Anda di halaman 1dari 4

Uji aktivitas antidiare ekstrak daun cabe rawit (Capsicum annum L) terhadap mencit

(Mus musculus) yang diinduksi oleum ricini metode proteksi

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III

Jurusan Farmasi

Disusun oleh :

ASYIFA NURFAUZI AGUSTIANI

P17335119039

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI
2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare seringkali dianggap sebagai penyakit yang sepele, padahal tingkat global
dan nasional menunjukkan fakta yang sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare
membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun. Diare merupakan peningkatan
frekuensi dan perubahan konsitensi feses yang disebabkan oleh agen infeksi pada
gastrointestinal dan sering terjadi pada balita dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5 -10 g/kg/24 jam (Juffrie
et al., 2010).
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk Kejadian
Luar Biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang tinggi, terutama di Indonesia
Bagian Timur. Penyakit merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah
lima tahun dengan jumlah 525.000 (0,030%) anak setiap tahun. Secara global, ada
hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare anak-anak setiap tahun. Kejadian diare dapat
berlangsung beberapa hari dan dapat menimbulkan dehidrasi.Penyebab utama
kematian akibat diare adalah dehidrasi dan penyebab lainnya adalah infeksi bakteri
septik. Anak kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan serta orang
pengindap HIV paling berisiko mengalami diare yang mengancam jiwa
(Organization, 2017). Angka kematian akibat diare masih relatif tinggi. Beberapa
survei di Indonesia menunjukkan angka diare untuk semua golongan umur adalah
sekitar 120-360 per 1000 penduduk (12%- 36%), dan untuk golongan balita menderita
satu atau dua kali episode diare setiap tahunnya, 76% kematian karena diare terjadi
pada bayi dan balita terutama 2 tahun pertama usia bayi. Pada bayi kasus diare
menduduki urutan kedua setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagai
penyebab kematian (Sani & Abidin, 2014). Prevalensi diare di Indonesia menurut
karakteristik berdasarkan Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 18.225 (9%) anak dengan
golongan diare umur < 1 tahun, 73.188 (11,5%) anak dengan diare golongan umur 1-4
tahun, 182.338 (6,2%) anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan sebanyak
165.644 (6,7%) anak dengan diare golong umur 15-24 tahun (Kemenkes, 2019).
Prevalensi diare di Provinsi Jawa Barat menurut karakteristik berdasarkan Riskesdas
2018 tercatat sebanyak 1.287 (10,40%) anak dengan diare golongan umur < 1 tahun,
5.312 (13,43 %) anak dengan diare golongan umur 1-4 tahun, 12.806 (6,98%) anak
dengan diare golongan umur sebanyak 12.409 (7,24%) anak dengan diare golongan
umur 15-24 tahun. Selanjutnya prevalensi diare di Kabupaten Subang berdasarkan
Riskesdas 2018 kejadian diare tercatat sebanyak 2.379 (5,61%) jiwa. Sedangkan
prevalensi kejadian diare pada Balita 5-14 tahun, dan tercatat sebanyak 184 (9,58%)
(Kemenkes, 2019).
Tanda dan gejala Diare adalah buang air besar cair atau lembek, muntah
sebagai penyerta pada gastroenteritis akut, demam serta gejala dehidrasi (Daldiyono
dalam Sudoyo et al, 2006). Dampak Diare menurut Widoyono (2011), adalah
dehidrasi (kekurangan cairan) tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang,
dan gangguan sirkulasi. Pada Diare akut kehilangan cairan terjadi dalam waktu
singkat, jika kehilangan cairan > 10% berat badan maka pasien akan mengalami pre-
syok atau syok karena hipovalemia (berkurangnya volume darah). Gangguan asam
basa (asidosis) karena kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh,
sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan pH
arteri. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah) terjadi pada anak yang mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemi dapat menyebabkan koma kemungkinan karena
cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma. Gangguan gizi karena asupan
makan kurang dan output berlebihan. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan
diare dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu, antimotilitas, adsorben,
antisekresi, antibiotik, enzim, dan mikroflora usus (Sukandar, 2008).
Pemakaian bahan alam terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk
tujuan pengobatan dan pencegahan penyakit telah lama dikenal sejak dulu kala. Bahan
alam atau lebih dikenal dengan obat tradisional umumya digunakan berdasarkan
pengalaman karena itu perlu diadakan pendekatan secara formal guna memberikan
data akurat tentang manfaat dan keamanan penggunaan dari bahan alam tersebut.
Salah satu bahan alam yang digunakan sebagai obat antidiare adalah daun cabe rawit
(Capsicum annum L) yang banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Cihampelas.
Bagian tumbuhan yang digunakan untuk diare adalah daunnya, dimana
kandungan kimia yang terdapat pada daun cabe rawit adalah flavonoid, tanin dan
alkaloid. Flavonoid mempunyai mekanisme kerja untuk menghentikan diare yang
diinduksi oleh oleum ricini adalah dengan menghambat motilitas usus sehingga dapat
mengurangi sekresi cairan dan elektrolit (Sukmawati, 2017).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti akan menguji efek antidiare ekstrak
etanol daun cabe rawit (Capsicum annum L) pada mencit (Mus musculus), dengan
tujuan untuk mengetahui secara ilmiah penggunaan daun cabe rawit sebagai antidiare
dan diharapkan akan terus dilakukan pengembangan obat tradisional daun cabe rawit
sehingga dapat digunakan sebagai obat herbal terstandar untuk pengobatan diare.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ekstrak etanol daun cabe rawit (Capsicum annum L.) memiliki efek
antidiare pada mencit (Mus musculus)?
2. Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol daun cabe rawit (Capsicum annum L.)
dapat memberikan efek antidiare pada mencit (Mus musculus)?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun cabe rawit (Capsicum
annum L.) terhadap mencit (Mus musculus)
2. Untuk mengetahui konsentrasi berapa ekstrak etanol daun cabe rawit
(Capsicum annum L.) dapat memberikan efek antidiare pada mencit (Mus
musculus)
1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu


pengetahuan khususnya penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional.
2. Dapat menjadi sumber informasi tambahan untuk menambah pengetahuan
tentang penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional, terkhusus bagi
tanaman daun cabe rawit (Capsicum annum L.) sebagai obat antidare.

Anda mungkin juga menyukai