Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
iv
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
10
13
14
2.1.6. Komplikasi..........................................................................
15
16
24
11
24
2.2. Balita.............................................................................................
27
2.3. Perilaku.........................................................................................
31
2.4. Pengetahuan..................................................................................
37
2.5. Sikap.............................................................................................
39
2.6 Tindakan.......................................................................................
43
44
55
56
57
57
58
58
59
59
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
2.1
Halaman
12
34
2.3
40
2.4
54
3.5
Kerangka Konsep.......................................................................................
55
DAFTAR LAMPIRAN
4.
Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini
Balita dengan Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.
5. Power point
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
Negara termasuk Indonesia.. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang
gizi, dan infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena
daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab
utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita (Widoyono:2011).
Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70%-80%) dari
penderita ini adalah anak di bawah usia 5 tahun (Widoyono:2011).
Analisis World Health Organization (1980) berdasarkan pada data dari survey
memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar episode diare pada golongan umur balita
terjadi di Asia , Afrika dan negara Amerika Latin. Diperkirakan juga setiap tahunnya terjadi 3
juta kematian diare pada golongan umur balita (terjadi 57. 533 kematian setiap minggu, 8.219
kematian setiap hari, 342 kematian setiap jam, atau 6 kematian setiap menitnya), sekitar 80%
kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2 tahun (DepKes RI, 2000).
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono:2011).
Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan, menunjukkan bahwa angka
kesakitan diare untuk semua golongan umur per 1000 penduduk Indonesia tahun 2001 adalah
20,27, tahun 2002 : 20, 68. Angka kematian (CFR) sebesar 0,008% pada tahun 2001. Episode
diare balita 1,6 2,2 kali pertahun. (Profil Kesehatan Indonesia,). Kematian pada semua
golongan umur yang disebabkan oleh diare sebanyak 3,8% dan 22,6% kematian terjadi pada bayi
dan balita. Kematian di perkotaan untuk semua golongan yang disebabkan oleh penyakit diare
sebanyak 3,9% dan 26,7% kematian terjadi pada bayi dan balita. Untuk daerah pedesaan 3,7%
dari total kematian pada semua golongan umur juga disebabkan oleh diare dan 20,9% kematian
terjadi pada bayi dan balita (Survei Kesehatan Nasional, 2001).
Dari daftar urusan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan, hampir selalu
termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar
200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunya. Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian besar
(70% - 80%) dari penderita diare ini adalah anak yang dibawah umur lima tahun ( 40 juta
kejadian). Kelompok ini setiap tahunya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60%
diantaranya dapat meniggal (Suraatmaja, 2005).
Data data dari Puskesmas Puskesmas menunjukan bahwa diare merupakan salah satu
penyakit utama yang paling banyak pengunjungnya, sedangkan lebih dari 20% PenderitaPenderita yang dirawat dibagian anak-anak RS besar di Indonesia adalah penderita-Penderita
gastroenteritis. Sex ratio antara penderita laki-laki dan wanita dapat dikatakan 1: 1.
Data yang didapat dari Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Dinas Kesehatan Kota
Palembang tiga tahun terakhir yakni tahun 2009 sebanyak 598.519 orang, tahun 2010 sebanyak
648.607 orang dan tahun 2011 sebanyak 619.605 orang. (Dinas Kesehatan Kota
Palembang:2011).
Adapun penelitian/proposal terkait sebagai proposal pembanding yakni terdapat pada
Imron (2006), yakni perilaku Ibu di Desa Keluang dalam perawatan penderita diare yang berobat
di puskesmas Karya Maju Desa Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan didapatkan angka kejadian diare pada balita
yang terdapat di Puskesmas Sako ini dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami
peningkatan. Tahun 2009 tercatat ada 1307 orang balita, tahun 2010 tercatat ada 1417 orang
balita dan pada tahun 2011 tercatat ada 1385 orang balita penderita diare. Dengan jumlah balita
yang ada berdasarkan data yang ada sekitar 1890 balita. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
penyakit diare pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Puskesmas Sako
Palembang (Puskesmas Sako Palembang:2011).
Diare membutuhkan penanganan yang cepat dan adekuat, karena itulah pengetahuan
keluarga khususnya ibu sangat penting. Pengetahauan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian
besar
pengetahuan
(Notoatmodjo,2007:183).
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun
tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh menurunnya nafsu makan dan
keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan sangat membahayakan kesehatan anak, ibu
biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal
penyakit diare walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di puasakan, usus di
kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar.
Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat
puasa, maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi
pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian.
(Purbasari,2009).
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang
penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan
perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif , yakni dengan peningkatan pengetehuan maka
terjadinya perubahan perilaku sangat cepat. (Notoatmodjo S 2007) Salah satu pengetahuan ibu
yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah
dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan dehidrasi) baik yang di
berikan secara oral (diminumkan) maupun parentral (melalui infuse) telah berhasil menurunkan
angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare (Purbasari,2009).
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita dengan Diare Di
Puskesmas Sako Palembang tahun 2013
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita dengan
Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Penanganan dini Balita
dengan Diare Di Puskesmas Sako Palembang tahun 2013.
1.4.2.
Tujuan Khusus
Hasil penlitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan pengetahuan, sikap serta
perilaku ibu yang mendukung dalam memberikan perawatan di rumah pada balita yang
menderita Diare.
1.5.5 Bagi STIK Bina Husada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan
wahana kelimuan mahasiswa di bidang keperawatan komunitas bagi mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang khususnya dan
mahasiswa kesehatan lainnya pada umumnya.
1.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih dari biasanya. Neaonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 4 kali. (FKUI/RSCM 2001 : 283)
Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak, konsistensu feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja. (Ngastiyah.,2005)
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahu 1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 Jam). Para
ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek,cair,berdarah, atau dengan muntah
(Muntaber).
Penting ditanyakan pada orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang
dianggap sudah tidak normal lagi. ( widoyono, 2011 : 193 )
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
2)
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan baerat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus. Akibat
diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare
tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit
yang menyertainya (Ilmu Kesehatan Anak, 1990).
berikut:
1) Faktor Infeksi
a.
Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi lateral ini meliputi :
-
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shingella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya.
a.
b. Malabsorbsi lemak
c.
Malabsorbsi protein
MASYARAKAT
karier
Kepadatan Penduduk
Social Ekonomi
Lain lain faktor
(Sudaryat Suraatmaj
2.1.5. Tanda dan Gejala
Menurut Widoyono (2011:197) beberapa tanda dan gejala diare antara lain :
1. Gejala Umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis
b. Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :
1. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang atau
berat
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Jika kehilangan
cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang di
sebabkan oleh berkurangnya volume darah (Hipovolemia)
3. Gangguan asam-basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh, sebagai
kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk menbantu meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (Kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami mal nutrisi (kurang gizi).
Hipoglikemia dapat menyebabkan koma. Penyebab yang pasti belum di ketahui, kemungkinan
karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga
terjadi endema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan ouput yang berlebihan. Hal ini
akan bertambah berat bila pemberian makanan di hentikan, serta sebelumnya penderita sudah
mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaaan gasa darah
4.
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif atau
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
2.1.7. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hivopolemik
3. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
el;ektrokardiogram)
4. Hipoglekimia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesiensi enzim lactase
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Mal nutrisi energy protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
Anak yang mendapat ASI eklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
Anak yang tidak mendapat ASI eklusif, beri susu yang biasa di minum dan oralit atau cairan
rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb.).
Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan lanjutkan sedikit demi
sedikit.
Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.
Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, dan air kelapa hijau.
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu.
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
Muntah berulang
B.
Sangat haus
Timbul demam
Berak berdarah
Rencana Terapi B, untul terapi diare dehidrasi ringan/sedang Bila terdapat dua tanda
atau lebih
1. Gelisah, rewel.
2. Mata cekung.
3. Ingin minum terus, ada rasa haus.
4. Cubitan perut/turgor kembali lambat
a.
Bila Berat badan tidak di ketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini :
Umur
Berat
badan
< 4bulan
< 6 kg
4-12 bulan
6-10 kg
12-24 bulan
10-12 kg
2-5 tahun
12-19 kg
Jumlah
200-400
400-700
700-900
900-1400
Cairan
Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemebrian makan selama 3 jam, kecuali ASI dan oralit.
Bila kelopak mata agak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.
c.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana
terapi A,B, atau C untuk melanjutkan terapi.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rancana terpai A. bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya
buang air kecil kemudian mengantuk dan tidur.
Tunjukkan jumlah oralit yang harus di habiskan dalam terapi 3 jam di rumah.
Pemberian I 30ml/kg
Kemudian 70ml/kg
BB
BB
1 jam
30 menit
5 jam
2,5 jam
tahun
* di ulang lagi Bilaa denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bias minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi), atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara pemebriannya.
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogatrik/orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit,
20ml/kg/jam selama 6 jam.
Bila rehidrasi tidak tercapai dalam waktu 3 jam rujuk untuk terapi intravena.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapai yang sesuai (A,B atau C)
b. Catatan
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah dehidrasi untuk memastikan bahwa ibu
dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan
kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.
D. Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri dari natrium Klorida (NaCl), Kalium
Klorida (KCL), sitrat dan glukosa.
Manfaat oralit adalah :
Untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang
saaat diare.
Cara membuat larutan Oralit
Sediakan satu gelas air minum yang telah di masak (200 cc)
Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus.
Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2
atau 3 menit.
Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.
2.1.9. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :
1.
Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu, tidak berwarna,tidak
berbau dan tidak berasa.
2.
Memasak air sampai mendidih sebelum di minum untuk mematikan sebagian besar kuman
penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan dan sesudah buang
air besar (BAB)
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
e.
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1 %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis
makanan:
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.1.10.2.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan
sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
2.2. Balita
2.2.1.
Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 3 tahun
(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa
batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa
ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan tidak
terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat
dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi
bila dibandingkan dengan anak laki-laki
b.
bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan
berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
a.
Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak akan lebih dulu
menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda
dengan jemarinya.
b.
Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilanketerampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
Menurut Soetjiningsih (2005) walaupun terdapat variasi yang besar, akan tetapi setiap
anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut :
3. Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang terdiri dari masa neonatal dini yaitu 0-7 hari dan
masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari2) Masa pasca neonatal : 29 hari sampai 1 tahun. Masa
prasekolah (usia 1 sampai 6 tahun)
Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009) yaitu:
a.
Masa prenatal yang terdiri dari dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus (usia 0-9 bulan)
2.3.
Perilaku
Menurut Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (Rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebur
merespons, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus --- organisme --- Respons,
Skiner membedakan adanya dua respons.
1.
Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena
menimbulkan respons respons yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respons ini juga mencakup perilaku emosional.
2.
Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini asih terbats pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada oaring yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Bentuk Aktiv
Yaitu apabila prilaku tersebut jelas dan dapat diobservasi secara langsung dan sudah kelihatan
dalam bentuk tindakan yang nyata yang disebut Over Behavior. Dalam proses pembentukan
dan perubahan prilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam
maupun dari luar individu, oleh karena prilaku tersebut terbentuk dan dapat mengalami
perubahan melalui proses interaksi manusia dengan lingkungan.
faktor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku individu (Notoadmodjo, 2007) tersebut
adalah :
Pengalaman
Keyakinan
Fasilitas
Sosial Budaya
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Keinginan
Motivasi
Niat
PRILAKU
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi prilaku manusia
kedalam 3 Domain, ranah, kawasan yaitu : kognitif (Cognitive), afektif (Affective), dan
psikomotor (Psykomotor). Dalam perkembangan teori Bloom di modifikasi untuk pengukuran
hasil pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2000) menjadi :
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objek diluarnya, melalui indera
yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan, dalam diri manusia terjadi
proses perhatian, persepsi, panghayatan, terhadap stimulus atau objek diluar objek. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat diukur atau diobservasi melalui apa yang diketahui
tentang objek (masalah kesehatan).
2) Sikap (Affective)
Sikap merupakan reaksi atau respon emosional (Emotional Feeling) seseorang terhadap stimulus
atau objek diluarnya. Respon emosional ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi terhadap
stimulus atau objek diluarnya dan penilain ini dapat di lanjutkan dengan kecenderungan untuk
melakukan atau tidak melakukan terhadap objek.
3) Tindakan
Tindakan atau respon adalah reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus. Respon ini sudah dalam
bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah
mempraktekkan (practice) apa yang diketahui atau disikapi.
Menurut Lawrence Green (1980) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prilaku ada 3
yaitu :
1) Faktor Predisposisi (Predispossing Factors)
Adalah faktor penentu timbulnya prilaku seperti fikiran dan motivasi untuk berprilaku
yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang
berhubungan dengan motivasi individu untuk berprilaku. Faktor lainnya adalah variabel
demografi, seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga.
2) Faktor Pendukung (Enabling Faktors)
Adalah faktor yang mendukung timbulnya prilaku sehingga privasi atau fikiran menjadi
kenyataan. Wujud dari faktor pendukung ini adalah seperti lingkungan dan sumber yang ada di
masyarakat.
3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Adalah faktor yang merupakan suatu yang sangat pentung untuk terbentuknya prilaku
yang merupakan sumber yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku yang berasal dari orang
lain, yang merupakan kelompok referensi dari prilaku, seperti keluarga, teman sebaya, guru atau
petugas kesehatan.
2.4.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Pancaindera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh malalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses Adopsi Perilaku
Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih lenggeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan, (Roger, 1974)
1. Awereness (kesadaran)
2. Interest
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus untuk dirinya)
4. Trial, orang mulai perilaku baru
5. Adoption, subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadp
stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domainkognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan antara lain.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (Analysis)
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen
komponen, tetapi dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesis (Synthesis)
menunjukkan suatu kemampuan unuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagaian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justififikasi atau penilaian terhadap suatu meteri
atau objek.
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dibawah ini, untuk menginterprestasikan data, maka dapat
digunakan kriteria standar objektif sebagai berikut :
1. Baik jika jawaban benar > 75 %
2. Cukup jika jawaban benar antara 60 75 %
3. Kurang jika jawaban benar < 60 %
2.5.
Sikap
Sikap merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, oleh karena sikap
dapat memprediksikan atau memandu perbuatan atau perilaku seseorang. Sikap seseorang
terhadap suatu objek atau perasaan mendukung atau memihak (Unfavourable) pada objek
tersebut.
Secara lebih spesifik Thustone menjelaskan sikap derajat efek positif atau negatif
terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan Myers (1996) dalam BartS (1994) memberikan
gambaran :
.Attitude is a favourable or unfavourable rection toward something or some one,
exhibited in ones belief, feelings or intended behaviour.
Dari gambaran terdebut tampak bahwa meskipun ada perbedaan, namun semuanya
sependapat bahwa ciri khas dalam sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku,
konsep, situasi, benda, dll) dan mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka)
(Notoatmodjo, 2007).
Gambar 2.3.
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
Stimulus
rangsangan
Proses stimulus
Sikap (tertutup)
Reaksi
Tngkah laku (terbuka)
Sikap secara nyata (Notoatmodjo, 2010). menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial, bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdisposisi
tindakan suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap ibjek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Allport, 1954 Dalam (Notoatmodjo, 2010). menjelaskan bahwa sikap
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan, keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
Menurut (Notoatmodjo, 2010). sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap
ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
2.6.
Tindakan
Tindakan adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap stimulus atau objek.
Respons ini sudah dalam bentuk tindakan (action), yang melibatkan aspek psikomotor, atau
seseorang telah mempraktekan (practice) apa yang diketahui atau yang disikapi (Notoatmodjo,
2000).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, selanjutnya ia akan mempraktekkan apa
yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan
(Overt behavior). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup yaitu :
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
a.
b.
Penyembuhan penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjurananjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
3. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban atau wc, membuang sampah
di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran tindakan menurut (Arikunto, 2002) dapat dilakukan secara tidak langsung
yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, pengukuran juga
dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.7.
dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus
pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah
aktifitas harian.
2.7.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yg
sistematis dalam pengumpulan data dari bbg sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
a.
Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1.
2.
Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula
3.
4.
Pola Pertumbuhan
5.
6.
c.
Kaji Intake dan Output BAB > 3x sehari dengan konsistensi encer
Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang
Tinja makin cair disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah jadi hijau karena bercampur
dengan empedu
Gejala dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit
Kesadaran
b.
c.
TB / BB
d. Lingkar kepala
e.
Lingkar Dada
2) Pengkajian fisik
a.
b.
Mata
Sklera : ikterik/tidak
c.
d.
Mulut
Telinga :
Apakah ada infeksi/ tidak
f. Sistem kardiovaskuler
Nadi apeks : irama teratur/ tidak
Nadi perifer : irama teratur/ tidak
Bunyi jantung : murni/ bising
Kulit : pucat/ sianosis
g. Sistem pernapasan
Frekuensi napas
Bunyi napas : murni/ bising
Kedalaman, Pola napas
h. Sistem persarafan, tingkat kesadaran
Pola tingkah laku
Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
i. Sistem musculoskeletal : Gaya berjalan, Persendian, Kesimetrisan
j. Sistem pencernaan
Bising usus : ada/ tidak, frekuensi
f.
g.
Faktor Psikososial
Pengkajian Keluarga
Pola komunikasi
Pola interaksi
Fungsi keluarga
Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)
a. Tujuan :
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan tujuan :
b. Intervensi :
1. Kaji status hidrasi
2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
3. Monitor tanda-tanda vital.
Kolaborasi
1. Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, serum albumin
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit dan cairan parenteral)
3. Pemberian obat sesuai indikasi
Antidiare
Antibiotik
b. Rasional :
1. Indikator langsung status cairan/ perbaikan ketidakseimbangan
2. Menunjukkan status hidrasi keseluruhan
3. Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan
respon terhadap pengobatan
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake dan menurunnya
absorpsi makanan dan cairan
a. Tujuan :
Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan:
Rasinoalisasi
5. Mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan Mengurangi
malnutrisi
3. Kerusakan pengetahuan integritas kulit b.d kurang
a. Tujuan :
Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak
b. Intervensi :
1. Kaji tingkat pemahaman orangtua
2. elaskan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan
3. Jelaskan tentang pentingnya kebersihan (misal, cuci tangan)
4. Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
c.
Rasionalisasi
1.
Hal ini mempengaruhi orangtua untuk menguasai tugas dan melakukan tanggung jawab
perawatan
2. Memberikan dasar pengetahuan dimana orangtua dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan
3. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko infeksi serta iritasi kulit dan jaringan
4. Diit yang tepat penting dalam penyembuhan.
2.7.3. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan
yangtelah direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karenaanak telah
menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukant indakan diagnostik langsung
tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
2.7.4. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi
belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
c. Demam,
d. Gejala dehidrasi
PENCEGAHAN :
1. Menggunakan air bersih,
2. Memasak air sampai mendidih
3. Mencuci tangan
4. Memberikan ASI
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
Diare
Dewasa
Anak-anak
Balita
Penanganan Dini
diare
Pengetahuan
ibu
Sikap
ibu
Perilaku
ibu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatamodjo, 2010).
Secara konseptual penelitian ini didasari teori perilaku yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo, (2010). Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka disusun kerangka
konsep sebagai berikut.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Tindakan Ibu
Variabel
Defenisi
Cara ukur
Pengukuran
Alat ukur
Hasil ukur
Operasional
Pengetahuan Pemahaman
dan Wawancara
Baik :
Kuisioner
Skala
Ukur
Ordinal
Ibu
keterangan
ibu
balita
mengenai
pengertian, gejala,
pencegahan,
perawatan
dan
pengobatan
penyakit DIARE
Sikap Ibu
Respon, pendapat
atau pandangan
ibu balita
terhadap penyakit
maupun
perawatan
DIARE pada
balita
Positif:
Wawancara Kuisioner
Tindakan atau
aktivitas yang
dilakukan ibu
balita meliputi
pengobatan,
perawatan,
pencegahan
dalam melakukan
perawatan pada
balita DIARE
Tindakan
Ibu
Jika
jawaban
benar > 75 %
Cukup:
Jika
jawaban
benar antara 6075 %
Kurang:
Jika
jawaban
benar < 60 %
Ordinal
. mean (nilai
rata-rata)
Negatif
< mean (nilai
rata-rata)
( Sumber :
Anwar, 2003 )
Tidak baik =
<mean =
nilai rata-rata
Sugiyono,
2003)
yang terkena diare ke Puskesmas Sako Palembang dan ibu yang balitanya pernah mengalami
diare.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diamlbil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini diambil secara
accidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang
tersedia selama waktu penelitian sampai mencapai sejumlah 30 sampel.
Kriteria Inklusi :
mpat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Sako Palembang
2. Waktu penelitian.
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2013 Februari 2013
Dokumentasi Puskesmas Puskesmas Sako Palembang tentang jumlah Balita yang menderita
diare.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan
Nasional, 2001, Laporan studi Mortalitas 2001 : Pola Penyakit Penyebab Kematian di
Indonesia, Jakarta.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Buku
Kedokteran.EGC
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit WHO.
Depkes R.I, 2001. Pedoman Pemberantasan penyakit diare, Jakarta,
Dinas kesehatan kota Palembang, Profil Kesehatan kota Palembang, Dinas Kesehatan Kota
Palembang, 2011
FKUI, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Imron, 2006. perilaku Ibu di Desa Keluang dalam perawatan penderita diare yang berobat di
puskesmas Karya Maju Desa Keluang Kabupaten Musi Banyuasin, Program Studi Ilmu
Keperawatan STIK Bina Husada. Palembang.
Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Purbasari E, 2009, tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare
Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Laporan Penelitian
Fakultas
Dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Negeri
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Program
Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus Di
Kabupaten Semarang), Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Suraatmaja, S, (2005). Kapita Selekta Gastroentologi Anak. Jakarta, Sagung seto.
Widoyono, 2002, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya,
Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Puskesmas
Tanggal
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Terbit
Petugas
Ditetapkan
:
1. Petugas pendaftaran
Prosedur
3. Balita menunggu giliran dipanggil untuk pemeriksaan diruang pelayanan sesuai dengan urutan
kedatangan. Balita di panggil satu persatu.
4. Ruang pelayanan :
a.
Dokter
Anamnese
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan dehidrasi
Pemeriksaan penyakit
b. Petugas sanitasi dan gizi
Pengukuran atropometri
5. Pasien (balita) dengan keluhan penyakit mendapat resep obat menuju apotik.
6. Apotik :
7. Balita yang menderita keluhan penyakit berat, atau gizi buruk, atau diare dengan dehidrasi berat
di rujuk ke rumah sakit.
8. Balita yang menderita keluhan penyakit ringan, diobati penyakitnya.
9. Balita bukan gizi buruk, diberikan tatalaksana balita gizi kurang.
10. Balita diare dengan tingkat dehidrasi ringan, diberikan terapi tatalaksana diare tipe A.
11. Balita sehat dipersilakan pulang.
Unit Terkait
1. Kriteria Diagnosis.
Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun, nadi cepat, mata cekung, napas
cepat dan dalam, ologuri.
2. Diagnosis banding.
Mencret psikologi (Shigella, V.cholera, Salmonela, E. rotavirus, Campliobacter).
3. Pemeriksaan penunjang.
Kultur tinja
4. Kosultasi
Dokter spesialis anak.
8. Penyulit.
Asidosis
Hipokalemi
Renjatan
Hipernatremi
Kejang
9. Informed consent.
Tertulis di perlukan pada tindakan.
10. Standar tenaga.
Dokter umum
Dokter spesialis
LEMBAR RESPONDEN
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM
PENANGANAN DINI DENGAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
SAKO PALEMBANG TAHUN 2013
OLEH
EDO ANUGRAH HUTAMA
09.14201.30.12
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang. Yang akan melakukan penelitian untuk menyusun
skripsi, sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana keperawatan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang
diare dengan penanganan awal balita penderita di Puskesmas Sako Palembang Sehubungan
dengan nilai diatas, maka kami memerlukan data/informasi yang jujur, nyata serta menjawab
sendiri pertanyaan tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Kami menjamin kerahasiaan pendapat dan
identitas ibu. Informasi yang ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat Volunter (bebas). Ibu bebas untuk ikut atau
tanpa adanya sanksi apapun.
Bila ibu berkenan menjadi responden dalam penelitian ini, sebelum menjawab pertanyaan
, mohon untuk menandatangani kolom dibawah ini.
Nama Responden
No. Responden
Tanggal
No. Telepon/HP
: ..
: ..
: ..
: ..
Responden
(.)
No. Responden :
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM
PENANGANAN DINI BALITA DENGAN DIARE DI PUSKESMAS SAKO
PALEMBANG 2013
I.
1.
2.
3.
Identitas Balita
Nama
: ..
Umur
: ..
Jenis kelamin : ..
II.
1.
2.
3.
4.
Identitas Responden/Ibu
Nama
: ..
Umur
: ..
Alamat
: ..
Pendidikan
:
III.
Ya
Tidak
Ya
Tidak
7. Apakah ibu tahu kalau anak diare harus di berikan air minum lebih banyak untuk mengurangi
dehidrasi?
Ya
Tidak
8. Apakah ibu tahu penggunaan oralit sebagai penanganan awal diare di rumah?
Ya
Tidak
10. Apakah ibu tahu kalau anak diare memerlukan suplemen zinc?
Ya
Tidak
11. Kemana ibu harus membawa anaknya bila diarenya semakin parah?
Puskesmas
Rumah sakit
Praktik bidan
Praktik dokter
Pengobatan alternative
12. Darimana ibu mendapat informasi tentang cara menangani diare yang baik dan benar?
Petugas kesehatan
Media cetak
Media elektronik
Dokter/bidan
Orang tua
Tetangga
IV.
Petujuk Pengisian :
Beri Tanda ( ) pada kotak yang telah tersedia sesuai dengan jawaban anda.
No
Jawaban
Pernyataan
1
2
3
4
5
6
V.
Anak di puasakan
Tetapa memberikan makanan seperti biasa
Mengganti makanan dengan yang lunak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
TS
TH
Ya
Tidak
6. Apakah yang ibu lakukan jika anak ibu kekurangan cairan (dehidrasi)?
Beri oralit
Beri makanan yang banyak mengandung
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.
khairatun nisa27 Desember 2013 01.40
mhon bantuannya untuk mengrim file word proposal dan kuisionernya ke email saya
khairatunnisa11@gmail.com . untuk bantu tugas metil saya terkait kerngka
konsep,,,mksih sblumnyaa,,
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2013 (3)
o Februari (3)
PROPOSAL PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN