Anda di halaman 1dari 2

Bab II Tinjauan Kasus

K4 adalah kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, 1 kali pada trimester
kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 dibawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal belum
memadai. Para ibu yang tidak melakukan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah
(86,7%) dibandingkkan dengan ibu hamil yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan
antenatal atau lebih (45,2%) (Data MGDs 2010). Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya
kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obsteri. Pelayanan antenatal dapat
dilakukan dengan bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur.
Sebagian ibu hamil menganggap melahirkan di pelayanan kesehatan membuatnya
kehilangan privasi. Persalinan di rumah dianggap lebih nyaman karena secara emosional ibu
hamil mengenal area tersebut dengan baik. Lebih banyak pula anggota keluarga atau sahabat
yang bisa turut mendampingi proses persalinan ibu hamil. Namun, melahirkan di rumah dapat
membuat ibu hamil kesulitan mengakses fasilitas kesehatan yang lengkap, terutama jika terjadi
masalah saat persalinan. Solusi untuk kasus tersebut dapat dilakukan dengan memaksimalkan
peralatan pelayanan di setiap pelayan kesehatan karena proses persalinan harus dilakukan dengan
fasilitas yang memadai. Bidan hanya diizinkan memberikan pelayan persalinan minimal di
Polindes atau Poskendes masing-masing. Tahun 2015 cakupannya terus meningkat dari 78,43
persen menjadi 80,61 persen (2016). Pada 2017, sampai dengan Desember menjadi 83,67 persen.
Kemudian per November 2018, menjadi 73,50 persen ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dan bersalin di fasilitas Pelayanan kesehatan (fasyankes).
Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera
mendapatkan penanganan sedini mungkin. Peserta didik di tingkat SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA diberkan skrining melalui kuisioner mengenai keadaan kesehatan umum,
kesehatan mental remaja, intelegensia dan reproduksi melalui self assessment serta bahan
edukasi/konseling. Sekolah bisa membudayakan perilaku hidup sehat dan bersih. Pentingnya
peranan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanamkan perilaku bersih dan sehat juga
melawan penyakit yang ada di masyarakat. Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan
pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup,
tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 ,
Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran.
Jumlah buku saku reproduksi tentang kesehatan didistribusikan ke KUA, kegiatan ini
muncul untuk mendukung kegiatan prioritas yang diadakan Kementerian Agama yaitu kursus
calon pengantin sebagai bentuk upaya penurunan kematian ibu dan bayi yang terfokus pada
periode masa sebelum hamil.
https://tirto.id/kemenkes-klaim-kesehatan-ibu-anak-meningkat-selama-4-tahun-dd6o
https://www.alodokter.com
https://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/08/19/najm82-74-persen-sd-lakukan-
penjaringan-kesehatan
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Lakip%20Kesga%202017%20final.pdf

Anda mungkin juga menyukai