Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL SAKIT MAAG

Dr. Elfizon Amir, SpPD

Pendahuluan
Sakit maag secara kata berarti sakit lambung. Kata “maag” berasal dari bahasa
Belanda. Jadi “sakit maag” merupakan dua kata dari dua bahasa yang berbeda. Penyakit
ini merupakan penyakit yang banyak diderita oleh mahasiswa dan pegawai atau buruh.
Secara umum gejalanya yang terjadi berupa mual, muntah, kembung dan nyeri ulu hati.
Di dunia kedokteran kumpulan gejala ini dikenal dengan sindroma dispepsia.
Prevalensi dispepsia di Indonesia mencapai 40-50%. Pada usia 40 tahun diperkirakan
terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi. Pada tahun 2020 diperkirakan angka
kejadian dispepsia terjadi peningkatan dari 10 juta jiwa menjadi 28 jiwa setara dengan 11,3%
dari seluruh penduduk di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa prevelensi dispepsia masih
cukup tinggi. (Hubungan Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan Dispepsia Di Puskesmas
Pamotan Kabupaten Rembang)

Sindroma dispepsia punya banyak penyebab. Mulai dari yang hanya merupakan
gangguan fungsional tanpa ada kerusakan secara organik sampai yang terjadi akibat
peradangan seperti gastritis, tukak lambung yang dikenal dengan nama ulkus peptikum.
Berdasarkan manifestasi kliniknya penyakit ini ada yang akut dan ada yang kronik.

Kenapa dapat terjadi dispepsia?


Keluhan dyspepsia ini dapat terjadi akibat berbagai penyebab. Seperti gastritis,
tukak lambung, hepatitis dan akibat pemakaian obat seperti anti inflamasi non steroid.
Tapi dari pengalaman pemeriksaan dengan endoskopi pada pasien dispepsia di RSCM,
ternyata 30 % kasus dispepsia tidak ditemukan adanya kelainan organik di lambung.
Dalam kenyataan sehari-hari keluhan dyspepsia ini juga banyak yang tidak ditemukan
kelainan sistemik yang mendasarinya. Hal inilah yang disebut dengan dispepsia
fungsional. Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya dispepsia yaitu ;

1. Diet dan lingkungan

1
Berbagai jenis makanan dilaporkan sebagai pencetus terjadinya penyakit
ini. Makanan yang sering sebagi pencetus adalah asam, makanan yang pedas,
mie, kopi, alcohol, makanan berlemak, nangka, teh dan lain-lain.
Obat-obatan untuk penghilang rasa sakit ( OAINS ) dapat menimbulkan
dyspepsia. Seperti obat reumatik dan obat sakit kepala. Obat lain yang
menimbulkan dispepsia adalah obat asam seperti teofilin dan obat jantung
seperti digoksin.
2. Sekresi asam lambung
Sekresi asam lambung yang tinggi mengganggu keseimbangan lingkungan
dalam lambung. Asam bersifat agresif merusak mukosa lambung dan
berakibat timbulnya ulkus atau tukak lambung. Pada dyspepsia fungsional,
asam lambung tidak tinggi, tapi mukosa lambungnya yang sensitive hingga
timbul rasa tidak enak di ulu hati.

3. Motilitas lambung
Gangguan fungsi motorik lambung banyak dilaporkan sebagai dasar
terjadinya dispepsia. Karena gangguan gerak lambung, terjadi perlambatan
pengosongan lambung. Perut akan terasa kembung, cepat penuh dan mual
serta muntah.

4. Psikologi
Peran psikologi sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ini. Pada
umumnya pasien dengan keluhan dispepsia punya keluhan stress psikologi.
Gangguan psikologi meningkatkan sekresi asam lambung dan meningkatkan
sensitifitas mukosa lambung serta memperlambat motilitas ( gerak ) lambung.

5. Helikobakter pilori
Dari berbagai laporan juga dinyatakan bahwa 50 % penderita dispepsia
fungsional ditemukan adanya helikobakter pilori.

Bagaimana gejalanya?

2
Keluhan yang muncul pada penderita dispepsia sangat bervariasi. Awal keluhan
mungkin hanya perasaan tidak enak di ulu hati. Perut terasa kembung, cepat penuh bila
diisi. Kemudian diikuti oleh adanya rasa mual, menyesak ke dada dan kadang-kadang
disertai sendawa dan muntah. Setelah sendawa atau muntah perut terasa lebih enak.
Keadaan yang lain dapat berupa nyeri di ulu hati atau di perut kanan atas. Nyeri
terasa setelah makan atau sebelum makan. Ada juga yang rasa nyerinya hilang setelah
makan, tapi sebaliknya juga ada yang nyeri bertambah setelah makan. Nyeri ulu hati
dapat datang menjelang subuh, atau tengah hari ketika sedang bekerja yakni waktu perut
sedang kosong.

Bagaimana mengatasinya?
Karena faktor yang sangat berperan adalah faktor kebiasaan dan faktor psikologi,
maka kedua faktor inilah yang harus diatasi disamping pemakaian obat-obatan.

1. Kebiasaan makan yang tidak teratur harus dirobah. Usahakan setiap waktu
makan, perut diisi. Hindarilah makanan atau obat-obatan yang dapat memicu
terjadinya dispepsia. Makan asam-asaman, makan obat asma atau jantung dan
obat reumatik sebaiknya setelah makan. Kebiasaan minum teh, kopi dan
merokok ketika perut kosong sebaiknya ditinggalkan. Ketika perut sudah
minta nasi, jangan mie yang diberikan.

2. Faktor stress, perlu diminimalkan. Hadapilah suatu persoalan secara


proposional. Jangan dianggap berat dan jangan di remehkan.

3. Obat-obatan
Obat-obatan yang banyak beredar di pasaran adalah antasid yaitu obat yang
berfungsi untuk menetralisir asam lambung. Saat sekarang obat-obatan untuk
dispepsia sudah banyak tersedia sehigga dengan berbagai jenis hingga kita
dapat mengobatinya sesuai dengan dyspepsia yang diderita pasien.

Simpang Empat, Maret 2004

3
4

Anda mungkin juga menyukai