Anda di halaman 1dari 7

Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi obat-obat yang digunakan dalam penatalaksanaan GERD antara


lain:

A. Proton pump inhibitors (PPI)

PPI menghambat sekresi asam dengan berikatan secara ireversibel dan menghambat
pompa hydrogen potassium ATPase yang terletak di permukaan luminal membran sel
parietal. Golongan obat PPI antara lain omeprazole, lansoprazol, rabeprazole, pantoprazole,
esomeprazole dan dexlansoprazole. Omeprazole, esomeprazole, lansoprazole dan
dexlansoprazole merupakan PPI yang paling banyak diteliti penggunaannya. Yang termasuk
obat-obat golongan PPI adalah omeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, lansoprazole 30 mg,
esomeprazole 40 mg, dan rabeprazole 20 mg. PPI dosis tunggal umumnya diberikan pada
pagi hari sebelum makan pagi. Sedangkan dosis ganda diberikan pagi hari sebelum makan
pagi dan malam hari sebelum makan malam.

Penggunaan PPI jangka panjang dapat meningkatkan risiko infeksi usus terutama
Clostridium difficile, kelainan metabolik dan nutrisi. Oleh karena itu pasien dengan PPI harus
dipantau untuk mendeteksi kelainan tersebut. Pengobatan dapat dihentikan setelah 6 bulan
dengan menurunkan dosis bertahap dan dapat diberikan secara periodik setelahnya tergantung
gejala.

B. Antagonis reseptor histamin tipe 2 (H2RA)

Antagonis reseptor histamin tipe 2 (H2RA) digunakan pada pasien dengan GERD
sedang atau gejala intermiten. H2RA mempunyai efek moderat terhadap GER, karena onset
kerjanya yang cepat sangat cocok untuk meredakan gejala. Tetapi obat ini tidak seefektif PPI
terutama pada penderita kronik. H2RA menghambat sekresi asam dengan menghambat
reseptor histamine H2 pada sel parietal. Simetidin, ranitidine, famotidine dan nizatidin
merupakan obat golongan H2RA.

Puncak onset kerja H2RA adalah 2.5 jam dengan lama kerja 4 sampai 10 jam
sehingga tidak cocok untuk penggunaan jangka panjang. Penggunaan H2RA jangka panjang
meningkatkan risiko infeksi usus terutama oleh C. difficile dan community-acquired
pneumonia.Yang termasuk ke dalam antagonis reseptor H2 adalah simetidin (1 x 800 mg atau
2 x 400mg), ranitidin (2 x 150 mg), farmotidin (2 x 20 mg), dan nizatidin (2 x 150 mg).
C.Surface agents

Surface agents bekerja dengan menciptakan pertahanan yang menghalangi cedera


pada mukosa yang diakibatkan oleh asam lambung. Hanya dua yang telah dievaluasi sebagai
terapi pada pasien GERD yaitu sodium alginate dan sukralfat. Sukralfat (aluminium sucrose
sulfat) memberikan kesembuhan mukosa dan melindungi kerusakan selanjutnya akibat asam
lambung

D. Prokinetik

Peran prokinetik dalam tatalaksana GERD masih terbatas karena alasan keamanan
dan manfaat, seperti metoklopramid, cisapride atau domperidon dan eritromisin. Baclofen
merupakan antagonis reseptor gamma-amino- butyric acid B (GABA-B) yang menghambat
relaksasi transien dari sfingter bawah esophagus. Beberapa penelitian menunjukkan baclofen
akan mengurangi gejala refluks, mengurangi frekuensi relaksasi sfingter esophagus dan
paparan asam lambung terhadap esophagus, serta mempercepat pengosongan lambung. Obat
golongan prokinetik termasuk domperidon (3 x 10 mg) dan metoklopramid (3 x 10 mg).

Terapi Fitoterapi

1. Jahe (zingiber officinale)

Gingerol memiliki efek sebagai antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektif, kardiotonik,


hepatotoksik, antioksidan, anti kanker, antiangiogenesis dan anti arterosklerotik. Gingerol
dan zingerone dapat melindungi mukosa lambung dengan cara menghambat 𝐻 + 𝐾 + -
ATPase sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Flavonoid memiliki efek
sitoprotektif yang bekerja dengan menstimulus COX1 sehingga meningkatkan prostaglandin.
Flavonoid yang terkandung dalam jahe dapat meningkatkan prostaglandin yang merupakan
faktor defensif dari lambung. Aseton dan Metanol dapat melindungi lambung dengan cara
menurunkan asam lambung dan mencegah iritasi pada mukosa lambung. Aseton dan
methanol dapat melindungi lambung dengan cara menurunkan asam lambung dan mencegah
iritasi pada mukosa lambung.

Penelitian sebelum terkait fitoterapi jahe :

Uji aktivitas antitukak lambung ekstrak jahe dosis 200 dan 400 mg/kg BB dengan
obat pembanding omeprazol 10 mg/kg BB pada tikus yang diinduksi tukak lambung
menggunakan indometasin menunjukkan persentase penghambatan tukak lambung yang
signifikan masing-masing sebesar 40,91; 57,58 dan 65,91%.

