Anda di halaman 1dari 72

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................

iv

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

ix

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................

1.3 Pertanyaan Penelitian......................................................................

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................

1.4.1 Tujuan Umum........................................................................

1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................

1.6 Ruang lingkup penelitian................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penyakit diare....

2.1.1. Definisi diare.......................................................................

2.1.2. Jenis Diare............................................................................

10

2.1.3. Faktor penyebab diare.........................................................


2.1.4. Tanda dan Gejala................................................................

13

2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium..................................................

14

2.1.6. Komplikasi..........................................................................

15

2.1.7. Penanganan diare................................................................


2.1.8. Pencegahan diare.................................................................

16
24

11

2.1.9. Penatalaksanaan diare.........................................................

24

2.2. Balita.............................................................................................

27

2.3. Perilaku.........................................................................................

31

2.4. Pengetahuan..................................................................................

37

2.5. Sikap.............................................................................................

39

2.6 Tindakan.......................................................................................

43

2.7 Fokus Pengkajian Keperawatan....................................................

44

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep...........................................................................

55

3.2 Definisi Operasional.......................................................................

56

3.3 Desain Penelitian............................................................................

57

3.4 Populasi dan Sampel.......................................................................

57

3.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................

58

3.6. Teknik pengumpulan data..............................................................

58

3.7. Instrument Pengumpulan Data......................................................

59

3.8. Tehnik Pengolahan Data................................................................

59

3.9. Analisa Data.................................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar
2.1

Halaman

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare.............................

12

2.2 Asumsi Determinan Perilaku Manusia........................................................

34

2.3

proses terbentuknya sikap dan reaksi..........................................................

40

2.4

Kerangka Teori ..........................................................................................

54

3.5

Kerangka Konsep.......................................................................................

55

DAFTAR LAMPIRAN

1. Standar Operasional Prosedur pelayanan diare di Puskesmas.


2. Standar pelayanan Medik Diare.
3. Lembar Responden.

4.

Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini
Balita dengan Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.

5. Power point

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
Negara termasuk Indonesia.. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang
gizi, dan infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena
daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab
utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita (Widoyono:2011).
Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70%-80%) dari
penderita ini adalah anak di bawah usia 5 tahun (Widoyono:2011).
Analisis World Health Organization (1980) berdasarkan pada data dari survey
memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar episode diare pada golongan umur balita
terjadi di Asia , Afrika dan negara Amerika Latin. Diperkirakan juga setiap tahunnya terjadi 3
juta kematian diare pada golongan umur balita (terjadi 57. 533 kematian setiap minggu, 8.219
kematian setiap hari, 342 kematian setiap jam, atau 6 kematian setiap menitnya), sekitar 80%
kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2 tahun (DepKes RI, 2000).
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono:2011).
Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan, menunjukkan bahwa angka
kesakitan diare untuk semua golongan umur per 1000 penduduk Indonesia tahun 2001 adalah
20,27, tahun 2002 : 20, 68. Angka kematian (CFR) sebesar 0,008% pada tahun 2001. Episode
diare balita 1,6 2,2 kali pertahun. (Profil Kesehatan Indonesia,). Kematian pada semua
golongan umur yang disebabkan oleh diare sebanyak 3,8% dan 22,6% kematian terjadi pada bayi
dan balita. Kematian di perkotaan untuk semua golongan yang disebabkan oleh penyakit diare
sebanyak 3,9% dan 26,7% kematian terjadi pada bayi dan balita. Untuk daerah pedesaan 3,7%
dari total kematian pada semua golongan umur juga disebabkan oleh diare dan 20,9% kematian
terjadi pada bayi dan balita (Survei Kesehatan Nasional, 2001).
Dari daftar urusan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan, hampir selalu
termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar
200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunya. Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar
(70% - 80%) dari penderita diare ini adalah anak yang dibawah umur lima tahun ( 40 juta

kejadian). Kelompok ini setiap tahunya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%
diantaranya dapat meniggal (Suraatmaja, 2005).
Data data dari Puskesmas Puskesmas menunjukan bahwa diare merupakan salah satu
penyakit utama yang paling banyak pengunjungnya, sedangkan lebih dari 20% PenderitaPenderita yang dirawat dibagian anak-anak RS besar di Indonesia adalah penderita-Penderita
gastroenteritis. Sex ratio antara penderita laki-laki dan wanita dapat dikatakan 1: 1.
Data yang didapat dari Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Dinas Kesehatan Kota
Palembang tiga tahun terakhir yakni tahun 2009 sebanyak 598.519 orang, tahun 2010 sebanyak
648.607 orang dan tahun 2011 sebanyak 619.605 orang. (Dinas Kesehatan Kota
Palembang:2011).
Adapun penelitian/proposal terkait sebagai proposal pembanding yakni terdapat pada
Imron (2006), yakni perilaku Ibu di Desa Keluang dalam perawatan penderita diare yang berobat
di puskesmas Karya Maju Desa Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan didapatkan angka kejadian diare pada balita
yang terdapat di Puskesmas Sako ini dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami
peningkatan. Tahun 2009 tercatat ada 1307 orang balita, tahun 2010 tercatat ada 1417 orang
balita dan pada tahun 2011 tercatat ada 1385 orang balita penderita diare. Dengan jumlah balita
yang ada berdasarkan data yang ada sekitar 1890 balita. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
penyakit diare pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Puskesmas Sako
Palembang (Puskesmas Sako Palembang:2011).
Diare membutuhkan penanganan yang cepat dan adekuat, karena itulah pengetahuan
keluarga khususnya ibu sangat penting. Pengetahauan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian

besar

pengetahuan

(Notoatmodjo,2007:183).

manusia

diperoleh

melalui

mata

dan

telinga

Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun
tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh menurunnya nafsu makan dan
keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan sangat membahayakan kesehatan anak, ibu
biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal
penyakit diare walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di puasakan, usus di
kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar.
Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat
puasa, maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi
pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian.
(Purbasari,2009).
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang
penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan
perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif , yakni dengan peningkatan pengetehuan maka
terjadinya perubahan perilaku sangat cepat. (Notoatmodjo S 2007) Salah satu pengetahuan ibu
yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah
dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan dehidrasi) baik yang di
berikan secara oral (diminumkan) maupun parentral (melalui infuse) telah berhasil menurunkan
angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare (Purbasari,2009).
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita dengan Diare Di
Puskesmas Sako Palembang tahun 2013
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita dengan
Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.

1.3.

Pertanyaan Penelitian
Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan

dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.

1.4.

Tujuan Penelitian
1.4.1

Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita
dengan Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.
1.4.2.

Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu terhadap penanganan dini diare


2. Diketahuinya distribusi frekuensi Sikap ibu terhadap penanganan dini diare
3. Diketahuinya distribusi frekuensi Tindakan ibu terhadap penanganan dini diare

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Peneliti
Sebagai wadah mengaplikasikan ilmu keperawatan khusunya keperawatan Komunitas dan
metodolgi riset penelitian serta dapat memberikan gambaran bagi peneliti untuk dapat melihat
tindakan ibu dalam merawat Balita Diare di wilayah kerjah Puskesmas Sako Palembang tahun
2013
1.5.2. Bagi Puskesmas Sako Palembang
Sebagai informasi dan evaluasi pelaksanaan Program P2M. Temuan pada penelitian ini dapat
dijadikan indikator bagi petugas kesehatan Puskesmas dalam hal ini perawat untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan aspek edukatif yang ditujukan kepada
keluarga melalui berbagai proses seperti penyuluhan. (peran perawat sebagai pendidik dan
pembimbing/konseling).
1.5.4 Bagi Keluarga dan Masayarakat

Hasil penlitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan pengetahuan, sikap serta
perilaku ibu yang mendukung dalam memberikan perawatan di rumah pada balita yang
menderita Diare.
1.5.5 Bagi STIK Bina Husada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan
wahana kelimuan mahasiswa di bidang keperawatan komunitas bagi mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang khususnya dan
mahasiswa kesehatan lainnya pada umumnya.
1.6

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas tentang masalah penyakit diare pada balita yang berkaitan
dengan perilaku ibu dalam perawatan penderita diare pada anak balita 0 5 tahun. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013 . Dimana waktu penelitian adalah bulan
Januar-Februari tahun 2013. penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif
dengan pendekatan Potong silang yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara pendekatan, observasi dan atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare
2.1.1. Pengertian diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih dari biasanya. Neaonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar

sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 4 kali. (FKUI/RSCM 2001 : 283)
Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak, konsistensu feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja. (Ngastiyah.,2005)
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahu 1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 Jam). Para
ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek,cair,berdarah, atau dengan muntah
(Muntaber).
Penting ditanyakan pada orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang
dianggap sudah tidak normal lagi. ( widoyono, 2011 : 193 )

2.1.2. Jenis Diare


Diare terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1)

Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.

2)

Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan baerat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi

3) komplikasi pada mukosa.


4)

Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus. Akibat
diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

5) Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare
tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit
yang menyertainya (Ilmu Kesehatan Anak, 1990).

1.1.1. Faktor Penyebab Diare


Menurut Ngastiyah (2005:225)faktorpenyebab diare adalah sebagai

berikut:

1) Faktor Infeksi
a.

Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi lateral ini meliputi :
-

Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shingella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya.

Infeksi virus : Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain

Infestasi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba


histolytica, giardia lamblia,
Trichomonas Homonis), jamur (Candida Albicans).
b. Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media
Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya (keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor Malabsorbsi

a.

Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida


(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak
c.

Malabsorbsi protein

3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar
Penyebab diare pada balita yang terpenting adalah :
1) Karena peradangan usus, misalnya : kholera, disentri, bakteri-bakteri lain, virus dsb.
2) Karena kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur.
3) Karena keracunan makanan.
4) Karena tak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : si anak tak tahan meminum susu yang
mengandung lemak atau laktosa (FKUI, 1990).
Bagan 2.1
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare
Keadaan Gizi
Hygiene & Sanitasi
Meninggal
Penderita Diare
Social Budaya
Kuman/ Penyebab Penyakit Diare

MASYARAKAT
karier
Kepadatan Penduduk
Social Ekonomi
Lain lain faktor

(Sudaryat Suraatmaj
2.1.5. Tanda dan Gejala
Menurut Widoyono (2011:197) beberapa tanda dan gejala diare antara lain :
1. Gejala Umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
b. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :
1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang atau
berat
2. Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kehilangan
cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang di
sebabkan oleh berkurangnya volume darah (Hipovolemia)
3. Gangguan asam-basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh, sebagai
kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk menbantu meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (Kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami mal nutrisi (kurang gizi).
Hipoglikemia dapat menyebabkan koma. Penyebab yang pasti belum di ketahui, kemungkinan
karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga
terjadi endema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan ouput yang berlebihan. Hal ini
akan bertambah berat bila pemberian makanan di hentikan, serta sebelumnya penderita sudah
mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

2.1.6. Pemeriksaan Laboratorium


1. Pemeriksaan tinja
2.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaaan gasa darah

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatanin untuk mengetahui faal ginjal

4.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,kalium,kalsium dan fosfor dala serum(terutama


pada penderita diare yang disertai kejang)

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif atau
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik

2.1.7. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hivopolemik
3. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
el;ektrokardiogram)
4. Hipoglekimia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim lactase
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Mal nutrisi energy protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

2.1.8. Penanganan Diare


Menurut Kemenkes RI, 2011 Penanganan diare adalah :
A.

Rencana Terapi A, Untuk Terapi diare tanpa dehidrasi

Bila terdapt dua tanda atau lebih


1. Keadaan umum baik dan sadar.
2. Mata tidak cekung.
3. Minum biasa, tidak haus.
4. Cubitan kulit perut turgor kembali segera.
Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

Anak yang mendapat ASI eklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.

Anak yang tidak mendapat ASI eklusif, beri susu yang biasa di minum dan oralit atau cairan
rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb.).

Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan lanjutkan sedikit demi
sedikit.

Umur < 1 tahun di beri 50-100 ml setiap kali berak.

Umur > 1 tahun di beri 100-200 ml setiap kali berak.

Anak harus di beri 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila :

Telah di obati dengan rencana terapi B dan C

Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan jika diare memburuk.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.

2. Beri Obat Zinc.


Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara di
kunyah, atau di larutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI

Umur < 6 bulan di beri 10 mg (1/2tablet) per hari

Umur > 6 bulan di beri 20 mg (1 tablet) perhari.

3. Beri makanan untuk mencegah kurang gizi

Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.

Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan.

Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, dan air kelapa hijau.

Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu.
4. Antibiotik selektif

Antibiotik hanya di berikan pada diare berdarah atau kolera.

5. Nasihat ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :

Berak cair lebih sering

Muntah berulang

B.

Sangat haus

Makan dan minum sangat sedikit

Timbul demam

Berak berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari

Rencana Terapi B, untul terapi diare dehidrasi ringan/sedang Bila terdapat dua tanda
atau lebih
1. Gelisah, rewel.
2. Mata cekung.
3. Ingin minum terus, ada rasa haus.
4. Cubitan perut/turgor kembali lambat

a.

Jumlah oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan


ORALIT yang di berikan = 75 ml X BERAT BADAN anak

Bila Berat badan tidak di ketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini :
Umur
Berat
badan

< 4bulan
< 6 kg

4-12 bulan
6-10 kg

12-24 bulan
10-12 kg

2-5 tahun
12-19 kg

Jumlah

200-400

400-700

700-900

900-1400

Cairan

Bila anak ingin lebih banyak oralit, berikan.

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemebrian makan selama 3 jam, kecuali ASI dan oralit.

Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut.


b. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :

Tunjukan jumlah cairan yang di berikan

Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.

Bila kelopak mata agak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.

Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakkan telah hilang.

c.

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana
terapi A,B, atau C untuk melanjutkan terapi.

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rancana terpai A. bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya
buang air kecil kemudian mengantuk dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan sedang ulangi rencanan terpai A

Anak mulaim di beri makanan, susu, dan sari buah.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terpai C.


d. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus di habiskan dalam terapi 3 jam di rumah.

Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah.

Jelaskan 5 langkah rencanan terpai A untuk mengobati anak di rumah.


C. Rencana terapi C, untuk terapi dehidrasi berat di sarana kesehatan
Bila teradapat dua tanda atau lebih

1. Lesu, lunglai/tidak sadar


2. Mata cekung.
3. Malas minum.
4. Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 detik
a.

Beri cairan intravena segera


Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB. Di bagi sebagai berikut :
Umur

Bayi < 1 tahun


Anak > 1

Pemberian I 30ml/kg

Kemudian 70ml/kg

BB

BB
1 jam
30 menit

5 jam
2,5 jam

tahun
* di ulang lagi Bilaa denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.

Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.

Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bias minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak).

Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

Setelah 6 jam (bayi), atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.

Rujuk penderita untuk terapi intravena.

Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara pemebriannya.

Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogatrik/orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit,
20ml/kg/jam selama 6 jam.

Nilai setiap 1-2 jam.

Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

Bila rehidrasi tidak tercapai dalam waktu 3 jam rujuk untuk terapi intravena.

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapai yang sesuai (A,B atau C)

b. Catatan

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah dehidrasi untuk memastikan bahwa ibu
dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.

Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan
kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.

D. Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri dari natrium Klorida (NaCl), Kalium
Klorida (KCL), sitrat dan glukosa.
Manfaat oralit adalah :

Untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang
saaat diare.
Cara membuat larutan Oralit

Cuci tangan dengan air dan sabun

Sediakan satu gelas air minum yang telah di masak (200 cc)

Masukan satu bungkus oralit 200cc

Aduk sampai larut benarberikan larutan oralit kepada balita


Cara memberikan larutan oralit :

Berikan dengan sendok atau gelas

Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus.

Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2
atau 3 menit.

Walau diare berlanjut oralit tetap di teruskan.

Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.

2.1.9. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :
1.

Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu, tidak berwarna,tidak
berbau dan tidak berasa.

2.

Memasak air sampai mendidih sebelum di minum untuk mematikan sebagian besar kuman
penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan dan sesudah buang
air besar (BAB)
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

2.1.10. Penatalaksanaan diare


Menurut Widoyono penatalaksanaan diare di bagi menjadi 2 yaitu :
2.1.10.1. Penalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat
NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar
Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar
natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e.

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1 %).

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis
makanan:
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa atau karbohidrat lain.

2.1.10.2.

Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan

sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan
sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

2.2. Balita
2.2.1.

Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular

dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).


Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak
usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain
masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan.

2.2.2. Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa
batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa
ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan tidak
terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat
dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi
bila dibandingkan dengan anak laki-laki

2.2.3. Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa
melalui tiga pola yang sama, yakni:
a.

Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian

b.

bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan
berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.

a.

Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu
menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda
dengan jemarinya.

b.

Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilanketerampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
Menurut Soetjiningsih (2005) walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi setiap
anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut :

1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )


2.

Masa mudigah/embrio : konsepsi sampai 8 minggu2) Masa janin/fetus : 9 minggu sampai


lahirb.

Masa bayi : usia 0 sampai 1 tahun

3. Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang terdiri dari masa neonatal dini yaitu 0-7 hari dan
masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari2) Masa pasca neonatal : 29 hari sampai 1 tahun. Masa
prasekolah (usia 1 sampai 6 tahun)
Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009) yaitu:
a.

Masa prenatal yang terdiri dari dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus (usia 0-9 bulan)

b. Masa neonatal (0-28 hari)


c.

Masa bayi (29 hari-1 tahun)

d. Masa batita (1-3 tahun)


e.

Masa balita (3-5 tahun).

2.3.

Perilaku
Menurut Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (Rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebur
merespons, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus --- organisme --- Respons,
Skiner membedakan adanya dua respons.

1.

Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena
menimbulkan respons respons yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respons ini juga mencakup perilaku emosional.

2.

Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini asih terbats pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada oaring yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)


Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang
dengan mudah dapat daiamati atau dilihat oleh orang lain.
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reksi terhadap stimulasi atau rangsangan
dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
krakteristik atau factor factor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan Perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
given atau bawaan, misalnya : tingakt kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya
2. Determinanatau faktor ekternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan
yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon organisme
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. Respon Internal
Yaitu yang terjadi didalam individu dan tidak dapat langsung terlihat oleh orang lain, seperti
berfikir, tanggapan, atau sikap batin dan pengertian, sedangkan prilakunya masih terselubung
yang disebut dengan Coverage Behavior.

2. Bentuk Aktiv
Yaitu apabila prilaku tersebut jelas dan dapat diobservasi secara langsung dan sudah kelihatan
dalam bentuk tindakan yang nyata yang disebut Over Behavior. Dalam proses pembentukan
dan perubahan prilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam
maupun dari luar individu, oleh karena prilaku tersebut terbentuk dan dapat mengalami
perubahan melalui proses interaksi manusia dengan lingkungan.
faktor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku individu (Notoadmodjo, 2007) tersebut
adalah :

a) Faktor intern meliputi

: pengertian, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang terbentuk

untuk mengelola rangsang dari luar.


b) Faktor ekstern

: lingkungan, manusia, sosial kebudayaan, dan sebagainya

Proses terbentuknya prilaku tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut :


Gambar. 2.2.

Asumsi Determinan Prilaku Manusia

Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosial Budaya
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan

Motivasi
Niat

PRILAKU

sumber : Soekidjo Notoatmodjo, 2007

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi prilaku manusia
kedalam 3 Domain, ranah, kawasan yaitu : kognitif (Cognitive), afektif (Affective), dan
psikomotor (Psykomotor). Dalam perkembangan teori Bloom di modifikasi untuk pengukuran
hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2000) menjadi :
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objek diluarnya, melalui indera
yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan, dalam diri manusia terjadi
proses perhatian, persepsi, panghayatan, terhadap stimulus atau objek diluar objek. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat diukur atau diobservasi melalui apa yang diketahui
tentang objek (masalah kesehatan).
2) Sikap (Affective)
Sikap merupakan reaksi atau respon emosional (Emotional Feeling) seseorang terhadap stimulus
atau objek diluarnya. Respon emosional ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi terhadap

stimulus atau objek diluarnya dan penilain ini dapat di lanjutkan dengan kecenderungan untuk
melakukan atau tidak melakukan terhadap objek.
3) Tindakan
Tindakan atau respon adalah reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus. Respon ini sudah dalam
bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah
mempraktekkan (practice) apa yang diketahui atau disikapi.

Menurut Lawrence Green (1980) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prilaku ada 3
yaitu :
1) Faktor Predisposisi (Predispossing Factors)
Adalah faktor penentu timbulnya prilaku seperti fikiran dan motivasi untuk berprilaku
yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang
berhubungan dengan motivasi individu untuk berprilaku. Faktor lainnya adalah variabel
demografi, seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga.
2) Faktor Pendukung (Enabling Faktors)
Adalah faktor yang mendukung timbulnya prilaku sehingga privasi atau fikiran menjadi
kenyataan. Wujud dari faktor pendukung ini adalah seperti lingkungan dan sumber yang ada di
masyarakat.
3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Adalah faktor yang merupakan suatu yang sangat pentung untuk terbentuknya prilaku
yang merupakan sumber yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku yang berasal dari orang
lain, yang merupakan kelompok referensi dari prilaku, seperti keluarga, teman sebaya, guru atau
petugas kesehatan.

2.2.1. Perubahan (Adopsi) Prilaku Dan Indikatornya


Perubahan atau adopsi prilaku baru atau suatu proses kompleks dan memerlukan waktu
yang relatif lama. Secara teori perubahan prilaku seseorang mengikuti tahap-tahap
(Notoatmodjo, 2000) yaitu :

2.4.

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Pancaindera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh malalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses Adopsi Perilaku
Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih lenggeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan, (Roger, 1974)
1. Awereness (kesadaran)
2. Interest
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus untuk dirinya)
4. Trial, orang mulai perilaku baru
5. Adoption, subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadp
stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domainkognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan antara lain.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (Analysis)
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen
komponen, tetapi dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesis (Synthesis)
menunjukkan suatu kemampuan unuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagaian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justififikasi atau penilaian terhadap suatu meteri
atau objek.

Menurut (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dibawah ini, untuk menginterprestasikan data, maka dapat
digunakan kriteria standar objektif sebagai berikut :
1. Baik jika jawaban benar > 75 %
2. Cukup jika jawaban benar antara 60 75 %
3. Kurang jika jawaban benar < 60 %

2.5.

Sikap
Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, oleh karena sikap
dapat memprediksikan atau memandu perbuatan atau perilaku seseorang. Sikap seseorang
terhadap suatu objek atau perasaan mendukung atau memihak (Unfavourable) pada objek
tersebut.
Secara lebih spesifik Thustone menjelaskan sikap derajat efek positif atau negatif
terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan Myers (1996) dalam BartS (1994) memberikan
gambaran :
.Attitude is a favourable or unfavourable rection toward something or some one,
exhibited in ones belief, feelings or intended behaviour.
Dari gambaran terdebut tampak bahwa meskipun ada perbedaan, namun semuanya
sependapat bahwa ciri khas dalam sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku,
konsep, situasi, benda, dll) dan mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka)
(Notoatmodjo, 2007).

Gambar 2.3.
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
Stimulus
rangsangan
Proses stimulus
Sikap (tertutup)
Reaksi
Tngkah laku (terbuka)

Sumber : Notoatmodjo; 2007


Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional (emotional feeling) seseorang
terhadap stimulus atau objek di luarnya, respon emosional ini lebih bersifat penilaian atau
evaluasi pribadi terhadap stimuli atau obyek diluarnya, dan penilaian ini dapat di lanjutkan
dengan kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan terhadap obyek (Notoatmodjo,
2000).

Sikap secara nyata (Notoatmodjo, 2010). menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial, bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdisposisi
tindakan suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap ibjek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Allport, 1954 Dalam (Notoatmodjo, 2010). menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan, keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
Menurut (Notoatmodjo, 2010). sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap
ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan


adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa
orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya seorang
ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap terhadap gizi anak.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya denga segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Nooatmodjo, 2003).

2.6.

Tindakan
Tindakan adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus atau objek.
Respons ini sudah dalam bentuk tindakan (action), yang melibatkan aspek psikomotor, atau
seseorang telah mempraktekan (practice) apa yang diketahui atau yang disikapi (Notoatmodjo,
2000).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, selanjutnya ia akan mempraktekkan apa

yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan
(Overt behavior). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup yaitu :
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
a.

Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, menguras bak mandi seminggu sekali.

b.

Penyembuhan penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjurananjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
3. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban atau wc, membuang sampah
di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran tindakan menurut (Arikunto, 2002) dapat dilakukan secara tidak langsung
yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, pengukuran juga
dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.7.

Fokus Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis
difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon
klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus
pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah
aktifitas harian.
2.7.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yg
sistematis dalam pengumpulan data dari bbg sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
a.

Identitas Anak

Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1.

Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah

2.

Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula

3.

Riwayat diare ; Berulang, Penyebab

4.

Pola Pertumbuhan

5.

Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya

6.

Memakan makanan yang tidak bersih

c.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab

Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB

Kaji Intake dan Output BAB > 3x sehari dengan konsistensi encer

Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang

Tinja makin cair disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah jadi hijau karena bercampur
dengan empedu

Daerah disekitar anus lecet karena sering defekasi

Muntah bisa terjadi sebelum dan sesudah diare

Gejala dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit

Diuresis : terjadi oliguria (<1 ada="ada" berat="berat" dehidrasi="dehidrasi" jam="jam" kg="kg"


ml="ml" pada="pada" span="span" tidak="tidak" urine="urine">
d. Pengkajian Sistem
1) Pengkajian umum
a.

Kesadaran

b.

Tanda tanda vital

Suhu tubuh: Pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)


Pengukuran axilla (<4 6="6" span="span" th="th">
Nadi

: kuat, lemah, teratur/ tidak.

Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak


TD

c.

: Sistolik/ diastolik, tekanan nadi

TB / BB

d. Lingkar kepala
e.

Lingkar Dada

2) Pengkajian fisik
a.

Kepala : Higiene kepala dan Ubun-ubun cekung

b.

Mata

Palpebra : cekung/ tidak


Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak
c.

Hidung : Sianosis, epistaksis

d.

Mulut

Membran mukosa : pink, kering


e.

Telinga :
Apakah ada infeksi/ tidak

f. Sistem kardiovaskuler
Nadi apeks : irama teratur/ tidak
Nadi perifer : irama teratur/ tidak
Bunyi jantung : murni/ bising
Kulit : pucat/ sianosis
g. Sistem pernapasan
Frekuensi napas
Bunyi napas : murni/ bising
Kedalaman, Pola napas
h. Sistem persarafan, tingkat kesadaran
Pola tingkah laku
Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
i. Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan
j. Sistem pencernaan
Bising usus : ada/ tidak, frekuensi

Distensi abdomen : ada/tidak


Mual/ muntah
k. Sistem eliminasi ( BAB dan BAK ) : Frekuensi, konsistensi, bau, warna
e.

f.

g.

Faktor Psikososial

Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah

Metode koping orangtua dan anak

Interaksi orangtua dan anak

Pengkajian Keluarga

Jumlah anggota keluarga

Pola komunikasi

Pola interaksi

Pendidikan dan pekerjaan

Kebudayaan dan keyakinan

Fungsi keluarga

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula

Keseimbangan asam basa dalam darah

Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)

Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)

Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)

2.7.2. Diagnosa Keperawatan


1. Kurang volume cairan b.d seringnya buang air besar dan encer

a. Tujuan :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan tujuan :

Pengeluaran urin sesuai

Pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik

Turgor kulit elastis

Membran mukusa lembab

Berat badan tidak menunjukkan penurunan

b. Intervensi :
1. Kaji status hidrasi
2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
3. Monitor tanda-tanda vital.
Kolaborasi
1. Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, serum albumin
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit dan cairan parenteral)
3. Pemberian obat sesuai indikasi
Antidiare
Antibiotik
b. Rasional :
1. Indikator langsung status cairan/ perbaikan ketidakseimbangan
2. Menunjukkan status hidrasi keseluruhan
3. Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan
respon terhadap pengobatan

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan menurunnya
absorpsi makanan dan cairan
a. Tujuan :
Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan:

Berat badan dalam batas normal

Tidak terjadi kekambuhan diare


b. Intervensi
1. Timbang berat badan anak setiap hari
2. Monitor pemasukan dan pengeluaran
3. Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan
usia dan atau berat badan anak
4. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
5. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan Bila bayi tidak toleran terhadap ASI, berikan susu formula yang
rendah laktosa.
c.

Rasinoalisasi

1. Memberikan informasi tentang diit dan keefektifan terapi


2. Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/ defisiensi
3. Diit yang tepat penting untuk penyembuhan
4. Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan

5. Mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan Mengurangi
malnutrisi
3. Kerusakan pengetahuan integritas kulit b.d kurang
a. Tujuan :
Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak
b. Intervensi :
1. Kaji tingkat pemahaman orangtua
2. elaskan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan
3. Jelaskan tentang pentingnya kebersihan (misal, cuci tangan)
4. Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
c.

Rasionalisasi

1.

Hal ini mempengaruhi orangtua untuk menguasai tugas dan melakukan tanggung jawab
perawatan

2. Memberikan dasar pengetahuan dimana orangtua dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan
3. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko infeksi serta iritasi kulit dan jaringan
4. Diit yang tepat penting dalam penyembuhan.

2.7.3. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan
yangtelah direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karenaanak telah

menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukant indakan diagnostik langsung
tetapi berupa edukatif kepada keluarga.

2.7.4. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi
belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

Gamabar 2.4 : Kerangka Teori


PENYEBAB :
1. Faktor Infeksi
2. Faktor malabsorbsi
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis

TANDA & GEJALA


a. Berak cair atau lembek
b. Muntah,

c. Demam,
d. Gejala dehidrasi
PENCEGAHAN :
1. Menggunakan air bersih,
2. Memasak air sampai mendidih
3. Mencuci tangan
4. Memberikan ASI
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

Diare
Dewasa
Anak-anak
Balita
Penanganan Dini
diare
Pengetahuan
ibu
Sikap
ibu
Perilaku
ibu

Sumber : modifikasi ( widoyono, 2011 dan Notoadmojo,2007)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatamodjo, 2010).
Secara konseptual penelitian ini didasari teori perilaku yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo, (2010). Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka disusun kerangka
konsep sebagai berikut.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent

Variabel Dependent

Pengetahuan Ibu

Penanganan dini diare

Sikap Ibu

Tindakan Ibu

Sumber : Notoatmodjo (2010).

3.2. Definisi Operasional

Variabel

Defenisi

Cara ukur

Pengukuran
Alat ukur
Hasil ukur

Operasional
Pengetahuan Pemahaman

dan Wawancara

Baik :
Kuisioner

Skala
Ukur
Ordinal

Ibu

keterangan
ibu
balita
mengenai
pengertian, gejala,
pencegahan,
perawatan
dan
pengobatan
penyakit DIARE

Sikap Ibu

Respon, pendapat
atau pandangan
ibu balita
terhadap penyakit
maupun
perawatan
DIARE pada
balita

Positif:
Wawancara Kuisioner

Tindakan atau
aktivitas yang
dilakukan ibu
balita meliputi
pengobatan,
perawatan,
pencegahan
dalam melakukan
perawatan pada
balita DIARE

Wawancara Kuisioner Baik =


Ordinal
. mean (nilai
rata-rata)

Tindakan
Ibu

Jika
jawaban
benar > 75 %
Cukup:
Jika
jawaban
benar antara 6075 %
Kurang:
Jika
jawaban
benar < 60 %

Ordinal

. mean (nilai
rata-rata)
Negatif
< mean (nilai
rata-rata)

( Sumber :
Anwar, 2003 )

Tidak baik =

<mean =
nilai rata-rata
Sugiyono,
2003)

3.3. Desain Penelitian


Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan Potong
silang yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dengan cara pendekatan, observasi dan atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Notoatmodjo, 2010).
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasai penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasai pada penelitian ini adalah Ibu yang membawa anak Balitanya

yang terkena diare ke Puskesmas Sako Palembang dan ibu yang balitanya pernah mengalami
diare.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diamlbil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini diambil secara
accidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang
tersedia selama waktu penelitian sampai mencapai sejumlah 30 sampel.
Kriteria Inklusi :

Ibu yang mempunyai balita diare

Ibu yang balitanya pernah mengalami diare

Bersedia menjadi responden

3.5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

mpat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Sako Palembang
2. Waktu penelitian.
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2013 Februari 2013

3.6. Tehnik Pengumpulan data


3.6.1. Data primer
Data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner, wawancara, dan observasi, dilakukan pada
Ibu Balita yang memiliki Balita yang mengalami diare di Puskesmas Sako Palembang
3.6.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil :

Dokumentasi Puskesmas Puskesmas Sako Palembang tentang jumlah Balita yang menderita
diare.

Profil dinas kesehatan tentang diare kota Palembang.

3.7. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner dimana
untuk variabel pengetahuan terdapat pertanyaan positif dan pertanyaan negatif yang akan diberi
nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah

3.8. Tehnik Pengolahan Data


Dalam penelitian pengolahan data yang digunakan adalah dengan primer.
Langkah-langkah dalam pengolahan data :
1) Editing (pemeriksaan data)
Merupakan pengecekan atau pengkoreksian data yang teah dikumpulkan karena kemungkinan
data yang masuk atau data yang terkumpul itu logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk
menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatat di lapangan dan bersifat
koreksi.
2) Coding (pengkodean)
Merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.
Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka / huruf-huruf yang memberikan
petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dibahas

3) Tabulasi (tabulasi data)


Merupakan membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah di beri kode, sesuai dengan
analisis yang dibutuhkan.
4) Entry data (pemasukan data)
Pada tahap entry data, data dimasukkan kedalam sistem komputeruntuk diolah.
5) Cleaning data (pembersihan data)
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali sesuai dengan kriteris data. Langkah ini bertujuan
untuk membersihkan data dari kesalahan.

3.9. Analisis Data


Yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Misalnya
distribusi penyakit yang ada didaerah tertentu, distribusi pemakaian jenis kontrasepsi, distribusi
umur dan responden, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini adalah penelitian secara analisa data yang bersifat univariat, yaitu :
pengetahuan, sikap, tindakan Ibu Balita terahadap perawatan diare pada Balita.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan
Nasional, 2001, Laporan studi Mortalitas 2001 : Pola Penyakit Penyebab Kematian di
Indonesia, Jakarta.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Buku
Kedokteran.EGC

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit WHO.
Depkes R.I, 2001. Pedoman Pemberantasan penyakit diare, Jakarta,
Dinas kesehatan kota Palembang, Profil Kesehatan kota Palembang, Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2011
FKUI, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Imron, 2006. perilaku Ibu di Desa Keluang dalam perawatan penderita diare yang berobat di
puskesmas Karya Maju Desa Keluang Kabupaten Musi Banyuasin, Program Studi Ilmu
Keperawatan STIK Bina Husada. Palembang.
Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Ngastiyah (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran.EGC


Notoatmodjo. S. (2007). Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka cipta
(2007). Ilmu perilaku dalam kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta
Nurhasan, 2008. Standar Pelayanan Medik. Ikatan Dokter Indonesia., Perpustakaan Nasional RI.
Edisi Ketiga cetakan Kedua. Jakarta.

