Anda di halaman 1dari 24

Tugas Mata Kuliah : Anthropometri Sebagai Indikator Taraf Gizi

“Gestational Weight Gain”

Kelompok 3

Riza Khoiriyah 291221005


Achmad Zulkifli 291221010

Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Gizi


Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat-
Nya, makalah tugas Anthropometri Sebagai Indikator Taraf Gizi “Gestational Weight
Gain” ini dapat disusun dengan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang
“Gestational Weight Gain”.
Peningkatan kesehatan ibu, janin, dan anak merupakan tujuan utama
kesehatan masyarakat. Hamil dengan berat badan yang sehat akan meningkatkan
kesehatan jangka panjang. Siklus reproduksi dimulai sebelum konsepsi dan berlanjut
hingga tahun pertama pascapersalinan dan status berat badan ibu selama seluruh
siklus akan mempengaruhi kesehatan ibu dan anaknya. Perubahan tren kesehatan
masyarakat telah menantang sektor kesehatan untuk memberikan panduan
pertambahan berat badan yang optimal pada masa kehamilan untuk mencapai hasil
yang sehat bagi diri mereka sendiri dan bayi yang baru lahir.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu,
kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bersama.

Surabaya, 13 Pebruari 2023

Kelompok 3
Anthropometri Sebagai Indikator Taraf Gizi “Gestational Weight Gain”
Program Magister Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Gizi
Universitas Airlangga – Fakultas Kesehatan Masyarakat

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.2 Tujuan ............................................................................................... 3
1.3 Manfaat ............................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertambahan Berat
Badan Pada Masa Kehamilan
Beserta Konsekuensinya.
2.1.1 Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Pertambahan Berat
Badan Pada Masa Kehamilan ........................................................... 4
2.2.2 Konsekuensi Pertambahan Berat Badan Pada Masa
Kehamilan ......................................................................................... 7
2.2 Standar Optimal Direkomendasikan Ahli untuk Pertambahan Berat
Badan Pada Masa Kehamilan : ......................................................... 9
2.3 Komposisi dan Komponen Kehamilan Penambahan Berat Badan ......
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................. 21
3.1 Simpulan ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kesehatan ibu, janin, dan anak merupakan tujuan utama
kesehatan masyarakat. Hamil dengan berat badan yang sehat akan meningkatkan
kesehatan jangka panjang.
Saat ini, banyak aspek utama kesehatan wanita usia subur telah berubah
sebagai modal awal ibu hamil. Tren kenaikan IMT pra kehamilan dan tren kenaikan
berat badan selama kehamilan, hal-hal tersebut tentunya dapat memiliki risiko hasil
yang merugikan antara kesehatan ibu, janin, dan bayi. Perubahan tren kesehatan
masyarakat tersebut juga telah menantang sektor kesehatan harus dapat
memberikan panduan pertambahan berat badan yang optimal masa kehamilan untuk
mencapai hasil yang sehat bagi diri ibu hamil sendiri, janin, bayi yang baru lahir
hingga masa balita dan seterusnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pertambahan berat badan pada masa kehamilan
beserta konsekuensinya serta standar optimal yang direkomendasikan.
1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat :
1. Bagi mahasiswa kesehatan, tenaga - praktisi kesehatan, dan instansi/organisasi
kesehatan :
dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pertambahan berat badan pada masa kehamilan beserta konsekuensinya, serta
dapat mengadopsi pedoman standar pertambahan berat badan pada masa
kehamilan untuk strategi intervensi dan bahan publikasi.
2. Bagi media dan masyarakat :
dapat mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pertambahan berat badan pada masa kehamilan beserta konsekuensinya, serta
memperoleh bahan promosi pentingnya pertambahan berat badan pada masa
kehamilan sesuai standar optimal yang direkomendasikan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertambahan Berat Badan Pada


Masa Kehamilan Beserta Konsekuensinya.
Berikut gambar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertambahan berat
badan pada masa kehamilan beserta konsekuensinya.

5
National Research Council dan Institute of Medicine meninjau kembali
determinan dan berbagai konsekuensi yang merugikan jangka pendek dan
panjang dari variasi kenaikan berat badan selama kehamilan untuk ibu dan
bayinya dikarenakan banyak aspek utama kesehatan wanita usia subur telah
berubah, Seperti meningkatnya Indeks massa tubuh (BMI) pra kehamilan pada
wanita.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertambahan Berat Badan


Pada Masa Kehamilan :
Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pertambahan berat badan
pada masa kehamilan menurut IOM Modifikasi 1990 (2009), adalah :
1. Faktor Tidak Langsung : Faktor Lingkungan sosial dan lingkungan hidup
(alami/buatan)
Yang termasuk dalam faktor lingkungan ini adalah kebijakan pemerintah,
lingkungan dengan pelayanan kesehatan, lingkungan budaya, media,
lingkungan tempat tinggal (geografis), lingkungan yang memiliki zat
berbahaya (toksik), daerah rawan bencana, lingkungan dengan
kemudahan akses mendapatkan makanan sehat dan melakukan aktivitas
fisik, lingkungan keluarga yang mendukung, status pernikahan, lingkungan
dengan kekerasan dalam rumah tangga.
2. Faktor Langsung : Faktor ibu hamil
Yang termasuk dalam faktor ini adalah sosial demografis (umur, ras,
sosial ekonomi, rawan pangan, karakteristik genetik dan
epigenetik,antropometri, fisiologis (IMT sebelum hamil, Basal metabolisme
rate, hormon), kondisi medis ibu (kesakitan sebelumnya, hiperemesis
gravidarum, bulimia nervosa, anoreksia nervosa, kehamilan kembar,
riwayat bedah bariatrik), kondisi psikologis ibu (depresi, stress, dukungsn
sosial, sikap kecenderungan menaikkan / menurunkan berat badan), dan
faktor perilaku ibu hamil (intake harian, aktiviitas olahraga, kehamilan
tidak diinginkan)
3. Faktor Langsung namun juga merupakan faktor perantara adalah “Faktor
Keseimbangan Energi dan Nutrisi”
(intake nutrisi, intake kalori atau intakemakanan).

6
Keseluruhan faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap pola keseluruhan
pertambahan berat badan pada masa kehamilan, yang tentunya terbagi atas 2
hal :
1. Berat pada ibu : fat mass, fat mass fat
2. Berat badan bayi: fat mass, fat mass fat, cairan amnion, pertumbuhan bayi
3. Plasenta

2.1.2 Konsekuensi Pertambahan Berat Badan Pada Masa Kehamilan :


Serangkaian konsekuensi untuk kesehatan ibu dan anak jangka pendek atau
jangka panjang yang berpotensi terkait dengan pertambahan berat badan
pada masa kehamilan menurut IOM Modifikasi 1990 (2009), adalah sebagai
berikut dengan dibedakan atas :
1. Konsekuensi Pertambahan Berat Badan Pada Masa Kehamilan untuk ibu :
Konsekuensi saat kehamilan, saat persalinan, dan kematian ibu
Konsekuensi ini dapat memberikan outcomes berupa :
a. Postpartum Depresi
b. Kinerja laktasi
c. persalinan sesar wanita bertubuh pendek memiliki peningkatan risiko
persalinan sesar darurat.
d. retensi berat badan pascapersalinan
kendati wanita bertubuh pendek tidak memiliki peningkatan risiko
retensi berat pascapersalinan yang berlebihan
e. konsekuensi jangka panjang
penyakit kardiovaskular dan penyakit kronis lainnya yang dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas selama pasca-kehamilan.
Kendati untuk diabetes melitus gestasional, dan hipertensi yang
diinduksi kehamilan (preeklampsia) dihilangkan dari pertimbangan
karena kurangnya bukti yang cukup bahwa GWG adalah penyebab dari
kondisi ini.
2. Konsekuensi Pertambahan Berat Badan Pada Masa Kehamilan untuk
janin/ bayi :
Stillbirth, prematur,pertumbuhan bayi, kematian bayi
Konsekuensi ini dapat memberikan outcomes berupa :
a. Komposisi tubuh bayi baru lahir

7
b. Pertambahan berat badan bayi
c. Kemampuan menyusu bayi
d. Obesitas bayi
e. Neuro development
f. Alergi-asma
g. Cancer

2.2 Standar Optimal yang Direkomendasikan Ahli untuk Pertambahan Berat


Badan Pada Masa Kehamilan :
Tinjauan studi observasional mendukung bahwa wanita yang memasuki
kehamilan dengan BMI normal dan mendapatkan dalam rentang yang
direkomendasikan dalam pedoman IOM (1990) lebih cenderung memiliki hasil
kelahiran yang baik daripada wanita yang mendapatkan di luar rentang yang
direkomendasikan (Taffel et al., 1993; Abrams et al., 2000;Gross, 2006).
Standar optimal yang direkomendasikan ahli untuk pertambahan berat badan
pada masa kehamilan IOM Modifikasi 1990 (2009) adalah berdasarkan
rentang kategori indeks massa tubuh (BMI) ibu sebelum hamil.

Pedoman baru ini pada Tabel S-1 digunakan praktisi kesehatan bersama
dengan penilaian klinis yang baik serta diskusi dengan wanita yang berencana
untuk hamil khususnya yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas
pada saat pembuahan. Perlu juga memasukkan komponen intervensi
perawatan diet dan olahraga.

8
Pendekatan berdasarkan rentang kategori indeks massa tubuh (BMI) ibu
sebelum hamil ini mencerminkan ketidaktepatan perkiraan yang menjadi dasar
rekomendasi, banyak faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan untuk
seorang wanita.
Jika GWG seorang wanita tidak dalam pedoman yang diusulkan, dokter harus
mempertimbangkan bukti klinis lain yang relevan, faktor yang dapat
dimodifikasi yang mungkin menyebabkan peningkatan yang berlebihan atau
tidak memadai, dan informasi tentang sifat kelebihan GWG (misalnya lemak
atau edema) serta kecukupan keduanya. dan konsistensi pertumbuhan janin
sebelum menyarankan agar seorang wanita mengubah pola kenaikan berat
badannya.
Rekomendasi kenaikan berat badan khusus untuk subkelompok populasi,
termasuk remaja, anggota kelompok ras dan etnis, wanita bertubuh pendek,
dan wanita yang mengandung bayi kembar juga disesuaikan tersendiri.
1. wanita bertubuh pendek :
2. wanita yang mengandung bayi kembar

2.3 Komposisi dan Komopenen Kehamilan Penambahan Berat Badan


Fisiologi dan Metabolisme Pertambahan berat badan gestasional
(GWG) adalah fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung
fungsi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pertambahan berat badan
gestasional tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologi dan metabolisme
ibu, tetapi juga oleh metabolisme plasenta. Plasenta berfungsi sebagai organ
endokrin, penghalang, dan pengangkut zat antara sirkulasi ibu dan janin.
Perubahan homeostasis ibu dapat memodifikasi struktur dan fungsi plasenta
sehingga berdampak pada laju pertumbuhan janin. Bab ini memberikan materi
latar belakang yang relevan tentang perubahan fisiologis dan metabolisme
normal yang terjadi selama kehamilan dan terkait dengan GWG.
Pembahasan diawali dengan review total dan pola GWG pada
kehamilan tunggal, kembar, dan triplet. Selanjutnya, komposisi kimia yang
unik dan tingkat pertambahan komponen ibu, plasenta, dan janin dari GWG
disajikan, diikuti dengan diskusi tentang biologi dasar pertumbuhan janin dan
plasenta dan fisiologi janin-plasenta yang mendasari GWG. Terakhir, kondisi

9
patofisiologis yang dapat berdampak buruk pada GWG ditinjau untuk
memberikan landasan untuk memahami perubahan berat badan dan
komposisi selama kehamilan. Sebaliknya, fungsi plasenta dapat memengaruhi
metabolisme ibu melalui perubahan sensitivitas insulin dan inflamasi sistemik,
sehingga memengaruhi GWG.

2.3.1 Total Peningkatan Berat Badan Gestasi


Total Pertambahan Berat Kehamilan Bianco dkk. (1998) menemukan
bahwa rata-rata GWG untuk 613 wanita obesitas (BMI > 35) rata-rata 9,1 ±
7,4 kg. Namun, 13 persen wanita mengalami kenaikan berat badan lebih dari
16 kg, dan 9 persen kehilangan atau gagal menambah berat badan. Dalam
studi kohort yang menggunakan data akta kelahiran dari 120.251 wanita
obesitas di Missouri, 18, 30, dan 40 persen wanita memperoleh berat badan.
a. Kehamilan Tunggal
Wanita gemuk (BMI = 30-40) yang berpartisipasi dalam intervensi
prenatal memperoleh berat badan lebih sedikit (GWG yang disesuaikan =
7,52 kg) dibandingkan kontrol (GWG yang disesuaikan = 9,78 kg), dan tidak
mengalami perbedaan dalam hasil kehamilan (Claesson et al., 2008).
Singkatnya, dari perspektif populasi, wanita obesitas sebagai kelompok
memperoleh berat badan lebih sedikit daripada wanita non-obesitas, namun
GWG dapat sangat bervariasi. Pemeriksaan penelitian yang diterbitkan di
Amerika Serikat dari tahun 1985 hingga saat ini menunjukkan bahwa rata-rata
GWG total wanita dewasa dengan berat badan normal yang melahirkan bayi
cukup bulan berkisar dari yang terendah 10,0 hingga tertinggi 16,7 kg
(Lampiran C [Tabel C-1A dan K-1B] berisi ringkasan tabel dari studi yang
diperiksa oleh komite). Di kalangan remaja, secara umum, GWG cenderung

10
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dewasa (rata-rata berkisar antara
14,6 hingga 18,0 kg dalam studi yang diteliti).
Temuan yang konsisten di seluruh studi adalah hubungan terbalik
antara GWG dan indeks massa tubuh pregravid (BMI). Gambar 3-2
mengilustrasikan hubungan serupa dengan data yang berasal dari Abrams et
al. (1986). menemukan bahwa rata-rata GWG untuk 613 wanita obesitas (BMI
> 35) rata-rata 9,1 ± 7,4 kg. Namun, 13 persen wanita mengalami kenaikan
berat badan lebih dari 16 kg, dan 9 persen kehilangan atau gagal menambah
berat badan. Dalam studi kohort yang menggunakan data akta kelahiran dari
120.251 wanita obesitas di Missouri, 18, 30, dan 40 persen wanita
memperoleh berat badan 0,68 kg per minggu (Nohr et al., 2007). Kehamilan
Tunggal Wanita gemuk (BMI = 30-40) yang berpartisipasi dalam intervensi
prenatal memperoleh berat badan lebih sedikit (GWG yang disesuaikan =
7,52 kg) dibandingkan kontrol (GWG yang disesuaikan = 9,78 kg), dan tidak
mengalami perbedaan dalam hasil kehamilan (Claesson et al., 2008).
Singkatnya, dari perspektif populasi, wanita obesitas sebagai kelompok
memperoleh berat badan lebih sedikit daripada wanita non-obesitas, namun
GWG dapat sangat bervariasi.
Pemeriksaan penelitian yang diterbitkan di Amerika Serikat dari tahun
1985 hingga saat ini menunjukkan bahwa rata-rata GWG total wanita dewasa
dengan berat badan normal yang melahirkan bayi cukup bulan berkisar dari
yang terendah 10,0 hingga tertinggi 16,7 kg (Lampiran C [Tabel C-1A dan K-
1B] berisi ringkasan tabel dari studi yang diperiksa oleh komite). Di kalangan
remaja, secara umum, GWG cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita dewasa (rata-rata berkisar antara 14,6 hingga 18,0 kg dalam studi
yang diteliti). Temuan yang konsisten di seluruh studi adalah hubungan
terbalik antara GWG dan indeks massa tubuh pregravid (BMI). Gambar 3-2
mengilustrasikan hubungan serupa dengan data yang berasal dari Abrams et
al. (1986).

11
b. Kehamilan Kembar
Total GWG pada kehamilan kembar umumnya lebih tinggi daripada
kehamilan tunggal; ratarata dari 15 hingga 22 kg (Lampiran C, Tabel C-2).
Hasil yang terkait dengan GWG pada kehamilan kembar, seperti pada
kehamilan tunggal, adalah fungsi dari IMT pragravid. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa, ketika dikelompokkan berdasarkan BMI
pragravid, peningkatan GWG dikaitkan dengan peningkatan berat lahir
kembar di antara wanita dengan berat badan kurang, berat badan normal,
dan kelebihan berat badan, tetapi tidak obesitas, (Brown dan Schloesser,
1990; Luke et al., 1992; Lantz et al., 1996). Yeh dan Shelton (2007)
menemukan bahwa berat lahir kembar rata-rata dalam populasi yang
diteliti meningkat secara bertahap dari 2.237 g menjadi 2.753 g untuk total
GWG masing-masing 55 pon.
Namun, peluang untuk melahirkan anak kembar pada usia
kehamilan > 36 minggu dan berat lahir > 2.500 g secara signifikan lebih
rendah pada wanita yang berat badannya < 35 pon (AOR 0,49, 95% CI:
0,37-0,65) dan secara signifikan lebih tinggi pada wanita yang berat
badannya naik. > 55 pound (AOR 2,24, 95% CI: 1,51-3,33) dibandingkan
dengan mereka yang mendapatkan 35-45 pound. Menariknya, GWG > 55
pon dikaitkan dengan kemungkinan 1,5 kali lebih besar untuk mengalami
komplikasi maternal (kumulatif GDM, hipertensi akibat kehamilan,
preeklampsia, dan anemia [AOR 1,63, 95% CI 1,02-2,60]) juga memiliki

12
sesar [AOR 1,85, 95% CI 1,20-2,87]). Pertambahan berat badan kumulatif
yang dikelompokkan menurut IMT pragravid untuk ibu dari anak kembar
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan dengan rata-rata berat
lahir kembar ÿ 2.500 g ditunjukkan pada Tabel 3-1. Kumulatif dan tingkat
kenaikan berat badan per trimester disajikan pada Lampiran C, Tabel C-3A
dan C-3B. Singkatnya, GWG pada kehamilan kembar mencerminkan
bahwa pada kehamilan tunggal, yaitu ada hubungan terbalik antara GWG
ibu dan IMT ibu sebelum hamil.

c. Kehamilan Triplet dan Quadruplet


Dalam sebuah studi kohort besar, GWG di antara ibu yang
mengandung kembar tiga ditemukan berkisar antara 20,5 hingga 23,0 kg pada
32-34 minggu dan untuk kembar empat dari 20,8 hingga 31,0 kg pada 31-32
minggu (Luke, 1998). Dalam kohort yang sama, rata-rata GWG total pada 38
kehamilan kembar tiga ditemukan menjadi 20,2 kg pada 33,4 minggu (Luke et
al., 1995). Tingkat kenaikan sebelum 24 minggu kehamilan adalah 0,48 kg per
minggu dan 0,96 kg per minggu setelah 24 minggu (Luke et al., 1995). Dalam
data dari kohort yang berbeda, GWG ditemukan sebagai fungsi dari kategori
BMI. Median GWG masing-masing adalah 15,5, 21,8, dan 15 kg untuk
kategori BMI rendah, normal, dan tinggi

13
2.3.2 Pola Pertambahan Berat Badan Kehamilan
Pola GWG paling sering digambarkan sebagai sigmoidal (Hytten dan
Chamberlain, 1991), tetapi pola kenaikan berat badan linier, cekung, dan
cembung telah diamati juga (Villamor et al., 1998).
a. Kehamilan Tunggal
Dalam laporan Nutrisi Selama Kehamilan (IOM, 1990) rata-rata GWG
untuk wanita dengan gizi baik dengan kehamilan tunggal tanpa komplikasi
dilaporkan sekitar 0,45 kg per minggu selama trimester kedua dan 0,40 kg per
minggu selama trimester ketiga. Beberapa penelitian, yang diterbitkan sejak
laporan itu, menunjukkan bahwa tingkat GWG lebih tinggi pada yang kedua
dan ketiga trimester umum terjadi pada wanita Amerika dengan nilai BMI
kisaran normal (Lampiran C, Tabel C-1A dan C-1B). Rata-rata GWG total
adalah 17,4 kg dalam kohort yang lebih besar dari 1.564 kelahiran kembar
dengan usia kehamilan > 28 minggu dari populasi yang sama (Luke et al.,
1998).
Dalam studi lain dari database populasi yang sama, Luke et al. (2003)
menemukan bahwa tingkat GWG terkait dengan hasil yang optimal lebih
besar untuk wanita kurus dan berat badan normal daripada wanita kelebihan
berat badan dan obesitas. Hasil ini mirip dengan kehamilan tunggal. Dalam
penelitian lain, tingkat rata-rata GWG pada wanita kulit hitam dan putih non-
obesitas berpenghasilan rendah adalah 2,48 kg pada trimester pertama dan
0,49 dan 0,45 kg per minggu pada trimester kedua dan ketiga, masing-masing
(Hickey et al., 1995). . Sebaliknya, tingkat kenaikan berat badan sebagian
besar wanita Hispanik (n = 7.589) yang berpartisipasi dalam Proyek
Pencegahan Prematuritas serupa pada trimester kedua (0,52 kg per minggu)
dan ketiga (0,53 kg per minggu) (SiegaRiz et al., 1996).
Dalam studi ini, kenaikan trimester ketiga sedikit lebih rendah pada
wanita yang melahirkan prematur (0,50 vs 0,53 kg per minggu). Pola serupa
dari GWG ditemukan pada remaja, meskipun rata-rata peningkatan dan
tingkat peningkatan lebih tinggi selama kehamilan. Dari pertengahan
kehamilan hingga aterm tingkat kenaikan adalah 0,51 kg per minggu (Hediger
et al., 1990). Singkatnya, pola GWG umumnya lebih tinggi pada trimester
kedua dan berhubungan dengan IMT ibu hamil. Namun, pola GWG dapat
bervariasi tergantung pada etnis dan usia ibu.

14
b. Kehamilan Kembar
Serangkaian studi observasi memeriksa hasil yang terkait dengan
tingkat GWG pada wanita dengan kehamilan kembar yang melahirkan bayi
pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir rata-rata melebihi 2.500
g. Lukas dkk. (1992) menemukan bahwa tingkat GWG yang rendah, yang
didefinisikan sebagai < 1,0 pound/minggu, dikaitkan dengan rata-rata berat
lahir yang lebih rendah secara signifikan untuk bayi kembar secara
dibandingkan signifikan pada dengan trimester bayi tunggal ketiga diamati ( , -
0,137; diantara p = 0,001). wanita Tingkat yang GWG berat yang lhirrata-
lebih rata tinggi untuk anak kembar adalah > 2.500 g dibandingkan dengan
wanita dengan berat lahir untuk anak kembar. Di antara populasi multietnis
besar dari 646 kehamilan kembar pada usia kehamilan > 28 minggu, berat
lahir meningkat sebesar 14, 20, dan 17 g untuk setiap pon berat badan yang
diperoleh antara usia kehamilan 0 dan 20 minggu, usia kehamilan 20 dan 28
minggu, dan 28 minggu hingga kelahiran.
Rata-rata GWG total adalah 17,4 kg dalam kohort yang lebih besar dari
1.564 kelahiran kembar dengan usia kehamilan > 28 minggu dari populasi
yang sama (Luke et al., 1998). Dalam studi lain dari database populasi yang
sama, Luke et al. (2003) menemukan bahwa tingkat GWG terkait dengan hasil
yang optimal lebih besar untuk wanita kurus dan berat badan normal daripada
wanita kelebihan berat badan dan obesitas. Hasil ini mirip dengan kehamilan
tunggal.
2.3.3 Komponen Peningkatan Berat Badan Gestasi
Di antara populasi multietnis besar dari 646 kehamilan kembar pada
usia kehamilan > 28 minggu, berat lahir meningkat sebesar 14, 20, dan 17 g
untuk setiap pon berat badan yang diperoleh antara usia kehamilan 0 dan 20
minggu, usia kehamilan 20 dan 28 minggu, dan 28 minggu hingga kelahiran. ,
masing-masing (Luke et al., 1997). Tingkat kenaikan rata-rata adalah 0,169 kg
per minggu pada trimester pertama. Rata-rata kenaikan berat badan lebih
tinggi pada trimester kedua (0,563 kg per minggu) dibandingkan trimester
ketiga (0,518 kg per minggu) pada semua kelompok kecuali wanita gemuk.
Peningkatan rata-rata pada trimester kedua dan ketiga lebih tinggi pada
wanita kurus dan berat badan normal dibandingkan pada wanita kelebihan
berat badan dan obesitas.

15
Berat lahir berkorelasi paling kuat dengan kenaikan pada trimester
kedua (masing-masing 32,8 g/kg GWG versus 18 dan 17 g/kg pada trimester
pertama dan ketiga). Serangkaian studi observasi memeriksa hasil yang
terkait dengan tingkat GWG pada wanita dengan kehamilan kembar yang
melahirkan bayi pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir rata-
rata melebihi 2.500 g. Lukas dkk. (1992) menemukan bahwa tingkat GWG
yang rendah, yang didefinisikan sebagai < 1,0 pound/minggu, dikaitkan
dengan rata-rata berat lahir yang lebih rendah secara signifikan untuk bayi
kembar secara dibandingkan signifikan pada dengan trimester bayi tunggal
ketiga diamati ( , -0,137; diantara p = 0,001). wanita Tingkat yang GWG berat
yang lhirrata- lebih rata tinggi untuk anak kembar adalah > 2.500 g
dibandingkan dengan wanita dengan berat lahir untuk anak kembar
a. Pertambahan air tubuh total
Di antara populasi multietnis besar dari 646 kehamilan kembar pada
usia kehamilan > 28 minggu, berat lahir meningkat sebesar 14, 20, dan 17
g untuk setiap pon berat badan yang diperoleh antara usia kehamilan 0
dan 20 minggu, usia kehamilan 20 dan 28 minggu, dan 28 minggu hingga
kelahiran. , masing-masing (Luke et al., 1997). Tingkat kenaikan rata-rata
adalah 0,169 kg per minggu pada trimester pertama. Rata-rata kenaikan
berat badan lebih tinggi pada trimester kedua (0,563 kg per minggu)
dibandingkan trimester ketiga (0,518 kg per minggu) pada semua
kelompok kecuali wanita gemuk.
Peningkatan rata-rata pada trimester kedua dan ketiga lebih tinggi
pada wanita kurus dan berat badan normal dibandingkan pada wanita
kelebihan berat badan dan obesitas. Berat lahir berkorelasi paling kuat
dengan kenaikan pada trimester kedua (masingmasing 32,8 g/kg GWG
versus 18 dan 17 g/kg pada trimester pertama dan ketiga). Serangkaian
studi observasi memeriksa hasil yang terkait dengan tingkat GWG pada
wanita dengan kehamilan kembar yang melahirkan bayi pada usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir rata-rata melebihi 2.500 g.
Lukas dkk. (1992) menemukan bahwa tingkat GWG yang rendah, yang
didefinisikan sebagai < 1,0 pound/minggu, dikaitkan dengan rata-rata berat
lahir yang lebih rendah secara signifikan untuk bayi kembar secara
dibandingkan signifikan pada dengan trimester bayi tunggal ketiga diamati

16
( , -0,137; diantara p = 0,001). wanita Tingkat yang GWG berat yang
lhirrata- lebih rata tinggi untuk anak kembar adalah > 2.500 g dibandingkan
dengan wanita dengan berat lahir untuk anak kembar perkembangan janin
normal atau insidental kehamilan tidak sepenuhnya dipahami.

b. Misa Bebas Lemak Protein


Diperoleh terutama pada janin (42 persen), tetapi juga pada rahim (17
persen), darah (14 persen), plasenta (10 persen), dan payudara (8 persen)
(Hytten dan Chamberlain, 1991). Akrual protein terjadi terutama pada akhir
kehamilan. Deposisi protein telah diperkirakan dari pengukuran pertambahan
kalium tubuh total (TBK) yang diukur dengan penghitungan seluruh tubuh
dalam sejumlah penelitian pada wanita hamil (King et al., 1973; Emerson et
al., 1975; Pipe et al., 1979 ; Forsum et al., 1988; Butte et al., 2003). Raja dkk.
(1973) mengamati tingkat pertambahan TBK sebesar 24 miliekuivalen (meq)
per minggu antara usia kehamilan 26 dan 40 minggu. Pipa dkk. (1979)
menemukan peningkatan 312 meq kalium (K).
Peningkatan yang lebih rendah dari 110 dan 187 meq pada 36 minggu
ditemukan melebihi nilai pregravid dalam dua penelitian lain (Forsum et al.,
1988; Butte et al., 2003). Berdasarkan rasio potasium-nitrogen dalam
jaringan janin sebesar 2,15 meq potasium/g nitrogen, total deposisi protein
diperkirakan dari studi longitudinal King et al. (1973), Pipa et al. (1979),
Forsum dkk. (1988), dan Butte et al. (2003) adalah 686 g. Sebuah penelitian

17
terhadap 108 remaja kulit hitam, menunjukkan tingkat rata-rata pertambahan
TBK 21 meq per minggu antara usia kehamilan 16 dan 35 minggu, konsisten
dengan penelitian orang dewasa (Stevens-Simon et al., 1997). Singkatnya,
studi terbaru ini menunjukkan bahwa pertambahan protein mungkin kurang
dari perkiraan perkiraan (~ 1 kg) dari temuan Hytten dan Chamberlin
sebelumnya (1991). Pertambahan Lemak Akresi Protein Massa lemak
Distribusi lemak yang disimpan selama kehamilan berbeda dengan
kehamilan. Gambar 3-4 menunjukkan bahwa, berdasarkan pengukuran serial
ketebalan lipatan kulit di tujuh lokasi yang dibuat pada 84 wanita hamil yang
sehat, lemak tampaknya tertimbun di pinggul, punggung, dan paha atas
hingga usia kehamilan sekitar 30 minggu (Taggart et al. ., 1967).
c. Massa lemak
Distribusi lemak yang disimpan selama kehamilan berbeda dengan
kehamilan. Gambar 3-4 menunjukkan bahwa, berdasarkan pengukuran serial
ketebalan lipatan kulit di tujuh lokasi yang dibuat pada 84 wanita hamil yang
sehat, lemak tampaknya tertimbun di pinggul, punggung, dan paha atas
hingga usia kehamilan sekitar 30 minggu (Taggart et al. ., 1967).
Bukti menggunakan tomografi komputer pada 14 wanita menunjukkan
bahwa melahirkan anak dapat dikaitkan dengan pengendapan preferensial
lemak visceral (Gunderson et al., 2008). Namun, sebagian besar lemak yang
disimpan selama kehamilan adalah subkutan. Pencitraan resonansi magnetik
untuk menilai penimbunan dan distribusi lemak pada 15 wanita sehat
sebelum dan sesudah kehamilan (Sohlstrom dan Forsum, 1995) menemukan
bahwa dari jaringan adiposa yang diperoleh selama kehamilan, 76 persen
diendapkan secara subkutan, serupa dengan distribusi lemak sebelum
kehamilan.
Dari total timbunan lemak, 46 persen berada di tubuh bagian bawah, 32
persen di tubuh bagian atas, 16 persen di paha, 1 persen di betis, 4 persen di
lengan atas, dan 1 persen di lengan bawah. Pengukuran massa lemak
selama kehamilan secara teknis menantang karena metodologi yang biasa
digunakan tidak tepat, tidak valid, atau tidak dapat diterapkan pada
kehamilan. Pengukuran lipatan kulit tidak memiliki ketelitian yang diperlukan
untuk memperkirakan perubahan massa lemak secara akurat. Metode
komposisi tubuh dua komponen berdasarkan TBW, kepadatan tubuh, dan

18
TBK, bagaimanapun, tidak valid selama kehamilan karena peningkatan
hidrasi massa bebas lemak (FFM) yang terjadi selama kehamilan. Konstanta
untuk hidrasi, kepadatan, dan kandungan K dari FFM yang digunakan dalam
model dua kompartemen tidak berlaku untuk wanita hamil dan akan
menyebabkan kesalahan estimasi FFM dan massa lemak (FM). Konstanta
terkoreksi untuk hidrasi, densitas, dan kandungan K dari FFM pada
kehamilan telah ditentukan (van Raaij et al., 1988; Hopkinson et al., 1997).
d. Plasenta
Ada hubungan linier antara pertumbuhan janin dan massa plasenta,
berat janin, dan pertumbuhan plasenta pada awal dan akhir kehamilan
(Molteni et al., 1978). Ada peningkatan yang signifikan dalam rata-rata berat
plasenta dan rasio berat janin-plasenta dengan bertambahnya usia kehamilan
pada kehamilan yang sesuai usia kehamilan (AGA) dan LGA). Pada bayi yang
lahir SGA, berat plasenta tidak menunjukkan peningkatan setelah 36 minggu,
namun rasio berat janin-plasenta terus meningkat.
Oleh karena itu, meskipun mungkin masih ada pertumbuhan janin lebih
lanjut, meskipun belum optimal, tetapi terjadi kekurangan pertumbuhan
plasenta yang biasa disebut dengan insufisiensi plasenta. Dasar untuk
pertumbuhan dan fungsi plasenta yang berubah mungkin terkait dengan
berbagai patologi seperti nutrisi, vaskular (misalnya, hipertensi, vaskulopati
diabetik), atau gangguan anatomi. Ada sejumlah kasus berat plasenta urutan
tinggi dalam kelipatan yang lebih tinggi, tetapi Pinar et al. (2002) menerbitkan
serangkaian bobot referensi dari kehamilan kembar tiga. Lihat Tabel C 5 di
Lampiran C untuk kriteria normatif berat plasenta pada kehamilan tunggal,
kembar, dan kembar tiga.
e. Pola Pertumbuhan Janin untuk Anak Lajang, Kembar, dan Kembar Tiga
Singleton Dengan pengecualian studi longitudinal yang menggunakan
metode seperti ultrasound, semua ukuran pertumbuhan janin menurut definisi
adalah cross-sectional (yaitu, setiap janin diukur hanya sekali) Hytten dan
Chamberlain, 1991). Kriteria yang umum digunakan adalah
mengklasifikasikan pertumbuhan janin (1) SGA (yaitu, berat lahir kurang dari
persentil ke-10 untuk usia kehamilan); (2) rata-rata (AGA; yaitu, berat lahir
antara persentil ke-10 dan ke-90 untuk usia kehamilan); dan (3) LGA (yaitu,
berat lahir lebih besar dari persentil ke-90 untuk usia kehamilan). Kriteria ini

19
dipilih secara sewenang-wenang untuk membantu menilai risiko neonatal
untuk morbiditas jangka pendek dan, baru-baru ini, jangka panjang. Sejak
saat itu telah banyak publikasi lain yang berkaitan dengan tingkat
pertumbuhan janin.
Untuk janin yang dianggap layak, berat janin sebagai ukuran
pertumbuhan janin biasanya ditentukan pada saat persalinan. Usia kehamilan
viabilitas telah menurun terus selama bertahun-tahun dan janin sekarang
dianggap berpotensi layak pada 23-24 minggu. Oleh karena itu, sebagian
besar kurva pertumbuhan janin yang berkaitan dengan janin yang hidup
bergantung pada data klinis mulai dari pertengahan trimester kedua.
Meskipun jumlahnya kecil, tampaknya terdapat variasi minimal dalam
pertumbuhan janin hingga usia kehamilan 25 minggu (Archie et al., 2006).
f. Air Ketuban
Cairan ketuban memiliki empat sumber utama aliran volume masuk
dan keluar dari kantung ketuban pada akhir kehamilan (Ross dan Brace,
2001). Dua sumber aliran utama adalah urin janin dan sekresi cairan paru-
paru. Dua arus keluar utama adalah menelan janin dan penyerapan intra-
membra Brace dan Wolf (1989) melaporkan serangkaian 705 volume cairan
ketuban yang diterbitkan berdasarkan teknik pengumpulan langsung atau
pengenceran pewarna.
Pada usia kehamilan 8 minggu volume meningkat dengan laju 10 mL
per minggu, dan pada 13 minggu volume meningkat menjadi 25 mL per
minggu. Peningkatan maksimal cairan ketuban sebanyak 60 mL per minggu
terjadi pada usia kehamilan 21 minggu. Kenaikan volume mingguan kemudian
menurun dan mencapai nol pada usia kehamilan 33 minggu (yaitu, waktu saat
volume maksimal tercapai). Ada variasi yang luas dalam jumlah cairan
ketuban pada kehamilan normal. Penurunan cairan ketuban (yaitu,
oligohidramnion) terjadi pada sekitar 8,2 persen kehamilan, dan peningkatan
cairan ketuban (yaitu, polihidramnion) terjadi pada sekitar 1,6 persen
kehamilan (Ross dan Brace, 2001).
Oligohidramnion dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi atau
displasia ginjal janin dan mungkin berhubungan dengan hambatan
pertumbuhan janin. Polihidramnion dikaitkan dengan berbagai kelainan
struktur janin seperti atresia esofagus kongenital, anemia janin, infeksi

20
kongenital, dan diabetes ibu. Mengingat kisaran volume cairan ketuban
normal yang luas, kompartemen ini dapat memengaruhi GWG ibu sebanyak 1
kg. Oleh karena itu, volume cairan ketuban merupakan komponen penting dari
penambahan berat badan ibu.

21
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
a. Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pertambahan berat badan pada
masa kehamilan menurut IOM Modifikasi 1990 (2009) adalah faktor tidak
langsung yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan hidup (alami/buatan),
faktor langsung yakni faktor ibu hamil, dan faktor langsung namun juga
merupakan faktor perantara adalah faktor keseimbangan energi dan nutrisi
(intake nutrisi, intake kalori atau intakemakanan).
b. Pola keseluruhan pertambahan berat badan pada masa kehamilan, yang
tentunya terbagi atas 2 hal yaitu berat pada ibu (fat mass, fat mass fat) dan
berat badan bayi (fat mass, fat mass fat, cairan amnion, pertumbuhan bayi
plasenta)
c. Konsekuensi pertambahan berat badan pada masa kehamilan dibagi atas :
- Konsekuensi pertambahan berat badan pada masa kehamilan untuk ibu
yakni konsekuensi saat kehamilan, saat persalinan, dan kematian ibu
- Konsekuensi pertambahan berat badan pada masa kehamilan untuk
janin/ bayi yakni stillbirth, prematur,pertumbuhan bayi, kematian bayi
d. Standar optimal yang direkomendasikan ahli untuk pertambahan berat badan
pada masa kehamilan IOM Modifikasi 1990 (2009) adalah berdasarkan
rentang kategori indeks massa tubuh (BMI) ibu sebelum hamil.
e. Fisiologi dan metabolisme pertambahan berat badan gestasional (GWG)
adalah fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Pertambahan berat badan
gestasional tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologi dan
metabolisme ibu, tetapi juga oleh metabolisme plasenta.
f. Total pertambahan berat kehamilan bianco dkk. (1998) menemukan bahwa
rata-rata GWG untuk 613 wanita obesitas (BMI > 35) rata-rata 9,1 ± 7,4 kg.
Namun, 13 persen wanita mengalami kenaikan berat badan lebih dari 16 kg,
dan 9 persen kehilangan atau gagal menambah berat badan.

22
g. Pola GWG paling sering digambarkan sebagai sigmoidal (Hytten dan
Chamberlain, 1991), tetapi pola kenaikan berat badan linier, cekung, dan
cembung telah diamati juga (Villamor et al., 1998).
h. Di antara populasi multietnis besar dari 646 kehamilan kembar pada usia
kehamilan > 28 minggu, berat lahir meningkat sebesar 14, 20, dan 17 g
untuk setiap pon berat badan yang diperoleh antara usia kehamilan 0 dan 20
minggu, usia kehamilan 20 dan 28 minggu, dan 28 minggu hingga kelahiran. ,
masing-masing (Luke et al., 1997). Tingkat kenaikan rata-rata adalah 0,169
kg per minggu pada trimester pertama. Rata-rata kenaikan berat badan lebih
tinggi pada trimester kedua (0,563 kg per minggu) dibandingkan trimester
ketiga (0,518 kg per minggu) pada semua kelompok kecuali wanita gemuk.
Peningkatan rata-rata pada trimester kedua dan ketiga lebih tinggi pada
wanita kurus dan berat badan normal dibandingkan pada wanita kelebihan
berat badan dan obesitas.

23
DAFTAR PUSTAKA
Abrams B., S. Carmichael and S. Selvin. 1995. Factors associated with the pattern of
maternal weight gain during pregnancy. Obstetrics and Gynecology 86(2): 170-
176.
ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists). 2002. ACOG
committee opinion. Exercise during pregnancy and the postpartum period.
Number 267, January 2002. American College of Obstetricians and
Gynecologists. International Journal of Gynaecology and Obstetrics 77(1): 79-
81.
Carmichael S., B. Abrams and S. Selvin. 1997. The pattern of maternal weight gain
in women with good pregnancy outcomes. American Journal of Public Health
87(12): 1984-1988.
Doherty D. A., E. F. Magann, J. Francis, J. C. Morrison and J. P. Newnham. 2006.
Pre-pregnancy body mass index and pregnancy outcomes. International
Journal of Gynaecology and Obstetrics 95(3): 242-247.
Hillier T. A., K. L. Pedula, M. M. Schmidt, J. A. Mullen, M. A. Charles and D. J. Pettitt.
2007. Childhood obesity and metabolic imprinting: the ongoing effects of
maternal hyperglycemia. Diabetes Care 30(9): 2287-2292.
Rasmussen, Kathleen M. and Yaktine, Ann L. 2009. Weight Gain During Pregnancy:
Reexamining the Guidelines. Committee to Reexamine IOM Pregnancy Weight
Guidelines Food and Nutrition Board and Board on Children, Youth, and
Familie. Institute of medicine and national research council.

24

Anda mungkin juga menyukai