Uji aktivitas antitukak lambung minyak jahe dosis 1 ml peroral selama 6 minggu
dengan obat pembanding ranitidin 30 mg/kg BB pada tikus albino jantan Sprague Dawley
yang diinduksi tukak lambung menggunakan aspirin menunjukkan penurunan secara
signifikan volume asam lambung dan tingkat keasamannya, serta menurunkan indeks tukak
lambung dibandingkan kontrol negatif dan sebanding dengan ranitidin.(67)

Uji aktivitas antitukak lambung ekstrak etanol jahe dosis 100 mg/kg BB peroral
selama 14 hari dengan obat pembanding famotidin 20 mg/kg BB pada tikus albino jantan
Sprague Dawley sebelum tikus diinduksi tukak lambung menggunakan indometasin 20
mg/kg BB menunjukkan penurunan secara signifikan jumlah dan indeks tukak lambung, serta
pencegahan insiden terjadinya tukak lambung dibandingkan kontrol dan sebanding dengan
famotidin.

2. Kunyit ( Curcuma longa )


Kurkumin memiliki aktivitas antiinflamasi yang bekerja secara spesifik dalam
penghambatan COX-2. Hal ini menjadi keunggulan kurkumin dibandingkan dengan
obat golongan NSAID yang melakukan penghambatan, tidak hanya pada COX-2
tetapi juga terhadap COX-1, sehingga seringkali menimbulkan efek iritasi pada
lambung (Bruntonet al, 2008). Aktivitas kurkumin yang tidak menimbulkan iritasi
lambung ini didukung oleh Atmaja (2008) yang menyatakan bahwa pemberian
ekstrak kunyit mampu memproteksi mukosa asam lambung dengan meningkatkan
sekresi mukus dan mempunyai efek vasodilatator. Potensi perlindungan tersebut
dikarenakan efek gastroprotektif dan antiulkus, dengan beberapa mekanisme, antara
lain karena ekstrak kunyit dapat memblok reseptor histamin H2 (RH2) secara
langsung dan menghambat reseptor gastrin sehinggaefek iritasi lambung dapat
dihindari.
Pemberian analog kurkumin dosis 25 mg/kgBB mampu memberikan efek
gastroprotektor sebanding dengan pemberian kurkumin dosis 25 mg/kgBB.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurkumin lebih unggul
dibandingkan obat golongan NSAID, karena aktivitas antiinflamasi kurkumin bekerja
secara spesifik dalam penghambatan COX-2. Obat golongan NSAID melakukan
penghambatan tidak hanya pada COX-2 tetapi juga terhadap COX-1 sehingga
seringkali menimbulkan efek iritasi pada lambung (Brunton et al, 2008). Efek
antiinflamasi ini didukung oleh aktivitasnya sebagai antioksidan karena adanya gugus
fenolik. Gugus fenolik akan memberikan proteksi terhadap sel-sel mukosa lambung
dengan cara mengikat oksidan berupa radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif dan kematian sel (Repetto & Ilesuy, 2002).
3. Kayu manis ( Cinnamomum spp)

Kayu manis bekerja sebagai proton pump inhibitor dengan cara menghambat aksi pompa
H+/K+ATPase, sehingga ion H+ tidak bisa keluar, dan akibatnya HCl tidak terbentuk
menyebabkan sekresi asam lambung ter hambat. Dalam kayu manis terdapat kandungan
minyak atsiri yang bermanfaat sebagai anti inflamasi sehingga dapat mengurangi
kerusakan lambung yang disebabkan oleh obat NSAID sehingga berfungsi sebagai
gastroprotektif. Dosis 40 mg ekstrak Cinnamon 2x sehari selama 4 minggu.
4. Akar manis / Licorice (Glycyrrhiza glabra)
Komposisi kimia akar manis adalah glycyrrhizin, glycyrrhetinic acid,
flavonoids,asparagine, iso-flavonoids, dan chalcones (Murray, 1998).

Glycyrrhizin zat aktif yang terdapat dalam akar manis spesifik mengurangi penurunan
prostlaglandin E (PGE). Kadar PGE yang rendah berhubungan dengan keadaan perut
seperti kolik, inflamasi perut, dan ulkus. Dengan mengurangi penurunan prostlagandin E
tubuh maka glycyrrhizin menyediakan lebih banyak PGE yang bersirkulasi pada darah.
Dari peningkatan kadar PGE maka akan meningkatkan produksi mukus dan mengurangi
produksi asam lambung. Sehingga efek ini membantu melindungi jaringan lambung,
sehingga nyata bahwa akar manis dapat digunakan untuk perawatan ulkus (Tanaka et al.,
2001).
Akar manis juga telah digunakan sebagai demulcent dan emolien selama 2.000 tahun
untuk membantu menghilangkan ulkus yang ada dalam lapisan mukosa. Glycyrrhizin
(sebagai carbenexolone sodium) mempercepat hilangnya ulkus lambung (Thorne Research
Inc, 2005).
Dosis ekstrak akar manis yang digunakan untuk gastroprotektif pada manusia adalah ekstrak
akar manis 20 c/o glycyrrizin dosis 4 mililiter perhari melalui mulut (U.S National Library of
Medicine, 2008).Penghitungan dosis untuk mencit sesuai tabel konversi (Ngatidjan, 1991) :
0,0026 x 4ml = 0,014 ml ekstrak akar manis atau 14 μL ekstrak akar manis. Untuk dosis
pertama diambil 14 μL ekstrak akar manis. Untuk dosis kedua adalah dua kali lipat dosis
pertama atau 28 μL ekstrak akar manis..
Non farmakologis Terapi

Modifikasi gaya hidup yang paling umum dilakukan anatara lain :

a. Elevasi kepala saat tidur Meninggikan alas kepala dibawah busa kasur bukan sekedar
tinggi bantal setinggi 6-8 inchi menurunkan kontak asam esofagus saat malam hari
b. Konsumsi makanan kecil dan tidak makan 3 jam sebelum tidur. Banyak makanan
dapat memperburuk gejala GERD. Lemak dan coklat dapat menurunkan tekanan LES,
sedangkan jus jeruk, jus tomat, kopi, dan lada mungkin mengganggu rusak
endothelium.
c. Menghindari makanan pedas. Pada kasus pasien mempunyai kebiasaan makan
makanan pedas dan cemilan rujak. Bahwa makanan pedas dapat menyebabkan sakit
perut dan rasa terbakar, jika pasien memiliki gangguan pencernaan fungsional. Pada
umumnya, rasa pedas dari suatu makanan berasal dari cabai, di dalam cabai terdapat
zat yang disebut sebagai capsaicin, yakni ekstrak alkaloid yang memberikan rasa
pedas. Selain memberikan rasa pedas, capsaicin juga bisa memperlambat kerja sistem
pencernaan. Reaksi ini kurang menguntungkan bagi penderita asam lambung atau
GERD karena semakin lama makanan bertahan di dalam perut, maka kian meningkat
pula risiko asam lambung naik.
d. Menghindari obat yang dapat memperburuk GERD. Hal ini penting untuk
mengevaluasi profil pasien dan untuk mengidentifikasi potensi obat yang dapat
memperburuk gejala GERD. Pada kasus tersebut dijelaskan bahwa pasien telah
melakukan operasi fraktur 1 bulan yang lalu, sehingga pasien rutin mengonsumsi
tramadol, asam mefenamat dan dexamethason. Pasien harus dimonitor untuk gejala
memburuk ketika salah satu dari ini obat dimulai. Jika gejala memburuk, terapi
alternatif dapat dibenarkan. Klinisi harus mempertimbangkan risiko dan manfaat
melanjutkan obat yang dikenal untuk memperburuk GERD dan esophagitis. Maka
obat NSAID yang diberikan sebaiknya yang selektif terhadap COX 2. OAINS yang
selektif terhadap enzim siklooksigenase-2 dianggap lebih aman karena memiliki sifat
protektif terhadap mukosa gastrointestinal. Namun perlu di monitoring penggunaan
obat ini karena dalam jangka lama dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung.
e. Berhenti merokok. Pada kasus diatas pasien mempunyai kebiasaan merokok 2
bungkus per hari. Orang yang merokok dalam waktu lama memiliki risiko tinggi
terhadap kejadian GERD karena mengalami heartburn setiap minggunya, merokok
juga dapat meningkatkan asam lambung, dan juga salah satu bahan yang terkandung
dalam rokok seperti Nikotin dapat berkontribusi dalam kejadian GERD dengan
merelaksasikan sfingter esophagus bagian bawah (LES)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. Serial The Power Of Obat Asli Indonesia Jahe
Zingiber officinale Roscoe. Jakarta : CV Global ExPress

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., And Buxton, I. 2008. Goodman & Gilman’s Manual
Of Pharmacology And Therapeutics. Usa: The Mcgraw-Hill Companies, Inc.

Murray WJ. 1998. Herbal Medications for Gastrointestinal Problems. In: Miller LG, Murray
WJ (editors). Herbal Medicinals: A Clinician’s Guide. 45: 79-93.

Ngatidjan. 1991. Metode Laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar


Universitas Bioteknologi UGM

Putra, Hendra dkk. 2019. Tatalaksana Medikamentosa pada Penyakit Saluran Cerna. Padang
: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Repetto, MG., Ilesuy, SF., 2002, Antioxidant Properties of Natural Compounds Used in
Popular Medicine for Gastric Ulcer, Biaz J Med Biol Res 35 (5): 523-34

Tanaka Y, Kikuzaki H, Fukuda S, Nakatani N, 2001. Gastroprotetive Compounds of Licorice


Against Ulcer in Upper Gastrointestinal Tract. Journal of Nutritional Science and
Vitaminology 47(3):270- 273

Thorne Research, Inc. 2005. Glycyrriza glabra monograph. Alternative Medicine Review.
Volume 10, Number 3, pp: 230-35.

Anda mungkin juga menyukai