BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare merupakan suatu kondisi umum yang ditandai dengan peningkatan
frekuensi buang air besar dan peningkatan likuiditas dari tinja. Meskipun diare
akut biasanya dapat sembuh sendiri, dapat memburuk dan menyebabkan dehidrasi
yang memburuk, yang dapat menyebabkan volume darah abnormal, tekanan darah
menurun, dan kerusakan pada ginjal, jantung, hati, otak dan organ tubuh lainnya.
Diare akut menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia (Gidudu et al.,
2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dan UNICEF, ada sekitar 2
juta kasus diare penyakit di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak-anak
lebih muda dari 5 tahun meninggal karena diare setiap tahun, terutama di negaranegara berkembang. Jumlah ini 18 % dari semua kematian anak-anak di bawah
usia 5 dan berarti bahwa > 5000 anak-anak meninggal setiap hari akibat diare
penyakit (WGO, 2013).
Kematian akibat penyakit diare ini biasanya terjadi di awal masa bayi dan
anak-anak dengan dehidarasi berat (Hayajneh et al.,2010). Dehidrasi itu sendiri
diartikan sebagai kehilangan air dan garam (terutama natrium klorida) atau cairan
ekstraselular. Penyebab tersering yang terjadi pada bayi karena diare yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri (Finberg, 2002).
Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan
period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden diare pada kelompok usia balita di
Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah
Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan
Banten (8,0%) (Riskesdas, 2013).
Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah kasus pasien yang mengalami diare akut pada
anak balita.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada anak balita.
3. Mengetahui tindakan ibu terhadap diare pada anak balita.
4. Mengetahui derajat dehidrasi akibat diare pada anak balita.
dapat
meningkatkan
pengetahuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Definisi
Menurut WHO (2005) jumlah pengeluaran tinja yang dikeluarkan dalam
sehari bervariasi sesuai diet dan usia. Diare didefinisikan sebagai tinja yang
mengandung lebih banyak air dengan frekuensi > 3 kali dalam sehari. Tinja
tersebut mungkin juga dapat bercampur dengan darah, dalam hal ini disebut
dengan disentri. Bayi dibawah 6 bulan yang hanya meminum ASI umumnya
memiliki tinja yang lunak tetapi keadaan ini tidak disebut dengan diare.
Diare akut didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi buang air besar
(tiga kali atau lebih per hari atau setidaknya 200 gram tinja per hari) yang
berlangsung kurang dari 14 hari, bisa disertai dengan mual, muntah, kram perut,
gejala sistemik yang signifikan secara klinis, atau malnutrisi (Thielman dan
Richard, 2004). Menurut Friedman dan Kurt (1995) diare harus dibedakan dengan
pseudodiare atau hiperdefikasi yang merupakan peningkatan frekuensi defekasi
tanpa peningkatan jumlah tinja diatas normal, keaadaan ini biasa terjadi pada
pasien irritable bowel syndrome. Diare juga harus dibedakan dengan
inkontinensia fekal yang merupakan pelepasan isi rektum tanpa disadari.
2.1.2. Etiologi
Virus adalah penyebab utama penyakit diare akut. Secara khusus, grup A
rotavirus (RV) adalah
dehidrasi, yang sering menyebabkan rawat inap bayi dan anak-anak di seluruh
dunia. Agen virus lainnya, termasuk adenovirus enterik (Adv), astroviruses
(AstV), dan Human calicivirus (HucV) seperti norovirus (NOV) dan sapovirus
(SAV), juga diyakini sebagai penyebab utama kasus sporadis dan wabah diare
anak (Yabo et al., 2012).
Table 2.1
penderita diare. Agen-agen ini antara lain adalah: rotavirus, Shigella spp, dan E.
Coli enterotoksigenik. Rotavirus sendiri merupakan penyebab diare akut yang
diidentifikasi pada anak dalam komunitas dengan iklim tropis (Walker, 1997).
Agen Virus
Virus merupakan penyebab utama diare akut yang terjadi terutama di
negara-negara maju. Rotavirus penyebab terparah dehidrasi akibat gastroenteritis
pada anak-anak. Insiden puncak penyakit pada anak-anak antara 4 sampai 23
bulan. Human Calicivirus yang sebelumnya disebut dengan Norwalk-like virus
mungkin merupakan agen virus paling umum kedua setelah Rotavirus. Infeksi
adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pada sistem pernapasan. Namun,
tergantung pada serotipe yang menginfeksi dan terutama pada anak-anak, mereka
mungkin juga menyebabkan gastroenteritis (WGO, 2008).
