Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 4

Infeksi Pada Sistem Gastrointestinal

"Diare Akut"

Kelompok 4
"Berak Berdarah"

Seorang bayi laki-laki berusia 11 bulan di diantar oleh ibunya ke Puskesmas dengan keluhan utama
buang air besar (BAB) cair. Dalam sehari BAB cair sebanyak 8 kali konsistensi cair lebih banyak air dari pada
ampas kurang lebih 1/4 Gelas Belimbing setiap kali BAB, warna kuning. Pasien juga didapatkan perut
kembung, mual dan Muntah 5 kali dalam sehari, tidak menyemprot. Demam sejak 1 hari yang lalu, turun
dengan obat penurun panas. pasien selama ini makan sehari tiga kali makan besar dengan lauk bervariasi.
minum susu formula sejak usia 6 bulan saat ini minum susu sehari 3-4 kali dalam sehari titik tidak didapatkan
riwayat ganti susu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak latergis dan kehausan. tanda vital laju nadi 100 kali
permenit laju nafas 30 kali permenit, suhu 39 derajat Celcius. ubun-ubun kepala cekung, air mata
berkurang, pemeriksaan abdomen bising usus meningkat, turgor kulit abdomen sedikit menurun, dan anus
tampak kemerahan. Dokter mengusulkan untuk pemeriksaan lanjutan, dan memberikan edukasi pada orang
tua pasien tentang kondisi pasien saat ini. tatalaksana yang diberikan serta menjelaskan langkah
pencegahan agar Penyakit ini tidak terulang kembali.
KELOMPOK 4
N 1 0 1 2 0 0 4 2 A G U N G P U R N A M A A B D . L A T I F

N 1 0 1 2 0 0 4 3 S I T T I N U R J A N N A H

N 1 0 1 2 0 0 4 4 A T I R A H A M Z A H

N 1 0 1 2 0 0 4 5 P U T R I A S W A R I Y A H R A M L I

N 1 0 1 2 0 0 4 6 A N D I N U R H I D A Y A H

N 1 0 1 2 0 0 4 7 A N N I S A A U L I A N U R ’ A F N I

N 1 0 1 2 0 0 4 8 F A R I D A H S E P T I A N I

N 1 0 1 2 0 0 4 9 D A V I D G L E N E A G L E R . S .

N 1 0 1 2 0 0 5 0 M A R G A R E T H A F . C . S

N 1 0 1 2 0 0 5 1 A K M A N T O K O M B O N G S U L U
Definisi Diare

Diare merupakan frekuensi pengeluaran dan

kekentalan feses yang tidak normal. Adapun

menurut WHO diare yakni buang air besar yang

lunak atau cair dengan frekuensi 3 kali lebih atau

lebih per hari. Biasanya merupakan gejala pada

gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh

berbagai agen infeksi seperti bakteri, virus, dan

parasite. Infeksi dapat menular dari makanan yang

terkontaminasi dan hygiene hygiene yang kurang

(Arsurya, 2017).
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi pada anak balita di

seluruh dunia. Angka mortalitas diare di dunia mencapai 11% dengan

kelompok paling berisiko adalah balita. Menurut World Health Organization

(WHO), tingginya angka mortalitas balita setiap tahunnya diakibatkan oleh

diare. Di Indonesia, setiap anak mengalami diare 2-8 kali setiap tahunnya

dengan rata-rata 3,3 kali. Data nasional Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 100.000 balita meninggal setiap

jamnya, dan 1 balita meninggal setiap 5,5 menitnya. Pada anak sekolah,

kebiasaan mengkonsumsi jajanan secara bebas dan tidak menerapkan etika

sebelum makan yang baik seperti mencuci tangan dapat menjadi penyebab

anak terinfeksi diare (Fahira, 2021).


ETIOLOGI
Infeksi : virus (rotavirus, adenovirus, norwakil), bakteri (Shigella sp.,

Salmonella sp., E.coli., Vibrio sp., parasit (protozoa : E. hystolytica, G.

lamblia, Balatidium coli; jamur : Candida sp.), infeksi ekstra usus (otitis media

akut, infeksi saluran kemih, pneumonia). Terbanyak diakibatkan rotavirus

sekitar 20-40%

Alergi makanan seperti alergi susu sapi, protein kedelai, alergi multipel

Malabsorpsi karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan protein

Keracunan makanan (misalnya makanan kaleng akibat Botulinum sp.

Lain-lain : obat-obatan (antibiotik atau obat lainnya), kelainan anatomi

(Sumber : Arifputra, 2014)


FAKTOR RESIKO

Kemiskinan berkaitan dengan ketidakmampuan untuk mencapai kebutuhan minimal

diluar pendapat (non-income factors) seperti kesehatan, pendidikan, air, dan sanitasi.

Status sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diare

karena kejadian diare pada anak-anak lebih sering terjadi pada keluarga yang

mempunyai status sosial ekonomi yang rendah. Pendapatan mendorong derajat

kesehatan keluarga dan fasilitas kesehatan bergantung pada rata-rata pendapatan

keluarga. Rendahnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi pengeluaran

kebutuhan konsumsi dan fasilitas rumah tangga, salah satunya air dan sanitasi (Fahira,

2021).
Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan

sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat

kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit

(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis

metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),

hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Tim Adaptasi Indonesia, 2011).


Dasar Diagnosis
Anamnesis
Pada saat melakukan anamnesis, perlu ditanyakan terkait deskripsi diare meliputi

frekuensi, lama diare berlangsung, warna, konsistensi tinja, dan adanya

lendir/darah dalam tinja.

Adanya muntah, tanda dehidrasi meliputi rasa haus, anak rewel/lemah, dan BAK

terakhir.

Riwayat demam, kejang, jumlah cairan masuk, riwayat makan dan minum,

penderita sekitar, pengobatan yang diterima, dan gejala invaginasi juga perlu

ditanyakan.

(Sumber : Arifputra, 2014)


Pemeriksaan Fisik
Periksa keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan berat badan.

Selidiki tanda-tanda dehidrasi meliputi rewel, gelisah, letargis/kesadaran berkurang,

mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat (turgor abdomen), haus/minum

lahap, malas/tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, air mata berkurang/tidak ada,

keadaan mukosa mulut.

Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit meliputi kembung akibat

hipokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat, dan dalam akibat

asidosis metabolik.

(Sumber : Arifputra, 2014)


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tinja, namun tidak rutin dilakukan, kecuali ada tanda-tanda

intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Dapat dilakukan secara

makroskopis, mikroskopis, maupun kimiawi.

Dehidrasi berat meliputi pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah,

nitrogen urea, dan kadar gula darah.

(Sumber : Arifputra, 2014)


Menurut WHO terdapat lima pilar

tatalaksana diare, yaitu (Arifputra,

2014) :

(1) Rehidrasi
Tata Laksana (2) Dukungan nutrisi

(3) Pemberian antibiotik sesuai indikasi

(4) Pemberian zink

(5) Edukasi pada orangtua


Diare cair akut

DIAGNOSIS Kolere

Disentri
BANDING
Diare persisten

Diare akibat antibiotik

Invaginasi

(Sumber : Gama, 2014)


Dehidrasi

Gangguan elektrolit

KOMPLIKASI Penurunan berat badan

Gagal tumbuh

Diare yang lebih berat dan

sering terjadi

(Sumber : Arifputra, 2014)


Terima Kasih
Daftar Pustaka
Arifputra, A., et al. 2014. Kapita Selektra Kedokteran. 4 th ed. Jakarta : Media Aesculapius.

Arsurya, Y., Rini, E. A., Abdiana. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan

Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Keluruhan Korong Gadang Kecematan Kuranji Kota

Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 6 (2) : 452-456. Viewed on 28 Desember 2021. From :

jurnal.fk.unand.ac.id.

Gama, H., Nataprawira, H. M. 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 5 th

ed. Bandung : Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Tim Adaptasi Indonesia. 2011. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah

Sakit Rujukan Tingkat Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : World Health Organization

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai