Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI DAN JAHE


TINGGI FLAVONOID DALAM PEMBUATAN KUE LIDAH
KUCING UNTUK PENDERITA DIARE

DISUSUN OLEH :
NAMA : ELSA WIDYAVIHUSNA
NIM : P05130217016

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIV GIZI
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 3
1.2. Rumusan masalah ................................................................ 4
1.3. Tujuan penelitian.................................................................. 4

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA


2.1. ............................................................................. 5
2.2. .................................................................... 6

BAB 3 METEDEOLOGI PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat .............................................................. 10
3.2. Alat dan Bahan .................................................................... 10
3.3. Definis Operasional.............................................................. 11
3.4 Prosedur pelaksanaan........................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu
tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World
Health Organization (WHO)(2013).Diare penyebab nomer 1 kematian anak usia
balita di dunia, UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena
diare.

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian
terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80%
penderita adalah mereka yang berusia balita. Menurut data Departemen
Kesehatan, diare merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian anak usia balita setelah radang paru atau pneumonia
(Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).

Dari hasil survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2012 – 2015 memperlihatkan kecenderungan insiden naik.
Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 balita, tahun
2013 insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).
Tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare denganjumlah penderita 1.213 orang dan
kematian 30 orang dengan Case Fatality
Rate (CFR) = 2,47% (DEPKES RI, 2015).

3
Beberapa penelitian daya hambat ekstrak jahe terhadap E.coli telah
banyak dilaporkan di Indonesia, diantaranya Arifin (2012) menemukan zona
hambat 15,3 mm dan Kaitu dkk (2013) menemukan KHM 25 % V/V. Adanya
daya hambat jahe terhadap E.coli kerena menurut Nuraida dkk (2015) kerja
bahan pengawet tersebut umumnya, minyak esensial jahe akan menyebabkan
kebocoran ion, ATP, asam nukleat dan asam amino dari mikroba target.

Pengobatan modern yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian


antibiotik oral yang banyak ditemukan di apotek dengan biaya yang relatif mahal
dan dapat menyebabkan efek samping bagi penderita diare. Alternatif
pengobatan lain adalah dengan obat tradisional yang mempunyai keuntungan
mudah diperoleh dan relatif murah. Alternatif pengobatan yang banyak
digunakan di kalangan masyarakat adalah dengan memanfaatkan tanaman
herbal.Salah satunya daun Psidium guajava. Salah satu tanaman yang telah
digunakan sebagai antidiare adalah jambu biji (Psidium guajava L.), terutama
bagian daun. Senyawa aktif dalam daun jambu biji yang berfungsi sebagai
antidiare adalah flavonoid khususnya quercetin yang dapat menghambat
pengeluaran asetilkolin dan kontraksi usus, tanin yang memiliki efek
.mengurangi peristaltik usus.sehingga bagus untuk anti diare.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah salah satu jenis tanaman obat
termasuk famili zingiberaceae dan memiliki banyak manfaat. Salah satunya
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat
tradisional (Paimin et al.,2004). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada
tanaman jahe adalah flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman jahe umumnya dapat menghambat
pertumbuhan kuman patogen pada manusia, salah satunya adalah kuman
Escherichia coli ( Nursal et al., 2006).

4
Dalam pengobatan penyakit infeksi, sering muncul masalah terjadinya
resistensi antibiotik. Bagi negara berkembang munculnya strain kuman yang
resisten terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat
(Tjay dan Rahardja, 2002). Meluasnya resistensi mikroba terhadap obat
antibiotik menjadikan pentingnya pencarian sumber antimikroba dari bahan
alam. Tanaman obat diketahui potensial untuk dikembangkan pada penyakit
infeksi namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah (
Hertiani et al., 2003).

