Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN PROKINETIK DALAM TERAPI

DISPEPSIA

1. Sekilas tentang saluran pencernaan (Dispepsia)

Saat kita menelan makanan, ada kontraksi yang menggerakkan makanan

disebut gaya peristaltik primer. Pada gilirannya, refluks gastroesofagus memicu

gelombang kedua kontraksi otot yang membersihkan esofagus, mendorong

makanan ke bawah melalui sfingter esofagus bagian bawah (lower esophageal

sphincter, LES) dan ke dalam lambung.

Namun pada beberapa orang, LES rileks atau terbuka secara spontan,

sehingga isi lambung termasuk asam, bisa masuk kembali ke kerongkongan.

Hal ini disebut refluks asam dan dapat menyebabkan gejala ulu hati (heart

burn).

Agen prokinetik, membantu mengontrol refluks asam. Obat membantu

memperkuat  LES dan menyebabkan isi lambung lebih cepat kosong, yang

berikutnya lebih sedikit waktu untuk terjadinya refluks asam.

Agen prokinetik biasanya digunakan dengan obat penyakit

gastroesophageal reflux (GERD) atau obat sakit maag lainnya, seperti proton

pump inhibitor (PPIs) atau H2 receptor blockers. PPI dan H2 bloker secara

umum, namun agen prokinetik bisa memiliki efek samping yang serius, atau

bahkan berbahaya, dan sempat ada yang ditarik dari pasaran.

2. Pengertian obat Prokinetik

Agen gastroprokinetik, gastrokinetik, atau prokinetik adalah jenis obat

yang meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan meningkatkan frekuensi


kontraksi di usus halus atau membuat kontraksi lebih kuat tanpa mengganggu

ritmenya.

3. Macam2 obat prokinetik

a. Metoclopramide

Metoclopramide (Reglan) adalah agen prokinetik yang telah

digunakan untuk mengobati GERD dengan meningkatkan aksi otot di

saluran pencernaan. Obat tersedia dalam bentuk tablet dan cairan. Seperti

prokinetik lainnya, efikasi metoclopramide terhalang oleh efek samping

yang serius.

Efek samping mungkin termasuk peningkatan risiko kondisi

neurologis seperti tardive dyskinesia, yang menyebabkan gerakan berulang

yang tidak disadari. Efek samping ini telah diketahui terjadi pada orang

yang menggunakan obat selama lebih dari tiga bulan. Orang yang memakai

metoclopramide harus sangat berhati-hati saat mengemudi atau

mengoperasikan mesin atau peralatan berat.

b. Cisapride

Cisapride (Propulsid) bekerja pada reseptor serotonin di lambung.

Obat terutama digunakan untuk meningkatkan tonus otot di LES. Namun,

karena efek sampingnya, seperti detak jantung yang tidak teratur, telah

ditarik dari pasar di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Namun di

Indonesia, obat ini masih mudah ditemukan. Cisapride masih sering

digunakan dalam kedokteran hewan.

c. Bethanechol
Bethanechol (Urecholine) sebenarnya obat yang menstimulasi

kandung kemih dan membantu buang air kecil pada seseorang yang

kesulitan mengosongkan kandung kemih. Namun, obat juga membantu

memperkuat LES, dan membuat perut kosong lebih cepat. Obat ini juga

membantu mencegah mual dan muntah. Bethanechol tersedia dalam bentuk

tablet.

Namun, manfaat dari obat dibayangi oleh efek samping yang sering

terjadi meliputi:

1) Kegelisahan

2) Depresi

3) Kantuk

4) Kelelahan

5) masalah fisik seperti gerakan tak terkendali dan kejang otot

d. Eritromisin

Antbiotik makrolidar pertama ini memiliki sifat menarik yang ternyata

bisa membantu mengosongkan lambung (agen prokinetik). Mekanismenya

lumayan susah, namun bisa dibaca di Hawkyard (2007) dengan link-nya

dibawah ini. Ketika menggunakan obat ini, perlu dipertimbangkan manfaat

dan risiko terkait resistensi antbiotik

4. Mekanisme kerja

Metoclopramide, bekerja dengan meningkatkan kekuatan sfingter esofagus

bagian bawah, peristaltis esofagus, dan mempercepat pengosongan lambung.4

Kajian sistematis yang membandingkan PPIs dan prokinetik (1 penelitian acak

terkontrol, n = 423 orang) menunjukkan superioritas PPIs dalam mencapai


remisi gejala heartburn pada pasien ENRD (RR 0,72, 95%CI 0,56- 0,92). PPI

yang digunakan adalah omeprazole 10 mg/hari dan 20 mg/hari dibandingkan

dengan cisapride 10 mg 4 kali sehari dengan lama pengobatan 4 minggu.

Kajian sistematis ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan antara H2RAs dan

prokinetik dalam menghilangkan gejala harian pada pasien ENRD (1

penelitian, n = 50 orang, RR 0,83; 95%CI 0,3-2,29). Obat yang diteliti adalah

simetidin 300 mg vs metoclopramide 10 mg, masing-masing diberikan 4 kali

sehari selama 8 minggu.13 Kombinasi H2RAsmetoclopramide tidak lebih

efektif dibandingkan pemberian H2RAs atau metoclopramide tunggal.

Metoklopramid akan menginhibisi stimulus otot polos kolinergik yang

akan meningkatkan gerak peristaltik esofagus, meningkatkan tekanan pada otot

spingter esofagus bagian bawah dan meningkatkan pengosongan lambung,

namun obat ini tidak menimbulkan efek pada usus halus dan usus besar serta

tidak menimbulkan peningkatan pada fungsi sekresi saluran cerna

Metoklopromaid juga memblok reseptor D2 dopamine di chemoreceptor

trigger zone di medula yang mencetuskan gejala mual dan muntah sehingga

menimbulkan efek antimual dan antimuntah

5. Efektifitas

a. Mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi dengan dosis 2mg/kg intra

vena, jika digunakan sebagai profilkasis dapat dimulai dengan dosis 10-20

mg intramuskular

b. Menghilangkan gejala kembung pada gastroparesis diabetikum dengan

dosis 10 mg intra vena, intramuskular atau peroral

c. Penyakit refluk gastroesofagus dengan dosis 10-15 mg peroral


d. Untuk premedikasi pada pemeriksaan radiologi saluran cerna atas dengan

dosis 10 mg intra vena

6) Dosis

a. Metoclopramide dapat diberikan 4 × 10 mg, 30 menit sebelum makan dan

sebelum tidur. Diberikan hingga keluhan dispepsia dirasakan sudah

"hilang". Dosis tambahan dapat diberikan hingga maksimal kira-kira 80

mg/hari.

b. Domperidone diberikan 3-4 × 10 mg, bahkan beberapa pasien tertentu

membutuhkan 3-4 × 20 mg. Jangan memberikan terapi diatas batas dosis

tersebut.

7) Evidence Based Medicine Prokinetik sebagai Terapi Dispepsia

Sebuah riset meta-analisis dilakukan Hiyama dkk (2007), untuk

menyelidiki efek prokinetik sebagai terapi diapepsia fungsional. Hasil statistik

menunjukkan bahwa prokinetik cukup efektif menyembuhkan keluhan

dispepsia
REFERENSI

Hawkyard CV, Koerner RJ. 2007. The use of erythromycin as a gastrointestinal


prokinetic agent in adult critical care: benefits versus risks. J
Antimicrob Chemother. 59(3):347-58.

Chicella MF, Batres LA, Heesters MS, Dice JE. 2005. Prokinetic drug therapy in
children: a review of current options. Ann Pharmacother. 39(4):706-11.

Anda mungkin juga menyukai