Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH JUS BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss)

TERHADAP HISTOLOGI LAMBUNG TIKUS


PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
SETELAH DIINDUKSI ASPIRIN

The Effect of Spinach Red Juice (Alternanthera amoena Voss) toward
the Histology Stomach of White Male Rates (Rattus norvegicus)
After Inducible by Aspirin

ARTIKEL HASIL PENELITIAN
KARYA TULIS ILMIAH





Ade Wijaya
1
, Evi Diana Fitri
2
, Anggunan
3



UNIVERSITAS MALAHAYATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013



Ade Wijaya
09310169
adeaapenk@ymail.com
Pembimbing 1 : dr. Evi Diana Fitri, Sp.F, SH
Pembimbing 2 : dr. Anggunan, MM.Kes



I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lambung merupakan bagian
dari pencernaan yang berfungsi
sebagai reservoir untuk
menampung makanan. Didalam
lambung, makanan semi-solid
yang ditelan mengalami
homogenisasi lebih lanjut oleh
kontraksi dinding berotot lambung
dan secara kimiawi diolah oleh
asam dan enzim yang disekresi
oleh mukosa lambung.
1

Penelitian dan pengembangan
tumbuhan obat, baik didalam
maupun di luar negeri
berkembang pesat. Penelitian
yang berkembang terutama pada
segi farmakologi maupun
fitokimianya berdasarkan indikasi
tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh sebagian
masyarakat dengan khasiat yang
teruji secara empiris. Hasil
penelitian tersebut, tentunya lebih
memantapkan para pengguna
tumbuhan obat mengenai khasiat
maupun penggunaannya. Terlebih
lagi, uji toksikologi juga telah
banyak dilakukan oleh para
peneliti untuk mengetahui
keamanan tumbuhan obat yang
sering digunakan untuk
pemakaian jangka panjang,
maupun pemakaian insidentil.
2
Dalam kondisi normal,
lambung mampu melindungi
dirinya dari asam lambung.
Namun jika perlindungan itu
terganggu, asam dan enzim yang
biasa bekerja mencerna makanan
akan berbalik 'menggerus' dinding
lambung.



Inilah yang menyebabkan rasa
nyeri.
3

Istilah ulkus peptikum
(peptic ulcer) digunakan untuk
erosi lapisan mukosa dibagian
mana saja disaluran
Gastrointestinal, tetapi biasanya
pada lambung dan duodenum.
Dua penyebab utama ulkus
(tukak), yaitu (1) produksi mukus
yang terlalu sedikit, (2) produksi
asam lambung yang berlebihan
yang disalurkan ke usus.

Pada penelitian ini bayam
yang digunakan adalah bayam
merah, dimana kandungan rata-
ratanya lebih tinggi dari pada
bayam yang lain. Oleh karena itu
bayam merah sangat baik
digunakan untuk mengurangi
kadar keasaman lambung,
sehingga dapat membantu
mengatasi penyakit maag.
Kandungan kimia pada bayam
adalah protein, lemak,
karbohidrat, kalium, zat besi,
amarantin, rutin, purin, asam
phitat, serta vitamin (A, B, dan
C).
3
Dari ke tiga jenis bayam
diatas, pada penelitian ini bayam
yang digunakan adalah bayam
merah (Alternanthera amoena
Voss). Karena bayam merah
mengandung protein 4,6 gr,
lemak 0,6 gr, karbohidrat 10,0 gr,
zat besi 2,7 mg, vitamin A
5.800,0 S.I, vitamin B1 0,08 mg,
vitamin C 80,0 mg, dimana
kandungan rata-ratanya lebih
tinggi dari bayam yang lain, yang
bermanfaat untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka
dan mencerna protein.
Penggunaan AINS (Anti


Inflamasi Non Steroid) tanpa
mematuhi petunjuk aturan pakai
mempunyai efek samping yang
serius. Salah satu efek samping
yang paling serius dari obat
AINS adalah perdarahan
lambung dan pada usia di atas 65
tahun efek samping ini
menimbulkan risiko kematian
yang besar.
4

Aspirin yang termasuk
AINS mempunyai efek samping
antara lain dapat mendestruksi
sawar mukosa lambung. Aspirin
dapat merusak mukosa lambung
dengan mengubah permeabilitas
sawar epitel. Hal ini
memungkinkan difusi balik asam
klorida yang mengakibatkan
kerusakan jaringan, khususnya
pembuluh darah.
Tikus putih (Rattus
norvegicus) galur Wistar adalah
hewan percobaan yang relatif
resisten terhadap infeksi, mudah
diperoleh dalam jumlah banyak,
mempunyai respon yang cepat,
memberikan gambaran secara
ilmiah yang mungkin terjadi pada
manusia dikarenakan memiliki
kelas yang sama dengan manusia
yaitu mammalia, serta harganya
relatif murah.
5
Dari segi jenis
kelamin, tikus jantan memiliki
kadar hormon yang lebih stabil
dibandingkan tikus betina, hal
tersebut dikarenakan tikus betina
melewati masa esterus atau
bunting.
3
Oleh karena itu,
peneliti menggunakan tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar dalam penelitian.

B. Tujuan Penelitian

i. Tujuan Umum
Untuk mengetahui
pengaruh pemberian jus
bayam merah
(Alternanthera amoena
Voss) terhadap kerusakan
histologi lambung tikus
putih jantan (Rattus
norvegicus) setelah
diinduksi aspirin.

ii. Tujuan Khusus
Dapat menjelaskan dan
memahami perbedaan yang
bermakna terhadap efek
yang ditimbulkan pada
peningkatan dosis
pemberian jus bayam
merah (Alternanthera
amoena Voss).

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian
ini merupakan penelitian
eksperimen atau percobaan
(experimental research).

B. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini
jenis rancangan yang
digunakan adalah rancangan
post test only controled group
design. Penelitian ini
menggunakan 5 kelompok,
yaitu 2 kelompok perlakuan, 2
kelompok kontrol (+), dan 1
kelompok kontrol (-), dengan
randomisasi sederhana.
Penelitian hanya dilakukan post
test, dengan membandingkan
hasil observasi pada kelompok
perlakuan dan kontrol.
11



Kontrol ( - ) T T
Kontrol ( + ) T W
Tc
Kontrol ( + ) T Y
Te
Perlakuan I T Y
X T
Perlakuan II T Y
Z T
Keterangan :
T :Tikus Putih
X :bayam merah (1,5 mg/
200kg BB selama 14 hari)
W :bayam merah (3 mg/
200kgBB selama 14 hari)
Z :bayam merah (6 mg/
200kgBB selama 14 hari)
Y :aspirin (6,5 ml/ hari
selama 14 hari)
Tc :Tikus Putih yang diberi
bayam merah (3 mg/
200kgBB selama 14 hari)
Te :Tikus Putih yang diberi
aspirin (6,5 mg/hari
selama 14 hari)
T" :Tikus Putih yang diberi
bayam merah dan
diinduksi aspirin

C. Subyek Penelitian

i. Populasi target
Populasi target dalam penelitian
ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur
Wistar.

ii. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah tikus putih
jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar, umur 2-3 bulan,
berat badan 150-200 gram,
sehat, tidak ada kelainan
anatomis, yang diperoleh dari
Institute Pertanian Bogor, Jawa
Barat.

iii. Cara Pengambilan Sample
Sampel yang digunakan
diambil secara acak dari
populasi terjangkau yaitu tikus
putih (Rattus norvegicus)
jantan galur wistar yang
berumur 8-10 minggu (sesuai
umur eksperimental) yang
diperoleh dari Institut Pertanian
Bogor, Jawa Barat dengan
syarat sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi.

iv. Besar sample
Jumlah sampel ditentukan
menggunakan rumus Federer
yaitu :
(k 1) (n 1) 15
Keterangan :
k = Jumlah perlakuan.
n = Jumlah hewan coba tiap
kelompok perlakuan.

Penelitian ini menggunakan 5
kelompok, yaitu 2 kelompok
perlakuan, 2 kelompok kontrol
(+), dan 1 kelompok kontrol (-)

D. Variabel Penelitian

i. Variable Independen
Variabel independent pada
penelitian ini adalah jus bayam
merah (Alternanthera amoena
Voss), dan aspirin.

ii. Variabel Dependen
Variabel dependent pada
penelitian ini adalah gambaran
histologis lambung tikus putih
jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar.



E. Definisi Operasional

i. Variabel Independen
Variabel independent pada
penelitian ini adalah jus bayam
merah (Alternanthera amoena
Voss) dan aspirin. Pemberian
jus bayam merah dilakukan satu
kali sehari selama 14 hari
berturut-turut. Variabel ini
mempunyai skala ratio.

ii. Variabel Dependen
Variabel dependen pada
penelitian ini adalah gambaran
histologis lambung tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar. Variabel ini mempunyai
skala ordinal. Dalam penilaian,
dibedakan antara kerusakan
mukosa yang sesungguhnya
akibat induksi aspirin dengan
kerusakan akibat proses
manipulasi seperti adanya
artefak.

III. HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setiap tikus putih galur Wistar
dibuat 1 image lambung (1 preparat)
pada setiap kelompok yang terdiri
atas:
kelompok kontrol (-), kelompok
kontrol (+) A, kelompok kontrol (+) B,
kelompok perlakuan 1, kelompok
perlakuan 2. Tiap preparat kemudian
diamati, sehingga dari tiap kelompok
ada 5 gambaran mikroskopis lambung
tikus putih galur Wistar. Data hasil
pengamatan untuk masing-masing
kelompok disajikan pada tabel.

1. Kelompok Kontrol (-)
Diet 14 hari bertrut-turut

Kontrol
(-)
0 1 2 3
Total
Kerusa
kan


Ketera
ngan
K (-) 1 70% 30% - - 10% Normal
K (-) 2 60% 30% 10% - 13% Normal
K (-) 3 60% 40% - - 14% Normal
K (-) 4 70% 30% - - 7% Normal
K (-) 5 70% 10% 20% - 3% Normal

2. Kelompok Kontrol + Aspirin
Diberi diet standar dan aspirin dosis
tunggal 6,5 mg (0,1 ml) /hari peroral
selama 14 hari berturut-turut.

Kontrol
(+)
Aspirin
0 1 2 3
Total
Kerusa
kan
Keter
angan
K (+) A 1 - 10% 10% 80% 93% Berat
K (+) A 2 - - 30% 70% 86% Berat
K (+) A 3 - 10% 10% 80% 90% Berat
K (+) A 4 - - 40% 60% 86,67% Berat
K (+) A 5 - - 20% 80% 96,67% Berat

3. Kelompok Kontrol (+) Bayam
Diet standar dan jus bayam merah
dosis tunggal 3 mg (0,2 ml) /200gBB
selama 14 hari berturut-turut.


Kontrol
(+)
Bayam
Merah
0 1 2 3
Total
Kerusa
kan
Keteran
gan
K (+) B 1 5% 95% - - 31,67% Ringan
K (+) B 2 10% 90% - - 30% Ringan
K (+) B 3 50% 40% 10% - 13,33% Normal
K (+) B 4 60% 30% 10% - 13% Normal
K (+) B 5 30% 70% - - 23% Normal

4. Kelompok Perlakuan 1
Diberi diet standar dan jus bayam
merah peroral sebanyak 1,5 mg (0,1
ml) /200gBB tikus putih dan diberikan
dosis tunggal aspirin sebesar 6,5 mg


(0,1 ml)/hari peroral selama 14 hari
dan selang pemberian antara aspirin
dan jus bayam merah selama satu jam.

Perlakuan
1
0 1 2 3
Total
Kerusa
kan
Ketera
ngan
P1 (1) 90% 10% - - 6,67% Normal
P1 (2) 50% 40% 10% - 30% Ringan
P1 (3) 50% 50% - - 50% Ringan
P1 (4) 50% 40% 10% - 13,3% Normal
P1 (5) 40% 10% 50% - 40% Ringan

5. Kelompok Perlakuan 2
Diberi diet standar dan jus bayam
merah peroral sebanyak 6 mg (0,4
ml) /200gBB tikus putih diberikan
dosis tunggal aspirin sebesar 6,5
mg (0,1 ml) /hari peroral selama
14 hari dan selang pemberian
antara aspirin dan jus bayam
merah selama satu jam.


Perlak
uan 2
0 1 2 3
Total
Kerusa
kan
Ketera
ngan
P2 (1) 50% 30% 20% - 16,7% Normal
P2 (2) 60% 30% 10% - 16,7% Normal
P2 (3) 90% 10% - - 12% Normal
P2 (4) 80% 20% - - 5% Normal
P2 (5) 90% 10% - - 3,33% Normal

Keterangan :

Pada preparat lambung tikus putih
galur Wistar dicari sebanyak 100 sel
pada 5 lapang pandang sedang dan
diratakan, kemudian dicari %
kerusakan dengan rumus :

(Skor Total:Skor Maksimal) x 100%
=% kerusakan

Kemudian di tiap preparat dinilai
dengan skoring, yaitu :

%
Kerusakan
S
k
o
r
Integritas Epitel Mukosa
Ketera
ngan
0 25 % 0
Tidak ada perubahan
patologis
Normal
26 50 % 1 Deskuamasi epitel Ringan
51 75 % 2
Erosi permukaan epitel
(gap 1-10 epitel/lesi)
Sedang
76 100 % 3
Ulserasi epitel
(gap > 10 epitel/lesi)
Berat






2. Analisis Data

i. Uji normalitas data
Distribusi data diuji dengan
menggunakan uji statistik parametrik
Saphiro-Wilk dan didapatkan hasil p
pada K- = 0,599 , K + aspirin =
0,421, K + bayam merah = 0,196, P1
= 0,410 dan P2 = 0,006. Seluruh
hasil menyebutkan bahwa nilai p >
0,05 yang berarti distribusi data
normal.

ii. Oneway ANOVA
Data selanjutnya diuji dengan
hipotesis Oneway ANOVA dan
didapatkan hasil p = 0,000 (p <
0,05) yang berarti terdapat
perbedaan yang bermakna antar
kelompok.

iii. Posthoc



Kelom-
pok
K(-) K(+)A K(+)B P1 P2
K(-) - 0,000* 0,083 0,013* 1,000
K(+)A 0,000* - 0,000* 0,000* 0,000*
K(+)B 0,083 0,000* - 0,372 0,083
P1 0,013* 0,000* 0,372 - 0,013*
P2 1,000 0,000* 0,083 0,013* -
**terdapat perbedaan yang bermakna

3. Pembahasan

1. Pada kelompok K (-), didapatkan
5 sampel dengan gambaran histologi
yang normal, ini disebabkan karena
pada kelompok K (-) tidak diberikan
perlakuan apapun.

2. Pada kelompok K(+) aspirin,
didapatkan 5 sampel dengan
gambaran histologis dengan
kerusakan berat, ini disebabkan
karena pada kelompok K (+) aspirin
mempunyai efek meningkatkan asam
lambung yang berlebihan sehingga
dapat menyebabkan pengikisan
mukosa labung. Hal ini sesuai teori
dimana disebutkan bahwa aspirin
dengan beberapa mekanisme
patofisiologinya dapat menyebabkan
kerusakan sawar (barier) mukosa
lambung dan usus (tukak peptik).
Disebutkan ada 2 mekanisme aspirin
dalam menyebabkan kerusakan
mukosa usus. Yang pertama adalah
difusi balik ion H yang timbul akibat
defek barier mukosa oleh pengaruh
OAINS. Dan kedua adalah Melalui
hambatan pembentukan
prostaglandin PGE2 oleh pengaruh
inhibisi OAINS pada enzim
siklooksigenase yang bekerja
mengubah asam arakidonat menjadi
PGE2/PGF2, tromboksan A2 dan
prostasiklin.

3. Pada kelompok kontrol (+) jus
bayam merah, didapatkan 3 sample
dengan gambaran histologi normal, 2
sampel dengan kerusakan ringan, dan
tanpa ada sampel dengan kerusakan
berat. Untuk 2 sampel dengan
kerusakan ringan, hal ini mungkin
karena adanya variabel luar yang
tidak dapat dikendalikan, antara lain
seperti kondisi psikologis tikus putih
galur Wistar selain itu, mungkin
selama digunakan dalam penelitian
ini mencit pada kelompok K(+)
bayam merah mengalami stress berat
sehingga sekresi asam lambung
menjadi meningkat secara berlebihan
atau mungkin juga karena kondisi
awal lambung tikus putih galur
Wistar ini sudah mengalami
kelainan.
4. Pada kelompok perlakuan 1,
didapatkan 2 sample dengan
gambaran histologi normal, 3 sample
dengan kerusakan ringan, dan tanpa
ada sample dengan kerusakan berat.

5. Pada kelompok perlakuan 2,
didapatkan 5 sample dengan
gambaran histologi normal. Peran
aspirin sebagai faktor agresif akan
dinetralkan dengan pemberian jus
bayam merah. Dalam hal ini jus
bayam merah mempunyai 2
mekanisme. Yang pertama adalah
efek regenerasi dan rehabilitasi dari
flavanoid, protein, asam askorbat
(Vit.C) dan saponin yang dimiliki
bayam merah. Sedangkan yang
kedua adalah adanya kandungan
mineral basa lemah yang bisa
berfungsi sebagai penetralisir
keasaman lambung yang berlebihan.
Adanya efek perlindungan bayam
merah tersebut akan melindungi
mukosa lambung tikus putih galur


Wistar dari kerusakan yang diinduksi
aspirin.

Sebagian besar sampel
kelompok P1 dan P2 menunjukkan
gambaran yang normal, yang secara
statistik berbeda dengan kelompok K
(+) aspirin yang sebagian besar
sampel menunjukkan gambaran yang
mengalami kerusakan berat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
pemberian jus bayam merah dapat
mengurangi dan memperbaiki
kerusakan histologis lambung tikus
putih galur Wistar yang diinduksi
aspirin.
Jika dibandingkan P1 dan P2
didapatkan nilai p = 0,013 yang
berarti terdapat perbedaan yang
bermakna ( p = 0,05). Hal ini
dikarenakan pemberian dosis 6
mg/200gBB tikus putih selama 14
hari pada P2 lebih efektif dari pada
pemberian dosis 1,5 mg/200gBB
tikus putih selama 14 hari pada P1.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil penelitian yang telah dilakukan
uji statistik dan pembahasan adalah
sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh pemberian jus
bayam merah terhadap histologis
lambung tikus putih galur Wistar
yang diinduksi aspirin.

2. Peningkatan dosis pemberian jus
bayam merah pada tikus putih galur
Wistar menimbulkan perbedaan efek
yang nyata.

2. Saran

Dengan melihat kekurangan dalam
penelitian ini, maka saya
menyarankan kepada peneliti
selanjutnya agar :

1. Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya dengan menggunakan
dosis yang lebih bervariasi, sehingga
dapat diketahui dosis yang lebih
efektif dalam mengurangi kerusakan
lambung yang diinduksi aspirin.

2. Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya dengan durasi waktu
yang lebih lama untuk mengetahui
manfaat jus bayam merah pada
penggunaan obat OAINS jangka
panjang.

3. Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya untuk membandingkan
efektifitas jus bayam merah dengan
tumbuhan lain yang juga terbukti
dapat memproteksi lambung.























DAFTAR PUSTAKA

1. Fawcett D. W. and Bloom. 2002.
Buku Ajar Histologi. ed. XII. Alih
bahasa: Jan Tambayong. Jakarta:
EGC, pp. 530-550.

2. Dalimartha, S. 2005. Tanaman
Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta :
Puspa Sehat

3. Mylanta, 2006. Bayam Pleaser
Untuk Tenangkan Lambung.
http://www.hanyawanita.com.
(5 september 2006).

4. Kalim & Handono, 2000. Masalah
Penyakit Rematik di Indonesia serta
Upaya-Upaya Penanggulangannya,
Konas IKAFI, Malang.
5. Despopoulos A. and Silbernagl S.
2003. Color Atlas of Physiology. 5th
ed. Stuttgart: Thieme, pp. 240-243.

6. Fitrie A.A. 2004. Histologi
Lambung. e-USU Repository. 1-9.
http://library.usu.ac.id/download/fk/h
istologi-alya.pdf (20 September
2008).

7. Guyton A.C. and Hall J.E. 2006.
Textbook of Medical Physiology.
11th. Philadelphia: Elsevier Inc.,
pp. 791-825.

8. Wilmana, P. F. 2001. Analgesik,
Antipiretik, Analgesik, Anti-
Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Pirai.
Ganiswarna S.G. ed. IV.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
FKUI. Hal : 207-222.

9. Del Valle J. 2005. Peptic Ulcer
Disease and Related Disorder.
Harrison, T. R.
Harrisons Principles of Internal
Medicine. 16th ed. New York:
McGraw- Hill, pp. 1746-1830.

10. Silbernagl S. and Lang F. 2000.
Color Atlas of Pathophysiology. 5th
ed. Stuttgart: Thieme, pp. 134-147.

11. BPPT.2005 Bayam.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanob
at/view.php?id=204. (5 Maret 2008).

12. Anonim. 1995. Farmakologi dan
terapi, edisi IV. Jakarta : FK-UI.

13. Priyosoeryanto B. P, N
Putriyanda, A. R Listyanti, V
Juniantito, I Wientarsih, BF Prasetyo
& R Tiuria, 2007, The Effect of
Ambon Banana Stem Sap (Musa
paradisiaca forma typical) on the
Acceleration of Wound Healing
Process in Mice (Mus musculus
albinus), Journal of Agriculture and
Rural Development in the Tropics
and Subtropics, Manado, May, Hal :
35-40.

14. Almatsier, S. 2003. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama. Hal :
185-190.

15. Waji, R. A, A. Sugrani. 2009.
Flavonoid (Quercetin). Makalah
Kimia Organik Bahan Alam.
FMIPA-UNHAS.

16. Willis, OSA & Flint J. 2006.
Dasar Genetik Prilaku Emosional
Pada Tikus. UIUC : J Hum Genet.

17.Rochman, Sudarmadji &
Hasanuddin A, 1998, Masalah hama
tikus dan cara pengendaliannya
pada sistem usaha tani di lahan


Pasang Surut. Bogor : Prosiding
Seminar nasional.

18. Auyang S.Y. 2004. From
experience to designThe science
behind Aspirin.
http://www.creatingtechnology.org/b
iomed/aspirin.pdf (26 Desember
2009).

19. Tjay, T.H. dan Rahardja, K.
2002. Obat-Obat Penting. Edisi ke-5.
Jakarta : Penerbit PT Elex Media
Komputer. Hal : 250.
20. Katzung, B. G, 2007.
Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi
VI. Jakarta : EGC. pp : 475-479.

21. Sjamsudin U. dan Dewoto
H.R. 2001. Histamin dan Anti-alergi.
Ganiswarna S.G. ed. IV.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
FKUI, pp. 248-261.


22. Wolfe M.M., Lichtenstein
D.R., and Singh G. 1999.
Gastrointestinal Toxicity of
Nonsteroidal Antiinflammatory
Drugs. N Engl J Med 341:548


23. Notoatmodjo, S. 2010.
Metode Penelitian Kesehatan
(Cetakan VI). Jakarta : PT. Rineka
Cipta.


























































LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR DEMI KEPENTINGAN AKADEMIS


Sebagai civitas akademik Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:

Nama : ADE WIJAYA
NPM : 09310179
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Malahayati hak bebas royalti nonekslusif (Non-exllusive
royalty free right) atas karya ilmiah yang berjudul:

PENGARUH JUS BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss) TERHADAP
HISTOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
SETELAH DIINDUKSI ASPIRIN

Dengan hak bebas royalti nonekslusif ini Universitas Malahayai berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan mempunlikasikan tugas akhior saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyatan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar Lampung
Tanggal : Mei 2013




Yang menyatakan,
(Ade Wijaya)

Anda mungkin juga menyukai