Purbasari E, 2009, tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare
Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Laporan Penelitian
Fakultas

Dan

Ilmu

Kesehatan

Universitas

Negeri

Syarif

Hidayatullah

Jakarta.

http:/perpus.fkik.uinjkt.ac.id. diakses pada tanggal 26 Desember 2012.


Puskesmas Sako (2011).Laporan SP2TP P2M : Kota Palembanng
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada, (2005). Pedoman Penyusunan Skripsi

Program

Ilmu Keperawatan : Bina Husada Palembang.

Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus Di
Kabupaten Semarang), Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Suraatmaja, S, (2005). Kapita Selekta Gastroentologi Anak. Jakarta, Sagung seto.
Widoyono, 2002, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya,
Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP )


PELAYANAN DIARE DI PUSKESMAS

Puskesmas

Pelayanan Diare Di Puskesmas


No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal
Prosedur Tetap

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Terbit

: Suatu tata cara untuk memberikan pelayanan diare di puskesmas.


: Memberikan pelayanan yang cepat, sistematis dan benar.

: Puskesmas merupakan tempat rujukan pertama, sebelum dirujuk ke tempat pelayanan


kesehatan lanjutan yaitu rumah sakit.

Petugas

Ditetapkan

:
1. Petugas pendaftaran

2. Petugas Sanitasi dan gizi


3. Dokter

Prosedur

1. Pasien balita yang dating menuju loket pendaftaran.


2. Loket pendaftaran :

Setiap balita yang datang dicatat pada buku register puskesmas

Balita di persilakan menunggu di ruang tunggu.

3. Balita menunggu giliran dipanggil untuk pemeriksaan diruang pelayanan sesuai dengan urutan
kedatangan. Balita di panggil satu persatu.
4. Ruang pelayanan :
a.

Dokter

Setiap balita tersebut diatas di berikan pelayanan :

Anamnese

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan dehidrasi

Pemeriksaan penyakit
b. Petugas sanitasi dan gizi

Pengukuran berat badan

Pengukuran tinggi/panjang badan

Pengukuran atropometri

5. Pasien (balita) dengan keluhan penyakit mendapat resep obat menuju apotik.
6. Apotik :

Pasien menyerahkan resep ke petugas apotik.

Pasien menunggu giliran dan menerima obat.

Pasien menerima obat sesuai yang tertera di resep.

7. Balita yang menderita keluhan penyakit berat, atau gizi buruk, atau diare dengan dehidrasi berat
di rujuk ke rumah sakit.
8. Balita yang menderita keluhan penyakit ringan, diobati penyakitnya.
9. Balita bukan gizi buruk, diberikan tatalaksana balita gizi kurang.
10. Balita diare dengan tingkat dehidrasi ringan, diberikan terapi tatalaksana diare tipe A.
11. Balita sehat dipersilakan pulang.
Unit Terkait

: Rumah sakit/Puskesmas Perawatan.

STANDAR PELAYANAN MEDIK


DIARE

1. Kriteria Diagnosis.
Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun, nadi cepat, mata cekung, napas
cepat dan dalam, ologuri.
2. Diagnosis banding.
Mencret psikologi (Shigella, V.cholera, Salmonela, E. rotavirus, Campliobacter).
3. Pemeriksaan penunjang.

Kultur tinja

Pemeriksaan rutin tinja.

Bila perlu analisis gas darah/elektrolit.

4. Kosultasi
Dokter spesialis anak.

5. Perawatan rumah sakit.


Rawat inap bila terdapat dehidrasi berat.
6. Terapi
Rehidrasi oral/parenteral, antibiotic atas indikasi, diet.
7. Standar RS.
Tipe D

8. Penyulit.

Asidosis

Hipokalemi

Renjatan

Hipernatremi

Kejang

9. Informed consent.
Tertulis di perlukan pada tindakan.
10. Standar tenaga.

Dokter umum

Dokter spesialis

11. Lama perawatan


3-5 hari
12. Masa pemulihan.
2-3 minggu
13. Luaran
Sembuh total.
14. PA
15. Autopsy/Risalah rapat.

LEMBAR RESPONDEN
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM
PENANGANAN DINI DENGAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
SAKO PALEMBANG TAHUN 2013
OLEH
EDO ANUGRAH HUTAMA
09.14201.30.12

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang. Yang akan melakukan penelitian untuk menyusun
skripsi, sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana keperawatan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang
diare dengan penanganan awal balita penderita di Puskesmas Sako Palembang Sehubungan
dengan nilai diatas, maka kami memerlukan data/informasi yang jujur, nyata serta menjawab
sendiri pertanyaan tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Kami menjamin kerahasiaan pendapat dan

identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat Volunter (bebas). Ibu bebas untuk ikut atau
tanpa adanya sanksi apapun.
Bila ibu berkenan menjadi responden dalam penelitian ini, sebelum menjawab pertanyaan
, mohon untuk menandatangani kolom dibawah ini.
Nama Responden
No. Responden
Tanggal
No. Telepon/HP

: ..
: ..
: ..
: ..

Responden

(.)

No. Responden :

KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM
PENANGANAN DINI BALITA DENGAN DIARE DI PUSKESMAS SAKO
PALEMBANG 2013

I.
1.
2.
3.

Identitas Balita
Nama
: ..
Umur
: ..
Jenis kelamin : ..

II.
1.
2.
3.
4.

Identitas Responden/Ibu
Nama
: ..
Umur
: ..
Alamat
: ..
Pendidikan
:

Tidak Pernah bersekolah


Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMU
Tamat Perguruan Tinggi

III.

Pengetahuan Ibu mengenai diare


Petujuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti semua pertanyaan di bawah ini sebelum menjawabnya.
2. Berilah tanda contreng ( ) sesuai dengan yang telah Anda lakukan.

1. Apakah anak ibu pernah mengalami diare?

Ya

Tidak

2. Apa yang ibu ketahui tentang diare?


Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 1 hari dan tinja berbentu cair.
Buang air besar dalam bentuk air
Perubahan frekuensi buang air besar
Tidak tahu
3. Apa bahaya jika diare tidak segera di tangani?
Lemas
Kekukarangan cairan

Berat badan menurun


Tidak nafsu makan
Tidak tahu

4. Apakah ibu tahu tanda kekurangan cairan?


Ya
Tidak

5. Apa tanda-tanda anak kekurangan cairan?


Lemas, kesadaran menurun, tidak nafsu makan, bahkan gelisah
kesadaran menurun, nafsu makan tinggi, dan lemas.
Napas cepat, anak rewel, dan suka bermain
Tidak tahu
6. Apakah ibu tahu penanganan awal diare dan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan?

Ya
Tidak

7. Apakah ibu tahu kalau anak diare harus di berikan air minum lebih banyak untuk mengurangi
dehidrasi?
Ya
Tidak

8. Apakah ibu tahu penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare di rumah?
Ya
Tidak

9. Apa saja bahan untuk membuat oralit?


Gula, Garam dan Air putih yang di masak
Gula, Kopi, dan air mentah
Garam dan air yang dimasak
Tidak tahu

10. Apakah ibu tahu kalau anak diare memerlukan suplemen zinc?
Ya

Tidak

11. Kemana ibu harus membawa anaknya bila diarenya semakin parah?

Puskesmas
Rumah sakit
Praktik bidan
Praktik dokter
Pengobatan alternative

12. Darimana ibu mendapat informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar?

Petugas kesehatan
Media cetak
Media elektronik
Dokter/bidan
Orang tua
Tetangga

IV.

Sikap Ibu mengenai diare

Petujuk Pengisian :
Beri Tanda ( ) pada kotak yang telah tersedia sesuai dengan jawaban anda.
No

Jawaban
Pernyataan

1
2
3
4
5
6

V.

Diare harus segera Ditangani dengan cepat?


Penanganan awal diare dapat di lakukan dirumah
Anak diare harus segera di berikan obat anti diare
Oralit dapat di buat sendiri di rumah !
Anak diare harus di puasakan (tidak di beri makan)
Anak memerlukan suplemen Zinc saat diare

Perilaku Ibu mengenai diare

1. Apa yang ibu berikan saat anak diare?

Anak di puasakan
Tetapa memberikan makanan seperti biasa
Mengganti makanan dengan yang lunak

2. Apakah ibu selalu membawa anak berobat pada awal diare?

Ya
Tidak

3. Apakah ibu memberikan obat pada awal anak diare?

Ya
Tidak

4. Apakah ibu memberi minum lebih banyak?

Ya
Tidak

TS

TH

5. Apakah ibu memeberikan oralit saat anak ibu diare?

Ya
Tidak

6. Apakah yang ibu lakukan jika anak ibu kekurangan cairan (dehidrasi)?

Beri banyak minum


Tetap beri ASI

Beri oralit
Beri makanan yang banyak mengandung

7. Apakah ibu memberikan zinc pada saat anak ibu diare?

Ya
Tidak

8. Apakah ibu memakai obat tradisional?

Ya
Tidak

Diposkan oleh Edo Anugrah Hutama di 10.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PROPOSAL PENELITIAN
1 komentar:

1.
khairatun nisa27 Desember 2013 01.40
mhon bantuannya untuk mengrim file word proposal dan kuisionernya ke email saya
khairatunnisa11@gmail.com . untuk bantu tugas metil saya terkait kerngka
konsep,,,mksih sblumnyaa,,
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (3)
o Februari (3)

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PROPOSAL PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

senyumku adalah senyummu


Edo Anugrah Hutama
saat ku berjalan menyusuri waktu yang lalu
tak ada kata maupun sapa
seperti pula mendung kelabu yang merebak dalam hidupku
pilihannya adalah menangis dalam hujan
atau tertawa saat pelangi hadir
hujan akan berlalu
demikian kisah ini

ini adalah yang terbaik


kita sudah berbeda
kau malaikat sempurna
dan aku hanya seorang pangeran kelana
jika Surga adalah rumahmu
maka pergilah ke Surga
carilah seorang Malaikat pula sepertimu
jika Bumi dan tanah adalah pijakanku
maka aku akan berakhir dengan kematian
tak sempurna dan tak abadi
aku hanya seorang manusia
selalu salah dan berdosa
ingatlah wahai Malaikat yang pernah meratu dihatiku
pernah kamu memijakan kaki ke tanah
dan aku jatuh cinta denganmu
bukan sebuah makna
melainkan bahasa kita berbeda
bahasa kalbumu terlalu dalam
aku tak akan menyalahkan siapapun
yang pernah menyiksaku
karena aku mencintaimu dan salah
semua terserah padamu
tak bisa memaafkan aku
tak bisa lagi menjadikanku sahabat
tak nyaman lagi dgnku, seperti yg kau katakan
tak apa, aku anggap fair
dengan apa yang telah aku sakitimu
aku tak akan mengganggumu lagi
jangan salahkan siapapun
jika aku hanya mencintaimu
hidup sendiri tak ingin cinta
hanya menantimu
jangan salahkan siapapun pula
jika suatu saat manusia serupa malaikat
hadir dalam hidupku
menyempurnakan aku
dia bukan kamu
kamu ingin salahkan
Dia, Yang memberi dan menghentikan nafas??
masa depan itu buram
ada sebuah titik disana
itu takdir
takdir tidak mesti apa yang menjadi harapan dan cita2 kita
tapi itu selalu menjadi yang terbaik
seharusnya kamu bahagia
aku mengkhiri ini

seharusnya kamu senang


aku mengakhiri ini
seharusnya kamu berhenti membicarakan ttg kisah ini
itu yg membuatmu kelam
dan kini kuyakini
aku bukan yang terbaik
dan kamu bukan untukku
hiduplah sewajarnya
ikuti kata hati
bernafas, melihat, mendengar, bicara, dan merasakan
satu diantaranya harus kamu lakukan
kau tahu mengapa pelangi itu indah??
karena warnanya?
karena bentuknya?
bukan itu
karena dia hadir ketika hujan berhenti
seperti itu pula aku mengakhiri ini semua
selamat tinggal
bukalah lembaran barumu
selalu berdoa untukmu
aku hanya ingin kamu tersenyum sekarang..
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai