Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FILSAFAT ILMU

METODOLOGI FILSAFAT

RIZA KHOIRIYAH (291221005)


AZIZ SETIAWAN (291221008)
ACHMAD DZULKIFLI (291221010)

PROGRAM MAGISTER PRODI S-2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA 1
METODOLOGI
 Metode → bahasa Yunani → methodos
→Sambungan kata depan ’meta’ + kata benda ‘hodos’
’meta’ : “menuju, melalui, mengikuti, sesudah”,
‘hodos’ : “jalan, perjalanan, cara dan arah”
‘logos’ : “ilmu”
 Metode : Cara bertindak menurut sistem aturan tertentu
 Metodologi : ilmu yang membahas tentang metode keilmuan.
 Pada dasarnya, metodologi hendak menganalisis dan menyusun asas-asas dan jalan-jalan yang
mengatur penelitian ilmiah pada umumnya, serta pelaksanaannya pada ilmu-ilmu khusus.

2
3 BAGIAN PENTING DALAM METODOLOGI
Pada dasarnya, metodologi hendak menganalisa dan menyusun asas-asas dan jalan-
jalan yang mengatur penelitian ilmiah pada umumnya, serta pelaksanaannya pada
ilmu-ilmu khusus.
3 bagian penting :
 empiris → metode observasi yang dilakukan oleh indera manusia, sehingga metode
yang digunakan dapat atau dapat diketahui dan dapat juga diamati oleh orang
lain. Contoh : metode observasi, metode pengumpulan data, metode eksperimen,
metode klinis.
 logika → Menurut Aristoteles (Harun, 1980), pengertian logika adalah ajaran
tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan
hukum-hukum yang menguasai pikiran.
 epistemologi → Dagobert D. Runes menyebut epistemologi adalah salah satu
cabang filsafat yang mengkaji tentang sumber pengetahuan. Struktur sosial
pengetahuan, dan metode-metode, serta validasi pengetahuan.

3
FILSAFAT

 Filsafat (bahasa Yunani) → kata ‘philein’ : cinta (love) ‘sophia’ : kebijaksanaan


(wisdom).
 Secara etimologis, FILSAFAT : cinta kebijaksanaan (love of wisdom)
 Philosopher / Filsuf : pencinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan
 Sejarah catat, Pytaghoras 582-496 SM → menggunakan kata “filsafat” pertama kali,
sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan (sophist) pada masanya yang menamakan
dirinya ‘ahli pengetahuan’. Pythagoras menyatakan bahwa “pengetahuan itu begitu
luas dan terus berkembang, tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi,
jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu pengetahuan, apalagi
kebijaksanaan”.

4
METODOLOGI FILSAFAT

 Anton Bakker dalam bukunya ‘Metode-metode Filsafat’ :


Tidak ada metode filsafat secara umum. Tiap-tiap filsafat memajukan
hak dan klaimnya bahwa dialah yang mempunyai metode umum,
dan ini sering diiringi dengan menolak metode filsafat lain.

 Barangkali, metode umum pertama filsafat yang utama adalah bahwa upaya ber-filsafat tidak
terikat oleh adanya metode yang berlaku universal.

5
METODE FILSAFAT
1. METODE KRITIS
2. METODE INTUITIF
3. METODE SKOLASTIK
4. METODE MATEMATIS
5. METODE EMPIRIS – EKSPERIMENTAL
PERKEMBANGAN
6. METODE TRANSENDENTSAL SEJUMLAH METODE
7. METODE DIALEKTIS FILSAFAT
8. METODE FENOMENOLOGIS
9. METODE EKSISTENSIALISME
10. METODE ANALITIKA BAHASA

6
1. METODE KRITIS

 Metode ini bertitik tolak → banyak pengetahuan / pendapat bersifat semu.


 Kerangka metode : dialektike tehkne / seni berdialog
ada proses ‘elenkhos’ (pembantahan), proses ‘Induksi’ (setiap istilah
didefinisikan), jika perlu pakai ‘analogi’. Tonggak kepastian menjadi goyah.
→ di analisis pendapat → disistematiskan dlm hermeneutika yg menjelaskan
keyakinan & memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (dialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan & menolak, pada akhirnya akan
ditemukan yg terbaik di antaranya. Yang terbaik inilah dikatakan hakikat
sesuatu, tentu sampai timbul ‘hakikat’ baru melalui metode kritis lagi.
 Dengan dialog : semua pihak menyadari kekurangan pengetahuannya shg dapat makin
menyempurnakannya → hakikat baru.

