Anda di halaman 1dari 35

EPIDEMIOLOGI DIARE

Kelompok I E
Jurusan DIV Kebidanan
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
TA 2017/2018
TOPIK PEMBAHASAN
Pendahuluan Menurut Orang,
Definisi Diare Tempat, dan Waktu
Jenis-Jenis Diare Pencegahan Diare

Penyebab Diare Perawatan Penderita

Riwayat Alamiah
Diare
Penyakit Diare Daftar Pustaka

Gejala Diare
Cara Penularan Diare
Prevalensi Diare
Interaksi Host Agent
Environment
Pola Penyakit Diare
PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini
masih merupakan salah satu penyakit endemis
dan masih sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) di masyarakat oleh karena
seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus pada
saat atau musim-musim tertentu yaitu pada
musim kemarau dan pada puncak musim hujan
(Sunoto, 1990).
Penyakit diare masih termasuk dalam 10
penyakit terbesar di Indonesia tahun 1999
sebesar 5 per 1000 penduduk dan menduduki
urutan kelima dan 10 penyakit terbesar.
DEFINISI DIARE
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih
dari 200 gram per hari) dan konsistensi (feses
cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan
frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam
sehari. (Smeltzer,2002).
DEFINISI DIARE (2)
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang
air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI
(2003) adalah penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi feses
melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar (BAB) lebih banyak
dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam
sehari).
JENIS-JENIS DIARE
Diare akut
Diare dengan malnutrisi berat (marasmus
atau kwashiorkor)berdampak pada
infeksi sistemik (menyeluruh) berat,
dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral
Diare Persisten = lebih dari 2 minggu
Disentri adalah diare disertai darah
dengan ataupun tanpa lendir
Kholera adalah diare dimana tinjanya
terdapat bakteri Cholera
PENYEBAB DIARE
Diare disebabkan oleh beberapa infeksi virus
tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.
PENYEBAB DIARE (2)
Diare

Infeksi Malnutrisi Alergi Keracunan Imunodefisie Sebab


nsi lain

Bakteri , Virus Parasit


seperti: seperti seperti
Shigella, retrovirus protozoa,
Salmonela, dan cacing
E.Coli, Bacillus,
adenovirus perut, dll.
PENYEBAB DIARE (3)
PENYEBAB DIARE (4)
PENYEBAB DIARE (5)
RIWAYAT ALAMIAH DIARE
Periode Patogenesis
Periode Klinis
PERIODE PATOGENESIS
Gangguan osmotic
Gangguan sekresi

Gangguan motalitas usus


PERIODE KLINIS
Mula-mula pasien cengen gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat nafsu makan berkurang
atau tidak ada kemudian timbul diare.
Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijau-
hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh
usus selama diare.
GEJALA DIARE
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang
encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
o Muntah
o Badan lesu atau lemah
o Panas
o Tidak nafsu makan
o Darah dan lendir dalam kotoran
CARA PENULARAN DIARE
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan
makanan / air minum yang terkontaminasi tinja
/ muntahan penderita diare. Penularan langsung
juga dapat terjadi bila tangan tercemar
dipergunakan untuk menyuap makanan.
FAKTOR YANG MENINGKATKAN
PENYEBARAN KUMAN PENYEBAB DIARE
Tidak memadainya penyediaan air bersih
Air tercemar oleh tinja

Pembuangan tinja yang tidak hygienis

Kebersihan perorangan dan lingkungan jelek

Penyiapan dan penyimpanan makanan yang


tidak semestinya
Penghentian ASI yang terlalu dini
PREVALENSI DIARE
Prevalensi diare berdasarkan umur menurut
data dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
(RISKESDAS) tahun 2007, diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi terdeteksi pada balita (16,7%).
Prevalensi diare 13% lebih banyak di perdesaan
dibandingkan perkotaan,cenderung lebih tinggi
pada kelompok pendidikan rendah dan tingkat
pengeluaran RT per kapita rendah.
PREVALENSI DIARE (2)
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan
5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di
12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis
dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada
tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.
Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di
Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat
menderita diare. Melihat data tersebut dan
kenyataan bahwa masih banyak kasus diare
yang tidak terlaporkan, departemen kesehatan
menganggap diare merupakan isu prioritas
kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena
punya dampak besar pada kesehatan mayarakat
(Depkes RI 2008).
PREVALENSI DIARE (3)
Tahun Survei Penyebab kematian bayi Penyebab kematian balita

Proporsi Peringkat Proporsi Peringkat

SKRT 1986 15,5% 3 - -

SKRT 1992 11% 2 - -

SKRT 1995 13,9% 3 15,3% 3

SURKESNAS 2001 9,4% 3 13,2% 2


INTERAKSI HOST, AGENT, DAN
ENVIRONMENT : HOST
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai
sumber, salah satunya dari hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007,
penderita diare di Indonesia berasal dari semua
umur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare
diderita oleh balita dan disusul oleh lansia yang
berusia lebih dari 75 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi antara
penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama.
Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari
berbagai jenis status sosial ekonomi dan berbagai
pekerjaan, namun, prevalensi tertinggi penyakit ini
diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan
masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan,
atau buruh.
INTERAKSI HOST, AGENT, DAN
ENVIRONMENT : AGENT
Entamoeba hystolitica
Infeksi terjadi karena tertelannya kista dalam
makanan dan minuman yang terkontaminasi
tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit
dalam usus besar dan memasuki submukosa
(Chandrasoma dan Taylor, 2006).
Trichuris trichiura

Disebut juga cacing cambuk dan menimbulkan


penyakit trikuriasis.
INTERAKSI HOST, AGENT, DAN
ENVIRONMENT : ENVIRONMENT
Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan
penyebaran penyakit diare:
o Tidak memadainya penyediaan air bersih
o Air tercemar oleh tinja
o Pembuangan tinja yang tidak hygienis
o Kebersihan perorangan dan lingkungan jelek
o Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
semestinya
INTERAKSI HOST, AGENT, DAN
ENVIRONMENT
Interaksi faktor host, agent, dan environment
pada penyakit diare merupakan interaksi antara
ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak
bersih dapat menyebabkan kuman penyebab
diare berkembang dengan pesat. Perilaku host
juga dapat menjadi penyebab kuman penyebab
diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui
jalur fecal oral.
POLA PENYAKIT MENURUT ORANG
Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai
sumber, salah satunya dari hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007,
penderita diare di Indonesia berasal dari semua
umur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare
diderita oleh balita dan disusul oleh lansia yang
berusia lebih dari 75 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi antara
penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
hampir sama.
Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari
berbagai jenis status sosial ekonomi dan berbagai
pekerjaan, namun, prevalensi tertinggi penyakit ini
diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan
masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan,
atau buruh.
POLA PENYAKIT MENURUT TEMPAT
Berdasarkan hasil RISKESDAS Tahun 2007,
distribusi penyebaran penyakit di Indonesia
hampir merata di seluruh provinsi, prevalensi
tertinggi penderita diare pada tahun tersebut
terdapat di provinsi Sumatera Selatan.
Penyebaran tertinggi penyakit diare terdapat
pada daerah pedesaan.
POLA PENYAKIT MENURUT WAKTU
Berdasarkan waktu. Penyakit diare termasuk
dalam kategori penyakit berdasarkan siklus.
Penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan
dan paska banjir. Pada paska banjir, lingkungan
yang tidak sehat dapat menjadi media penularan
penyakit diare.
PENCEGAHAN DIARE
Memberikan ASI
Memperbaiki makanan pendamping ASI

Menggunakan air bersih yang cukup

Mencuci tangan

Menggunakan jamban

Membuang tinja bayi yang benar

Memberikan imunisasi campak


MENGGUNAKAN AIR BERSIH YANG CUKUP

Ambil air dari sumber air yang bersih


Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih
dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air
Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran
oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
Gunakan air yang direbus

Cuci semua peralatan masak dan makan dengan


air yang bersih dan cukup
MENGGUNAKAN JAMBAN
Keluarga harus mempunyai jamban yang
berfungsi dengan baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
Bersihkan jamban secara teratur.

Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-


anak pergi ke tempat buang air sendiri, buang
air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan
setapak, dan tempat anak-anak bermain serta
lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari
buang air besar tanpa alas kaki.
PERAWATAN PENDERITA DIARE
Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga
(kuah sayur, air tajin, larutan gula garam, bila
ada berikan oralit)
Meneruskan pemberian makanan yang lunak
dan tidak merangsang serta makanan ekstra
sesudah diare.
Membawa penderita diare ke sarana kesehatan
bila dalam 3 hari tidak membaik
DAFTAR PUSTAKA
Sardjana. Hoirun Nisa. 2007. Epidemiologi Penyakit
Menular. Jakarta: UIN Press.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5216
a1.htm diakses pada 27 September 2017.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5216
a1.htm#tab1 diakses pada 27 September 2017.
http://www.rehydrate.org diakses pada 27 September 2017.

http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp
?guideID=7 diakses pada 27 September 2017. .
http://209.85.175.104/search?q=cache:zsj5KrN_psgJ:li
brary.usu.ac.id/download/fkm/fkmhiswani7.pdf+patog
enesis+diare+filetype:pdf&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=i
d&lr=lang_id diakses pada 27 September 2017.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai