Kelompok 5
Ahmad Rabiul Nawadi (N014212031)
Ary Setiawan Umalekhoa (N014212077)
Muh. Chaidir (N014212008)
Nur Angraeni (N014212088)
Ainun Fijar Seruni Abdullah (N014212055)
Gita Mariani (N014212098)
Linda (N014212099)
Wahyuni (N014212058)
Sakina Umar Nasiri (N014212074)
Hikmatul Khaeriah (N014212033)
Darmayanti (N014212049)
A. Nur Idulia (N014212003)
Gastritis
Definisi Gastritis
Pemberian antipiretik dan pasang infus tujuannya yaitu untuk mempertahankan cairan tubuh
pasien. Antasida untuk mengurangi adanya perasaan begah atau penuh serta tidak enak di
abdomen dan untuk menetralisir lambung Antagonis H2 (seperti ranitidine, simetidin) mampu
menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan jika dicurigai adanya infeksi oleh kuman
Helicobacter Pylori.
Penatalaksanaan Gastritis
Dapat diatasi dengan modifikasi diet klien, yaitu diet makan lunak yang diberikan dalam porsi
sedikit tapi lebih sering, untuk menetralisir alkali, disarankan minum jus lemo encer atau cuka encer
dan menghindari alcohol. Selain itu dengan hal tersebut penatalaksanaan penyakit gastritis secara
non farmakologi dapat diatasi dengan mongonsumsi obat herbal dari tumbuh-tumbuhan maupun
hewani seperti jamu kunyit. Ada juga dengan cara melakukan terapi komplementer (akupresure)
juga dpat mengurangi gejala gastritis dan menghindari stress dengan cara rutin melakukan
olahraga serta hidup sehat.
SWAMEDIKASI PENGOBATAN GASTRITIS
1. Sakit maag pada awalnya diobati secara simtomatik dengan pemberian obat yang menetralisasi atau menghambat
produksi asam lambung berlebihan (jenis antasida) atau obat penghambat produksi asam yang memperbaiki motilitas
usus (sistem gerakan usus).
2. Obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas dan
obat bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri.
3. Ketepatan dalam memilih obat gastritis, menurut literature Symptoms In The Pharmacy obat bebas dan obat bebas
terbatas standar swamedikasi untuk gastritis yang digunakan yaitu obat antasida dengan kandungan alumunium dan
atau magnesium, antasida dengan kandungan asam karbonat, antasida dengan kandungan bismuth dan kalsium,
antasida dengan kandungan simetokin.
Pengobatan Secara Herbal
1. Jahe
Klasifikasi
● Divisi : Spermatophyta
● Sub-divisi : Angiospermae
● Klas : Monocotyledoneae
● Ordo : Zingiberales
● Famili : Zingiberaceae
● Genus : Zingiber
● Species : Zingiber officinale (Hendradi, dkk,
2000)
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi Jahe
Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang,
tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warnapangkal batang
kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini
berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yangsempit,
dan sangat tajam (Wardana,2002).
Pengobatan Secara Herbal
Cara Pembuatan
Dibuat dengan cara memarut jahe dengan parutan yang telah disiapkan sebanyak 1,5 sendok the jahe
yang besar di dalam mangkok keramik menambahkan air sebanyak 4 gelas. Kemudian biarkan jahe meresap
selama sekitar 5-10 menit. Saring airnya untuk memisahkan parutan jahe. Air jahe siap diminum.
Pengobatan Secara Herbal
2. Kunyit
Klasifikasi
● Kingdom : Plantae
● Divisi : Spermatophyta
● Sub-divisi : Angiospermae
● Kelas : Monocotyledoneae
● Ordo : Zingiberales
● Famili : Zingiberaceae
● Genus : Curcuma
● Species : Curcuma domestica (Kumar dan
Sunnil; 2013).
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi Kunyit
Kunyit merupakan tanaman yang tergolong dalam kelompok jahe-jahean dengan warna yang khas yaitu
kuning. Tanaman ini berbatang basah dengan batang berwarna hijau atau keunguan, tinggi batangnya sampai 0,75
m, berdaun 4 sampai 8 helai dan berbentuk lonjong, bunga majemuk berwarna merah atau merah muda. Bunga
kunyit berwarna cokelat dan di tengahnya berwarna kemerah-merahan dan kuning. Kunyit menghasilkan umbi
utama berbentuk rimpang berwarna kuning tua atau jingga terang.
Pengobatan Secara Herbal
Cara Pembuatan
Ekstrak dibuat dengan cara memarut kunyit dengan parutan yang telah disiapkan sebanyak 5 rimpang
kunyit yang besar di dalam mangkok keramik menambahkan air sebanyak 50 ml. Kemudian dilakukan
proses penyaringan agar ampas kunyit berpisah dari ekstraknya. Ekstrak yang sudah disaring kemudian
dimasukkan ke dalam gelas dan siap untuk diminum (Hikma, 2018).
Ulkus Peptikum
Definisi Ulkus Peptikum
Penyakit ulkus peptikum (PUD) mengacu pada sekelompok gangguan ulseratif saluran.
saluran cerna (Gl) yang membutuhkan asam dan pepsin untuk pembentukannya.
Patofisiologi Ulkus Peptikum
a. Patogenesis tukak duodenum dan lambung melibatkan kelainan patofisiologis dan faktor lingkungan dan
genetik.
b. Kebanyakan tukak lambung terjadi dengan adanya asam dan pepsin ketika Helicobacter pylori (HP), obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau faktor lain mengganggu pertahanan mukosa normal dan mekanisme
penyembuhan.
c. Mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa yang normal meliputi sekresi mukus dan bikarbonat, pertahanan
sel epitel intrinsik, dan aliran darah mukosa. Pemeliharaan integritas dan perbaikan mukosa dimediasi oleh
produksi prostaglandin endogen.
d. Infeksi HP menyebabkan peradangan mukosa lambung pada semua individu yang terinfeksi, tetapi hanya
sebagian kecil yang berkembang menjadi ulkus atau kanker lambung.
Patofisiologi Ulkus Peptikum
e. NSAID nonselektif (termasuk aspirin) menyebabkan kerusakan mukosa lambung dengan dua cara mekanisme: (1) iritasi langsung atau topikal
dari epitel lambung, dan (2) sistem penghambatan tematik sintesis prostaglandin mukosa endogen.
f. Penggunaan kortikosteroid saja tidak meningkatkan risiko tukak atau komplikasi, tetapi risiko tukak menjadi dua kali lipat pada pengguna
kortikosteroid yang menggunakan NSAID secara bersamaan.
g. Bukti epidemiologis menghubungkan merokok dengan PUD, gangguan penyembuhan ulkus, dan komplikasi GI terkait ulkus. Risiko sebanding
dengan jumlah yang dihisap per hari.
h. Meskipun pengamatan klinis menunjukkan bahwa pasien maag dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, studi terkontrol
belum mendokumentasikan hubungan sebab-akibat.
i. Kopi, teh, minuman cola, bir, susu, dan rempah-rempah dapat menyebabkan dispepsia tetapi tidak meningkatkan risiko PUD. Konsumsi etanol
dalam konsentrasi tinggi dikaitkan dengan kerusakan akut mukosa lambung dan perdarahan Gl atas tetapi tidak jelas penyebab tukak.
Penatalaksanaan Ulkus Peptikum
A. Penatalaksanaan secara non farmakologi
a. Pasien dengan PUD harus menghilangkan atau mengurangi stres psikologis, merokok, dan
penggunaan NSAID (termasuk aspirin). Jika memungkinkan, agen alternatif seperti asetaminofen
atau salisilat nonasetat (misalnya, salsalat) harus digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.
b. Meskipun tidak perlu diet khusus, pasien harus menghindari makanan dan minuman yang
menyebabkan dispepsia atau memperburuk gejala maag (misalnya, makanan pedas, kafein, dan
alkohol).
c. Operasi elektif jarang dilakukan karena manajemen medis yang sangat efektif. Pembedahan darurat
mungkin diperlukan untuk perdarahan, perforasi, atau obstruksi (Dipiro 9th edition, page 251).
Pengobatan Secara Herbal
1. Buah Pepaya
Klasifikasi
Tumbuhan pepaya berdasarkan struktur klasifikasi Menurut
Tjitrosoepomo (2004) ialah.
● Kingdom : Plantae
● Divisi : Spermatophyta
● Class : Dicotyledoneae
● Ordo : Cistales
● Famili : Caricaceae
● Genus : Carica
● Spesies : Carica pepaya L.
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi
Pepaya ialah tumbuhan yang berasal dari negara tropis, tanaman pepaya ini memiliki batang
yang tumbuh lurus keatas dengan tinggi batang tinggi 3-8 m, pada kondisi-kondisi khusus tinggi
batang pepaya akan bisa mencapai ketinggian 10 m. Pohon pepaya bisasanya tidak memiliki
cabang, daun-daun dan buah tumbuh secara langsung dari batang yang bisa mempunyai diameter
sampai 20 cm. Hanya dalam peristiwa-peristiwa langka ketika batangnya patah bisa berbentuk
cabang-cabang. Pepaya dapat lebih cepat tumbuh dan memiliki “kayu” yang lunak. Tanaman
pepaya tidak tahan dingin dan bahkan suhu-suhu mendekati nol biasanya membunuhnya (Nuraini,
2011).
Pengobatan Secara Herbal
Cara Pembuatan
Untuk pengobatan dengan pemakaian luar, pepaya direbus lalu airnya digunakan untuk mencuci bagian yang
sakit, atau getah dioleskan pada bagian yang sakit. Sedangkan untuk pemakaian dalam, salah satunya untuk
mengobati ulkus peptikum yaitu digunakan 30-60 gram bahan segar yang direbus atau dihaluskan menjadi jus
(Wijayakusuma, 2005).
Pengobatan Secara Herbal
2. Kubis
Klasifikasi
● Kingdom : Plantae
● Divisio : Spermatophyta
● Subdivisi : Angiospermae
● Kelas : Dicotyledonae
● Ordo : Papavorales
● Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
● Genus : Brassica
● Spesies : Brassica oleracea L. (Simpson,2006).
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi
Kepala kubis paling tepat digambarkan sebagai tunas akhir tunggal yang besar, yang terdiri atas daun
yang saling tumpang tindih secara ketat, yang menempel dan melengkapi batang pendek tidak bercabang.
Tinggi tanaman umumnya berkisar 40-60 cm. Pertumbuhan daun memanjang dan tiarap. Daun berikutnya
secara progresif lebih pendek, lebih lebar, lebih tegak, dan mulai menindih daun yang lebih muda. Bersamaan
dengan pertumbuhan daun, batang juga lambat lahun juga akan memanjang dan membesar pertumbuhan
kepala bagian dalam yang terus berlangsung hinnga melewati fase matang (keras) dapat menyebabkan
pecahnya kepala. Variabel komoditas yang penting adalah ukuran kepala, kerapatan, bentuk, warna, dan
periode kematangan. Bentuk kepala berkisar elips meruncing hingga gepeng, dengan bentuk yang paling
disukai adalah bundar atau hampir bundar, warna daun beragam mulai dari hijau muda hinga hijau-biru tua dan
juag ungu kemerahan tekstur daun licin atau kusut (Rubatzky et al.,1998)
Pengobatan Secara Herbal
Cara Pembuatan
Potong setengah kepala kubis mentah dan dua wortel menjadi potongan-potongan kecil dan
masukkan ke dalam blender untuk mengekstrak jusnya. Minumlah setengah dari jus ini sebelum makan
dan sebelum tidur. Ulangi setiap hari selama beberapa minggu. Pastikan untuk menggunakan jus segar
setiap saat.(Ford, 2004)
Dispepsia
Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan –peptin yang berupa Pencernaan
(Abdullah, 2012). Dispepsia merupakan istilah yang digambarkan sebagai suatu kumpulan gejala atau
sindrom yang meliputi nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa,
terasa cepat kenyang, perut terasa penuh atau begah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan proses metabolisme yang mengacu pada semua reaksi biokimia tubuh termasuk
kebutuhan akan nutrisi (Ristianingsih, 2017).
Patofisiologi Dispepsia
Mekanisme patofisiologi timbulnya dispepsia fungsional atau ulkus peptikium masih belum seluruhnya
dapat diterangkan secara pasti. Hal ini menunjukan bahwa dispepsia fungsional merupakan sekelompok
gangguan yang heterogen, namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian para ahli yang dapat
dijadikan pegangan. Beberapa studi menghubungkan mekanisme patofisiologi dispepsia fungsional dengan
terjadinya infeksi H. Pylori, ketidaknormalan motilitas, gangguan sensori visceral, faktor psikososial, dan
perubahan-perubahan fisiologi tubuh yang meliputi gangguan pada sistem saraf otonom vegetatif, sistem
neuroendokrin, serta sistem imun tubuh. Sedangkan Patofisiologi ulkus peptikum diperkirakan akibat ketidak
seimbangan antara tekanan agresif (HCL dan pepsin) yang menyebabkan ulserasi dan tekanan defensif yang
melindungi lambung ( barier mukosa lambung, barier mukus lambung, sekresi HCO3) (Yehuda, 2010).
Patofisiologi Dispepsia
Patofisiologi dispepsia fungsional dapat diterangkan melalui beberapa dibawah ini (Yehuda, 2010).
a. Infeksi H. Pylori
b. Ketidaknormalan Motilitas
d. Faktor Psikososial
Gejala dapat dikurangi dengan menghindari makanan yang mengganggu, diet tinggi lemak, kopi,
alkohol, dan merokok. Selain itu, makanan kecil rendah lemak dapat membantu mengurangi intensitas
gejala. Ada juga yang merekomendasikan untuk menghindari makan yang terlalu banyak terutama di malam
hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi beberapa makanan kecil. Alternatif pengobatan yang
lain termasuk hipnoterapi, terapi relaksasi dan terapi perilaku
Penatalaksanaan Dispepsia
B. Penatalaksanaan secara farmakologi
Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk
mengurangi nyeri. Magnesium trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin yang bekerja sebagai anti
reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28% sampai 43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.
Penatalaksanaan Dispepsia
3. Antagonis resptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak
peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidin.
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
Penatalaksanaan Dispepsia
5. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2) selain bersifat sitoprotektif
juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.
6. Golongan prokinetic
Obat yang termasuk golongan ini yaitu cisapride, domperidon, dan metoclopramide. Golongan ini
cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki asam lambung.
Penatalaksanaan Dispepsia
7. Golongan anti depresi
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti depresi dan cemas) pada
pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan
faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi. Contoh dari obat ini adalah golongan trisiclic antidepressants
(TCA) seperti amitriptilin.
8. Pengobatan Herbal
Kombinasi produk herbal juga pernah diuji efektivitasnya di Canada dengan hasil yaitu mampu
mampu merelaksasi fundus gaster dan berkerja lebih baik daripada plasebo namun kualitas dari uji
tersebut masih lemah. Dikarenakan masih cukup sedikitnya literatur mengenai obat herbal ini, maka
perlu penelitian lebih lanjut untuk bisa mengkonfirmasi efektivitasnya (Talley, 2016).
Pengobatan Secara Herbal
1. Kunyit
Klasifikasi
● Kingdom : Plantae
● Divisi : Spermatophyta
● Sub-divisi : Angiospermae
● Kelas : Monocotyledoneae
● Ordo : Zingiberales
● Famili : Zingiberaceae
● Genus : Curcuma
● Species : Curcuma domestica (Kumar dan
Sunnil; 2013).
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi
Kunyit atau disebut juga dengan Curcuma domestica val., termasuk tanaman herbal yang tumbuh
sepanjang tahun dengan ciri bunga berwarna kuning, daunnya lebar serta termasuk family ginger dan dapat
tumbuh pada iklim tropis(Prasad et al., 2014). Biasanya tumbuh pada suhu 20 atau 30 dengan curah hujan
tahunan cukup besaruntuk dapat tumbuh dan berkembang. Kunyit (Curcuma domestica val.) merupakan
ramuan dengan batang pendek, daun berumbai, rimpang pendek dan tebal serta akar ke daunnya sekitar 2
kaki.
Pengobatan Secara Herbal
Klasifikasi
● Kingdom : Planta
● Divisi : Magnoliophyta
● Kelas : Magnoliopsida
● Ordo : Ranunculales
● Famili : Ranunculaceae
● Genus : Nigella
● Spesies : Nigella sativa
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi
Tanaman jintan hitam (N. sativa) memiliki ciri morfologi yaitu batang tegak, berwarna hijau, dan
berbulu kasar. Tanaman jintan hitam dapat tumbuh setinggi 40 hingga 70 cm. . Daun tanaman
jintan hitam berbentuk lonjong dan runcing pada ujung dan pangkal berwarna hijau serta ditunjang
dengan rangka tulang menyirip dengan tiga tulang daun. Biji jintan hitam digunakan untuk budidaya
tanaman yang bertujuan memperbanyak populasinya. Biji jintan hitam berbentuk bulat dan agak
kerucut berwarna hitam dengan tinggi sekitar 20-30 cm,berbatang halus, daunnya berbau segar,
bunganya berwarna biru lembut dengan 5-10 kelopak.
Pengobatan Secara Herbal
1. Baniaxiexin Decoction
Praktek klinis telah menunjukkan masa
depan yang cerah dari pengobatan tradisional
Cina (TCM) dalam mengobati diabetes dan
komplikasinya. Rebusan Banxiaxiexin (BXXD),
jamu tradisional Cina yang mengandung tujuh
herbal yang umum digunakan (Pinellia ternata,
Radix Scutellariae, Rhizoma Zingiberis, Panax
ginseng, Radix Glycyrrhizae, Coptis chinensis,
dan Fructus Jujubae), banyak digunakan untuk
mengobati ketidaknyamanan gastrointestinal
dalam praktik klinis untuk waktu yang lama di
Cina.
Pengobatan dengan sediaan Herbal (Pengobatan Tradisional Cina)
2. Xiangshaliujunzi Decoction
Xiangshaliujunzi Decoction (XSLJZD)
adalah, ramuan obat tradisional Cina yang
mengandung delapan ramuan yang umum
digunakan (Panax ginseng, Rhizoma
atractylodis macrocephalae, Poria, Radix
glycyrrhizae, Pericarpium citri reticulatae,
Pinellia tuber, Fructus amomi, dan Radix
aucklandiae). Telah lama digunakan untuk
mengobati ketidaknyamanan gastrointestinal
dalam praktik klinis di Cina.
GASTROESOPHAGEAL
REFLUX DISEASE (GERD)
Definisi GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
GERD menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di
Indonesia tahun 2013 adalah suatu gangguan berupa isi lambung mengalami refluks berulang ke dalam
esofagus, menyebabkan gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu. GERD adalah suatu keadaan
patologis akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus dengan berbagai gejala akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran napas. Sedangkan menurut American College of
Gastroenterology, GERD is a physical condition in which acid from the stomach flows backward up into
the esofagus. Jadi, GERD adalah suatu keadaan patologis di mana cairan asam lambung mengalami
refluks sehingga masuk ke dalam esofagus dan menyebabkan gejala.
Etiologi
Refluks gastroesofageal terjadi sebagai konsekuensi berbagai kelainan fisiologi dan anatomi yang
berperan dalam mekanisme antirefluks di lambung dan esofagus. Mekanisme patofisiologis meliputi relaksasi
transien dan tonus Lower Esophageal Sphincter (LES) yang menurun, gangguan clearance esofagus,
resistensi mukosa yang menurun dan jenis reluksat dari lambung dan duodenum, baik asam lambung maupun
bahan-bahan agresif lain seperti pepsin, tripsin, dan cairan empedu serta faktor-faktor pengosongan lambung.
Asam lambung merupakan salah satu faktor utama etiologi penyakit refluks esofageal, kontak asam lambung
yang lama dapat mengakibatkan kematian sel, nekrosis, dan kerusakan mukosa pada pasien GERD.
Patofisiologi Gerd
GERD terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan defensif dari sistem
pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung. Yang termasuk faktor defensif sistem pertahanan esofagus
adalah LES, mekanisme bersihan esofagus, dan epitel esofagus. Mekanisme bersihan esofagus
merupakan kemampuan esofagus membersihkan dirinya dari bahan refluksat lambung; termasuk
faktor gravitasi, gaya peristaltik esofagus, bersihan saliva, dan bikarbonat dalam saliva. Pada
GERD, mekanisme bersihan esofagus terganggu sehingga bahan refluksat lambung akan kontak
ke dalam esofagus; makin lama kontak antara bahan refluksat lambung dan esofagus, maka risiko
esofagitis akan makin tinggi. Selain itu, refluks malam hari pun akan meningkatkan risiko esofagitis
lebih besar.
Penatalaksanaan Gerd
Tujuan pengobatan GERD adalah untuk mengatasi gejala, memperbaiki kerusakan mukosa, mencegah
kekambuhan, dan mencegah komplikasi. Berdasarkan Guidelines for the Diagnosis and Management of
Gastroesophageal Reflux Disease tahun 1995 dan revisi tahun 2013, terapi GERD dapat dilakukan dengan:
A. Menurunkan berat badan bila penderita obesitas atau menjaga berat badan sesuai dengan IMT ideal
B. Meninggikan kepala ± 15-20 cm/ menjaga kepala agar tetap elevasi saat posisi berbaring
C. Makan malam paling lambat 2 – 3 jam sebelum tidur
D. Menghindari makanan yang dapat merangsang GERD seperti cokelat, minuman mengandung kafein, alkohol,
dan makanan berlemak-asam-pedas
Pengobatan Secara Herbal
2. Atropa belladonna
Klasifikasi
●Kingdom : Plantae
●Subkingdom : Tracheobionta
●Superdivisi : Spermatophyta
●Divisi : Magnoliophyta
●Kelas : Magnoliopsida
●Subkelas : Asteridae
●Ordo : Solanales
●Famili : Solanaceae
●Genus : Atropa
●Spesies : Atropa belladonna L.
Pengobatan Secara Herbal
Morfologi
Obat-obatan herbal menawarkan banyak cara potensial untuk membantu orang dengan penyakit refluks
gastroesofagus (GERD), termasuk dengan mengobati transient lower esophageal sphincter relaxations
(TLESR), membantu meredakan gejala, dan mengurangi peradangan. Fumaria officinalis (fumitory-of-the-wall)
dan Chelidonium majus (celandine) adalah dua di antara banyak cholagogues yang secara empiris tampaknya
membantu. Adapun yang lain, Artemisia asiatica (Asian wormwood), telah ditunjukkan secara eksperimental
untuk mengurangi gejala terkait GERD.
Pengobatan Secara Herbal
2. Akar Manis
Klasifikasi
●Kingdom : Plantae
●Subkingdom : Tracheobionta
●Superdivisi : Spermatophyta
●Divisi : Magnoliophyta
●Kelas : Magnoliopsida
●Subkelas : Rosidae
●Ordo : Fabales
●Famili : Fabaceae
●Genus : Glycyrrhiza
●Spesies : Glycyrrhiza glabra L.
●.
Pengobatan Secara Herbal
Komposisi kimia akar manis adalah glycyrrhizin, glycyrrhetinic acid, flavonoids, asparagine, iso-flavonoids,
dan chalcones (Murray, 1998). Glycyrrhizin zat aktif yang terdapat dalam akar manis spesifik mengurangi
penurunan prostlaglandin E (PGE). Kadar PGE yang rendah berhubungan dengan keadaan perut seperti kolik,
inflamasi perut, dan ulkus. Dengan mengurangi penurunan prostlagandin E tubuh maka glycyrrhizin menyediakan
lebih banyak PGE yang bersirkulasi pada darah. Dari peningkatan kadar PGE maka akan meningkatkan produksi
mukus dan mengurangi produksi asam lambung. Sehingga efek ini membantu melindungi jaringan lambung,
sehingga nyata bahwa akar manis dapat digunakan untuk perawatan ulkus (Tanaka et al., 2001).
Pengobatan Secara Herbal
●Khasiat
Khasiat Akar Manis untuk Penyakit Asam Lambung
Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux (GERD) terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah
(LES) tidak menutup sepenuhnya. LES menyegel makanan dan asam yang memecah makanan di dalam perut. Bila
LES tidak menutup sepenuhnya, asam lambung bisa naik kembali ke kerongkongan. Kondisi ini bisa menyebabkan
sensasi panas seperti terbakar dan nyeri pada dada (heartburn). Ekstrak akar manis bisa meringankan gejala penyakit
asam lambung, seperti refluks asam dan heartburn. Pada studi 8 minggu pada 58 orang dewasa yang mengidap GERD,
dosis rendah asam glisiretinat yang dikombinasikan dengan pengobatan standar bisa memperbaiki gejala GERD secara
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Diyono. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penanda Media Goup
Hendradi, Esti, Soemiati, E. R. Himawati, Rosita Noorma, Arie Sulistyarini. 2000.
Formulasi Sediaan Topikal dari Perasan Rimpang Zingiber officinale Rosc dengan Menggunakan Beberapa Basis Krim. J. Penelitian
Med. Eksakta, Vol.1 April 2000: 68-7
Hikmah. C.N., 2018. Study Kinetika Reaksi: Ekstrak Kunyit Kuning Dalam Penyembuhan Penyakit Maag. UNP. Padang.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Kumar, S. & Pandey, A., 2013, Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An Overview, The ScientificWorld Journal, 2013,
1-16
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Rukmana, H. N. 2001. Yoghurt Dan Karamel Susu. Kosinusmedia. Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Tim Lentera. 2002. Khasiat & Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agromedia Pustaka.
Winiati. R.P. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen
dan Perusak. Vol 11(2). Buletin Teknologi dan Industri Pangan.
Depkes, 2006, Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas, Direktorat bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesahatan, Jakarta.
Green, Lawrence W, Marshall W. Keuter, Sigrid G. Deeds, dan Kay B. Partridge. 1980. Health Education Planning, a
Diagnostic Approach. California, Mayfield Publishing Company.
Makmun, D. (2017). Management of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology,Hepatology and Digestive
Endoscopy, 21-27.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Revisi konsensus nasional penatalaksanaan penyakit refluks gastroesofageal
(gastroesophageal reflux disease/ GERD) di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia; 2013.
American College of Gastroenterology. Is it just a little heartburn or something more serious? American College of
Gastroenterology [Internet]. [cited 2022 Mei 1].
DAFTAR PUSTAKA
Available from: http://s3.gi.org/patients/pdfs/UnderstandGERD.pdf
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiadi S, Simbadibrata M. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
Ndraha S. Penyakit refluks gastroesofageal. Medicinus. 2014;27(1):5-7.
Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Corrigendum: Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease. Am
J Gastroenterol. 2013;108:308-28.
De Vault KR, Castell DO. Updated guidelines for the diagnosis and treatment of gastroesophageal reflux disease. Am J
Gastroenterol. 2005;100:190-200. The Indonesian Society of Gastroenterology. National consensus on the management of
gastroesophageal reflux disease in Indonesia. Acta Medica . 2014;46(3):26371.
Eric Y., ND, and Kathy A., BS., JD. 2010. Herbs for Gastroesophageal Disease. ALTERNATIVE AND COMPLEMENTARY
THERAPIE.
DAFTAR PUSTAKA
Tian, Jiaxing et al., 2013, Chinese Herbal Medicine Banxiaxiexin Decoction Treating Diabetic Gastroparesis: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials, Hindawi Publishing Corporation, Volume 2013, Article ID 749495.
Tian, Jiaxing et al., 2014, Xiangshaliujunzi Decoction for the treatment of diabetic gastroparesis: A systematic review, World J Gastroenterol; 20(2):
561-568.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.
Ford AC, Delaney BC, Forman D, Moayyedi p 2004. Eradication therapy in Helicobacter pylori positive peptic ulcer disease: systemic review and
economic analysis. Am J Gastroenterol
Martiasih, M., Sidharta, B. B. R., & Atmodjo, P. K., 2014, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Escherichia coli dan
Streptococcus pyogenes, Jurnal Penelitian, 5-7
Patil, T., Patil, Snehal, Patil, A., Patil, Shreedevi, 2014, Carica Papaya Leaf Extracts - An Ethnomedicinal Boon, Int. J. Pharmacogn. Phytochem. Res.,
Vol. 6, No. 2,
DAFTAR PUSTAKA
Rubatzky, V.E., dan Ma Yamaguchi, 1998, Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi Jilid II, ITB,
Bandung.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan dengan Sistem Pengelolaan Terpadu (PTT) di Desa Aman
Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. Tesis. Pasca Sarjana USU.
Nuraini, D.N., 2011, Aneka Manfaat Biji-Bijian, Yogyakarta, Gava Media, hal 11-12.