7
Lanjutan
 Sokrates (470-399 SM) :
Sokrates sadar bahwa ia kurang mengetahui hal-hal asasi itu (apologia).
Tapi, paling tidak bahwa ia tahu bahwa ia tidak tahu, hingga ia ingin tahu.
tidak mengetahui jawaban semuanya, tapi ia mengajak orang DIALOG.
hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati. namun metodenya terus berkembang.
 Plato (murid Sokrates ) : kembangkan & beda dgn socrates yg jiwa pendobrak
Pendapat Plato : manusia sudah memiliki beberapa pengetahuan yg definitif
dan rumusan pasti sehingga tinggal dibina dan dikembangkan → dengan
memutuskan definisi, mengajukan hipotesa, melaksanakan analisis dan
akhirnya merumuskan kesimpulan
CONTOHNYA
Caranya adalah dengan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak suatu keyakinan. Dengan
begitu, akhirnya akan ditemukan keyakinan yang terbaik di antaranya. Keyakinan atau filsafat terbaik inilah yang
dikatakan hakikat sesuatu yang lebih baik.
8
2. METODE INTUITIF

 Plotinus →Pendiri Neoplatonisne


kembangkan Plato + berbagai aliran lain + keagamaan (mistik +kontemplatif)
→ Filsafat bukan hanya cara berfikir → way of life
→Instropeksi intuisi / proses kontemplasi akan pandu kembali ke kebenaran

 Bergson → Intuitif zaman modern


manusia punya vitalitas naluri, spiritualisasi, dan vitalitas biologis.
Vitalitas spiritualitas melawan materialisme dan mekanisme, dobrak hukum
kausalitas. Tidak menjabarkan konsep sistematis logis, tapi dengan membiarkan
pikiran menjelajah dalam arus kesadaran asli manusiawi/ pengalaman batiniah
→ jalan untuk menghasilkan pengertian mutlak
9
Lanjutan
 Metode Bergson dan Plotinus sering dikatakan tidak bertumpu pada intelek dan rasio manusia,
tetapi bukan bersifat anti-intelektual.

 Metode keduanya lebih bersifat supra intelektual.

 Manusia terkadang harus mengambil jarak dan berjauhan dengan logika, serta menyerahkan diri
pada kemurnian kenyataan dan keaslian fitrah manusia.

 Ini bukan berarti logika harus dibungkam dan rasio diceraikan, tetapi untuk bisa menganalisis dan
jangan terjerat oleh logika / rasio
 Metode ini dapat membongkar sesuatu yang selama ini tidak tampak di permukaan. Analoginya,
saat kita memikirkan mengenai esensi yang didapat dari suatu permainan judi, maka kita akan
melihat objek dari permainan tersebut bukan? yakni hadiahnya yang begitu besar. Padahal,
sejatinya yang menyebabkan permainan itu adiktif adalah rasa penasaran ketika kalah dan rasa
puas ketika menang.

10
3. METODE SKOLASTIK
 Berkembang pada abad pertengahan
 Yang mengusung adalah Thomas Aquinas (1225 – 1247)
 Dikembangkan di sekolah biara dan keuskupan
 Juga disebut SINTESIS-DEDUKTIF, bertitik tolak dari prinsip-prinsip sederhana yang sangat
umum diturunkan hubungan yang lebih kompleks dan khusus
 Berkaitan dengan metode mengajar dan metode berpikir
 Berawal dari pemikir besar / kitab suci, kemudian diberi penafsiran dan komentar hingga
terjadi diskusi dan perdebatan
 Contohnya : Seseorang (biasanya seorang guru/senior) akan membacakan atau mengutarakan
suatu pokok bahasan filsafat. Kemudian pokok bahasan tersebut akan diberi penafsiran dan
komentar orang lain. Agar topik dipahami, semua istilah, ide dan kenyataan dirumuskan,
dibedakan dan diuji dari segala sisi. Segala pro dan kontra kemudian dihimpun dan
dibandingkan. Melalui proses ini, yang disebut “lectio” diharapkan tercapai suatu pemahaman
baru yang lebih baik. Namun, jika tidak berhasil, maka akan dilanjutkan ke tahap “disputatio”
atau perdebatan.

11
4. METODE MATEMATIS
 Dikembangkan oleh Descartes (1596 – 1650), seorang ilmuwan dan matematikawan
 Tidak puas dengan filsafat karena ada jurang antara ilmu pasti dan filsafat
 Dia menyebut metodenya dengan METODE ANALISTIS
 Bahwa ada keteraturan dan ketersusunan alami dalam kenyataan yang berhubungan
dengan manusia → ketersusunan ini dapat diungkapkan dengan cara penemuan (via
inventionis)
 Metode ini menolak tradisi metode skolastik yang berisi kerjasama dan diskusi
 Descartes menyebut metode ini dengan sebutan “metode analistis”. Menurut Descartes
ada keteraturan dan ketersusunan alami dalam kenyataan yang berhubungan dengan
pengertian manusia. Ketersusunan alam ini dapat diungkapkan dengan cara penemuan
(via inventionis).
 Penemuan itu ditemukan dengan cara melakukan empiris rasional, atau mencari hal nyata
yang telah dialami oleh seseorang. Metode ini mengintegrasikan segala kelebihan logika,
analisa geometris dan aljabar serta menghindari kelemahannya.
12
5. METODE EMPIRIS-EKSPERIMENTAL

 Sangat dipengaruhi oleh sistem dan metode Descrates


 Dibangun oleh David Hume (1711 – 1776)
 Pengalaman (empeiria) adalah sumber pengetahuan yang lebih dipercaya
ketimbang rasio
 Ilmu berhubungan dengan hakikat manusia, karena satu-satunya dasar kokoh bagi
ilmu-ilmu lain → ilmu tentang manusi disusun paling awal.
 Hume memakai metode eksperimental, sikap obyektif dan tanpa prasang ka
menjadi syarat mutlak. Satu-satunya sumber segala pemahaman filoso fis adalah
pengalaman inderawi (empiris)
 Metode ini adalah metode yang hingga kini banyak dilakukan untuk mendalami
ilmu pengetahuan. Hal tersebut karena ilmu pengetahuan tidak cukup untuk
digeluti oleh logika dan rasio saja. Kita harus melakukan eksperimen sehingga
mampu membuktikannya secara empiris yang berarti teralami, terlihat, nyata,
tervalidasi oleh data, bukan asumsi atau spekulasi.

13
6. METODE TRANSEDENTAL
 Disebut juga metode Neo-Skolastik. Titik tolak periode baru filsafat barat.
 Pelopornya adalah Immanuel Kant (1724 – 1804).
 Mendamaikan 2 aliran berseberangan : rasionalisme & empirisme.
 Metode ini merupakan analisa kreteria logis mengenai pengertian dasar tertentu → analisa psikologis,
analisa ontologis dan analisa kriteriologis.
 Dasarnya : meragukan segala sesuatu terutama atas alasan metafisika, karena metafisika tidak pernah
menemukan metode ilmiah pasti.
 Kebenaran bukan pada konsep tunggal tetapi dalam pernyataan dan kesimpulan lengkap
 Dari satu sisi, ia mempertahankan objektivitas, univesalitas dan keniscayaan suatu pengertian. Di sisi
lain, ia juga menerima pendapat bahwa pengertian berasal dari fenomena yang tidak dapat melampaui
batas-batasnya.
 metode ini menerima nilai objektif ilmu-ilmu positif, sebab terbukti telah menghasilkan kemajuan
hidup sehari-hari. Ia juga menerima nilai subjektif agama dan moral sebab memberikan kemajuan dan
kebahagiaan.
 Dengan catatan syarat paling minimal yang mutlak harus dipenuhi dalam subjek supaya objektifitasnya
memungkinan. Seperti efek placebo obat yang sebetulnya tidak dapat menyembuhkan, namun
membuat seseorang percaya ia akan sembuh karena telah meminumnya.
 Di dalam pengertian dan penilaian metode ini terjadi kesatuan antara subjek dan objek, kesatuan
antara semua bentuk. Hal ini menuntut adanya kesatuan kesadaran yang disebut “transcendental unity
of apperception”. 14
7. METODE DIALEKTIS
 Tokohnya adalah Hegel (1770 - 1831) , atau dikenal dengan Hegelian Method.
 Termasuk aliran idealisme yang menekankan pada subyektifitas.
 Subyektifitas meliputis seluruh kenyataan self-sufficient (cukup dengan dirinya sendiri/
swapsembada).
 Ungkapan terkenal “yang nyata adalah sama dengan yang dipikirkan” → “pikiran adalah
kenyataan”
 Seluruh kenyataan tidak lain adalah penampakan dari akal yang tidak terbatas
 Langkah awal metode ini ialah pengiyaan dengan mengambil konsep atau pengertian yang lazim
diterima dan jelas. Kemudian membuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep atau
pengertian yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan dari keduanya dan dibentuklah
suatu sintesis dari keduanya. Pada akhirnya sintesis tersebut akan menemui anti tesis lainnya,
untuk kemudian disintesiskan kembali untuk mendapatkan hakikat yang lebih baik lagi.

15
8. METODE FENOMENOLOGIS
 Edmund Husserl (1859 – 1938) adalah pendukung metode ini.
 Dia ingin menjadikan sistem ilmu pengetahuan terbebas dari prasangka metafisik.
 Untuk mencapai obyek pengertian menurut keasliannya, maka harus di adakan suatu pembersihan.
Obyek harus dibersihkan dari berbagai hal tambahan yang tidak substansial. Proses ini disebut reduksi
/ ephoce.
 Obyek penelitian adalah fenomena yang berupa data sederhana. Fenomena dimaksud di sini adalah
data sejauh disadari dan sejauh masuk pemaha man, kembali ke arti asal dalam bahasa Yunani
phainomai (terlihat).
 Metode fenomenologi dilakukan dengan melakukan tiga reduksi (ephoc) terhadap objek, yaitu:
1. Mereduksi suatu objek formal dari berbagai hal tambahan yang tidak substansial.
2. Mereduksi objek dengan menyisihkan unsur-unsur subjektif seperti perasaan, keinginan dan
pandangan. Pencarian objek murni tersebut disebut dengan reduksi eidetis.
3. Reduksi ketiga bukan lagi mengenai objek atau fenomena, tetapi merupakan wende zum
subjekt (mengarah ke subjek), dan mengenai terjadinya penampakan diri sendiri. Dasar
dasar dalam kesadaran yang membentuk suatu subjek disisihkan.
 Intinya metode ini melihat sesuatu dengan objektif tanpa melihat sisi subjektifnya seperti
kepentingan, perasaan, atau tekanan sosial. Bayangkan bagaimana rasa penasaran seorang anak kecil
yang belum mengerti apa-apa ketika menemukan hal baru. Ia akan mengobservasinya dan melakukan
apapun untuk secara tidak sadar mempelajari dan mengenalnya, termasuk meremas dan menendang
kucing liar yang ia temukan di halaman belakang rumah 16
9. METODE EKSISTENSIALISME
 Tokoh-tokohnya Heidegger, Sartre, Jasper, Marcel dan Merleau Point.
 Tidak menyetujui penekanan Husserl pada sikap obyektif, terutama deng an reduksi pokok
yang pertama yang menyisihkan eksistensi.
 Bagi kalangan eksistensialis, maka manusia yang pertama-tama dianalisa.
 Beberapa SIFAT EKSISTENSIALIS : 1. subyektifitas individualis yang unik, bukan obyek dan
bukan umum, 2. keterbukaan terhadap manusia dan dunia lain : internasionalitas dan praksis
bukan teori saja, 3. pengalaman afektif dalam hubungan dengan dunia, bukan observasi, 4.
kesejarahan dan kebebasan, bukan esensi yang tetap, 5. segi tragis dan kegagalan.
 Karena bisa jadi sebetulnya sesuatu yang dianggap “ada” (exist) itu tidak dapat “mengada”
tanpa ada konteks pembentuk disekitarnya: perasaan manusia, interaktivitas individu dalam
suatu kelompok dan kepentingan tertentu.
 Pada dasarnya dalam analisa eksistensi itu, de facto mereka memakai fenomenologi yang
otentik, dengan observasi dan analisa teliti.
 Setiap ungkapan, baik awam maupun ilmiah, berakar pada suatu pengalaman langsung yang
bersifat pra-reflektif dan pra-ilmiah. Melalui analisa ungkapan pengalaman terbatas itulah,
justru dapat ditemukan kembali pengalaman yang lebih fundamental.

17
10. METODE ANALITIKA BAHASA
 Tokohnya adalah Ludwig Wittgenstein (1889 – 1951), perkenalan dengan filsafat karena
penasaran dengan filsafat yang membingungkan (seperti kebanyakan orang)
 Kebingungan karena bahasa filosofi yang rancu dan kacau. Bagaimana se seorang bisa
mengetahui benar salahnya suatu pendapat sebelum ia bisa dipastikan bahwa bahasa
yang dipakai untuk menyampaikan pertanyaan, pernyataan dan perbincangan itu adalah
benar?
 Pikiran bukanlah suatu proses terpisah dari bahasa, melainkan terjadi dalam dan terdiri
dari linguistic behavior.
 Metode ini meneliti dan membedakan permainan-permainan bahasa itu untuk
mendapatkan keyakinan yang lebih baik. Juga menetapkan peraturan masing-masing
bahasa agar tidak terjadi kekeliruan logis dan kesalahpahaman yang disebabkan oleh
kerancuan makna kata.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Lubis, Nur A. Fadhil. (2015). Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana


Publishing.

19

Anda mungkin juga menyukai