FKM UJ
korporatisasi pengelolaan sumber daya air yaitu
pengelolaan oleh institusi yang netral dan professional
yang menerapkan secara seimbang norma-norma.
Sistem korporatisasi dalam pengelolaan SDA dapat
meningkatkan penghasilan pemerintah untuk biaya
konservasi.
Apabila pengelolaan SDA sepenuhnya dikelola pemerintah,
ratio penerimaan pemerintah dengan biaya konservasi
adalah rata-rata 1,73%. Sedangkan dengan sistem
korporatisasi ratio tersebut meningkat menjadi rata-rata
32%.
Sebagai konsekuensi sistem korporatisasi adalah adanya
peningkatan tarif dasar air bersih. Hasil nalisis pada DAS
Cimanuk, dengan korporatisasi ada peningkatan tarif dasar
air bersih dari minimal Rp. 1080 /m3 menjadi rata-rata Rp.
1700 /m3.
HAKEKAT
Hakekatnya adalah bagaimana mengelola sumber daya
air secara profesional agar air dan sumber-sumbernya
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan rencana
mendukung pembangunan nasional yang bertumpu
pada partisipasi masyarakat dan swasta.
Pengelolaan SDA wil sungai melalui pengusahaan
dimaksudkan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah
sungai yang dapat memberi pelayanan umum yang
andal dan dipercaya serta cepat tanggap terhadap
harapan dan tuntutan stakeholders
Hakekat
Perusahaan pengelola harus :
Mengelola secara berkelanjutan
Netral
Profesional
mandiri
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : Mewujudkan pengelolaan wilayah
sungai yang menerapkan prinsip pengusahaan
yang sehat dan norma-norma pelayanan umum
atas sumber daya air secara seimbang dengan
bertumpu pada partisipasi masyarakat dan swasta
Tujuan : meningkatkan penyediaan biaya operasi
dan pemeliharaan serta pengembalian biaya
investasi pembangunan secara bertahap dengan
menerapkan sistem pengelolaan yang teruji dan
terbakukan.
KEGIATAN USAHA
Prinsip Kegiatan Usaha SDA :
Memperhatikan prinsip ekonomi
Larangan monopoli
Larangan persaingan tidak sehat
Menjamin keselamatan kekayaan negara/daerah
KEGIATAN USAHA (wajib)
Menyediakan air baku air minum
Pembangkit listrik
Usaha-usaha perkotaan
Kawasan permukiman dan industri
Perikanan darat dan tambak, perkebunan, pelabuhan
KEGIATAN USAHA
Jenis/bidang usaha lain:
Pariwisata
Jasa konsultan
Jasa konstruksi
Laboratorium
Jasa penelitian
Jasa Diklat
DASAR HUKUM
UU No. 7 tahun 2004
Pasal 6 ayat (1) : SDA dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat
Pasal 45 (1) : Pengusahaan SDA diselenggarakan dg
memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian LH
KELEMBAGAAN
Hasil pengembangan SDA berupa bangunan prasarana
SDA perlu dijaga kelstariannya
Pemerintah, Semi pemerintah (BUMN, BUMD),
Swasta,
UPT
dll
PERAN STAKEHOLDERS
Pemilik SDA
Pengembang SDA
Pengelola SDA
Masyarakat
SUMBER DANA DAN PEMBIAYAAN
Prinsip kecukupan dana :
Prinsip pemanfaat membayar (user pay principles)
Prinsip pencemar membayar (polluter pay principles)
Prinsip tanggung jawab pemerintah (gov obligation
principles)
AKUNTABILITAS
Keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan
Badan pengelola SDA wajib btangungjawab atas
pemanfaatan dan penggunaan dana dalam mengelola
SDA kepada para pembina teknisnya atau pemilik
perusahaan
Menyiapkan RKAP
SISTEM INFORMASI
Kondisi hidrologis
Hidrometeorologis
Hidrogeologis
Kebijakan SDA
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 058-059-
060-063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005
telah membatalkan seluruh pasal UU No. 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air Dengan dibatalkannya
UU SDA. Hal ini berarti MK menghidupkan kembali
UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan di dalam
rangka mencegah kevakuman hukum hingga adanya
pembentukkan UU yang baru. Keputusan MK itu juga
telah mendudukkan kembali peranan negara, sebagai
institusi konstitusional, untuk melakukan penguasaan
air.
Hak penguasaan negara atas air diwujudkan dengan
jalan membuat kebijakan (beleid), masih memegang
kendali dalam melaksanakan tindakan pengurusan
(bestuursdaad), tindakan pengaturan (regelendaad),
tindakan pengelolaan (beheersdaad), dan tindakan
pengawasan (toezichthoudensdaad). Kembalinya
peranan negara ini menjadikan privatisasi air tidak
dapat dibenarkan di Indonesia. Untuk itu, di dalam
keputusan MK itu juga ditegaskan bahwa prioritas
utama di dalam hal pengelolaan sumber daya air
dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Peranan pengelolaan air swasta dilatarbelakangi oleh
beberapa hal:
Pertama, kekhawatiran dampak liberalisasi air yang selama ini terjadi
dan dilegalisasi oleh Pasal 6 ayat (2), Pasal 6 ayat (3), Pasal 7, Pasal 8
ayat (1), Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (1), Pasal 11 ayat (3), Pasal 29 ayat
(3), Pasal 40 ayat (4) dan Pasal 49 UU UU No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air.
Kedua, sebagai akibat dari liberalisasi air dengan kuatnya modal
swasta, maka ada dugaan bahwa terjadi monopoli sumber daya air
tidak dapat dibantah lagi. Hal itu dapat dilihat dari data Kompas (2
Maret 2015) yang menyatakan bahwa perusahaan air minum di pulau
Jawa saja, yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) dikuasi oleh kurang lebih 100 perusahaan
swasta seluruhnya.
Ketiga, Sebelum adanya putusan MK, air adalah objek
komoditas yang diperdagangkan (economic good),
sehingga harga air menjadi tidak terkontrol dan menjadi
bergantung pada penawaran dan permintaan di pasar yang
dikuasai oleh swasta. Kondisi objek air yang menjadi
komoditas ekonomi ini jelas-jelas bertentangan dengan
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang meyatakan bumi, air dan
kekayaan alam di dalamnya digunakan demi dan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Air, seharusnya,
berfungsi sebagai barang milik publik (public good)
dengan kewenangan penuh Negara untuk mengatur dan
mengelolanya.
TERIMA KASIH