SKENARIO I
KELAINAN CONGENITAL
“KOAS DAN SI BAYI”
Seorang bayi perempuan baru saja lahir di RSU UNPAPA. Dokter yang
menolong persalinan meminta coas untuk memeriksa kondisi bayi tersebut terkait
APGAR SCORE nya dan malformasi. Tidak berapa lama si koas pun memeriksa
bayi tersebut dan melengkapi status rekam medis si bayi. Coas mengingat kembali
riwayat amamnesis dengan ibu si bayi, semasa hamil si ibu terdiagnosis dengan
polyhydramnions, sehingga coas memeriksa kembali bayi dengan lebih seksama.
Gambaran pemeriksaan fisik terlihat di gambar, sehingga coas melaporkan
hasilnya ke dokter penanggung jawab.
Learning Objective
Pada kasus lesi letak rendah baik laki-laki dan perempuan, dilakukan
prosedur perbaikan tunggal tanpa kolostomi. Terdapat tiga jenis pendekatan
yang digunakan (Arifputra, 2014) :
Pada kasus letak sedang dan tinggi, dibutuhkan rekonstruksi yang terdiri dari
tiga tahap (Arifputra, 2014) :
- Tahap 1 : kolostomi. Pada tahap ini, kolon sigmoid dibagi utuh menjadi 2
bagian yakni bagian proksimal sebagai kolostomi dan bagian distal untuk
mukosa fistula.
- Tahap 2 : prosedur pull through. Prosedur ini dilakukan 3-6 bulan setelah
kolostomi. Dilakukan penarikan kantung rektal yang paling ujung posisi
yang normal. Prosedur dari Pena, PSARP (posteriosagitak rektoanoplasti)
merupakan prosedur yang paling sering digunakan. PSARP membelah otot
sfingter eksternus, kompleks otot, dan os koksigeus.
- Tahap 3 : penutupan kolostomi dan businasi. Dilatasi anus (businasi)
dimulai 2 minggu setelah tahap 2 sampai ukuran businasi sudah tercapai
sesuai usia, baru dilakukan penutupan kolostomi.
Sumber :
Arifputra, A., et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. 4 th ed. Jakarta : Media
Aesculapius.
Lokananta, I., Rochadi. 2016. Malformasi Anorektal. Jurnal Kedokteran
Meditek. Vol. 22 (58). Viewed on 08 Desember 2021. From :
ejournal.ukrida.ac.id.