A0 IBU NIFAS HARI KE-7
DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
KARENA RETENSIO SISA PLASENTA
DI RSGM AMBARAWA

Oleh :

CYNTHIA EIFEL A.S. 2004196


DWI MARTASARI 2004202
MUSAROFAH 2004211
ZAIDATUL LAILI 2004233

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan
makalah dengan judul ““Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi pada Ny. I
Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7 dengan Perdarahan Post Partum
oleh karena Retensio Sisa Plasenta di RSGM Ambarawa”” .
Adapun penyusunan makalah ini adalah dengan maksud supaya
dapat memenuhi tugas pada mata kuliah Midwifery III.
Dalam penyususnan laporan ini, tentunya banyak sekali hambatan
yang telah penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada
dosen mata kuliah Midwifery III yang telah membantu membina dan
mendukung kami dalam mengatasi beberapa hambatan yang kami
hadapi.
Selain itu kami juga sadar bahwa penyusunan laporan ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali
kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
disertai saran yang konstruktif. Dan semoga laporan percobaan ini dapat
memberikan manfaat.

Ungaran, 21 Oktober 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................. 4
A. Nifas............................................................................................ 4
B. Perdarahan Post Partum............................................................ 11
C. Retensio Sisa Plasenta............................................................... 15
D. Teori Manajemen........................................................................ 17
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................ 22
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 44
BAB V PENUTUP............................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir
setelah hasil konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari
(Poerwadaminta, 2007). Masa nifas (puerperium) adalah masa yang
dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan selesai selama
kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Saifuddin, 2009). Dengan demikian dapat diartikan
bahwa masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan
dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan
berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan (Sumiaty, 2018).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidupdan penyebab terbesar kematian ibu
selama tahun 2010 sampai tahun 2013 yaitu perdarahan. Survei SDKI
juga melaporkan bahwa cakupan kunjungan nifas tahun 2013 hanya
86,64% lebih rendah dari cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
(90,88%). Hal ini memberi gambaran bahwa apabila jumlah cakupan
nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan,
diartikan ada kecenderungan terjadi komplikasi persalinan di masa
nifas atau masa nifas tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan. Jika semakin besar jarak persalinan dengan
kunjungan nifas maka semakin besar resiko kematian ibu (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Oleh sebab itu, pada masa ini asuhan masa nifas sangat
diperlukan karena merupakan masa pemulihan bagi ibu maupun
bayinya yang membutuhkan pengawasan yang komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Patologi pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7 dengan
Perdarahan Post Partum oleh karena Retensio Sisa Plasenta di
RSGM Ambarawa”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi pada
Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7 dengan Perdarahan
Post Partu oleh karena Retensio Sisa Plasenta di RSGM Ambarawa”.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Patologi pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu
Nifas hari ke-7 dengan Perdarahan Post Partu oleh karena
Retensio Sisa Plasenta sesuai dengan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah penulis mampu
melakukan:
a. Pengkajian pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7
dengan Perdarahan Post Partu oleh karena Retensio Sisa
Plasenta.
b. Intepretasi data pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari
ke-7 dengan Perdarahan Post Partu oleh karena Retensio Sisa
Plasenta..
c. Penegakan diagnosa potensial pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0
Ibu Nifas hari ke-7 dengan Perdarahan Post Partu oleh karena
Retensio Sisa Plasenta..

2
d. Tindakan antisipasi/ segera pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu
Nifas hari ke-7 dengan Perdarahan Post Partu oleh karena
Retensio Sisa Plasenta.
e. Intervensi pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7
dengan Perdarahan Post Partu oleh karena Retensio Sisa
Plasenta.
f. Implementasi pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-
7 dengan Perdarahan Post Partu oleh karena Retensio Sisa
Plasenta.
g. Evaluasi pada Ny. I Usia 28 Tahun P1A0 Ibu Nifas hari ke-7
dengan Perdarahan Post Partu oleh karena Retensio Sisa
Plasenta.

D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman tentang
asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan perdarahan post
partum karena retensio sisa plasenta.
2. Bagi RSGM Ambarawa
Dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan pada ibu nifas patologi
dengan perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta.
3. Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah referensi
dalam memahami asuhan kebidanan ibu nfas patologi dengan
perdarahan karena retensio sisa plasenta.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. NIFAS
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir
setelah hasil konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari
(Poerwadaminta, 2007). Masa nifas (puerperium) adalah masa
yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan selesai
selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2009). Dengan demikian dapat
diartikan bahwa masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang
perempuan dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi dan
plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan
(Sumiaty, 2018).
2. Tahapan Masa Nifas
Tahapan pada masa nifas (Wong, 2002) terbagi atas tiga
tahapan, sebagai berikut :
a. Tahap immediate post partum terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan.
b. Tahap early post partum terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan sampai akhir minggu pertama post partum.
c. Tahap late post partum adalah tahapan terakhir dari masa
nifas yang dimuali pada minggu ke-2 post partum sampai
minggu ke-6 post partum.
Pada tahap immediate dan early post partum perlu
dilakukan pengawasan yang ketat karena berpotensi sering
terjadinya bahaya komplikasi post partum antara lain resiko
terjadinya perdarahan dan syok hypovolemia. Pada tahap late
postpartum terjadi perubahan secara bertahap pada sistem
reproduksi.

4
3. Perubahan Anatomis dan Fisiologi Masa Nifas
a. Sistem Reproduksi
Perubahan pada system reproduksi masa nifas meliputi
perubahan pada vagina, perineum, serviks, uterus dan
endometrium (Varney, 2004).
1) Vagina dan perineum
Vagina tetap terbuka lebar segera setelah ibu
melahirkan bayinya. Pada beberapa ibu nifas, ada
kecenderungan vagina akan mengalami bengkak dan
memar serta Nampak ada celah pada introitus vagina.
Tonus otot vagina akan kembali pada keadaan semula
dengan tidak ada pembengkakan dan celah vagina tidak
lebar pada satu hingga dua hari pertama post partum. Pada
minggu ketiga post partum, rugae vagina mulai pulih
menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding
vagina menjadi lebih lunak, lebih besar dari biasanya dan
longgar sehingga ruang vagina akan sedikit lebih besar dari
sebelum melahirkan (Varney, 2004).
Pada saat proses persalinan pervaginam, perineum
tertekan oleh bagian terendah janin sehingga perineum
menjadi kendur karena teregang. Tonus otot perineum
akan kembali pulih pada hari kelima post partum, meskipun
masih kendur dari keadaan sebelum hamil (Sulistyawati,
2009).
Pada proses persalinan pervaginam cenderung
terjadi trauma pada perineum yang disebabkan oleh
robekan spontan atau episiotomy. Trauma itu dapat
menimbulkan masalah bagi ibu seperti perdarahan, infeksi
penjahitan, dyspareunia, inkontinensia urine dan
sebagainya. Masalah-masalah tersebut jika tidak ditangani
dengan baik akan berdampak pada terganggunya interaksi

5
ibu dengan bayi dan mengganggu proses menyusui Zare
O, 2014).
2) Serviks uteri
Perubahan yang terjadi pada serviks segera
setelah proses persalinan yaitu menjadi sangat nunak,
kendur dan terbuka seperti corong. Hal ini karena korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksisehingga seolah-olah terbentuk seperti cincin
di antara perbatasan korpus dan serviks. Setelah lahir
rongga Rahim dapat dilalui oleh satu tangan. Akan tetapi,
setelah 2 jam setelah persalinan, rongga Rahim hanya
dapat dilalui 2-3 jari dan pada 6 minggu post partum,
serviks sudah tertutup (Lowdermilk, 2005).
Pada beberapa hari setelah persalinan, ostium
serviks hanya dapat dilalui oleh dua jari dan akan
menyempit pada akhir minggu pertama post partum. Oleh
sebab itu serviks akan mulai menebal dan bagian kanal
mulai terbentuk. Namun ostium eksternum tidak akan
kembali seutuhnya seperti pada keadaan sebelum hamil.
Hal ini menjadi tanda khusus bagi seorang ibu yang pernah
melahirkan bayi (Cunningham, 2005).
3) Uterus
Perubahan uterus dikenal dengan sebutan involusi
uteri, yaitu suatu proses terjadinya pengerutan pada uterus
sebagai tanda kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil. Involusi uteri terjadi melalui rangkaian proses yang
terjadi secara Bersamaan yaitu adanya proses
penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus
karena enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot
yang mengendur sampai 10 kali panjangnya dari semula

6
dan lebarnya lima dari keadaan semula selama kehamilan
(autolysis).
Berhentinya produksi estrogen karena pelepasan
plasenta menyebabkan terjadinya atrofi pada jaringan
uterus sehingga lapisan desidua akan terlepas dan terpisah
dengan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
lapisan endometrium yang baru. Ada peningkatan hormone
oksitosin memeberi dampak pada peningkatan kontraksi
uterus sehingga membantu mengurangi suplai darah ke
uterus, hal ini akan mengurangi bekas luka tempat plasenta
berimplantasi (Bennet, 1996). Uterus akan kembali normal
dengan bobot berat kurang lebih 50-60gram pada minggu
keenam post partum.
Pelepasan desidua mengakibatkan keluarnya
cairan uterus melalui vagina selama masa nifas yang
disebut lokia. Komposisi lokia secara mikroskopis terdiri
dari sel darah merah, sel epitel, serpihan desidua dan
bakteri.
Klasifikasi lochea sebagai berikut (Mochtar, 1998):
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconium,
selama 2 hari post partum
b) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari
ke-3 samapai dengan 7 post partum.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke-7 sampai dengan 14 post partum.
d) Lochea alba
Lochea alba berupa cairan putih, setelah 2 minggu.

7
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lochiostatis
Lochea tidak lancer keluar.
4) Endometrium
Proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan
stroma jaringan ikat antar kelenjar akan membentuk
endometrium. Pada 2 atau 3 hari post partum, lapisan
desidua akan berdiferensi menjadi dua lapisan dengan
lapisan basal akan tetap utuh menjadi lapisan endometrium
baru. Sedangkan lapisan superfisial desidua akan nekrotik.
Endometrium akan pulih kembali pada minggu ketiga
postpartum (Cunningham, 2005).
b. Sistem Pencernaan
Pengaruh hormone progesterone yang mengalami
penurunan pada masa nifas menyebabkan timbulnya gangguan
saat buang air besar. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3
hari setelah persalinan (Pilliteri, 2003).
c. Sistem Perkemihan
Pada saat persalinan bagian terbawah janin akan
menekan otot-otot pada kandung kemih dan uretra yang
mengakibatkan timbulnya gangguan pada system perkemihan
Pilliteri, 2003). Segera setelah persalinan, kandung kemih akan
mengalami overdistensi, pengosongan tidak sempurna dan
residu urine yang berlebihan akibat adanya pembengkakan,
kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan
hilang pada 24 jam pertama pasca partum. Apabila tidak hilang
dicurigai terjadinya infeksi saluran kemih. Diuresis akan terjadi
pada hari pertama hingga kelima post partum (Varney, 2004).
Hal ini terjadi karena pengaruh hormone estrogen yang

8
mengalami peningkatan pada masa kehamilan yang memiliki
sifat retensi dan pada saat post partum kemudian keluar
kembali bersama urine (Klein, 2005).
d. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi pada system muskulosketal
yaitu pada ligament, diafragma panggul, fasia dan dinding
abdomen. Ligamentum latum dan rotundum memerlukan wkatu
yang cukup lama untuk kembali pulih. Hal ini dikarenakan
selama kehamilan kedua ligamentum ini mengalami
peregangan dan pengenduran yang ckup lama sehingga
kondisi ligament tersebut pada saat nifas lebih kendur
disbanding kondisi saat tidak hamil. Hal ini akan berangsur-
angsur pulih pada 6-8 minggu post partum (Cunningham,
2005).
Dinding abdomen mengalami pereganagn pada saat
kehamilan, peregangan tersebut terjadi dalam waktu yang lama
karena besarnya kehamilan dan adanya serat-serat elastis kulit
yang terputus mengakibatkan pada masa nifas dinding
abdomen cenderung lunak dan kendur. Latihan senam nifas
dapat membantu untuk memulihkan kembali ligamen, dasar
panggul, otot-otot dinding perut dan jaringan penunjang lainnya
(Scott, 2006).
e. Sisten Endokrin
Perubahan system endokrin secara fisiologis adalah
terjadinya penurunan hormone estrogen dan progesterone
dalam jumlah yang cukup besar, mengakibatkan terjadi
peningkatan pada kadar hormone prolactin dalam darah yang
berperan pada produksi Air Susu Ibu (ASI).Neurohipofise
posterior akan mengeluarkan hormone oksitosin yang berperan
dalam proses pengeluaran ASI dan involusi uteri (Cunningham,
2005).

9
f. Tanda Vital
Segera setelah persalinan denyut nadi mengalami
sedikit kenaikan yang tidak melebihi 100x/menit dan kemudian
mengalami penurunan menjadi 50-70x/mnt sampai menjadi
normal 60-80x/menit pada beberapa jam pertama postpartum.
Apabila ibu nifas mengalami takikardi (denyut nadi >
100x/menit) menandakan ada kecenderungan infeksi atau
perdarahan post partum lambat. Keadaan pernafasan pada ibu
nifas berada pada rentang normal (Varney, 2004).
Pada 24 jam pertama post partum, suhu badan
mengalami sedikit peningkatan sekitar 0,5ºC, tetapi masih
dalam interval 37-38ºC yang disebabkan kelelahan dan
kehilangan cairan tubuh. Kemudian dalam beberapa jam dalam
24 jam pertama post partum, suhu tubuh akan kembali dalam
batas normal. Tekanan siastolik pada ibu nifas akan mengalami
penurunan 15-20 mmHg yang biasa disebut hipotensi yang
terjadi saat ada perubahan posisi ibu dari posisi tidur ke posisi
duduk (Pilliteri, 2003).
g. Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan terjadi proses kehilangan darah hingga
200-500 ml yang menyebabkan adanya perubahan pada kerja
jantung. Pada 2-4 jam pertama post partum, akan terjadi
diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen
yang mengakibatkan volume plasma mengalami penurunan.
Pada dua minggu postpartum, kerja jantung dan volume
plasma akan kembali normal (Lowdermilk, 2005).
h. Hematologi
Peningkatan volume darah selama kehamilan dan
volume cairan ibu selama persalinan memengaruhi kadar
hemoglobin, hematocrit dan kadar eritrosit pada awal post
partum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah

10
pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan hemoglobin
dan hematocrit pada hari ke-3 sampai ke-7 postpartum, dan
pada 4-5 minggu post partum kadar tersebut akan kembali
normal. Jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama
proses persalinan dan akan tetap meningkat dalam beberapa
hari post partum hingga 25.000-30.000 tanpa menjadi abnormal
meski persalinan lama. Akan tetapi, potensial infeksi perlu
diwaspadai dengan adanya pwningkatan sel darah putih
(Varney, 2004).

B. PERDARAHAN POST PARTUM


1. Pengertian
Perdarahan pasca persalinan dan perdarahan post partum
adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan jumlah
perdarahan ≥500 ml atau jumlah perdarahan yang keluar melebihi
normal berpotensi memenuhi perubahan tanda-tanda vital (sistolik
<90 mmHg, nadi>100x/ menit), pasien lemah, kesadaran menurun,
berkeringat dingin, menggigil, hiperkapnia dan Hb <8gr/dL.
Perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu
perdarahan primer yang terjadi pada 24 jam pertam post partum
dan perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam post partum
(Saifuddin, 2009).
2. Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum,
antara lain:
a. Atonia Uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir (Sarwono, 2008).

11
b. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan
atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks
atau vagina (Saifuddin, 2002). Setelah persalinan harus selalu
dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan
vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan
setelah persalinan
c. Retensio Plasenta
Menurut Winjosastro (2005) retensio plasenta adalah
keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah
janin lahir. Hal tersebut disebabkan oleh:
1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
2) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan
terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas
akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk
segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding
uterus disebabkan:
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
(plasenta adhesiva)
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi
korialis menembus desidua sampai miometrium (plasenta
akreta)
3) Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi
korialis menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta
perkreta).
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi
belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga

12
terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
d. Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontrasi secara efektif dan keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan.
e. Kelainan Darah
Menurut Sarwono (2008) gangguan pembekuan darah
baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan
apalagi terdapat kejadian yang serupa dengan persalinan yang
lalu.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil
pemeriksaan faal hemostasis yang ab-normal. Waktu
perdarahan dan waktu hypofibrinogenemia dan terdektesi
adanya FDP (fibrin degration product) serta perpanjangan tes
protrombin dan PTT (partial tromblopastin time).
Presdisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio
plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklamsi, emboli
cairan ketuban, dan epsis. Terapi yang dilakukan adalah
dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku
segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian
EACA (epsilon amino caproic acid).
3. Diagnosa
Diagnosa perdarahan post partum dapat diklasifikasikan
berdasarkan tanda dan gejala, yang dapat dilihat pada table di
bawah ini (Saifuddin, 2009)
Diagnosa Tanda dan Gejala
Atonia uteri a. Perdarahan segera setelah bayi lahir
b. Uterus tidak berkontraksi dan teraba
lembek
Robekan jalan lahir a. Perdarahan segera setelah bayi lahir

13
b. Uterus berkontraksi dan teraba keras
c. Plasenta telah lahir lengkap
Retensio plasenta a. Perdarahan segera setelah bayi lahir
b. Uterus berkontraksi dan teraba keras
c. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
Retensio sisa a. Perdarahan segera atau lebih dari 24
plasenta jam setelah bayi lahir
b. Uterus berkontraksi dan teraba keras
c. Plasenta dan atau selaput tertinggal
di dalam uterus
Inversio uteri a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi massa
c. Jika plasenta belum lahir Nampak tali
pusat
Endometritis a. Perdarahan setelah 24 jam post
partum
b. Ada nyeri tekan pada uterus dan
perut bagian bawah
c. Sub involusi uterus
d. Lochea berbau
Gangguan a. Perdarahan tidak berhenti, encer dan
pembekuan darah tidak terlihat ada gumpalan darah
b. Pada uji pembekuan darah
sederhana terjadi kegagalan
pembentukan gumpalan darah
c. Factor predisposisi : solusio plasenta,
IUFD, eklamsia, emboli air ketuban.

4. Penatalaksanaan
Tatalaksana perdarahan post partum dibagi menjadi 2
tahap (kementerian Kesehatan RI, 2013) yaitu tata laksana umum/
awal dan tata laksana khusus (berdasarkan klasifikasi diagnosa
perdarahan. Tata laksana umum, sebagaimana berikut ini :

14
a. Pada kasus kegawat daruratan diupayakan untuk bekerja
secara tim, panggil bantuan tim untuk tata laksana awal
secara simultan.
b. Menilai jalan nafas, sirkulasi dan pernafasan ibu post partum
c. Lakukan penatalaksanaan syok, apabila menemukan tanda-
tanda syok
d. Berikan oksigen dan pasang infus intravena dengan kanul
berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan
kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu post partum
e. Lakukan pengambilan sample untuk pemeriksaan darah (jika
fasilitas tersedia)
f. Lakukan observasi ketat tanda-tanda vital ibu post partum
g. Melakukan pemeriksaan abdomen (kontraksi uterus, nyeri
tekan, luka parut dan tinggi fundus uteri)
h. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan area perineum untuk
mengecek laserasi
i. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya
j. Memasang foley kateter untuk memantau volume urine
dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk
k. Menyiapkan tranfusi darah
l. Menentukan penyebab dari perdarahan dan lanjutkan tata
laksana khusus.

C. RETENSIO SISA PLASENTA


1. Pengertian
Retensio sisa plasenta adalah tertinggalnya potongan-
potongan plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang
menyebabkan terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus
darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum.

15
2. Etiologi
a. Penanganan kala III yang salah
Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu
mekanisme pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan
sebagian plasenta.
b. Abnormalitas plasenta
Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan
penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi
mekanisme pelepasan plasenta
c. Kelahiran bayi yang terlalu cepat
Kelahiran bayi yang terlalu
cepat akan mengganggu pemisahan plasenta secara fisiologis
akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi gangguan
retensi sisa plasenta.
3. Diagnosa
a. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan
melakukan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada
kasus retensio sisa plasenta dengan perdarahan pasca
persalinan lanjut, sebagai besar pasien akan kembali lagi ke
tempat persalinan dengan keluhan perdarahan setelah 6-10
hari pulang ke rumah (Saifuddin, 2002).
b. Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang.
c. Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba yang lebih
besar dari yang diperkirakan.
d. Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar,
lunak, dan dari ostium uteri keluar darah (Wiknjosastro, 2006).
4. Tata Laksana

16
a. Memberikan oksitosin 10 unit secara IM dan 20-40 unit
oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/ menit. Kemudian lanjutkan infus
oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai perdarahan
berhenti.
b. Apabila serviks terbuka, lakukan eksplorasi digital dengan
menggunakan 2 jari dan keluarkan bekuan darah dan jaringan.
Jika serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau
dilatasi kuretase.
c. Memberikan antibiotic profilaksis.
d. Apabila perdarahan berlanjut, maka lakukan tata laksana
seperti kasus atonia uteri.

D. TEORI MANAJEMEN
1. Pengertian
Pengertian manajemen kebidanan adalah pemecahan
masalah yang dipergunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam tahapan yang akurat
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Varney,2004).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara
sistematis, proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah menurut Varney (2004)
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah I: Pengkajian

17
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan
kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses
sistematis dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2004).

1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2004).
a) Identitas Pasien
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Menstruasi
d) Riwayat Perkawinan
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
f) Riwayat Keluarga Berencana
g) Riwayat Penyakit
i. Riwayat penyakit yang lalu
ii. Riwayat penyakit sekarang
iii. Riwayat penyakit keluarga
h) Psikologi
i) Pola kebiasaan sehari-hari
i. Nutrisi
ii. Pola Istirahat
iii. Eliminasi
iv. Personal Hygiene
2) Data Obyektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2004) yang
meliputi:

18
b) Pemeriksaan Fisik
i. Keadaan Umum
ii. Kesadaran
iii. Tanda-tanda Vital
iv. Berat Badan
v. Tinggi Badan
vi. LILA
c) Pemeriksaan Sistematis
i. Inspeksi
ii. Palpasi
iii. Perkusi
iv. Auskultasi
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan cara
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium
dan roentgen (Wiknjosastro, 2005).
b. Langkah II : Intepretasi Data
Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencangkup
diagnosa masalah dan kebutuhan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan di intpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosa dan masalah spesifik (Varney, 2004).
1) Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa
kebidanan (Varney, 2004).
2) Masalah
Masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
klien dari hasil dari pengkajian (Varney, 2004).
3) Kebutuhan

19
Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di
dapatkan dengan melakukan analisa data (Wheeler, 2004)
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Dalam langkah ini kita mengidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau
diagnosa yang sekarang hanya merupakan antisipasi,
pencegahan bila memungkinkan, menunggu sambil waspada
dan bersiap-siap bila benar terjadi dan penting melakukan
asuhan yang aman (Varney,2004).
d. Langkah IV : Antisipasi dan Tindakan Segera
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa
potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah
yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang
dialaminya (Varney, 2004).
e. Langkah V : Intervensi
Ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dan dapat dilengkapi (Varney, 2004).
f. Langkah VI : Implementasi
Menurut Varney (2004), pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima,
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
ibu nifas dengan perdarahan postpartum karena retensio sisa
plasenta yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2004).
3. Data Perkembangan

20
Didalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah
Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian (Varney, 2004).
Menurut Hellen Varney (2004) sistem pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu:
S (Subyektif):
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa
O (Obyektif):
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan fisik klien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assesment
A (Asessment):
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa interprestasi
data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.
a. Diagnosa / masalah
b. Antisipasi diagnosa lain/ masalah potensial
c. Tindakan segera oleh bidan/ dokter, konsultasi kolaborasi serta
rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney
P (Planning):
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari
perencaan, berdasarkan assessment.
4. Landasan Hukum
Standar profesi merupakan landasan berpijak secara
normal dan parameter atau alat ukur untuk menentukan
keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin
asuhan yang diberikan.
Dalam KEPMENKES RI No.900/MENKES/VII/2002 pasal
16 yaitu pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala didasal panggul, ketuban pecah
dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan

21
lahir, distoksia karena inersia uteri primer, post term dan pre term
(Kepmenkes, 2002).

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI


PADA NY. I, P1A0 USIA 28 TAHUN IBU NIFAS HARI KE-7
DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA
DI RSGM AMBARAWA

I. PENGKAJIAN
Dilaksanakan pada
Tanggal 23 Oktober 2020 Pukul 08.40 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 28 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kupang Lor RT 6/ RW 3 Kel. Kupang,
Kec. Ambarawa, Kab. Semarang.
b. Biodata Penanggung Jawab (Suami)

22
Nama : Tn. D
Umur : 29 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kupang Lor RT 6/ RW 3 Kel. Kupang,
Kec. Ambarawa, Kab. Semarang.
2. Alasan Datang dan Keluhan Utama
a. Alasan Datang
Ibu datang ke IGD menyatakan bahwa alasan
kedatangannya untuk memeriksakan keadaannya.
b. Keluhan Utama
Ibu menyatakan melahirkan 7 hari yang lalu. Ibu mengeluh
keluar darah banyak (6 pembalut penuh hingga tembus)
sejak pagi ini.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit menular
seperti TBC, Hepatitis, HIV/ AIDS, dll.
2) Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan
seperti diabetes, penyakit jantung, asma, hipertendi dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Ibu menyatakan keluar darah dari jalan lahir sejak pagi
ini.
2) Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/ AIDS, dll.
3) Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit
keturunan seperti diabetes, penyakit jantung, asma,
hipertendi dll.

23
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya, tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
HIV/ AIDS, dll.
2) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya, tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes,
penyakit jantung, asma, hipertendi dll.
3) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat
lahir kembar.
4) Ibu menyatakan bahwa di keluarganya tidak ada riwayat
lahir cacat.
4. Riwayat Perkawinan
a. Menikah : 1 kali
b. Menikah usia : 26 Tahun
c. Lama menikah : 2 Tahun
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche usia : 12 Tahun
2) Siklus/ Lama : 28 hari/ 7 hari (teratur)
3) Perdarahan : sedang (3-4×/ hari separuh pembalut)
4) Dismenorea : tidak ada.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Anak Thn UK Jenis Penolon Tempat Penyulit JK Ket.
ke- Lahir Persalinan g BB/PB

1. 2020 39 Spontan Dokter & RSGM Partus L Hidup


mgg Bidan tak 3250 sehat
maju gr/ 49 usia 7
cm hari

c. Riwayat Kehamilan Sekarang, Persalinan dan Nifas


Sekarang

24
1) HPHT : 23 Januari 2020
2) HPL : 30 Oktober 2020
3) Keluhan
a) Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah
b) Trimester II : Ibu menyatakan tidak ada keluhan
c) Trimester III : Ibu menyatakan kaki bengkak
4) ANC
Ibu mengatakan selama hamil ini memeriksakan
kehamilannya ke Bidan sebanyak 9 kali secara teratur.
a) Trimester I : 2 kali
b) Trimester II : 3 kali
c) Trimester III : 4 kali
5) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu menyatakan mendapat penyuluhan tentang tanda
bahaya kehamilan pada usia kehamilan 16 minggu.
6) Imunisasi TT
a) TT1 : Caten 1 kali
b) TT2 : Pada usia kehamilan 16 minggu
c) TT3 : Pada usia kehamilan 20 minggu
7) Riwayat Persalinan
a) Tempat : RSGM Ambarawa
b) Penolong : Bidan
c) Tanggal/ Jam : 16 Oktober 2020/ jam 05.30 WIB
d) Jenis Kelamin : Laki-laki
e) BB/ PB : 3250 gram/ 49 cm
f) Jenis persalinan : Spontan dengan stimulasi
g) Penyulit : Partus tak maju
h) Plasenta : Lahir spontan jam 06.10
i) Perdarahan :
Kala I : 20 cc
Kala II : 30 cc

25
Kala III : 80 cc
Kala IV : 100 cc
Total : 230 cc
j) Lama Persalinan :
Kala I : 18 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 40 menit
Kala IV : 2 jam
Total : 21 jam 40 menit
8) Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, minum jamu dan
ibu hanya mengonsumsi obat dari tenaga kesehatan.
6. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu menyatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu menyatakan makan 3x/ hari menu nasi, sayur, lauk
hewani dan nabati, buah dengan porsi sedang. Minum air
putih 7 gelas/ hari dan susu ibu menyusui 2 gelas/ hari.
b. Eliminasi
BAB 1x/ hari konsistensi lunak, warna kuning, bau khas
feses. BAK 5-6x/ hari, warna kuning jernih.
c. Pola Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu suami
dan merawat bayinya.
d. Pola Istirahat
Ibu menyatakan tidur malam 6-7 jam/ sehari, sering
terbangun untuk menyusui bayinya dan ibu tidak
mengonsumsi obat tidur. Ibu menyatakan tidur siang 2 jam/
hari.
e. Pola Personal Hygien

26
f. Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari
dan keramas 2 hari sekali.

g. Pola Seksual
Ibu menyatakan belum melakukan hubungan suami istri
setelah bersalin.
8. Psikososiospiritual
a) Ibu merasa senang dengan kelahiran anak pertamanya dan
merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya saat ini.
b) Keluarga senang dengan kelahiran anak pertamanya dan
merasa cemas dengan keadaan yang dialami ibu saat ini.
c) Pengambil keputusan dalam keluarga dilaksanakan secara
musyawarah.
d) Ibu berencana menyusui bayinya secara eksklusif.
e) Ibu berencana mengasuh bayinya sendiri bersama suami
dan keluarga.
f) Ibu taat beribadah dengan melaksanakan sholat 5 waktu.
g) Ibu tinggal Bersama suami dan tidak memiliki hewan
pelihara

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Apatis
c. Berat Badan sekarang : 47 kg
d. Tinggi Badan : 153 cm
e. Tanda-tanda Vital : TD : 85/54 mmHg, N : 112x/mnt,
RR : 20x/ mnt, T : 36,6ºC
2. Status Present
a. Kepala

27
Bentuk mesochepal. Rambut hitam, bersih, tidak ada
ketombe dan tidak mudah rontok.
b. Mata
Simetris, conjungtiva pucat, sklera putih dan tidak oedema.
c. Hidung
Bersih, tidak ada sekret dan polip.
d. Mulut
Bibir kering, pucat, lidah bersih, warna kemerahan, tidak
ada caries, gusi tidak ada luka dan tidak ada stomatitis
e. Telinga
Simetris, bersih dan tidak ada cairan yang keluar.
f. Muka
Muka terlihat pucat, tidak oedema.
g. Leher
Tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid. Vena jugularis dan kelenjar limfe.
h. Ketiak
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
i. Dada
Simetris dan tidak ada ronchi dan wheezing.
j. Mammae
Simetris dan tidak ada benjolan bersifat patologis.
k. Perut
Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar dan
tidak ada nyeri tekan pada daerah gaster.
l. Ekstremitas
Simetris, tidak ada varises, tidak oedema dan kuku bersih.
Reflek patella positif.
m. Genetalia
Tidak ada tanda-tanda infeksi menular seksual.

28
n. Anus
Tidak ada varises dan haemoroid.
o. Tulang belakang
Normal, tidak ada kelainan bentuk
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
1) Muka
Tidak ada cloasmagravidarum.
2) Mammae
Areola mammae menghitam, papilla mammae menonjol,
3) Abdomen
Terdapat linea nigra dan strie gravidarum.
4) Genetalia
Jahitan perineum sudah kering, tidak ada tanda-tanda
infeksi, perdarahan pervaginam
b. Palpasi
1) Mammae
Tidak ada benjolan bersifat patologis, ASI keluar lancer.
2) Abdomen
TFU 3 jari di bawah pusat
3) Genetalia
V/T : V/U tenang, portio tebal lunsk, terbuka 2 jari, teraba
storsel, PPV (+) aktif.
4. Pemeriksaan Penunjang
Belum dilaksanakan

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa Kebidanan
Ny. I, usia 28 Tahun, P 1A0 Ibu nifas hari ke-7 dengan perdarahan
postpartum o/k retensi sisa plasenta
Data Dasar :

29
1. Data Subyektif
Ibu menyatakan melahirkan 7 hari yang lalu. Ibu mengeluh
keluar darah banyak (6 pembalut penuh hingga tembus) sejak
pagi ini.
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Apatis
c. Berat Badan sebelum : 48 kg
d. Berat Badan sekarang : 47 kg
e. Tanda-tanda Vital : TD: 85/54 mmHg, N: 124x/mnt,
RR: 20x/ mnt, T: 36,6ºC
f. TFU 3 jari di bawah pusat
g. V/T: V/U tenang, portio tebal lunsk, terbuka 2 jari, teraba
storsel, PPV (+) aktif.
B. Masalah
Ibu menyatakan merasa cemas dengan keadaannya.
C. Kebutuhan
Memberikan konseling, motivasi dan support mental kepada ibu.

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi Syok hipovolemik (haemoragic).

IV. TINDAKAN ANTISIPASI SEGERA


Dilaksanakan
Tanggal : 23 Oktober 2020 Jam : 08.45
1. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan resusitasi cairan dan
terapi, antara lain :
a. Menentukan jumlah cairan tubuh yang hilang sesuai dengan
derajat syok hipovolemik
b. Menentukan jumlah cairan resusitasi yang akan diberikan. (3
kali jumlah cairan yang hilang)

30
c. Memasang Kateter urine
d. Memasang Oksigen nasal kanul 3 lpm
e. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL 20 tpm.
2. Mencari sumber perdarahan dan Melakukan eksplorasi untuk
mengeluarkan storsel dan sisa jaringan saat kondisi ibu sudah
mulai membaik.
3. Melakukan pemeriksaan darah rutin, pembekuan darah dan kimia
darah.

V. INTERVENSI
Dilaksanakan
Tanggal :23 Oktober 2020 Jam : 09.00
1. Beritahu ibu dan hasil pemeriksaan dan jelaskan tentang keadaan
yang dialami
2. Monitor KU, TTV, Kontraksi dan PPV
3. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
4. Berikan support mental
5. Dokumentasikan asuhan yang telah diberikan

VI. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan
Tanggal : 23 Oktober 2020
1. 09.00 Memberikan informasi kepada Ibu dan Keluarga tentang
kondisi Ibu saat ini.
2. 09.05 Memonitor KU, TTV, Kontraksi dan perdarahan
3. 09.10 Melakukan kolaborasi medis dengan Dokter Sp.OG
4. 09.15 Memberi support mental untuk Ibu dan keluarga.

31
5. 09.20 Mendokumentasikan asuhan yang diberikan

VII. EVALUASI
Dilaksanakan
Tanggal : 23 Oktober 2020
1. 09.02 Ibu dan keluarga memahami kondisi yang dialami Ibu.

2. 09.07 KU : Lemah
Kesadara : Composmentis
n : 92/61
TD : 114x/menit
N : 20x/menit
RR : 36.8ºC
T
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan sympisis – pusat.
PPV sudah tidak aktif (±15 cc)
3. 09.30 Telah dilakukan kolaborasi medis dengan Dokter Sp.OG
dengan hasil ;

a. Dilakukan USG hasil uterus ukuran 7x9cm, terdapat


massa amorf, kesan terdapat retensi sisa plasenta.
b. Advis dokter Sp.OG :
1) Lanjutkan stabilisasi pasien
2) Progran Curetage bila KU stabil, konasul
anastesi.
3) Tranfusi 2 PRC bila Hb<8 gr/dL
4) Terapi :
a) Injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL 20
tpm.
b) Injeksi metilergometrin 0,2 mg/ IV/ 8 jam

32
c) Injeksi Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
4. 09.40 Kecemasan Ibu dan keluarga berkurang.
5. 09.50 Asuhan kebidanan telah didokumentasikan.

DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 23 Oktober 2020 Pukul : 09.30

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan masih lemas.

O (Data Obyektif) KU : Lemah


Kesadaran : Composmentis
TD : 96/66 mmHg
N : 111x/menit
RR : 20x/menit
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)

33
Hasil USG
Kolaborasi dengan dr Sp.OG dengan hasil uterus
ukuran 7x9 cm, terdapat massa amorf, kesan
terdapat retensi sisa plasenta.
Px laboraturium
Hemoglobin : 7,3 gr/dL
Leukosit : 18 x 103
Hematokrit : 28,5%
Trombosit : 210 x 103
HbSAg : Non Reaktif
GDS : 86 mg
Assasment P1A0 usia 28 Tahun 7 hari postpartum dengan
retensi sisa plasenta
Planning 09.45 Memeberikan informasi hasil pemeriksaan.
Ibu dan keluarga mengerti dengan
kondisinya.

09.50 Memberikan terapi sesuai advis dokter


Sp.OG :

1. Injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL


20 tpm.
2. Injeksi metilergometrin 0,2 mg/ IV/ 8
jam
3. Injeksi Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam.
Terapi telah diberikan, tidak ada reaksi
negative dari obat yang diberikan.
10.15 Mendampingi dokter memberikan edukasi
dan inform consent terkait tranfusi darah
dan tindakan curettage.
Ibu dan keluarga setuju.

34
10.30 Memberikan tranfusi darah golda A Rh
positif jenis PRC kolf pertama dengan
kode bag F312568.
Tranfusi selesai jam 11.30 dan tidak ada
reaksi negative dari tranfusi
11.00 Kolaborasi medis dengan dokter anastesi.
Doker anastesi acc tindakan curettage
15.30 Memonitor KU, VS, Kontraksi uterus dan
PPV setiap 6 jam.
Hasil:

KU : Lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : 102/76 mmH
N : 98x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,8ºC
Kontraksiuterus keras, TFU pertengahan
symfisis-pusat, PPV dbn (±10 cc).

DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 23 Oktober 2020 Pukul : 15.30

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan masih lemas.


O (Data Obyektif) KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 102/76 mmHg
N : 98x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,8 ºC

35
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)
Assasment P1A0 usia 28 Tahun 7 hari postpartum dengan
retensi sisa plasenta
Planning 15.45 Memeberikan informasi hasil pemeriksaan
dan memberikan edukasi persiapan
curettage besok pagi. Serta tetap
memerah ASI setiap 2-3 jam sekali. Ibu
dan keluarga mengerti dengan kondisinya
dan persiapan curettage. Ibu memerah ASI
2-3 jam sekali.
17.30 Memberikan terapi sesuai advis dokter
Sp.OG :

1. Injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL


20 tpm.
2. Injeksi metilergometrin 0,2 mg/ IV/ 8
jam
Terapi telah diberikan, tidak ada reaksi
negative dari obat yang diberikan.
19.30 Memberikan tranfusi darah golda A Rh
positif jenis PRC kolf ke-2 dengan kode
bag F312572.
Tranfusi selesai jam 20.30 dan tidak ada
reaksi negative dari tranfusi
21.30 Memberikan terapi sesuai advis dokter
Sp.OG : inj ceftriaxone 1 gr/ IV/ 12 jam
Terapi telah diberikan, tidak ada reaksi
negative dari obat yang diberikan.

36
01.30 Memberikan terapi sesuai advis dokter
Sp.OG :

1. Injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL


20 tpm.
2. Injeksi metilergometrin 0,2 mg/ IV/ 8
jam
Terapi telah diberikan, tidak ada reaksi
negative dari obat yang diberikan.
04.30 Melakukan kolaborasi medik pemeriksaan
cek Hb post tranfusi. Hasil Hb 8 jam post
tranfusi 9,7 gr/dL
05.30 Memonitor KU, VS, Kontraksi uterus dan
PPV setiap 12 jam.
Hasil:

KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 107/76 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc).

37
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 24 Oktober 2020 Pukul : 05.30

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan cemas dengan rencana curettage


O (Data Obyektif) KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 102/76 mmHg
N : 98x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,8 ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)
Hb post tranfusi 9,7 gr/dL
Assasment P1A0 usia 28 Tahun 8 hari postpartum dengan
retensi sisa plasenta
Planning 05.45 Memeberikan informasi hasil pemeriksaan.
Ibu dan keluarga mengerti dengan
kondisinya.
09.30 Memberikan terapi sesuai advis dokter
Sp.OG :

1. Injeksi oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL


20 tpm.
2. Injeksi metilergometrin 0,2 mg/ IV/ 8
jam
3. Injeksi ceftriaxone 1 gr/IV/ 12 jam
Terapi telah diberikan, tidak ada reaksi
negative dari obat yang diberikan.
10.00 Mempersiapkan pasien curettage dan
kolaborasi medis tindakan curettage
dengan dokter Sp.OG.
Jam 10.30 Tindakan curettage selesai dan
tidak ada komplikasi dari tindakan.
11.00 Memonitor KU, VS, Kontraksi uterus dan
PPV post curetage.
Hasil:

KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 98/72 mmHg
N : 96x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc).

39
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 24 Oktober 2020 Pukul : 11.00

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan masih sedikit mengantuk.


O (Data Obyektif) KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 98/72 mmHg
N : 96x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)
Assasment P1A0 usia 28 Tahun Ibu nifas H-8 post curettage
a/i retensio sisa plasenta
Planning 11.00 Memeberikan informasi bahwa tindakan
curettage sudah selesai. Ibu dan keluarga
merasa lega.
11.15 Melakukan kolaborasi medis post curettage
dengan dokter Sp.OG.
Advis post curettage :
1. Inj Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam (2 hari
diselesaikan)
2. Methilergometrin 0,125 mg tab 3x1 PO
3. Bila baik besok pagi BLPL.
20.00 Memonitor KU, VS, Kontraksi uterus dan

40
PPV min 12 jam sekali.
Hasil:

KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 112/82 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc).
BAK spontan tidak ada keluhan

41
DATA PERKEMBANGAN V
Tanggal : 24 Oktober 2020 Pukul : 20.00

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan sudah tidak ada keluhan. Ibu


sudah dapat BAK spontan tanpa keluhan.
O (Data Obyektif) KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 112/82 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)

Assasment P1A0 usia 28 Tahun Ibu nifas H-8

Planning 20.00 Memeberikan informasi hasil pemeriksaan


dan menganjurkan untuk memerah ASI
untuk bayinya.
Ibu dan keluarga memahami keadaannya
dan Ibu sudah rutin memerah ASI setiap 2-
3 jam sekali.

42
21.30 Memberikan terapi sesuai advis
Inj Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam (injeksi terakhir)
Methilergometrin 0,125 mg tab 3x1 PO
Terapi sudah diberikan dan tidak ada
reaksi negative dari terapi.
22.00 Menganjurkan pasien istirahat.
Pasien dapat istirahat dengan nyaman.
08.00 Memonitor KU, VS, Kontraksi uterus dan
PPV min 12 jam sekali.
Hasil:

KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 112/82 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc).
BAK spontan tidak ada keluhan

43
DATA PERKEMBANGAN VI
Tanggal : 25 Oktober 2020 Pukul : 08.00

S (Data Subyektif) Ibu menyatakan sudah tidak ada keluhan. Ibu


sudah dapat BAK spontan tanpa keluhan.
O (Data Obyektif) KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 112/82 mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7ºC
Kontraksi uterus keras
TFU pertengahan symfisis – pusat
PPV dbn (±10 cc)
Assasment P1A0 usia 28 Tahun, Ibu nifas H-9
Planning 08.00 Memeberikan informasi hasil pemeriksaan
Ibu dan keluarga memahami keadaannya
08.15 Melakukan kolaborasi medis dengan
dokter Sp.OG
Advis :
1. BLPL
2. Kontrol 1 minggu

44
3. Terapi pulang :
a. Methilergometrin 0,125 tab 3x1 PO
b. Co Amoxiclav 500 mg tab 3x1 PO
c. SF 1x1
08.30 Memepersiapkan Ibu pulang dan
memberika edukasi tentang perawatan di
rumah, jadwal control dan obat pulang.
Ibu dan keluarga mengerti terkait
perawatan di rumah, jadwal control dan
obat pulang.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses


asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi dengan perdarahan postpartum
sekunder oleh karena retensi sisa plasenta di RSGM Ambarawa dengan
menggunakan 7 langkah varney. Dalam penerapan asuhan kebidanan ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian data pada Ny. I, usia 23 Tahun, P1A0 Ibu nifas Hari
ke-7 dengan perdarahan postpartum o/k retensi sisa plasenta dengan
data subyektif Ibu menyatakan melahirkan 7 hari yang lalu. Ibu
mengeluh keluar darah banyak (6 pembalut penuh hingga tembus)
sejak pagi ini.
Data Obyektif yang didapatkan sebagai berikut :
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Apatis
3. Berat Badan sebelum : 48 kg
4. Berat Badan sekarang : 47 kg
5. Tanda-tanda Vital : TD: 85/54 mmHg, N: 124x/mnt,
RR: 20x/ mnt, T: 36,6ºC

45
6. TFU 3 jari di bawah pusat
7. V/T: V/U tenang, portio tebal lunsk, terbuka 2 jari, teraba storsel,
PPV (+) aktif.
Dalam teori perdarahan pasca persalinan dan perdarahan
post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan
jumlah perdarahan ≥500 ml atau jumlah perdarahan yang keluar
melebihi normal berpotensi memenuhi perubahan tanda-tanda vital
(sistolik < 90 mmHg, nadi >100x/ menit), pasien lemah, kesadaran
menurun, berkeringat dingin, menggigil, hiperkapnia dan Hb <8gr/dL.
Perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan primer
yang terjadi pada 24 jam pertam post partum dan perdarahan
sekunder yang terjadi setelah 24 jam post partum (Saifuddin, 2009).
Retensio sisa plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan
plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap
terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
tanda Perdarah post partum oleh karena retensi sisa plasenta.

B. INTERPRETASI DATA
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada kasus ibu
nifas dengan perdarahan post partum oleh karena retensio sisa
plasenta, untuk diagnose kebidannya adalah Ny. I, usia 23 Tahun,
P1A0 Ibu nifas Hari ke-7 dengan perdarahan postpartum o/k retensi
sisa plasenta.
Berdasarkan teori Interpretasi data (data dari hasil pengkajian)
mencangkup diagnosa masalah dan kebutuhan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan diintpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosa dan masalah spesifik (Varney, 2004).

46
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
menetapkan diagnosa kebidanan Hiperemesis Gravidarum Grade II.

C. DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial dari kasus Ny. I, usia 23 Tahun, P 1A0 Ibu
nifas Hari ke-7 dengan perdarahan postpartum o/k retensi sisa
plasenta adalah syok hipovolemik(haemoragic).
Berdasarkan teori perdarahan post partum berpotensi
memenuhi perubahan tanda-tanda vital (sistolik < 90 mmHg, nadi
>100x/ menit), pasien lemah, kesadaran menurun, berkeringat dingin,
menggigil, hiperkapnia dan Hb <8gr/dL
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
menetapkan diagnosa potensial.

D. ANTISIPASI/ TINDAKAN SEGERA


Langkah ini dilakukan tindakan segera untuk mencegah
diagnosa potensial terjadi pada kasus Ny. I, usia 28 Tahun, P 1A0 Ibu
nifas Hari ke-7 dengan perdarahan postpartum o/k retensi sisa
plasenta adalah Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan
resusitasi cairan dan eksplorasi untuk menghentikan perdarahan.
Berdasarkan teori tata laksana pada retensio sisa plasenta
adalah memberikan oksitosin 10 unit secara IM dan 20-40 unit
oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/ menit. Kemudian lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/ menit sampai perdarahan berhenti dan apabila
serviks terbuka, lakukan eksplorasi digital dengan menggunakan 2 jari
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Jika serviks hanya dapat

47
dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
aspirasi vakum manual atau dilatasi kuretase.
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
tindakan antisipasi segera.

E. INTERVENSI
Pada langkah ini ditentukan rencana asuhan pada Ny. I, usia
28 Tahun, P1A0 Ibu nifas Hari ke-7 dengan perdarahan postpartum o/k
retensi sisa plasenta meliputi resusitasi cairan, eksplorasi, pemberian
terapi antibiotic profilaksis injeksi ceftriaxone 1 gr/ IV/ 12 jam dan
curetase.
Berdasarkan teori tata laksana pada retensio sisa plasenta
adalah memberikan oksitosin 10 unit secara IM dan 20-40 unit
oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/ menit. Kemudian lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/ menit sampai perdarahan berhenti dan apabila
serviks terbuka, lakukan eksplorasi digital dengan menggunakan 2 jari
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Jika serviks hanya dapat
dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
aspirasi vakum manual atau dilatasi kuretase, memberikan antibiotic
profilaksis dan apabila perdarahan berlanjut, maka lakukan tata
laksana seperti kasus atonia uteri
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
perencanaan asuhan kebidanan.

F. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan dari intervensi
yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi yang dilakukakn Ny. I,

48
usia 28 Tahun, P1A0 Ibu nifas Hari ke-7 dengan perdarahan
postpartum o/k retensi sisa plasenta meliputi resusitasi cairan,
eksplorasi, pemberian terapi antibiotic profilaksis injeksi ceftriaxone 1
gr/ IV/ 12 jam dan curetase.
Berdasarkan pengkajian tersebut penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan.

G. EVALUASI
Pada kasus Ny. I, usia 28 Tahun, P 1A0 Ibu nifas Hari ke-7
dengan perdarahan postpartum o/k retensi sisa plasenta dilakukan
perawatan di Rumah Sakit selama 3 hari. Didapatkan hasil Ibu
mengetahui dan memahami kondisinya, KU, TTV, kontraksi uterus
dan PPV dalam batas normal, serta ibu pulang ke rumah dengan
terapi pulang dan bersedia kontrol 1 minggu.

49
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat
disimpulkan bahwa seorang bidan sangat penting mengenali tanda
kegawatan yang muncul sehingga mampu berkoordinasi dengan
tenaga kesehatan lain untuk menyelamatan jiwa ibu. Asuhan masa
nifas yang diberikan pada ny I telah dilakukan dengan baik
kemampuan mengenali kondisi dan jumlah perdarahan ibu,
kemampuan koordinasi dengan dokter spesialis kebidanan,
apoteker dan petugas laborat, untuk pemeriksaan darah rutin serta
menyediaakan darah. Kerjasama yang solit bisa mengatasi
perdarahan dan mengatasi komplikasi yang lebih berat dan
bahkan bisa mengancam jiwa ibu.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman tentang asuhan

50
kebidanan pada ibu nifas patologi dengan perdarahan post
partum karena retensio sisa plasenta.
2. Bagi RSGM Ambarawa
Dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan pada ibu nifas
patologi dengan perdarahan post partum karena retensio sisa
plasenta.
3. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah referensi
dalam memahami asuhan kebidanan ibu nfas patologi dengan
perdarahan karena retensio sisa plasenta.

51
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F. Gary., G.N. 2005.Obstetri Williams Vol.1. Ed. 21. Jakarta :


EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI.

Lowdermilk, D. S. 2005. Maternity Women’s Healt Care 7 th Edison. St.


Louis : Mosby.Inc.

Pilliteri. 2003. Maternal and Child Health Nursing Care of Childbearing and
Childbearing Family 3 rd Edition, Lippincott.

Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT. Bina PustakaYB-


SP.

Saifuddin, A. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal Edisi I Cetakan Kelima. Jakarta : PT. Bina
PustakaYB-SP.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.


Yogyakarta : ANDI.

Varney, H. M. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Varney’s Midwifery)


Edisi ke-4 Volume 2. Jakarta : EGC.

52

Anda mungkin juga menyukai