Rotavirus dapat dilihat dengan mikroskop elektro dalam sediaan tinja dari
20-40% anak berumur 5 tahun kebawah yang menderita gastroeneteritis akut.
Prevalensi tertinggi penderita didapati pada musim dingin. Adenovirus dapat
ditemukan pada 5-10% penderita gastroenteritis dan spesisifik bagi calcivirus,
astrovirus dapat ditemukan pada 1-5% anak lainnya (Karsinah, 1994).
Agen Parasit
Intestinalis Giardia, Cryptosporidium parvum, Entamoeba histolytica, dan
Cyclospora cayetanensis paling sering menyebabkan penyakit diare akut pada
anak-anak. Parasit jarang menjadi penyebab diare menular di kalangan anak-anak
di negara berkembang. (WGO, 2008).
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada
anak antara lain :
1. Kesulitan makan
2. Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Stricture
3. Malabsorpsi
Defisiensi disakaridase
Malabsorpsi glukosa-galaktosa
Cholestosis
Penyakit Celiac
4. Endokrinopati
Tyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Adrenogenital
5. Keracunan makanan
Logam Berat
Mushrooms
6. Neoplasma
Neuroblastoma
Sindroma Zollinger Ellison
7. Lain-lain :
Infeksi non gastointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Gangguan motilitas usus
2.1.3. Faktor Resiko
Menurut Subagyo dan Nurtjahjo (2009) penularan diare pada umunya
melalui fekal-oral dari makanan atau minuman yang telah tercemar oleh
enteropatogen. Beberapa faktor yang berpengaruh untuk terjadinya diare antara
lain :
1. Faktor umur
Sebagian besar terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan kejadian ini
meningkat setelah umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif tubuh
10
11
12
13
14
Gambaran klinis pasien diare infeksius yang akut secara khas ditemukan
dengan gejala seperti mual, muntah, nyeri abdomen, panas dan diare yang bisa
encer, malabsorpsi atau berdarah menurut penyebabnya. Pasien yang termakan
toksin atau dengan infeksi toksigenik secara khas akan mengalami mual dan
muntah sebgai gejala yang menonjol tetapi jarang mengalami panas yang tinggi.
Nyeri abdomen yang terjadi bersifat ringan, difus serta kram dan mengakibatkan
diare cair. Muntah dimulai dalam waktu beberapa jam setelah mengkonsumsi
suatu makan harus dicurigai kemungkinan keracunan makanan disebabkan oleh
toksin yang terbentuk. Parasit yang tidak menginvasi mukosa intestinal seperti
Giardia lamblia dan Cryptosporidium biasanya hanya menimbulkan perasaan
tidak enak diperut yang ringan. Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella
serta Shigella dan oraganisme yang menghasilkan sitotoksin seperti C. Difficile
serta organisme enterohemorhagik Escherichia coli menyebabkan inflamasi
interstinal yang serta, nyeri abdomen dan sering pula demam yang tinggi. Bakteri
Yesrsenia sering menginfeksi ileum terminalis serta sekum dan ditemukan dengan
nyeri dan nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah yang dapat diduga ke
arah apendisitis akut. Diare encer merupakan ciri khas organisme yang
menginvasi epitel intestinal dengan inflamsi ringan, seperti virus enterik, atau
oraganisme yang menempel tanpa merusak epitel tersebut, seperti kuman
enteropatogenik atau adheren E. coli, protozoa dan helmintes (Friedman dan kurt,
1994).
Tabel 2.3. Gambaran Klinik dari Infeksi dengan Bakteri Patogen
15
16
17
3. Laboratorium
Menurut Subagyo dan Nurtjahjo (2009) Pemeriksaan lengkap
umumnya tidak begitu diperlukan pada kasus diare akut, hanya pada
keadaan tertentu seperti apabila penyebab dasarnya tidak diketahui atau
ada sebab lain dan pada keadaan dehidrasi berat.
Pemeriksaan yang terkadang perlu dilakukan pada diare akut yaitu :
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadapa antibiotika.
2. Urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
3. Tinja :
Pemerikasaan makroskopik :
Pemeriksaan tinja sangat diperlukan meskipun pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan. Tinja yang sifatnya watery dan tanpa mukus atau darah
biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan
oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah
atau mukus biasanya disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan
sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa
atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi degan
E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi
EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk
didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium
dan Strogyloides.
Pemeriksaan mikroskopik :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya lekosit yang memberikan
informasi tentang penyebab dari diare, letak anatomis serta adanya proses
peradangan dari mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Pemerikasan lekosit yang
positif pada pemeriksaan tinja menunjukan adanya kuman invasif atau
18
19
20
kompartemen
intrasel
sebagai
usaha
mempertahankan
21
Konsentrasi di luar
Konsentrasi
sel (mEq/L)
Natrium (Na+)
142
10
Kalium (K+)
150
Kalsium (Ca++)
Magnesium
40
155
202
Klorida
103
Bikabonas
27
10
Fosfat
103
Sulfat
20
10
piruvat)
Protein
16
57
155
202
Kation
Anion
di
22
seperti air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan sebagainya. Jumlah
cairan yang diberikan yaitu 10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50100 ml, 1-5 tahun 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa 300-400
ml setiap BAB. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan dengan sendok tiap 1-2
menit. Pemberian tidak diberikan dengan menggunakan botol dan bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi secara perlahan
(Subagyo dan Nurtjahjo, 2009).
Tabel 2.6. Komposisi Oralit Baru
Oralit Baru Osmolaritas Mmol/liter
rendah
Natrium
Klorida
Glukosa, anhydrous
Kalium
Sitrat
Total osmolaritas
Sumber : Subagyo dan Nurtjahjo, 2009
75
65
75
20
10
245
23
24
pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua.
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan, fungsi pencernaan
karena gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran
cerna, gangguan fungsi kekebalan tubuh, gangguan nafsu makan dan lain-lain
(Almatsier, 2009).
Anak dengan dehidrasi berat
Anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat membutuhkan cairan tambahan.
Seorang anak yang telah diklasifikasikan dengan dehidrasi berat membutuhkan
cairan cepat. Perlakukan dengan IV (intravena) cairan harus segera dilakukan.
Anak-anak dengan dehidrasi berat harus ditangani oleh infus dan dirawat rumah
sakit atau pusat kesehatan. Jika fasilitas kesehatan dengan IV tidak dalam waktu
30 menit, penggunaan NGT dianjurkan. Oralit harus diberikan segera setelah anak
bisa menerimanya, bahkan sementara IV sedang berjalan. Ketika dehidrasi berat
dikoreksi, pasien harus dikelola seperti di atas termasuk terapi zink ketika anak
bisa makan (WHO, 2005). Untuk rehidrasi parenteral dapat digunakan cairan
Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberianya untuk < 1 tahun 1
jam pertama 30 ml/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 ml/kgBB, diatas 1
tahun jam pertama 30 ml/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 ml/kgBB.
Setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak yang lebih besar lakukan evaluasi,
pilih pengobatan lanjutan dengan pengobatan diare ringan-sedang atau diare tanpa
dehidrasi (Subagyo dan Nurtjahjo, 2009).
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
25
apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
3. Menerapkan (application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di
pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang nyata.
4. Analisa (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam
komponenkomponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesa (Synthesis)
26
2.4. Tindakan
2.4.1. Pengertian Tindakan
Perilaku atau tindakan merupakan cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.
Perilaku juga merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan
sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan
penahan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku seseorang dapat berubah jika
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan didalam diri seseorang tersebut.
Perilaku merupakan faktor tersebar kedua setelah faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu,
untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya
yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat
pengaruh yang ditimbulkannya (Maulana, 2009)
2.4.2. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut.
27
tujuan sementara.
Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian.
Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun
tersebut.
Jika perilaku pertama telah dilakukan,hadiah akan diberikan
28
29
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat pengetahuan
ibu
Diare akut disertai
dehidrasi pada anak
balita
Tindakan ibu
Variabel
Definisi
Alat ukut
Cara ukur
Hasil ukur
Skala
30
operasional
1
Pengetahua
n ibu
tentang
diare
2
Tindakan
ibu terhadap
kejadian
diare pada
balita
3
Dehidrasi
3.3.
Segala sesuatu
yang diketahui
ibu mengenai
diare pada
balita meliputi:
pengertian,
penyebab,
gejala klinis,
pengobatan,
komplikasi,
dan
pencegahan
Kuesioner
Angket
Angket
Rekam
medik
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
1. Tanpa
dehidrasi
-ringan
2. Dehidrasi
ringansedang
3. Dehidrasi
berat
Hipotesis alternatif
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dengan dengan
diare akut yang disertai dehidrasi pada anak balita di RSUP H. Adam Malik
Medan, tahun 2014.
Ordinal
31
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain
penelitian cross sectional. Dilakukan dengan menggunakan pendekatan observasi
dan pengumpulan data sekaligus pada satu saat. Tiap subyek penelitian hanya satu
kali saja dilakukan observasi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penulisan penelitian ini dimulai pada bulan April 2014 dan direncanakan
sampai bulan November 2014. Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik.
4.3. Populasi dan sample
4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita yang
menderita diare akut di RSUP H. Adam Malik, Medan.
4.3.2. Sampel
32
Ibu yang memiliki anak balita yang mengalami diare akut di RSUP H.
Adam Malik, Medan .
Z 1 /2 p 0 (1p 0 ) + z 1 pa (1 pa)
n=
pa po
n=
n=
[
[
n = 52,8 = 53
Keterangan :
n
po
2012)
pa- po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti penulis dengan proporsi di
populasi sebesar 15% = 0,15
33
1 - po = 1 - 0,16 = 0,84
pa
1 pa = 1 0,31 = 0,69
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel z) pada tertentu. 0,05 atau interval
kepercyaaan 95%, maka Z 1 /2 = 1,96
Z-
34
1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner tindakan.
2. Kurang, bila jawaban responden benar <75% dari total nilai kuesioner tindakan.
4.4.3. Pengukuran Derajat Dehidrasi
Pengukuran derajat dehidrasi dilakukan berdasarkan rekam medis dan diagnosa
yang ditetapkan oleh dokter dengan klasifikasi derajat dehidrasi sebagai berikut :
1. Tanpa dehidrasi-ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari berat badan
sebelum sakit.
2. Dehidrasi ringan-sedang dicirikan kehilangan 5% sampai 10% dari berat
badan sebelum sakit.
3. Dehidrasi berat dicirikan kehilangan berat badan lebih dari 10% berat badan
sebelum sakit.
4.5. Teknik Pengumpulan Data
4.5.1. Data Primer
Data primer merupakan data dari jawaban kuesioner yang diisi oleh sampel
penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
4.5.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dari rekam medik anak balita yang menderita diare
akut.
4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang
biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment.
Pertanyaan disebut valid apabila nilai dari r hitung lebih besar daripada r tabel.
Pertanyaan yang telah diuji validitasnya, akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Pada uji reabilitas pertanyaan disebut reliabel jika nilai r>0.60.
Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan kuesioner
yang dipakai akan menggunakan aplikasi SPSS
4.5.4. Pengolahan dan Analisa Data
35
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama editing yaitu
mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta
memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan
menggunakan program SPSS. Tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu
mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau
tidak. Tahap kelima saving yaitu menyimpan data yang sudah di cek untuk
kemudian dianalisa.
36
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Waktu penulisan penelitian ini dimulai pada bulan April 2014 dan selesai
sampai bulan November 2014. Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik
karena rumah sakit ini rumah sakit tipe A.
5.1.2 Hasil Analisa Deskriptif
5.1.2.1 Deskripsi Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan dengan menggunakan
kuesioner diperoleh gambaran karakteristik sampel di RSUP H. Adam Malik,
Medan. Responden berjumlah 53 orang. Responden adalah ibu ibu yang
memiliki anak balita berusia dibawah 5 tahun yang menderita diare akut.
Adapun usia dan tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita di RSUP H.
Adam Malik, Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
37
Karakteristik Sampel
Usia (tahun)
25 34
35 45
Jumlah
Persentase
(%)
Total
2
Tingkat Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
D3
S1
Lain-lainnya
Total
39
14
53
73.6
26.4
100
0
10
29
4
10
0
53
0
18.9
54.7
7.5
18.9
0
100
Dari tabel 5.1. dapat diketahui bahwa kelompok usia ibu 25 34 tahun
lebih banyak memiliki anak balita yang menderita diare akut yaitu 39 orang
(73.6%) jika dibandingkan dengan kelompok ibu yang berusia 35 45 tahun
sebanyak 14 orang (26.4%)
Dalam melakukan pengamatan terhadap tingkat pendidikan ibu, pada
penelitian ini sample dibagi atas 6 kelompok yaitu tingkat pendidikan SD, SMP,
SMA, D3, S1, dan lain-lainnya. Pengelompokan ini untuk mempermudah peneliti
mengetahui kelompok tingkat pendidikan ibu mana yang lebih rentan memiliki
anak balita yang menderita diare akut.
38
Jumlah
Persentase
(%)
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurang
Total
2
Tindakan Ibu
Baik
Kurang
Total
37
16
53
69.8
30.2
100
33
20
53
62.3
37.7
100
Dari tabel 5.2 di atas, tingkat perngetahuan dan tindakan ibu dibagi atas 2
kategori yaitu baik dan kurang. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki anak
balita yang menderita diare akut sebagian besar tergolong baik yaitu sebanyak 37
orang (69%) sedangkan yang tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 16 orang
(30%).
Sedangkan untuk tingkat tindakan ibu yang memiliki anak balita yang
menderita diare akut yang tergolong baik yaitu sebanyak 33 orang (62,3%)
sedangkan yang tingkat tindakannya kurang sebanyak 20 orang (37.7%).
39
Jumlah
18
26
9
53
Persentase (%)
34
49.1
17
100
Dari tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak balita
menderita diare disertai dehidrasi ringan sedang 26 orang (49.1%), anak balita
yang menderita diare tanpa dehidrasi 18 orang (34%), sedangkan yang menderita
dehidrasi berat 9 orang (17%).
40
5.1.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Diare Akut pada Anak
Balita di RSUP H.Adam Malik, Medan tahun 2014
Tabel 5.4 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Diare
Akut pada Anak Balita di RSUP H.Adam Malik, Medan tahun 2014
Tingkat
Pengetahuan Ibu
Tanpa
Dehidrasi
Nilai p
Berat
Sedang
Baik
Kurang
18
0
15
11
4
5
0.002
Dari tabel 5.4 analisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan diare
akut pada anak menggunakan uji statistik chi square didapati nilai p value atau
nilai signifikansi 0.002. Nilai kemaknaan () pada penelitian ini adalah 0.05
(Confidence Interval 95%). Nilai signifikansi di bawah nilai kemaknaan (p=0.002
< =0.05). Ini berarti bahwa Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu terhadap diare dengan kejadian diare akut pada
anak.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Tindakan Ibu dengan Diare
Akut pada Anak Balita di RSUP H.Adam Malik, Medan tahun 2014
Tingkat
Tindakan Ibu
Baik
Kurang
Tanpa
Dehidrasi
Ringan
Berat
15
3
Sedang
16
10
2
7
Nilai p
0.008
Dari tabel 5.5 analisis hubungan tingkat tindakan ibu dengan diare akut
pada anak menggunakan uji statistik chi square didapati nilai p value atau nilai
signifikansi 0.008. Nilai kemaknaan () pada penelitian ini adalah 0.05
(Confidence Interval 95%). Nilai signifikansi di bawah nilai kemaknaan (p=0.008
41
< =0.05). Ini berarti bahwa bahwa Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat
hubungan antara tingkat tindakan ibu terhadap diare dengan kejadian diare akut
pada anak.
5.2 Pembahasan Penelitian
5.2.1 Pembahasan Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 53 ibu yang memiliki
anak balita yang menderita diare akut dapat dilihat bahwa 49,1% anak balita
menderita diare disertai dehidrasi ringan sedang, anak balita yang menderita
diare tanpa dehidrasi 34%, sedangkan yang menderita dehidrasi berat 17%.
Umumnya ibu yang memiliki anak balita yang diare tersebut terbanyak berada
pada rentang usia 25 34 tahun 73,6%. Semakin bertambahnya usia seseorang
maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperolehnya tentang diare.
Menurut Notoadmodjo (2010), usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia membaik. Pendidikan juga
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare akut pada
anak. Hal ini dapat dilihat bahwa ibu dengan pendidikan lulusan SMA memiliki
anak yang menderita diare sebanyak 54% dibandingkan dengan pendidikan yang
lebih tinggi lulusan S1 18.9% dan D3 7.5%. Menurut Mufidah (2012) bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, pendidikan, usia, pekerjaan, pendapatan dan sebagainya dari
orang yang bersangkutan tersebut sehingga semakin baik faktor tersebut maka
semakin baik pula tingkat kesehatannya.
42
5.2.2 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tingkat Diare Akut pada Anak
Balita
Pada penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode cross
sectional, dimana data yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dari
responden sehingga analisis yang dihasilkan menggambarkan penilaian hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
yang dibuat disesuaikan dengan variabel yang akan diteliti untuk dapat memenuhi
sebagian besar teori tentang kejadian diare akut pada balita dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya sehingga kemungkinan belum dapat menampung
seluruh fakta dan pendapat responden mengenai pengetahuan dan tindakan
responden terhadap kejadian diare akut pada balita.
Pengetahuan ibu tentang diare akut pada anak balita juga berpengaruh
terhadap tingkat keparahan diare pada anak tersebut sebagai mana dapat dikatahui
bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki anak yang menderita
diare akut sebanyak 69.8% dengan tingkat keparahan tertinggi mengalami diare
akut tanpa disertai dehidrasi 18 orang , 15 orang mengalami dehidrasi ringansedang dan 4 orang mengalami dehidrasi berat. Sedangkan untuk tingkat
pengetahuan ibu yang tergolong kurang sebanyak 30.2% seluruhnya mengalami
diare yang disertai dehidrasi terutama dehidrasi ringan sedang sebanyak 11
orang dan dehidrasi berat 5 orang. Hasil uji statistik didapatkan p Value=0,002 (p
0,05), berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan tingkatan diare akut pada anak balita di RSUP
H.Adam Malik, Medan. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Akhyar (2006)
dalam Mauliku (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare. Dan juga menurut Kalili
(2006) menyatakan pendidikan orang tua adalah faktor penting dalam
keberhasilan manajemen diare pada anak. Orang tua dengan tingkat pengetahuan
rendah, khususnya buta huruf tidak akan dapat memberikan perawatan yang tepat
pada anak diare karena kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi.
43
5.2.3 Hubungan Tindakan Ibu dengan Tingkat Diare Akut pada Anak Balita
Tindakan ibu tentang diare akut pada anak balita juga berperan penting
dalam derajat keparahan diare anak tersebut sebagaimana dapat kita ketahui dari
hasil penelitian di atas bahwa ibu kelompok ibu dengan tindakan yang baik
sebanyak 62,3% dengan tingkat keparahan diare tertinggi mengalami dehidrasi
ringan sedang sebanyak 16 orang, diare tanpa dehidrasi sebanyak 15 orang dan
2 orang mengalami dehidrasi berat, sedangkan untuk kelompok ibu dengan
tindakan kurang yaitu 37.7% dengan tingkat keparahan diare hampir sama antara
dehidrasi berat 7 orang dengan dehidrasi ringan sedang 10 orang dan hanya 3
orang yang diare tanpa dehidrasi. Hasil uji statistik didapatkan p Value=0,008 (p
0,05), berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat
tindakan ibu dengan tingkatan diare akut pada anak balita di RSUP H. Adam
Malik, Medan. Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau menolak pada objek tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, lembaga pendidikan dan
agama, media massa, dan faktor emosional. Penelitian ini juga didukung oleh
penyataan yang mengatakan bahwa sikap ibu yang mendukung dapat terlihat dari
pernyataan lembar angket sikap yaitu saya akan lebih sering memberikan air
minum pada anaknya yang lebih dari biasanya. Karena diare menyebabkan anak
kehilangan cairan baik tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang dan juga berat.
(Suriyadi dan Yuliani, 2006)
Menurut Siahaan (2008) hal pertama yang harus diperhatikan dalam
penanggulangan diare adalah masalah kehilangan cairan tubuh yang berlebihan
(dehidrasi) sehingga perlu mendapat penangan yang segera ini berarti semakin
baik tindakan yang diberikan oleh ibu pada saat anak diare akan mengurangi
tingkat keparahan anak mengalami dehidrasi yang lebih berat.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa tindakan yang
baik akan memberikan tingkat dehidrasi yang lebih ringan terhadap kejadian diare
pada anak balita dibandingkan dengan tindakan yang kurang.
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1
kurang 30%.
Pada penelitian ini ditemukan tingkat tindakan ibu yang baik tentang diare
akut pada anak balita 62,3%, sedangkan tingkat tindakan ibu yang kurang
37.7%.
6.2. Saran
1
Bagi Masyarakat
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Adelman, R.D. dan Solhoug, M.J., 1999. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi
Cairan. Dalam : Behrman, Klirgman, dan Arvin. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 15(1). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Akhyar. 2006. Hubungan Faktor Lingkungan, Ekonomi dan Pengetahuan Ibu
dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan
Tembilahan Kota Kabupaten Indagiri Hilir Tahun 2006. Dalam : Mauliku, N.E.
dan Wulansari, E. Hubungan antara Faktor Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat, Jurnal Kesehatan
Kartika Stikes A. Yani. 2008;38:40-51.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi VIII. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Finberg, L. 2002. Dehydration in Infancy and Childhood. Article fluid &
electrolytes, 2002;23(8):277-282.
Friedman, L.S. dan Isselbacher, K.J., 1995. Diare dan Konstipasi. Dalam :
Isselbacher, K.J., E. Braunwald, Jean D.W., Joseph B.M., Anthony S.F., Dennis
L.K., 1995. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit. Edisi 13. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Gidudu J., et al., 2011. Diarrhea: Case definition and guidelines for collection,
analysis,
and
presentation
of
immunization
safety
data.
ProQuest,
2011;29(5):1053-1071.
Hayajneh, W.A., Jdaitawi, H., Shurman, A.A., Hayajneh, Y.A., 2010. Comparison
of Clinical Associations and Laboratory Abnormalities in Children With Moderate
and Severe Dehydration. Original article: Gastroenterology, 2010;50(3):290-294.
47
48
Siahaan, J., Sitanggang, R., Rizky, K., 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Diare dengan Penanggulangan Diare pada Balita di Dusun Sono Desa Lalang
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Tahun 2013
Simadibrata, K.M, dan Daldiyono., 2009. Diare Akut. Dalam : Sudoyo, A.W., B.
Setiyohadi., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta : InternaPublishing.
Simatupang., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Dalam : Ishak, Binti Ahmad
Syafiq Akmal., 2010. Profil Penderita Diare pada Anak Balita di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Subagyo, B., dan Nurtjahjo B.S., 2009. Diare Akut. Dalam : Juffrie, M. 2009.
Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Edisi I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
Sudarma, M., 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Edisi I. Jakarta : Salemba medika.
Sunaryo., 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Edisi I. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suriadi, Yuliani, R., 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Sutoto., 1992. Pemberantasan Penyakit Diare Dalam Repelita V. Dalam : Ishak,
Binti Ahmad Syafiq Akmal., 2010. Profil Penderita Diare pada Anak Balita di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
49
Thielman, N.M., Guerrant, R.L., 2004. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med.
2004;350:38-47.
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).
Jakarta : Bamboedoea Communication.
Walker-Smith J.A., 1997. Masalah Pediatri di Bidang Gastroenterologi Tropis.
Dalam : Cook, G.C., 1997. Problem Gastroenterology Daerah Tropis. Edisi
pertama I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Widowati, T., Mulyani, N.S., Nirwati, H., Soenarto Y., 2012. Diare Rotavirus pada
Anak Usia Balita. Sari Pediatri. 2012;13(5):340-5.
World Gastroenterology Organisation practice guideline, 2008. Acute Diarrhea.
http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/01_acu
te_diarrhea.pdf (Diakses 17 mei 2014).
World Gastroenterology Organisation practice guideline, 2013. Acute Diarrhea in
Adults and Children.
http://journals.lww.com/jcge/Fulltext/2013/01000/Acute_Diarrhea_in_Adults_and
_Children__A_Global.7.aspx. (Diakses 15 April 2014).
World Health Organization, USAID, UNICEF, 2005. Diarrhoea Treatment
Guidelines: Including new recommendations for the use of ORS and zinc
supplementation.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/a85500.pdf.
50