BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gangguan lainnya (Tjay & Rahardja, 2010). Diare adalah penyebab kematian
utama kedua pada anak umur dibawah 5 tahun. Setiap tahunnya sekitar
760.000 anak pada umur dibawah 5 tahun meninggal karena diare (WHO,
dengan pola usus individu normal (Wells, et al., 2009). Peningkatan motilitas
usus juga dapat menyebabkan diare. Iritasi pada usus akan merangsang
peningkatan motilitas usus, yang akan mempercepat waktu lintas khim dalam
usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput
lendir usus, sehingga penyerapan air dan elektrolit akan mengalami gangguan
konsistensi feses yang menjadi lebih cair dan meningkatnya frekuensi defekasi
1
2
KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke-6 frekuensi KLB terbanyak
ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009. Menurut data STP KLB 2009, diare
dedaunan sebagai obat tradisional seperti daun jambu biji, dan gambir.
Penggunaan dedaunan tersebut adalah dengan cara diseduh atau direbus dan
Selain daun-daun tanaman seperti jambu biji dan lain-lain, salah satu
tumbuh di daerah tropis dari daerah dataran rendah sampai ketinggian 300 m
suku Rosaceae, merupakan salah satu jenis yang bersifat megatherm dan
mentah dan juga pada campuran rujak. Penggunaan atung ini disebabkan
atau sakit perut jika mengkonsumsi makanan seperti ikan mentah atau rujak
tersebut.
pengawetan pangan. Sarastani et al. (1997) telah meneliti komponen aktif biji
antioksidan yang tinggi dari biji buah atung. Moniharapon et al. (1997)
mendapatkan bahwa seluruh bagian buah atung (biji maupun daging buah)
mengandung zat anti mikroba, namun bagian biji lebih kuat dari daging buah.
Moniharapon dan Hashinaga (2004) telah meneliti ekstrak etil asetat biji buah
komponen bioaktif biji atung adalah asam azelaik. Berdasarkan hasil nilai
asam aselaik dalam biji buah atung efektif melawan bakteri patogen dan spora
dikarboksilat jenuh dengan 9 atom karbon, yang diperoleh dari oksidasi asam
oleat dengan asam nitrat. Asam azelaik tidak bersifat toksisitas akut atau
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul potensi ekstrak etanol biji buah atung (parinarium
glaberrimum hassk.) terhadap diare mencit(Mucus musculus) yang terpapar
E.coli
4
B. Rumusan Masalah
adalah.
1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji buah atung (parinarium
glaberrimum hassk.) terhadap diare mencit (Mucus musculus) yang terpapar
E.coli.
2. Konsentrasi manakah yang efektif terhadap ekstrak etanol biji buah atung
C. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui.
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu Pengetahuan
2. Masyarakat
3. Pelayanan Pertanian
4. Bagi Mahasiswa
2. Keterbatasan Penelitian
F. Penjelasan Istilah
kulit dan jaringan lain sehinggga dapat berkaitan dengan protein yang
diare, karena mengurangi jumlah cairan yang hilang dari saluran cerna
zat aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan pelarut
3. Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret), dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang bijinya sejak lama telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat
hasil tangkapan tersebut tidak cepat rusak dan tahan beberapa hari sampai
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : parinarium
7
8
ciri-ciri kulit kayu berwarna coklat gelap dan bagian dalam coklat terang atau
31.3 - 48.7 g. Kulit buah berwarna coklat tua agak pudar dan keras. Di bagian
bawah kulit terdapat mesokarp tebal yang memiliki struktur berserat dengan
arah vertikal. Bagian kulit dan mesokarpnya merupakan bagian yang terbesar
dari buah atung (68%) utuh (Adawiyah, 1998). Biji buah atung agak keriput,
berwarna coklat tua dan dilapisi selaput tipis putih serta teksturnya keras.
Proporsi biji terhadap buah atung utuH rata-rata 31.8% dengan berat berkisar
tanamannya. Pada keadaan kekurangan O2, akar tanaman ini hanya tahan
selama 7 hari, memiliki akar cabang dan akar tunggang. Hal ini karena habitat
Atung umumnya pada daerah yang banyak mendapat angin laut dan jenis
tanah regosol karena dominan bertektur berpasir (Fifteen Aprila Fajrin. 2012)
kulit batang yang kasar. Tebal kulit antara 0.2-0.4 mm dengan warna putih
umumnya percabangan muncul pada tinggi 2-3 m dari permukaan tanah. (Dini
yang ternaungi umumnya berwarna hijau tua. Permukaan daun licin dengan
tepi daun rata dan ujung daun tumpul. Tangkai daun pendek kira-kira 0,30-
0,50 cm. Ukuran panjang daun 15-25 cm dan lebar 6-9 cm. Tulang daun
nampak jelas, tulang daun duduk berselang seling atau berhadapan pada ibu
bergerombol. Kelopak bunga berjumlah 4-6 helai dengan warna hijau muda
kekuningan. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah 4-6 helai. Bunga
berumah satu (putik dan benang sari sama-sama dalam satu kuntum bunga).
Benang sari berwarna ungu dengan ukuran panjang 0,75-1,0 cm. Jumlah
benang sari 20-30 tangkai dengan posisi kotak sari pada ujung benang sari.
Putik bunga tertanam pada dasar bunga dan kepala putik berwarna putih.
dijumpai waktu pembungaan yang tidak seragam sehingga pada Januari juga
Bentuk buah menyerupai dan sebesar telur bebek. Buah atung terdiri
atas daging buah yang keras, tebal 3-4 cm dengan permukaan kulit buah agak
kasar dan daging buah berwarna coklat bata, dan biji tunggal di tengah
sebesar telur ayam. Berdiameter 4-7 cm dengan panjang 7-12 cm. Buah yang
10
dalamnya. Setelah kering buah atung akan keras. Biji atung berwarna coklat,
berbentuk lonjong dan berukuran diameter 2-4 cm dan panjang 4-6 cm.
C. Habitat
unsur hara dengan pH tanah antara 6.0-6.5. Jenis tanah yang dominan bagi
tekstur tanah adalah lempung berpasir atau pasir berlempung dan liat
tanah harus baik dan tidak tergenang lebih dari 7 hari. Tanaman atung tumbuh
pada ketinggian yang berkisar dari 0-300 m dari permukaan laut. Namun
secara umum tanaman ini tumbuh pada dataran rendah. Rata-rata curah hujan
tahunan yang sesuai bagi tanaman ini adalah 1500-3500 mm. Sementara
80-90 %. Tanaman atung merupakan tanaman yang sangat butuh cahaya untuk
11
ataupun keputihan pada wanita hamil. Buah atung yang dicampur dengan
gatal-gatal akibat mengkonsumsi ikan. Bubuk biji atung juga dapat digunakan
cincangan ikan mentah atau goring yang dicampur bumbu dan biji buah atung.
atung dapat dibuat cat anti korosif. Biji yang setengah masak dicampur air dan
dibuat bubur untuk dioleskan pada bangunan rumah atau kapal sehingga
terbebas dari serangan bubuk atau cacing (Heyne, 1987). Adonan buah atung
atung, menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari biji atung tua tapi masih
segar ataupun yang telah disimpan 3 bulan pada suhu ruang memiliki aktivitas
antibakteri yang relatif tinggi (Moniharapon, 1998 dan Adawiyah, 1998 dalam
spektrum yang luas dan kuat terutama terhadap tujuh jenis bakteri, yaitu:
antibakteri di dalam biji atung. Daya pengawet buah atung telah diteliti untuk
mengawetkan udang segar (Moniharapon et al., 1993) dan ternyata buah atung
kegunaan biji buah atung untuk meningkatkan umur simpan pindang ikan
mujair, dan diperoleh hasil baik dengan bubuk biji atung maupun ekstrak biji
mernperpanjang umur simpan pindang dari satu hari rnenjadi ernpat hari.
Selain itu, dapat pula rnemperbaiki tekstur daging ikan rnenjadi lebih padat.
Biji buah atung juga dapat mencegah infestasi lalat selama pengolahan ikan
jambal roti (Saragih, 1998 dalam Dewi Sarastani et al., 2002). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Adawiyah (1998) dalam Dewi Sarastani et al.,
(2002), bahwa ekstrak biji buah atung mempunyai senyawa antimikroba yang
memiliki aktivitas tertinggi dengan pelarut heksana dan pelarut etil asetat.
bakterisidal.
Biji atung mengandung zat antimikroba lebih kuat dari daging buah
sehingga membuat biji atung mempunyai daya antimikroba yang jauh lebih
kuat dari daging buah. Hal ini karena bagian biji buah atung mengandung
13
metabolit sekunder tertentu. Biji atung yang masih segar mempunyai daya
antimikroba yang lebih kuat dari biji atung yang telah mengalami masa
simpan, meskipun baru beberapa hari disimpan (Moniharapon, 1998). Hal ini
pembusuk dan indikator sanitasi, bakteri gram negatif, bakteri gram positif,
bakteri berspora dan tidak berspora, serta bakteri bentuk sel batang dan kokus.
antibakteri yang cukup luas, dan tidak bersifat selektif terhadap bakteri yang
dihambat.
dari ekstrak biji atung jauh lebih kuat dari daging buahnya. Biji atung lebih
cepat dan mudah untuk di ekstraksi daripada daging buah, sehingga dapat
dikatakan bahwa biji atung lebih praktis digunakan untuk bahan dasar
daripada buah yang keras dan berserat. Ekstrak dari biji atung tua
mengandung zat antimikroba yang lebih kuat daripada ekstrak dari biji muda.
Biji tua umumnya jatuh sendiri tanpa perlu dipetik. Buah atung yang telah tua
dan masih baru jatuh atau belum mengalami masa penyimpanan mempunyai
14
daya antimikroba yang lebih besar dibandingkan dengan buah tua yang telah
E. Metode ekstrasi
sesuai. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai (Nuri, 2009). Dasar dari metode ekstraksi adalah adanya perbedaan
kelarutan Prinsip kerja ekstraksi adalah melarutkan zat yang terdapat dalam
minyak atsiri, lemak dan lain-lain. Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan
zat-zat berkhasiat sebanyak mungkin dari simplisia dan sedikit mungkin zat
yang telah dibasahi (Nuri, 2009). Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut,
15
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
kohesi dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan
penyari yang digunakan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat-zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang
di luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
F. Deskriptif Diare
Fund (UNICEF) pada tahun 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor
2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur.
Diare akan menjadi lebih serius pada orang yang mengalami kurang
gizi, sebab diare dapat menyebabkan kurang gizi dan dapat memperburuk
keadaan kurang gizi yang sudah ada, karena selama diare tersebut dapat terjadi
zat gizi hilang dari tubuh, membuat orang tidak lapar. Di dalam kelompok
masyarakat Indonesia yang paling peka terhadap gizi adalah balita yaitu usia 0
16
sampai dengan 5 tahun karena pada usia tersebut sangat rentan terhadap
penyakit seperti penyakit menular dan penyakit infeksi salah satunya adalah
diare. Diare sering terjadi pada anak, terutama pada usia 0 sampai dengan 2
tahun yang biasanya minum susu dan makan makanan formula. Diare
kematian. (Sriyanto,2004).
G. Klasifikasi Diare
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak yang segera
(Sriyanto,2004).
(Sriyanto,2004).
17
1. Diare spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh adanya infeksi misalnya
2. Diare non spesifik, yaitu diare yang tidak di sebabkan oleh adanya infeksi
H. Penyebab Diare
pelintasan Chymus dipercepat dan masih banyak mengandung air pada saat
a. Virus
oleh rotavirus dan adenovirus. virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang
menjadi rusak sehingga kapasitas absorpsi menurun dan sekresi dan dan
beberapa hari sampai virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari
(Tan, 2002)
b. Bakteri
18
berlendir. Penyebab utama dari jenis diare ini adalah bakteri Salmonella,
c. Parasit
terjadi di daerah tropis atau sub tropis. Gejala ini dapat berupa nyeri perut,
d. Enterotoksin
Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% dari
E.coli dan Vibrio cholera, dan sebagian kecil Shigella, Compylobacter dan
Diare jenis ini juga bersifat selflimiting artinya akan sembuh dengan
mukosa yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Tan, 2002).
e. Penyakit
19
gejalanya, seperti kanker usus besar dan beberapa penyakit cacing (misalnya
f. Obat-obatan
g. Makanan
osmotic usus meningkat sehingga menghalangi absorbi air dan elektrolit dan
terkontaminasi dengan toksi bakteri dan makanan yang tercemar logam berat
h. Pengaruh psikis
Keluhan dalam diare dapat timbul sebagai salah satu gejala penyakit
atau sebagai akibat kelainan jiwa atau psikologis, misalnya ketegangan jiwa,
emosi, stress dan lain-lain. Diare karena penyebab ini dikenal dengan istilah
menyebabkan hidupnya tidak teratur. Sering kali disertai dengan keadaan jiwa
yang tidak tenang, tidur tidak nyenyak, makan yang tidak teratur dan lain
i. Penyebab lain.
mempunyai kemampuan dalam menghambat motilitas usus dan sekresi air dan
Tanin Flavanoid
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
(true-eksperimental research).
a. Alat
suntik, jarum oral mencit, seperangkat alat bedah, dan kandang metabolisme
hewan.
b. Bahan
Ekstrak biji buah atung, nutrien agar (Difco), NaCl 0,9 % b/v, cakram
yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g, dan bakteri penginfeksi
a. Tempat Penelitian
3
22
b. Waktu Penelitian
D. Variabel Penelitian
Hassk.)
E. Prosedur Kerja
Biji buah atung yang diperoleh dari Desa Booi Kecamatan Saparua
Kabupaten Maluku Tengah. Sampel Biji buah atung dicuci hingga bersih,
kemudian diparut hingga halus beberapa jam dan dikeringkan dalam oven
pada suhu 500C sampai berat kering konstan. Setelah itu di ekstrasi dengan
Suspensi bakteri dalam media cair setelah diinkubasi selama 18-24 jam
25%
dicairkan dalam cawan petri steril dan kemudian dibiarkan menjadi padat.
meletakkan 0,5 ml ekstrak uji pada cawan petri ditambah 14,5 ml media agar
hangat yang masih cair, dibiarkan mendingin, lalu digoreskan suspensi bakteri
mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lamanya terjadi
24
diare. Dosis yang digunakan yaitu dosis 20, 40, dan 80 mg/kg bb. Hasil
orientasi dipilih variasi dosis sebanyak tiga dosis. Dosis I 20 mg/kg bb, dosis
terdiri dari 3 mencit sebagai control (-) tanpa perlakuan, kelompok II sebagai
control (+) terdiri dari 3 mencit, kelompok III terdiri dari 3 mencit yang akan
diberikan ekstrak 40mg/bb, dan kelompok V terdiri dari 3 menct yang akan
c. Semua mencit diberikan makan agar yang telah diolesi bakteri E.coli
d. Tiga puluh menit setelah pemberian agar yang telah diolesi bakteri E.coli,
- kelompok II sebagai control (+) yaitu perlakuan tetapi tidak diberi ekstrak.
- kelompok III diberikan supsensi Ekstrak biji buah atung dosis 20mg/bb
diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lamanya terjadi diare.
a. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari
keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair.
terjadinya diare (dalam menit) setelah pemberian agar yang telah diolesi
d. Diameter serapan air, caranya dengan meletakan feses diatas kertas saring
setiap 30 menit setelah pemberian agar yang diolesi bakteri E.coli, lalu
dibiarkan selama 15 menit dan diukur diameter serapan air pada kertas saring
(dalam cm).
e. Berat feses, caranya dengan menimbang berat feses (dalam gram) setiap
selama pengamatan.
terjadinya diare (saat konsistensi feses kembali normal) dengan waktu mula-
mula terjadinya diare (saat konsistensi berair atau berlendir) dalam menit.
26
adalah
penelitian.
g. Rancangan Penelitian
Keterangan:
K (Kontrol) : (-)
h. Analisis Data
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok
perlakuan