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan ekstrak daun jambu biji dan jahe tinggi flavonoid
dalam pembuatan kue lidah kucing untuk penderita diare

1.3.Tujuan Umum

1. untuk mengetahui hubungan kue lidah kucing dari ekstrak daun jambu
biji dan jahe yang tinggi flavonoid terhadap penderita diare

1.4. Tujuan Khusus


1. Untuk menganalisis pembuatan kue lidah kucing dari ekstrak daun jambu
biji dan jahe
2. Untuk mengetahui nilai gizi yang terkandung dalam formulasi kue lidah
kucing dari eksatrak daun jamu biji dan jahe.
3. Untuk mengetahui mutu kimiawi flavonoid yang terkandung dalam kue
lidah kucing ekstrak daun jambu biji dan jahe.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di


hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit menular menjadi
masalah kesehatan global karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
merupakan perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut
terdiri dari lingkungan (environment), agen penyebab penyakit (agent), dan
pejamu (host). Ketiga faktor tersebut disebut sebagai segitiga epidemiologi
(Widoyono, 2008).
Salah satu penyakit menular adalah diare. Penyakit diare dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lainkeadaan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan yang meliputi pengetahuan, dan
keadaan sosial ekonomi (Widoyono, 2008). Sementara itu penyebab dari penyakit
diare itu sendiri antara lain virus yaitu Rotavirus (40-60%), bakteri Escherichia
coli (20- 30%), Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba hystolitica (<1%)
Diare dapat terjadi karena higiene dan sanitasi yang buruk, malnutrisi, lingkungan
padat dan sumber daya medis yang buruk (Widoyono, 2008).
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia dapat
terserang. Diare menjadi salah satu penyebab utama mordibitas dan mortalitas
pada anak di negara berkembang. Di negara berkembang, anak-anak balita
mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat
terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun hampir 15- 20% waktu hidup
dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).
Penyakit diare di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian terutama pada balita. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar
serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap
anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun dan lebih

6
dari 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono,
2005).

Klasifikasi diare yaitu :


1. Diare akut
Diare ini berlangsung kurang dari 2 minggu. Fenomena ini kemungkinan
besar disebabkan oleh agen menular, seperti bakteri. Agen infeksius adalah
salah satu faktor yang terkait dengan diare akut. Beberapa patogen ini
dapat menyebabkan reaksi peradangan di usus dimana lapisan epitel rusak
baik oleh racun yang dihasilkan oleh organisme atau organisme
menyerang mukosa. Beberapa organisme yang menyebabkan respon
inflamasi adalah “Cytomegalovirus, Herpes simplex virus, Shigella,
Salmonella, Chlamydia, Nisseria gonorrheae, Campylobacter jejuni,
Clostridium difficile, Escherichia coli”. Gejala diare inflamasi akut berupa
demam, lesu, terdapat darah dan leukosit pada pengujian fesesnya. Adapun
beberapa organisme menyebabkan diare akut yang tidak menghasilkan
respon inflamasi meskipun orang tersebut mungkin memilki demam
ringan, mual, dan muntah. Yang termasuk organisme penyebab diare yaitu
Vibrio cholerae.
2. Diare kronik
Diare ini berlangsung lebih dari dua minggu, tetapi biasanya diare yang
dalam waktu satu bulan dikenal sebagai diare persisten. Diare kronis dapat
terjadi dari hasil penyakit, obat, kelainan genetik, atau bebagai penyebab
lainnya. (Hidayati , 2006)

B. JAMBU BIJI
Jambu biji (Psidium guajava) bukan merupakan tanamanasli Indonesia.
Tanaman ini pertama kali ditemukan di AmerikaTengah oleh Nikolai Ivanovich
Vavilov saat melakukan ekspedisike beberapa Negara di Asia, Afrika, eropa,
Amerika selatan, dan uni soviet antara waktu 1887 -1994. beriring dengan
berjalannya waktu aktu, jambu biji menebar di beberapa Negara seperti
Thailand,Taiwan, Indonesia, Jepang, malaysia , dan Australia (parimin 2005).

7
Buah jambu biji dilaporkan mempunyai kandungan vitamin C danfenol
yang bisa menjadi antioksidan. juah jambu biji merahsegar memiliki kandungan
metabolit sekunder yaitu flavonoid , terpenoid, dan tannin. buah jambu biji
dilaporkan pula memiliki senyawa metabolit sekunder berupa saponin, dan
alkaloid ketika di uji (sangi et al ,2008).

C. DAUN JAMBU BIJI

Pada daun jambu biji dilaporkan memiliki senyawa triterpenoid. Untuk


mengetahui adanya senyawa triterpenoid pada tanaman jambu biji ini dapat
dilakukan dengan menambahkan pereaks iLieberman' Burchard yang terdiri dari
asam sulfat pekat dan asam asetatanhidrat. hasil positif dari pengujian ini adalah
ekstrak pada bagian tanaman yang diuji (pada jambu biji adalah daun dan buah)
menunjukkan terjadi perubahan warna yaitu warna merah, merah jambu, atau
ungu. pada tanaman jambu biji diperoleh hasil pada daun dan buah terdapat
senyawa triterpenoiddalam jumlah sedikit (Hidayati , 2006)

Pengujian menggunakan metode secara in vitro danmin vivodengan hewan


percobaan berupa mencit putih jantah swiss webster sehat dengan bobot 20-25 g
kemudian di kelompokkan dan dipuasakan sesuai dengan pengamatan. ekstrak
yang digunakan adalah ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan
ekstrak etanol daun jambu biji daging buahmerah. bakteri yang digunakan pada
pengamatan ini ada 4 macam yaitu Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Shigella flexneri,dan Salmonellatyphi. hasil percobaan in vitro menunjukkan
bahwa ekstrak etanol jambu biji daging buah putih (KHM 60 mg/ml) memiliki
aktivitas lebih kuat terhadap Salmonella typhi dibandingkan dengan ekstrak etanol
jambu biji daging buah merah (tidak terdapat hambatan hingga konsentrasi 100
mg/dl ), dengan demikian ekstrak etanol jambu biji daging buah putih dapat lebih
manjur untuk mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri tersebut Pada
percobaan in vivo kedua ekstrak uji tidak menunjukkan perbedaan efek yang

8
bermakna terhadap konsistensi feses, berat total feses, waktu munculnya diare,
lamanya diare dan transit usus.

Frekuensi defekasi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150
mg /kg bb pada menit ke 180 sampai 240 berbedabermakna dibandingkan
dengankelompok control (p>0.05) (Adnyana et al,2004). senyawa aktif dalam
daun jambu biji yang berfungsi sebagai antidiare adalah flavonoidkhusus nya
Guercetin yang dapat menghambat pengeluaran asetilkolin dankontraksi usus,
tannin yang memiliki efek mengurangi peristaltic usus,minyak atsiri dan alkaloid
merupakan inhibitor pertumbuhan danmematikan mikroorganisme di usus (fratiwi
2015 )

The International Food Information (IFIC) mendefinisikan pangan


fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat
dasar. Menurut Badan POM, pangan fungsion adalah pangan yang secara alamiah
maupun telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang
berdasarkan kajian-kajian ilmiah di anggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional dikonsumsi
sebagaimana layaknya makanan dan minuman, mempunyai karakteristik sensori
berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh
konsumen. Pangan fungsional juga tidak memberikan kontra indikasi dan tidak
member efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap
metabolisme zat gizi lainnya.

D. JAHE
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah salah satu jenis tanaman obat
termasuk famili zingiberaceae dan memiliki banyak manfaat. Salah satunya
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat
tradisional (Paimin et al.,2004). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada
tanaman jahe adalah flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman jahe umumnya dapat menghambat
pertumbuhan kuman patogen pada manusia, salah satunya adalah kuman
Escherichia coli ( Nursal et al., 2006).

9
Saat ini pendayagunaan obat tradisional yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan berkembang dengan pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh
sebagian masyarakat. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil, harga
yang dapat dijangkau masyarakat, efek farmakologi yang dapat dipercepat dan
diperkuat dengan cara purifikasi ekstrak serta adanya data ilmiah yang lengkap.
Hal ini merupakan keunggulan obat tradisional. Fenomena ini mendorong
adanya pengenalan penelitian, pengujian dan pengembagan khasiat serta
keamanan suatu tumbuhan supaya peranan dan kualitasnya dapat lebih
ditingkatkan.

Dalam pengobatan penyakit infeksi, sering muncul masalah terjadinya


resistensi antibiotik. Bagi negara berkembang munculnya strain kuman yang
resisten terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat
(Tjay dan Rahardja, 2002). Meluasnya resistensi mikroba terhadap obat
antibiotik menjadikan pentingnya pencarian sumber antimikroba dari bahan
alam. Tanaman obat diketahui potensial untuk dikembangkan pada penyakit
infeksi namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah (
Hertiani et al., 2003).

E. FLAVONOID

Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa bahan
alam yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3
atom karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6). Bergantung pada posisi
ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai penghubung tersebut, kelompok
flavonoid dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid, isoflavonoid, dan
neoflavonoid. Flavonoid dapat disintesis melalui jalur fenol dengan melibatkan
calkon dan dihidrocalkon sebagai senyawa antaranya. Bahan awal yang
direasikan dengan adanya asam dapat membentuk senyawa flavonoid dengan
melibatkan calkon sebagai senyawa antara, sedangkan apabila direaksikan pada
kondisi basa akan membentuk suatu dehidrocalkon dengan adanya proses
reduksi terlebih dahulu.

10
1) Jenis -jenis food fungsional

Komponen bioaktif dari makanan fungsional adalah:

a. Zat gizi: asam amino, beberapa jenis protein, asam lemak tak jenuh ganda
(PUFA = polyunsaturated fatty acids), vitamin, mineral, dsb.
b. Non gizi :seratpangan, prebiotik, probiotik, fitoestrogen, fitosterol dan
fitostanol, poliphenol dan isoflavon, flavonoid ,likopen ,gula alkohol,
bakteri asam laktat, dsb.

2) Uji antioksidan (flavonoid )

Penelitian kandungan kimia daun jambu biji sudah banyak dilakukan di


Indonesia. Untuk menunjang program pemerintahan dalam peningkatan obat
tradisional menjadi sediaan obat fitofarmaka, maka diperlukan penelitian
kandungan kimia tumbuhan obat yang selama ini telah digunakan untuk obat
tradisional (Sunarni, et al; 2007).

Untuk pengawasan mutu ekstrak daun jambu biji diperlukan senyawa


penanda yang mempunyai aktivitas antioksidan. Oleh karena itu, pada penelitian
ini dicoba mengkarakterisasi senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan.

Daun jambu biji kaya akan senyawa flavonoid, khususnya kuersetin.


Senyawa inilah yang memiliki aktivitas antibakteri dan yang berkontribusi
terhadap efek antidiare. Polifenol yang ditemukan pada daun diketahui memiliki
aktivitas antioksidan (Raintree, 2010).

3) Penentuan Daya Antioksidan dengan Metoda DPPH ( Diphenyl Picryl


hydrazyl )

a) Pembuatan Pereaksi DPPH

Timbang DPPH sebanyak 10 mg, larutkan dalam 100 mL metanol dalam


labu ukur 100 mL sampai tanda batas, dipipet 35 mL dilarutkan dengan metanol
dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 35
µg/mL.

11
4) Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Pipet sebanyak 4 ml larutan DPPH 35 µg/mL yang baru dibuat, masukkan


dalam vial dan tambahkan 2 mL metanol : air (1:1), lalu didiamkan selama 30
menit ditempat gelap. Serapan larutan diukur dengan Spektrofotometer UV-
Visibel pada panjang gelombang 400-800 nm.

5) Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan

Fraksi heksana, kloroform, etil asetat, butanol dan fraksi air yang telah
diuapkan dan dilarutkan dengan 10 mg dari masing-masing fraksi dalam 10 mL
metanol, kemudian larutan dari masing-masing fraksi dipipet sebanyak 2 mL,
masukkan ke dalam vial lalu ditambahkan 4 mL larutan induk DPPH (35µg/ml).
Campuran dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap, Serapan
larutan diukur dengan Spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang
maksimum.

Sebagai kontrol atau blanko, digunakan larutan yang dibuat dengan


mencampurkan 2 mL larutan metanol:air (1:1) dengan 4 mL larutan induk DPPH
(35µg/mL). ukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Visibel pada panjang
gelombang maksimum. Kemudian dapat dihitung % inhibisi dari masing-masing
larutan. Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan kromatografi kertas (KKt) dua
arah, sebagai fasa diam dipakai kertas Whatman 3 MM, sedangkan sebagai fasa
gerak pertama digunakan larutan BAA .

12
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2019 di Laboratorium Teknologi


Pangan jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu

3.2 Alat dan Bahan

 Alat
1. Blender
2. Oven
3. Loyang
4. Pisau
5. Sendok
6. Timbangan analitik
7. Baskom
8. Mixer

 Bahan
1. tepung terigu
2. tepung maizena
3. mentega
4. butter
5. gula halus
6. putih telur
7. ekstrak daun jambu biji
8. ekstrak jahe

13
3.3 Defisiensi Operasional

Variabel Definisi Operasional Hasil

Pengukuran

Mutu Organoleptik Mengukur tingkat kesukaan Dinyatakan


terhadap mutu produk yang dalam skala
menggunakan kemampuan panca Hedonik
indra. Dianalisis menggunakan dengan skor :
uji skala kesukaan
1 = sangat
tidak suka

2 = tidak suka

3 = suka

4 = sangat suka

14
3.4. prosedur pelaksanaan

Tepung terigu,
maizena, gula halus

Diaduk

Masukkan putih
telur

Lalu aduk hingga rata

Masukkan ekstrak
daun jambu biji
dan jahe

Campurkan BAB 4
dan buatkan
adonan

15
DAFTAR PUSTAKA
fratiwi,yolanda “the potential of guava leaf (psidium guajava l.) for diarrhea”J
MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari 2015|113 .print
Rivai Harrizul dkk .2010.Karaterisasi Flavonoid antioksidan dari daun jambu biji
.jurnal farmasi higea.2 (2) :127-136.
Paramitha, G.W., Soprima, M., dan Haryanto, B., 2010. Perilaku Ibu Pengguna
Botol Susu Dengan Kejadian Diare pada Balita. Jakarta Timur : Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development
Goals (SDG'S). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015
Subagyo B., Santoso N.B., 2012. Diare Akut Pada Anak.Surakarta: uns press
pp.2-33.
Parimin, 2005. Jambu Biji. Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya, Jakarta.
WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization.
Geneva. Cited July 15th 2014. Available from URL :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/ accessed on.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2016.
Sunarni, T., Pramono, S., and Asmah, R. (2007). Antioxidant–free Radical
Scavenging of Flavonoid from the Leaves of Stelechocarpus burahol (Bl.)Hook f.
& Th.Majalah Farmasi Indonesia, 18(3):111-116
Sangi et al .2008.Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat Di Kabupaten Minahasa Utara
.Manado .1 (1) .

Hidayati dkk, (2006). Bahan Tambahan Pangan. Kanisius, Yogyakarta.


Bashir et al., 2013 In Vitro Antibacterial Activities and Preliminary
Phytochemical Screening of the Aqueous and Ethanocolic Extrcts of Zingiber
Officinale Roscoe.
Hartiani et al, 2011. Effect of Indonesian Medicinal Plants Essential Oils on
Streptococcus mutans biofilm. Yogyajarka. Faculty of Pharmacy UGM.
Lukito, 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herbal. Karyasari
Herbal Media. 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai