PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
1. Apa perbedaan tentang maag, dyspepsia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic
ulcer, gerd dan refluks esofagus?
2. Obat apa yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan sakit lambung?
3. Obat apa yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan diare?
Tujuan
1. Mengetahui perbedaan maag, dyspepsia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic
ulcer, gerd dan refluks esofagus.
2. Mengetahui obat yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan sakit lambung.
3. Mengetahui obat yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan diare.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Maag
Maag dalam bahasa Belanda merujuk pada organ lambung yang disebut
Maagorganen. Maag identik dengan penyakit lambung yang ditandai rasa perih,
kembung, begah, dan panas dari dalam perut. Dalam dunia medis, gejala ketidak
nyamanan itu disebut Dispepsia. Komplikasi pada Sakit Maag: Esofagus Barret,
disebabkan oleh paparan asam lambung di kerongkongan secara terus-menerus, yang
menyebabkan perubahan pada sel-sel di lapisan bagian bawah kerongkongan menjadi sel
kanker. Stenosis Pilorus Komplikasi ini terjadi ketika asam lambung menyebabkan iritasi
jangka panjang pada lapisan sistem pencernaan. Pilorus adalah jalur antara lambung dan
usus kecil. Pada kasus stenosis pilorus, pilorus menjadi parut dan menyempit. Akibatnya,
makanan tidak bisa dicerna dengan baik. Penyempitan Esofagus Penyempitan esofagus
terjadi bila seseorang mengalami sakit maag berulang akibat refluks asam. Gejala yang
muncul biasanya berupa sulit menelan dan nyeri pada bagian dada. (WebMD, 2023)
Penyebab maag adalah pola hidup yang tidak sehat seperti makan makanan yang
pedas, asam, minum alcohol dsb. Maka penanganan maag bisa dengan memperbaiki pola
makan menjadi lebih berkualitas, bergizi dan sehat agar tidak terjadi kenaikan asam
lambung. Selain itu maag juga terjadi karena bakteri Helycobacter Pylori, mengkonsumsi
obat-obatan tanpa petunjuk penggunaan dari dokter juga dapat meningkatkan resiko asam
lambung, bahkan rasa cemas atau stress berlebih juga dapat memicu asam lambung.
Selain dengan memperbaiki pola makan asam lambung juga bisa diatasi dengan obat-
obatan sesuai dengan gejala yang dirasakan. Jenis obat yang sering digunakan yaitu
a. Antasida
Antasida digunakan untuk mengurangi gejala nyeri pada ulu hati, kembung,
begah (rasa penuh) pada lambung, baik yang disertai mual maupun tidak. Antasida
merupakan suatu obat untuk mengatasi maag dengan cara menetralisirkan asam
lambung akibat kelebihan asam lambung (Yuliarti, 2009).
Antasida atau sering kita kenal dengan antasida doen tersedia dalam bentuk
tablet kunyah dan suspensi. Dosis antasida tablet kunyah yaitu sehari 3 kali sehari 1
tablet 1 jam sebelum atau sesudah makan. Sedangkan antasida suspensi 3 kali sehari 5
ml 1 jam sebelum atau sesudah makan. Perlu diketahui bahwa antasida doen dengan
bentuk sediaan tablet kunyah harus dikunyah dahulu baru ditelan (tidak ditelan utuh).
Menelan utuh tablet antasida akan mengurangi keefektifan kerja obat. Antasida
suspense sebaiknya dikocok terlebih dahulu sebelum diminum dan gunakan sendok
obat (bukan sendok makan) agar dosis obat tepat sesuai anjuran pakai. Jika diminum
dengan obat lain berikan jeda 1 jam setelah minum antasida.
b. Antagonis reseptor H2
Obat golongan ini efektif untuk pengobatan maag, tukak duodenum, tukak
lambung, refluks esofagitis, dan kondisi hipersekresi patologik (sindrom Zollinger-
Ellison). (MIMS, 2014) Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi sekresi asam
lambung (semitidine, ranitidine, famotidine). Dosis penggunaan obat-obat tersebut
sebagai berikut Simetidine 400mg 2 x sehari Pagi dan sebelum tidur, Ranitidine
150mg 2 x sehari Pagi dan malam, Famotidine 20-40 mg 1–2 kali sehari Sebelum
tidur.
c. Proton Pump Inhibitor (PPI)
Obat ini digunakan untuk terapi maag, terapi jangka pendek tukak duodenum
yang tidak respon terhadap antagonis reseptor H2, tukak lambung, refluks esofagitis,
dan terapi jangka lama untuk sindrom Zollinger-Ellison (MIMS, 2014). Kerja obat
golongan ini dengan memblokade enzim H+/K+-ATPase secara selektif sehingga
asam lambung terhambat (omeprazole, lansoprazole). Dosis penggunaan obat tersebut
Omeprazole 20-40 mg 1 x sehari 1 jam Sebelum makan, Lansoprazole 30 mg 1 x
sehari 1 jam sebelum makan. Obat ini dapt dikombinasikan dengan Antibiotik untuk
mengobati infeksi akibat bakteri Helycobacter Pylori.
B. Definisi Dyspepsia
Dispepsia menjadi suatu kondisi yang dapat mengakibatkan munculnya rasa
tidak nyaman pada perut bagian atas karena masalah asam lambung atau penyakit
maag. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala
berikut yaitu: nyeri, rasa terbakar, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa
kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa. (PGI, KSHPI. 2014).
Penyebab dyspepsia sama dengan sakit maag atau asam lambung sehingga
Penanganan secara primer dilakukan dengan perubahan pola hidup, seperti:
Mengurangi makanan yang menyebabkan dyspepsia (pedas, asam). Makan dalam
porsi kecil tetapi sering dan dianjurkan makan 5–6 kali sehari. Membatasi konsumsi
kafein dan alkohol. Menghindari penggunaan antinyeri, seperti aspirin dan ibuprofen.
Gunakan antinyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol.
Mengontrol stres dan rasa cemas. Selain itu dapat dengan mengkonsumsi obat
antasida, antagonis reseptor H2 (semitidine, famotidine, ranitidine), PPI (omeprazole,
Lanzoprazole), dan antibiotic.
F. Definisi Gerd
Gastroesophageal Reflux Disease(GERD) merupakan suatu kondisi refluks isi
lambung ke esofagus yang dapat menimbulkan gejala tipikal seperti heartburn(rasa
terbakar didada), regurgitas asam(rasa pahit di mulut), mual dan disfagia yang dapat
mengakibatkan kerusakan mukosa esofagus dan dalam jangka waktu lama
menimbulkan komplikasi barret’s esophagus. (Journal of Nutrition College : Ajjah,
Mamfaluti & Putra, 2020) gerd merupakan penyakit asam lambung yang disebabkan
karena melemahnya katup lambung yang terletak pada kerongkongan bawah.
Faktor penyebab GERD: Pola makanan yang tidak sehat mengonsumsi
makanan cepat saji, kebiasaan minum kopi berlebihan, makan makanan pedas, asam,
pola makan yang tidak teratur, stress seseorang yang merasa stress akibat tertekan
dengan beban lingkungannya memiliki resiko terkena gerd yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada pencernaannya. Gejala GERD paling sering dijumpai: ,Mual,
nyeri bagian perut atas, regurgitas, heartburn.
Pengobatan secara farmakologi : Obat golongan antasida. Mekanisme kerja
obat antasida yaitu menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam
lambung mereda. Contoh obat : antasida tab/syrup. Obat golongan PPI(proton pump
inhibitor). Mekanisme kerja yaitu menghambat enzim khusus yang ada di dinding
lambung, sehingga produksi asam lambung berkurang. Contoh obat yang sering
digunakan: lansoprazole. Obat kombinasi golongan PPI dengan obat lainnya
Kombinasi dengan obat golongan PPI(lansoprazole) dengan sukralfat sebagai
sitoprotektif.
G. Definisi Refluks Esofagus (esopagitis refluks)
Esofagitis refluks adalah proses inflamasi pada esofagus Kerongkongan)
akibat refluks gastroesofagus. Gejala klinis esofagitis refluks tidak spesifik. Pada bayi
sering terlihat muntah disertai gejala klinis iritabel, tidur tidak nyaman, menolak
makan, dan gagal tumbuh, sedangkan pada anak yang lebih besar didapatkan keluhan
heartburn dan nyeri epigastrium.(Sari Pediatri : Hegar & Mulyani, 2006)
Sari Pediatri : Hegar & Mulyani, 2006 menjelakan bahwa Terapi
Nonfarmakologis dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit refluks esofagus yaitu
dengan meninggikan posisi kepala, punggung, dan pinggang saat tidur (membentuk
sudut 45-60 derajat dengan alas tempat tidur), mengurangi asupan lemak,
menghindarkan posisi berbaring terlentang selama 2-3 jam sesudah makan, dan
mengurangi berat badan pada anak obes. Makanan tertentu seperti coklat, alkohol,
pepermint, kopi, makanan berbumbu, dan mungkin bawang serta garlic. Terapi
farmakologis dengan Obat dari golongan penghambat pompa proton menghambat
sekresi asam lambung. Obat yang dapat dikonsumsi yaitu Omeprazol diberikan 1 kali
per hari pada pagi hari, saat atau sebelum sarapan. 70% anak respon terhadap terapi
ranitidin dosis tinggi (4mg/kg/dosis, 2-3 kali/hari) selama 8 minggu. Obat-obat
Prokinetik berperan pada peningkatan tekanan SEB, merangsang peristaltik esofagus,
dan memperbaiki pengosongan lambung (metoclopramide). Untuk pasien yang
memang respon terhadap metoclopramide, obat prokinetik lainnya seperti
domperidone dapat digunakan. Antagonis reseptor H2 (cimetidin, ranitidin, famotidin,
dsb). Antasid berfungsi untuk menetralisir asam lambung sehingga dapat mengurangi
paparan asam terhadap esofagus dan mengurangi gejala heartburn. Penggunaan
antasid dosis tinggi (magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida;
700mmol/1,73m2/hari) sama efektifnya dengan terapi cimetidine.