Bakteri Virus
- Ecoli enterotoksigenic
- Shigella Sp
- Campylobacter jejuni
Protozoa
- Cryptosporidium sp
(Juffrie, 2010).
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO 2013
diare adalah penyakit kedua yang menyebabkan kematian
pada anak-anak. Sekitar 1,7 juta kasus diare ditemukan
setiap tahunnya di dunia .
Survei Mordibitas DepKes RI
dari tahun 2000–2010 menunjukkan insidensi diare cenderung
naik. Pada tahun 2000, penduduk yang terkena penyakit diare
adalah 301 per 1000 pendudukdan tahun 2010 naik menjadi 411
per 1000 (Kemenkes RI, 2011).
Manifestasi Klinis
1. 2. 3.
mula– mula anak balita menjadi Feses akan menjadi cair dan Warna tinja dapat berubah menjadi
cengeng, gelisah, demam, dan dapat disertai dengan lendir kehijau–hijauan karena tercampur
tidak nafsu makan. ataupun darah. dengan empedu.
4. 5.
Feses semakin asam sebagai akibat
Gejala muntah dapat ditemukan
banyaknya asam laktat yang berasal dari
sebelum atau sesudah diare
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh (Parashar, 2003)
usus selama diare.
Patofisiologi
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. Virus atau bakteri
tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat
merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum
matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya vili–vili usus halus mengalami
atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan
yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2006).
Tatalaksana