Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER

UNTUK PENYAKIT GASTRITIS

Disusun oleh:

Antonia Adeleide Anutopi, S. Farm 15 8115 049

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

I. PENDAHULUAN
A. Definisi Gastritis
Gastritis adalah istilah umum yang mengindikasikan peradangan lapisan mukosa yang
sering disebabkan oleh beberapa faktor termasuk alkohol, tembakau, racun-racun, bakteri,
dan obat-obatan (contohnya aspirin). Maag atau radang lambung atau tukak lambung atau
gastritis adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan adanya asam lambung
yang berlebihan atau meningkatnya asam lambung. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa
perih dan mulas (Jusup, 2010).
Lambung terdiri atas beberapa lapisan mulai dari lapisan dalam sampai lapisan luar, yaitu
lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis eksterna dan serosa. Mucus melapisi mukosa
lambung merupakan suatu rangka proteksi utama bagi dinding lambung (Atmaja, 2008).
Volume ssam lambung yaitu berkisar 1,5-2 liter/hari dengan kisaran pH 1,5-3,4. Asam
lambung mengandung elektrolit (H+, Cl, K+, Na+), mucus (melindungi mukosa), lipase dan
amilase, pepsin, renin, faktor intrinsik (membantu absorbs vitamin B12), histamin, serta HCl.
B. Gejala gastritis
1. Tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan
2. Mual
3. Muntah
4. Lambung terasa penuh
5. Kembung
6. Bersendawa
7. Cepat kenyang
8. Perut keroncongan
9. Sering kentut (Misnadiarly, 2009).
C. Klasifikasi gastritis berdasarkan waktu terjadinya
1. Gastritis akut, disebabkan oleh obat-obatan (aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid/AINS,
dan steroid), alkohol, trauma, luka bakar, sepsis, merokok, mencerna asam atau alkali kuat.
2. Gastritis kronis, pada umunya belum dikethui penyebabnya namun sering dijumpai bersama
dengan penyakit lain (anemia dan gondok), adanya infeksi pada lambung dan usus 12 jari
oleh bakteri Helicobacter Pylori.
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai tipe A dan tipe B.
a. Tipe A, sering disebut sebagai gastritis autoimun. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
b. Tipe B, kadang disebut dengan gastritis H. pylory. Tipe B ini sering dihubungkan juga
dengan factor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alcohol dan obat-obatan,
merokok atau refluks isi usus ke dalam lambung (Jusup, 2010)
D. Epidemiologi
Pola kunjungan rawat jalan puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola yang
hampir sama. Beberapa catatan penting dikaitkan dengan kunjungan rawat jalan di puskesmas
adalah munculnya berbagai penyakit tidak menular yang semakin tinggi. Menurut survei
aksesibilitas JPK Gakin DIY pada tahun 2008, Gastritis menempati urutan ketiga pada
kunjungan rawat jalan pasien JPK Gakin di Puskesmas (Dinkes Prov. DIY, 2009).
E. Faktor-faktor penyebab gastritis
1. Gangguan secara fungsional karena kerja dari lambung yang tidak baik. Hai ini berhubungan
dengan gerakan lambung yang berkaitan dengan sistim saraf di lambung (faktor psikologis).
Stres (faktor psikologi) akibat sistem saraf otak yang berhubungan dengan lambung
mengalami perubahan hormonal dalam tubuh sehingga merangsang sel-sel dalam lambung
untuk meproduksi asam secara berlebihan.
2. Gangguan struktur anatomi, bisa terjadi karena luka (Jusup, 2010).
F. Terapi komplementer untuk gastritis
Pengobatan dengan herbal/obat tradisional untuk penderita gastritis, antara lain pisang
raja, kunyit, dan tanaman lidah buaya. Pisang raja dan kunyit bisa dimanfaatkan untuk
menyembuhkan luka pada saluran pencernaan karena tanaman mengandung senyawa yang
mampu menutup luka pada lambung dan usus yang merupakan benteng pertahanan bagi
saluran penecernaan ketika menghadapi serangan erosi asam lambung (Misnadiarly, 2009).
Lidah buaya memiliki peran dalam proses penyembuhan gastritis. Gel lidah buaya dapat
membantu proses metabolism, mengurangi mikroorganisme dalam perut, menetralkan
keasaman perut dan dapat menghilangkan sembelit (Purbaya, 2003).
Menurut Syam (2006) yang dikutip oleh Subekti dan Utami (2011), secara umum 80
persen penyakit tukak lambung termasuk jenis fungsional, yaitu tidak diakibatkan kelainan
pada saluran pencernaan melainkan disebabkan oleh stress, kurang tidur, dan beban
pekerjaan. 20 persen sisanya termasuk organik, yaitu ada kelainan pada organ pencernaan,
seperti luka pada lambung. Relaksasi merupakan salah satu intervensi psikologis yang dapat
diterapkan pada gangguan psikologis seperti phobia dan stress.

II. PEMBAHASAN
A. Penyembuhan dengan kunyit
Taksonomi tanaman :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica (Rukmana, 1995)
Bagian kunyit yang ampuh untuk menyembuhkan luka saluran cerna adalah rimpangnya
yang berwarna oranye. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri berwarna kuning jingga
dan merupakan campuran kurkumin, monodesmentoksi kurkumin, dan bidesmetoksi
kurkumin (Misnadiarly, 2009).
Dalam penyembuhan tukak saluran pencernaan, rimpang kunyit bekerja dengan
menghambat pembentukan tukak lambung (Misnadiarly, 2009).
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa mekanisme dari curcumin sebagai
antiulserasi yaitu dengan cara menghambat efek pada sekresi asam lambung, cytoprotection,
aktivitas antioksidan, dan menghambat degranulasi dari sel mast masih perlu dilakukan
evaluasi kembali (Yano et al., 2000). Walaupun kurkumin memiliki efek anti inflamasi
dengan cara memblok jalan dari asam arakidonat, kurkumin juga mampu memberikan efek
yang dapat mencegah pembentukan lesi pada lambung (Ammon, Safayhi, Mack, and
Sabieraj, 1993). Efek ini juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa
kurkumin dapat menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mekanisme pada
pembentukan inflamasi pada ulkus (Jobin et al., 1999).
B. Penyembuhan dengan Pisang Raja
Taksonomi tanaman :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Musales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiacal var. Raja
Pisang biasanya secara tradisional digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit antara
lain, diare (pisang mentah), disentri, lesi pada saluran pencernaan (ulcerative colitis), diabetes
(pisang mentah), sariawan, uremia, nefritis, gout, hipertensi, dan penyakit jantung. Penelitian
lain menyebutkan, pisang dapat digunakan sebagai anti inflamasi, mengatasi nyeri, dan
sebagai antidote pada gigitan ular (Imam and Akter, 2011). Bagian pisang yang berfungsi
sebagai antiulser yaitu pada buah, kulit buah, daun, akar, dan pseudostem (berbatang semu)
dari pisang itu sendiri (Kappel et al., 2013).
Ekstrak etanol dari buah pisang raja dilaporkan dapat meningkatkan akumulasi
eiconosoids senyawa yang mirip prostaglandin PGE dan PGI2 serta leukotrien pada organ
yang berbeda yang mengindikasikan dapat beraktivitas antitukak. Mekanisme pengobatan
tukak lambung pisang raja yaitu dengan cara memberi perlindungan pada mukosa lambung
(Wahyuningsih, 2012). Pectin yang sering ditemukan pada daging buah dan
phosphatidylcholine pada pisang yang berwarna hijau dapat memberikan perlindungan pada
lapisan mukosa dari gastritis (Imam et al., 2011).
Daging buah pisang raja mempunyai kemampuan merangsang pembentukan lendir dalam
saluran pencernaan. Hasilnya, lapisan lendir di permukaan saluran pencernaan semakin tebal.
Dengan begitu, permukaan saluran pencernaan akan terlindungi dari erosi asam lambung.
Serbuk daging buah pisang raja juga memiliki kemampuan mempercepat penyembuhan tukak
dengan cara mempengaruhi proses pembelahan sel-sel jaringan pada luka (Wahyuningsih,
2012).
Flavanoid dan leucocyanidin pada daging buah pisang raja yang mentah berfungsi untuk
melindungi mukosa lambung dari erosi asam lambung. Leucocyanidin dan analog sintesisnya
(hydroxyethylated leucocyanidin dan tetraallyl leucocyanidin) ditemukan dapat melindungi
mukosa lambung dari penginduksian aspirin yang diujikan pada tikus. Dosis serbuk dari
daging buah yang diadministrasikan pada tikus untuk menurunkan produksi asam lambung
yang berlebihan yaitu sebesar 0,5g/kg BB 2 kali sehari selama 3 hari (Imam et al., 2011).
C. Penyembuhan dengan Lidah Buaya
Taksonomi tanaman lidah buaya
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Jenis : Aloe vera (Hutapea, 1993).
Alasan mengapa lidah buaya dipercaya memiliki peran dalam proses penyembuhan
gastritis diantaranya enzim alliase, alkaline phosphatase, amylase, carboxypeptidase,
catalase, cellulose, lipase, dan peroxidase yang terkandung di dalam gel lidah buaya yang
dapat membantu proses metabolime, mengurangi mikroorganisme dalam perut, menetralkan
keasaman perut dan dapat menghilangkan sembelit. Kemudian mengandung vitamin B1, B2,
B6, C, mineral, asam amino, asam folat, dan zat-zat lainnya yang penting dalam proses
penyembuhan gastritis (Purbaya, 2003).
Bukti perintis menunjukkan bahwa manfaat dari mengambil 25-50 mL gel lidah buaya
dua kali sehari, menunjukkan pengurangan sakit maag. Tahun 2004 dalam “Journal of
Ethnopharmacology” ditemukan bahwa tanaman lidah buaya dapat menghambat sekresi
asam lambung dan melindungi lambung terhadap lesi mukosa. Karena tanaman lidah buaya
bersifat pahit, maka dianjurkan untuk mengolahnya menjadi minuman yang lebih menarik
dan mudah untuk dikonsumsi seperti jus.
Berikut adalah cara mengolah tanaman lidah buaya agar menjadi jus yang enak untuk
dinikmati.
1. Bahan:
a. Lidah buaya ukuran besar sebanyak 2 batang
b. Daun pandan 1 lembar
c. Air secukupnya
d. Madu lebah (randu) secukupnya
2. Cara pengolahan
a. Cuci bersih tanaman lidah buaya. Lepaskan kulit lidah buaya. Ambil dagingnya, lalu potong
sesuai selera.
b. Cuci hingga tidak berlendir dan tiriskan.
c. Untuk menghilangkan bau lidah buaya yang tidak sedap dan mengecilkan pori-pori lidah
buaya agar tidak hancur, ambil daun pandan dan masak bersama air. Setelah masak, angkat
dan diamkan sekitar 2 menit. Masukan potongan lidah buaya dan aduk hingga merata.
d. Diamkan selama 5 menit. Tiriskan dan pisahkan air daun pandan dan lidah buaya. Masukkan
dalam toples berbeda. Simpan dalam lemari es.
3. Cara membuat jus
a. Ambil lidah buaya yang sudah diolah sesuai selera ke dalam gelas
b. Masukan air daun pandan, madu randu, dan es batu ke dalam blender hingga berbusa. Lalu
campurkan ke dalam gelas yang telah berisi lidah buaya.
Efek samping dari penggunaan tanaman lidah buaya secara oral yaitu dapat menyebabkan
kram perut, diare, urin berwarna merah, hepatitis, dan konstipasi. Jika digunakan dalam
jangka waktu yang lama, dapat meningkatkan resiko kanker colorectal. Efek laxative dalam
tanaman lidah buaya yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit (menurunkan
kadar potassium). Selain itu, untuk penggunaan pada ibu hamil dan menyusui sangat tidak
dianjurkan (Rajeswari, Umadevil, Rahale, Pushpa, Selvavenkadesh, Kumar, et al., 2012).
D. Metode relaksasi
Tujuan relaksasi diberikan kepada pasien tukak lambung adalah untuk memberikan
sebuah teknik mengembangkan perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa
sakitnya. Setelah melakukan latihan relaksasi beberapa sesi maka seseorang akan mampu
menjadi rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu yang singkat bahkan tanpa bantuan
terapis (Subekti dkk, 2011).
Teknik relaksasi yang sering digunakan yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik
relaksasi otot progresif atau progressive muscle relaxation merupakan terapi relaksasi dengan
gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian tubuh untuk
memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan ini harus dilakukan secara berturut-
turut.
Teknik relaksasi:
1. Latihan bernafas:
a. Berdiri dan jarakkan kaki dan longlaikan tangan
b. Pejamkan mata dan biarkan kepala tunduk ke hadapan
c. Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung sepuas-puasnya
d. Tahan nafas seketika
e. Hembus nafas perlahan-lahan melalui hidung
f. Ulangi langkah di atas hingga anda merasa tenang
g. Akhirnya membuka mata secara perlahan-lahan
2. Relaksasi otot
a. Duduk diatas kursi yang bisa untuk bersandar dan pejamkan mata
b. Genggam sebelah tangan dengan kuat selama beberapa saat dan tumpukkan perhatian kepada
ketegangan di tangan
c. Lepaskan genggaman perlahan-lahan dan rasakan ketegangan itu hilang perlahan-lahan.

Daftar Pustaka
Ammon, H.P.T., Safayhi, H., Mack, T., and Sabieraj, J., 1993, Mechanism of Anti-inflammatory
Actions of Curcumin and Boswellic Acids, J. Ethnopharmacol., 38 (2), 113-119.
Atmaja, D.A., 2008, Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Gambaran
Mikroskopik Mukosa Lambung Mencit BALB/c yang diberi Parasetamol, Artikel Karya Tulis
Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, 2009, Profil Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta tahun
2008, Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, Yogyakarta, p. 32.
Hutapea, J.R., 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II), Departemen Kesehatan RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Imam, M.Z., and Akter, S., 2011, Musa paradisiacal L. and Musa sapientum L. : A Phytochemical
and Pharmacological Review, JAPS, 01 (05), 15-16.
Jobin, C., Bradham, C.A., Russo, M.P., Juma, B., Narula, A.S., Brenner, D.A., et al., 1999,
Curcumin Blocks Cytokine Mediated NF-KB Activation and Proinflammatory Gene
Expression by Inhibiting Inhibitory Factor I-KB Kinase Activity, J. Immunol., 163 (6), 3474-
3483.
Jusup, L., 2010, Fit for Life Masakan Sehat dan Lezat untuk Penderita Gastritis (Tukak
Lambung/Maag), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p. 7.
Kappel, V.D., Cazarolli, L.H., Pereira, D.F., Postal, B.G., Madoglio, F.A., Buss, Z.S., et al, 2013,
Beneficial Effects of Banana Leaves (Musa x paradisiacal) on Glucose Homeostasis:
Multiple Sites of Action, Rev. Bras. Farmacogn. Braz. J. Pharmacogn., 23 (4), 706.
Misnadiarly, 2009, Mengenal Penyakit Organ Cerna (Gastritis atau Penyakit Maag), Edisi 1,
Pustaka Populer Obor, Jakarta, pp. 24-25, 93-96.
Purbaya, J.R., 2003, Mengenal & Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera, CV. Pionerjaya, Bandung.
Rajeswari, R., Umadevil, M., Rahale, C.S., Pushpa, R., Selvavenkadesh, S., Kumar, K.P.S., et al.,
2012, Aloe vera: The Miracle Plant Its Medicinal and Traditional Uses in India, Phytojournal,
1 (4), 123-124.
Rukmana, R., 1995, Kunyit, Kanisius, Yogyakarta, p. 13.
Subekti, T., dan Utami, M.S., 2011, Metode Relaksasi untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak
Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis, Jurnal Psikologi, 38 (2), 148, 150.
Wahyuningsih, I., 2012, Formulasi Tablet Serbuk Pisang Raja (Musa xparadisia AAB) sebagai
Penutup Tukak Lambung pada Tikus, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (1), 56-57.
Yano, S., Terai, M., Shimizu, K.L., Futagami, Y., Horie, S., Tsuchiya, S., et al, 2000, Antiallergic
activity of Curcuma longa (II) Features of Inhibitory Actions on Histamine Release from
Mast Cells, Nat. Med., 54 (6), 325-329.

Anda mungkin juga menyukai