Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pencernaan merupakan organ penting pada tubuh manusia. Sistem Pencernaan


meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Makanan yang kita
cerna tidak bisa langsung diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh tetapi perlu dipecah menjadi
molekul kecil yang bisa larut melalui system pencernaan. System pencernaan manusia
sangatlah menakjubkan, prosesnya melibatkan organ-organ pada tubuh dan enzim yang
bekerjasama guna mencerna makanan menjadi energi dan nutrisi yang bermanfaat bagi
Kesehatan tubuh.
“Sistem pencernaan pada manusia merupakan serangkaian proses untuk mengubah
makanan dengan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi sederhana dengan
bantuan enzim dan menyerap sari makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Makanan
yang masuk ke dalam tubuh terlebih dulu harus dipecah menjadi beberapa bagian sebelum
bisa digunakan. Di sinilah pentingnya fungsi system pencernaan.” (Mardalena, 2017)
Lalu bagaimana jika salah satu system pencernaan manusia mengalami luka atau
sakit, tentunya tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Masalah system pencernaan akan
mengganggu aktivitas dan mempengaruhi pertumbuhan karena tubuh tidak dapat menyerap
nutrisi dari makanan dan minuman dengan sempurna. Masalah pencernaan sering dikeluhkan
oleh Masyarakat, terkadang mereka kurang memperhatikan makanan dan minuman yang
dikonsumsi mulai dari kebersihannya,keseimbangan nutrisinya bahkan ada Sebagian yang
lalai menjaga pola makannya atau mungkin sengaja melakukan diet yang ekstrim. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan timbulnya infeksi atau kelaianan pada system pencernaan.
Lambung merupakan salah satu organ pencernaan manusia yang berfungsi untuk
mencerna makanan dengan bantuan asam lambung dan pepsin (Guyton dan Hall, 2007).
Asam lambung dengan kombinasi pepsin dapat membunuh mikroorganisme yang tertelan
melalui makanan seperti bakteri, virus dan jamur sehingga pertumbuhan mikroorganisme
dapat dicegah. Namun asam lambung yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan luka atau
bahkan kerusakan pada system pencernaan, masalah pencernaan yang umum terjadi yaitu
sakit lambung (maag, gerd, dsb) dan sakit perut atau diare. Terdapat beberapa istilah penyakit
pada system pencernaan namun terkadang kita masih bingung antara sakit A dan B apakah
sama atau berbeda.
Berdasarkan pemaparan diatas maka kami akan membahas tentang perbedaan dari
istilah sakit maag, dyspepsia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic ulcer, gerd dan refluks
esofagus. Kami juga akan membahas tentang obat lambung dan diare untuk ibu hamil.
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberi pengetahuan bagi mahasiwa maupun
mahasiswi lain tentang istilah-istilah penyakit system pencernaan terutama pada lambung dan
perut (usus).

Rumusan masalah
1. Apa perbedaan tentang maag, dyspepsia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic
ulcer, gerd dan refluks esofagus?
2. Obat apa yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan sakit lambung?
3. Obat apa yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan diare?

Tujuan
1. Mengetahui perbedaan maag, dyspepsia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic
ulcer, gerd dan refluks esofagus.
2. Mengetahui obat yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan sakit lambung.
3. Mengetahui obat yang aman untuk ibu hamil dengan keluhan diare.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Maag
Maag dalam bahasa Belanda merujuk pada organ lambung yang disebut
Maagorganen. Maag identik dengan penyakit lambung yang ditandai rasa perih,
kembung, begah, dan panas dari dalam perut. Dalam dunia medis, gejala ketidak
nyamanan itu disebut Dispepsia. Komplikasi pada Sakit Maag: Esofagus Barret,
disebabkan oleh paparan asam lambung di kerongkongan secara terus-menerus, yang
menyebabkan perubahan pada sel-sel di lapisan bagian bawah kerongkongan menjadi sel
kanker. Stenosis Pilorus Komplikasi ini terjadi ketika asam lambung menyebabkan iritasi
jangka panjang pada lapisan sistem pencernaan. Pilorus adalah jalur antara lambung dan
usus kecil. Pada kasus stenosis pilorus, pilorus menjadi parut dan menyempit. Akibatnya,
makanan tidak bisa dicerna dengan baik. Penyempitan Esofagus Penyempitan esofagus
terjadi bila seseorang mengalami sakit maag berulang akibat refluks asam. Gejala yang
muncul biasanya berupa sulit menelan dan nyeri pada bagian dada. (WebMD, 2023)
Penyebab maag adalah pola hidup yang tidak sehat seperti makan makanan yang
pedas, asam, minum alcohol dsb. Maka penanganan maag bisa dengan memperbaiki pola
makan menjadi lebih berkualitas, bergizi dan sehat agar tidak terjadi kenaikan asam
lambung. Selain itu maag juga terjadi karena bakteri Helycobacter Pylori, mengkonsumsi
obat-obatan tanpa petunjuk penggunaan dari dokter juga dapat meningkatkan resiko asam
lambung, bahkan rasa cemas atau stress berlebih juga dapat memicu asam lambung.
Selain dengan memperbaiki pola makan asam lambung juga bisa diatasi dengan obat-
obatan sesuai dengan gejala yang dirasakan. Jenis obat yang sering digunakan yaitu
a. Antasida
Antasida digunakan untuk mengurangi gejala nyeri pada ulu hati, kembung,
begah (rasa penuh) pada lambung, baik yang disertai mual maupun tidak. Antasida
merupakan suatu obat untuk mengatasi maag dengan cara menetralisirkan asam
lambung akibat kelebihan asam lambung (Yuliarti, 2009).
Antasida atau sering kita kenal dengan antasida doen tersedia dalam bentuk
tablet kunyah dan suspensi. Dosis antasida tablet kunyah yaitu sehari 3 kali sehari 1
tablet 1 jam sebelum atau sesudah makan. Sedangkan antasida suspensi 3 kali sehari 5
ml 1 jam sebelum atau sesudah makan. Perlu diketahui bahwa antasida doen dengan
bentuk sediaan tablet kunyah harus dikunyah dahulu baru ditelan (tidak ditelan utuh).
Menelan utuh tablet antasida akan mengurangi keefektifan kerja obat. Antasida
suspense sebaiknya dikocok terlebih dahulu sebelum diminum dan gunakan sendok
obat (bukan sendok makan) agar dosis obat tepat sesuai anjuran pakai. Jika diminum
dengan obat lain berikan jeda 1 jam setelah minum antasida.
b. Antagonis reseptor H2
Obat golongan ini efektif untuk pengobatan maag, tukak duodenum, tukak
lambung, refluks esofagitis, dan kondisi hipersekresi patologik (sindrom Zollinger-
Ellison). (MIMS, 2014) Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi sekresi asam
lambung (semitidine, ranitidine, famotidine). Dosis penggunaan obat-obat tersebut
sebagai berikut Simetidine 400mg 2 x sehari Pagi dan sebelum tidur, Ranitidine
150mg 2 x sehari Pagi dan malam, Famotidine 20-40 mg 1–2 kali sehari Sebelum
tidur.
c. Proton Pump Inhibitor (PPI)
Obat ini digunakan untuk terapi maag, terapi jangka pendek tukak duodenum
yang tidak respon terhadap antagonis reseptor H2, tukak lambung, refluks esofagitis,
dan terapi jangka lama untuk sindrom Zollinger-Ellison (MIMS, 2014). Kerja obat
golongan ini dengan memblokade enzim H+/K+-ATPase secara selektif sehingga
asam lambung terhambat (omeprazole, lansoprazole). Dosis penggunaan obat tersebut
Omeprazole 20-40 mg 1 x sehari 1 jam Sebelum makan, Lansoprazole 30 mg 1 x
sehari 1 jam sebelum makan. Obat ini dapt dikombinasikan dengan Antibiotik untuk
mengobati infeksi akibat bakteri Helycobacter Pylori.

B. Definisi Dyspepsia
Dispepsia menjadi suatu kondisi yang dapat mengakibatkan munculnya rasa
tidak nyaman pada perut bagian atas karena masalah asam lambung atau penyakit
maag. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala
berikut yaitu: nyeri, rasa terbakar, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa
kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa. (PGI, KSHPI. 2014).
Penyebab dyspepsia sama dengan sakit maag atau asam lambung sehingga
Penanganan secara primer dilakukan dengan perubahan pola hidup, seperti:
Mengurangi makanan yang menyebabkan dyspepsia (pedas, asam). Makan dalam
porsi kecil tetapi sering dan dianjurkan makan 5–6 kali sehari. Membatasi konsumsi
kafein dan alkohol. Menghindari penggunaan antinyeri, seperti aspirin dan ibuprofen.
Gunakan antinyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol.
Mengontrol stres dan rasa cemas. Selain itu dapat dengan mengkonsumsi obat
antasida, antagonis reseptor H2 (semitidine, famotidine, ranitidine), PPI (omeprazole,
Lanzoprazole), dan antibiotic.

C. Definisi Tukak Lambung


“Penyakit tukak lambung atau ulkus lambung atau tukak dalam istilah
kedokteran disebut dyspepsia merupakan luka pada lambung berupa peradangan atau
iritasi mukosa lambung atau infiltrasi dinding lambung (Crow & Crow, 1963).”
( jurnal psikologi : Utami & subekti, 2011)
Penyakit ini dapat berpotensi menjadi komplikasi yang serius seperti
pendarahan atau perforasi (terbentuknya lubang pada dinding lambung). Tukak
lambung dapat diklasifikasikan menurut lamanya gejala : tukak lambung akut dan
Tukak ambung kronis. Tukak lambung kronis menimbulkan rasa pedih dan terbakar di
ulu hati, mual, muntah, rasa panas di perut, rasa kembung dan perasaan cepat
kenyang. Faktor terjadinya tukak lambung : Faktor bawaan suatu gen yang diturunkan
secara autosomal, kebiasaan minum alkohol, merokok, konsumsi obat-obatan tertentu
secara terus menerus tanpa petunjuk penggunaan dari dokter dan makanan yang dapat
mengiritasi mukosa lambung. Selain juga disebabkan sekresi asam hidroklorida (asam
lambung) yang berlebih. Faktor bakteri helicobacter pylori, efek samping obat
Berdasarkan jurnal psikologi : Utami & Subekti, 2011 Pengobatan
Farmakologi tukak lambung sebagai berikut
a. Antasida : mengurangi nyeri lambung karena kelebihan asam lambung, gastritis, ulkus
gastritis dan ulkus duodenal dengan gejala seperti mual dan perih.
b. Cimetidine atau ranitidin untuk mengobati dan mencegah tukak lambung dan usus,
juga digunakan untuk mengobati kondisi lambung menghasilkan terlalu banyak asam,
seperti sindrom Zollinger-Ellison
Pengobatan non Farmakologi :
a. Diet menggunakaan makanan lunak seperti susu, keju yang lunak, dan daging halus.
b. Intervensi psikologis yaitu relaksasi, merupakan teknik mengurangi ketegangan dan
kecemasan dengan latihan melemaskan otot tubuh untuk memberikan perasaan rileks
ketika pasien mengalami serangan dari rasa sakitnya.

D. Definisi Tukak Duodenum


“Tukak duodenum merupakan bagian dari tukak peptik.Tukak peptik secara
anatomis didefinisikan sebagai suatu defek pada lapisan mukosa atau submukosa yang
berbatas tegas dan dapat menembus muskularis mukosa hingga lapisan serosa
sehingga dapat terjadi perforasi. “ (Tjiptaningrum & Kurniati, 2013).
“Ulkus doudenum merupakan kerusakan jaringan yg mengenai lapisan
mukosa,sampai ke lapisan otot duodenum,yg berhubungan dengan proses inflamasi
kronis.” (Rundjan & Hegar, 2016) ulkus duodenum dikaitkan dengan adanya infeksi
bakteri helicobacter pylori. Penyebab lain ulkus duodenum antara lain hipersekresi
asam, stres, psikologis, obat-obatan, infeksi dan kondisi yg mengancam jiwa.
Duodenum sendiri diartikan sebagai usus halus, namun kerusakan jaringan yang
terjadi terdapat pada dinding usus 12 jari, yaitu bagian awal dari usus halus.
Penanganannya apabila terdapat infeksi H.pylori, maka terapi eradikasi harus
segera dilaksanakan. Regimen saat ini adalah Amoksisilin 30 mg/kg/hari (dua kali
sehari), Klaritromisin 10 mg/kg/ hari ( dua kali sehari) dan Omeprazol 0,6 mg/ kg/
hari ( dua kali sehari) selama 7 hari. Kombinasi obat tersebut, memberikan tingkat
eradikasi sebesar 87-92%. Eradikasi dikatakan berhasil bila ditemukan gambaran
hitologi normal atau hasil biakan jaringan biobsi dan area napas negatif. Pemantauan
hasil eradikasi sebaiknya dilakukan satu bulan setelah terapi. Prinsip tujuan terapi
adalah mempercepat penyembuhan ulkus, menghilangkan nyeri dan mencegah
komplikasi.

E. Definisi Peptic ulcer


“Peptic ulcer atau tukak peptic merupakan gangguan pada saluran
gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh
mukosa lambung.” (Majalah Farmaseutik : Santika, Desnita & Yuswar. 2019)
Gejala peptic ulcer/tukak peptic: Nyeri perut atau lambung, mual dan muntah
akibat erosi kecil pada selaput lender, BAB berwarna hitam akibat adanya lesi/luka
yang menyebabkan pendarahan pada saluran cerna atas. Faktor penyebab tukak
peptic: Merokok, makanan cepat saji, minuman beralkohol, penggunaan obat
golongan anti inflamasi non steroid seperti obat ibuprofen, aspirin, ketoprofen, dan
naproxen, infeksi Helycobacter pylori.
Berdasarkan jurnal Majalah Farmaseutik Santika : Desnita & Yuswar. 2019,
Pengobatan peptic ulcer secara farmakologi yaitu:
a. Sukralfat, Mekanisme kerja melindungi tukak dari pengaruh asam dan pepsin.
b. Golongan obat PPI, Mekanisme kerja mengurangi jumlah produksi asam
lambung. Contoh obat pantoprazole dengan dosis pemakaian sehari 1 X 1 tab(40
mg) dipagi hari.
Pengobatan non farmakologi:
a. Mengubah pola hidup dengan pola hidup sehat yaitu tidak begadang, makan
teratur, olahraga
b. Tidak mengonsumsi secara berlebihan minuman alcohol dan rokok.
c. Menganti terapi pengobatan dengan tidak mengunakan golongan obat nonsteroidal
Anti-Inflammatory Druds (NSAID) seperti ibu profen, mefenamic acid, aspirin
dsb.

F. Definisi Gerd
Gastroesophageal Reflux Disease(GERD) merupakan suatu kondisi refluks isi
lambung ke esofagus yang dapat menimbulkan gejala tipikal seperti heartburn(rasa
terbakar didada), regurgitas asam(rasa pahit di mulut), mual dan disfagia yang dapat
mengakibatkan kerusakan mukosa esofagus dan dalam jangka waktu lama
menimbulkan komplikasi barret’s esophagus. (Journal of Nutrition College : Ajjah,
Mamfaluti & Putra, 2020) gerd merupakan penyakit asam lambung yang disebabkan
karena melemahnya katup lambung yang terletak pada kerongkongan bawah.
Faktor penyebab GERD: Pola makanan yang tidak sehat mengonsumsi
makanan cepat saji, kebiasaan minum kopi berlebihan, makan makanan pedas, asam,
pola makan yang tidak teratur, stress seseorang yang merasa stress akibat tertekan
dengan beban lingkungannya memiliki resiko terkena gerd yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada pencernaannya. Gejala GERD paling sering dijumpai: ,Mual,
nyeri bagian perut atas, regurgitas, heartburn.
Pengobatan secara farmakologi : Obat golongan antasida. Mekanisme kerja
obat antasida yaitu menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam
lambung mereda. Contoh obat : antasida tab/syrup. Obat golongan PPI(proton pump
inhibitor). Mekanisme kerja yaitu menghambat enzim khusus yang ada di dinding
lambung, sehingga produksi asam lambung berkurang. Contoh obat yang sering
digunakan: lansoprazole. Obat kombinasi golongan PPI dengan obat lainnya
Kombinasi dengan obat golongan PPI(lansoprazole) dengan sukralfat sebagai
sitoprotektif.
G. Definisi Refluks Esofagus (esopagitis refluks)
Esofagitis refluks adalah proses inflamasi pada esofagus Kerongkongan)
akibat refluks gastroesofagus. Gejala klinis esofagitis refluks tidak spesifik. Pada bayi
sering terlihat muntah disertai gejala klinis iritabel, tidur tidak nyaman, menolak
makan, dan gagal tumbuh, sedangkan pada anak yang lebih besar didapatkan keluhan
heartburn dan nyeri epigastrium.(Sari Pediatri : Hegar & Mulyani, 2006)
Sari Pediatri : Hegar & Mulyani, 2006 menjelakan bahwa Terapi
Nonfarmakologis dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit refluks esofagus yaitu
dengan meninggikan posisi kepala, punggung, dan pinggang saat tidur (membentuk
sudut 45-60 derajat dengan alas tempat tidur), mengurangi asupan lemak,
menghindarkan posisi berbaring terlentang selama 2-3 jam sesudah makan, dan
mengurangi berat badan pada anak obes. Makanan tertentu seperti coklat, alkohol,
pepermint, kopi, makanan berbumbu, dan mungkin bawang serta garlic. Terapi
farmakologis dengan Obat dari golongan penghambat pompa proton menghambat
sekresi asam lambung. Obat yang dapat dikonsumsi yaitu Omeprazol diberikan 1 kali
per hari pada pagi hari, saat atau sebelum sarapan. 70% anak respon terhadap terapi
ranitidin dosis tinggi (4mg/kg/dosis, 2-3 kali/hari) selama 8 minggu. Obat-obat
Prokinetik berperan pada peningkatan tekanan SEB, merangsang peristaltik esofagus,
dan memperbaiki pengosongan lambung (metoclopramide). Untuk pasien yang
memang respon terhadap metoclopramide, obat prokinetik lainnya seperti
domperidone dapat digunakan. Antagonis reseptor H2 (cimetidin, ranitidin, famotidin,
dsb). Antasid berfungsi untuk menetralisir asam lambung sehingga dapat mengurangi
paparan asam terhadap esofagus dan mengurangi gejala heartburn. Penggunaan
antasid dosis tinggi (magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida;
700mmol/1,73m2/hari) sama efektifnya dengan terapi cimetidine.

H. Obat Lambung Ibu Hamil


Kehamilan merupakan suatu kebagiaan bagi Wanita, menantiakn buah hati
lahir dengan selamat dan sehat adalah suatu harapan yang selalu disematkan dalam
doa setiap ibu. Namun apabila dalam masa kehamilan ibu mengalami suatu sakit
tentunya akan sangat mengganggu bagi kehamilannya. Mengingat bahwa obat-obatan
memiliki bermacam-macam efek samping yang mungkin dapat membahayakan bayi
dalam kandungan membuat para ibu menjadi resah untuk mengkonsumsi obat mana
yang aman untuk dikonsumsi.
Pengobatan Non-farmakologi yaitu dengan Jahe ( Zingiber officinale ) telah
sering digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, mual dan muntah. Sebuah
tinjauan mengenai efek jahe pada mual dan muntah yang disebabkan oleh kehamilan
telah menetapkan jahe sebagai alternatif yang aman untuk mempercepat pengosongan
lambung dan mengurangi mual dan muntah selama kehamilan. Konsumsi sayuran
hijau ditemukan dapat melindungi terhadap sakit maag. (BMC Gastroenterol, 2002)
Sucralfate aman untuk ibu hamil karena memiliki penyerapan minimal, selain
itu sucralfate juga dapat melindungi mukosa yang melekat pada sel epitel. Saat
diminum 1 g 3 x sehari terbukti efektif dalam mengelola Gerd. Sucralfate termasuk
obat kategori B : tidak beresiko pada beberapa penelitian. (BMC Gastroenterol, 2002)

I. Obat Diare Ibu Hamil


“Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi disertai bentuk
tinja yang cair.Untuk dewasa (di negara Barat), jumlah tinja > 200 g/hari sudah
disebut diare. Diare dibedakan berdasarkan waktu terjadinya sakit menjadi 3 yaitu:1.
Diare akut ( < 2 minggu) 2. Menetap (persisten) (2-4 minggu) 3. Kronik ( > 4
minggu) Diare harus dibedakan dari pseudodiare dan inkontinensia fekal.Pseudodiare
adalah meningkatknya frekuensi defekasi namun volume tinja yang keluar sedikit,
sedangkan inkontinensia fekal adalah keluarnya kotoran dari rectum secara involunter
akibat gangguan
neuromuskuler atau anorektal structural.” (Tjiptaningrum & Kurniati, 2013)
Jurnal Ilmiah Indonesia : Putri, Ahdawiya, khatimah & Septriana, 2023
menyatakan bahwa 34% dari wanita hamil yang mengalami diare disebabkan karena
infeksi. Etiologi infeksi dari diare antara lain infeksi bakteri seperti Campylobacter
jejuni, Salmonella, Shigella, dan Escheria coli, infeksi virus, parasit seperti
Cryptosporidium, Entamoeba hystolitica, Giardia ataupun jamur. Penyebab lain dari
diare pada masa kehamilan adalah adanya gangguan hormonal, intoleran laktosa,
penggunaan obat-obatan dan karena pengaruh dari makanan yang tidak cocok.
Pengobatan herbal menjadi salah satu pilihan dalam mengobati diare pada ibu hamil,
karena dianggap alami dan tidak menimbulkan efek samping. Herbal untuk mengatasi
diare pada ibu hamil dapat diperoleh dari sekitar kita. Contohnya adalah jambu biji,
kunyit, blimbing wuluh, garut dan kayu manis. Tentu saja penggunaannya harus
diperhatikan dan dapat dikonsulkan pada dokter atau tenaga kesehatan.
Berdasarkan pemaparan masing-masing definisi istilah penyakit sistem
pencernaan terutama pada lambung diatas kami menemukan adanya beberapa
kesamaan gejala serta penyebab dari beberapa istilah penyakit tersebut yaitu maag,
dispersia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic ulcer, gerd, dan refluks esofagus .
sama-sama memiliki gejala meliputi rasa tidak nyaman berupa nyeri ulu hati, rasa
terbakar, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna
atas, mual, muntah, dan sendawa. Faktor penyebab terjadinya pun sama yaitu Pola
makanan yang tidak sehat, makanan cepat saji, minum kopi berlebihan, makan
makanan pedas, asam, pola makan tidak teratur, stress, minum alcohol, Pola hidup
tidak sehat Begadang, jarang olahraga. Yang membedakan beberapa istilah diatas
adalah letak peradangannya, yaitu tukak lambung dan peptic ulcer terjadi peradangan
pada lapisan dinding lambung tepatnya pada area sekitar ulkus. Sedangkan tukak
duodenum terjadinya peradangan terletak pada dinding usus 12 jari, dan pada gerd
terjadi karena melemahnya katup lambung pada bagian bawah kerongkongan akibat
refluks esofagus yaitu peradangan dinding esofagus atau kerongkongan.
Kami juga mendapat pengetahuan tentang obat yang aman bagi ibu hamil
yang mengalami sakit lambung atau pun diare. Obat lambung yang aman bagi ibu
hamil yaitu sucralfate , karena dianggap mampu melindungi mukosa dan memiliki
penyerapan yang minimal. Pengobatan dengan non-farmakologi dengan jahe dan
konsumsi sayuran hijau bisa juga menjadi alternatif bagi pengobatan ibu hamil yang
mengalami sakit lambung. Dan untuk pengobatan diare berdasarkan pemaparan diatas
yang paling aman adalah dengan obat herbal seperti jambu biji, kunyit, blimbing
wuluh, garut dan kayu manis. Penggunaan obat herbal perlu diperhatikan dan di
konsultasikan dengan tenaga Kesehatan.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas kami menyimpulkan bahwa beberapa istilah
penyakit seperti maag, dispersia, tukak lambung, tukak duodenum, peptic ulcer, gerd
dan refluks esofagus sebenarnya memiliki gejala dan factor penyebab yang sama
hanya saja letak peradangan yang terjadi berada pada bagian yang berbeda. Tukak
lambung dan peptic ulcer pada dinding lambung (sekitar ulkus), gerd melemahnya
katup lambung pada bagian bawah kerongkongan akibat peradangan dinding esofagus
atau kerongkongan yang disebut dengan refluks esofagus.
Obat lambung untuk ibu hamil yang aman adalah sucralfate , dan obat diare
untuk ibu hamil yang aman adalah dengan pengobatan herbal yang harus di
konsultasikan dengan tenaga Kesehatan.
Referensi
Mardalena, Ida. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan . Yogyakarta : Perpustakaan Nasional RI. Pustaka Baru Press.
Guyton, A. and Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EeGC,
Jakarta.
WebDM. 2023. Indigestion. Medically Reviewed by Jabeen Begum. Diakses 19
september 2023.
Yuliarti, Nurheti. 2009. Maag : Kenali, hindari, dan obati (Panduan Praktis
Mencegah Dan Mengtasi Penyakit Maag Dilengkapi 50 Resep Masakanan Yang
Cocok Untuk Penderita Maag). Penerbit : ANDI. Yogyakarta.
Agustinus, Heni & Kartika.2014.MIMS Edisi Bahasa Indonesia.Edisi 15.BIP. Jakarta
Indonesia.
PGI, KSHPI.2014.Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta.
Jurnal Psikologi: Utami&Subekti.2011.Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres
dan Keluhan Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis.Vol 38.
No:2:147-163.Universitas Gajah Mada.
Tjiptaningrum & Kurniati. 2013. Buku Ajar : Aspek Klinis dan Laboratorium Pada
Gangguan Gastrointestinal dan Hepatobilier Blok Gastrointestinal. Perpustakaan
Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Lampung.
Sari Pediatri: Rundjan & Heigar.2016.Ulkus Duodenum pada Anak.Vol
5.No.3.Jakarta.
Majalah Farmaseutik : Santika, Desnita & Yuswar.2019.Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Peptic pada Pasien Tukak Peptic di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif
Mohamad AlKadrie.Vol 15 No.1:1-15. Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Journal of Nutrition College: Ajjah, Mamfaluti&Putra.2020.Hubungan Pola Makan
dengan Terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Vol.9 No.3:169-179.
Universitas Syiah Kuala. Aceh.
Sari Pediatri: Hegar&Mulyani.2006.Esofagitis Reflux Pada Anak. Vol 8.No 01:43-
53.Jakarta.
BMC Gastroenterol. 2002. Tinjauan Bukti Terbaru Mengenai Pengelolaan Sakit
Maag Pada Wanita Hamil dan Menyusui. National Library of Medicine. Diakses pada
20 september 2023.
Jurnal Ilmiah Indonesia : Putri, Ahdawiya, khatimah & Septriana. 2023. Literature
Review : Herbal Untuk Diare Pada Masa Kehamilan. Syntax Literature, Vol.8, No.5.
Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai