Malformasi
anorektal
anak
Keperawatan Anak Sakit dan Terminal
2023
anggota
Alifiya Fajrin Tafarel (220110210067) Rahmi Putri Firdaus (220110210059)
Ananda Widuri K P (220110210058) Revi Hesti Y (220110210064)
Fitri Azizah (220110210054) Reza Intan Geovani (220110210051)
Gina Ummul Mutia (220110210065) Rica Nur Aprilia Lantang (220110210056)
Inezia Zarqa A (220110210060) Shaffira Deva Lestari (220210210048)
Mariska Oktaviana (220110210066) Syifa Fujianti (220110210052)
M. Agung Thoha (220110210057) Syifa Imaniar Rahma (220110210061)
Nazara Raisyahla A P (220110210063) Tika Asri Aryanti (220110210049)
Rahma Salmarita (220110210046) Rahma Salmarita (220110210046)
KASUS
Seorang anak laki-laki, berusia 11 bulan masuk ke RS A dengan keluhan utama
tidak memiliki lubang anus. Ibunya mengatakan bahwa anak tidak memiliki lubang
anus, dan baru disadari ketika anak memasuki usia 1 bulan. Hal ini dikarenakan
pada saat dilahirkan anak langsung BAB dalam 24 jam pertama serta dari pihak RS
tempat anak dilahirkan pun tidak ada informasi bahwa anak tidak memiliki anus.
Selain itu, keseharian di rumah pun anak selalu menggunakan diapers, sehingga Ibu
hanya tahu bahwa anak telah BAB dan langsung membersihkannya. Ibunya baru
menyadari ketika melihat secara langsung bahwa feses keluar dari lubang yang ada
di antara skrotum dan anus. Selama ini anak BAB melalui lubang tersebut dengan
konsistensi feses cair dan warna kuning kecoklatan. Anak sudah diberikan makanan
pendamping ASI (MPASI) berupa bubur tim, sehingga Ibu mengeluhkan anak seperti
tampak kesakitan pada saat mengedan karena lubang tersebut ukurannya tidak
sebesar lubang anus.
Hasil X-Ray menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum. Selama 1
minggu ke belakang, Ibu mengatakan anak tidak mau makan, apabila makan pun tidak
lama dari itu kemudian memuntahkan kembali makanannya, kadang anak muntah
setelah mengejan. Ibu mengatakan muntahannya bersih seperti ASI dan tidak
berampas. Ibu mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan anak. Setelah dilakukan operasi kolostomi, Ibu mengatakan pada
malam hari anak sangat rewel sampai tidak bisa tidur.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran kompos mentis dan penampilan
tampak lesu karena rewel. Pemeriksaan nadi 98 x/menit, respirasi 30
x/menit, dan suhu 36,7⁰ C. Data antropometri menunjukan BB 7,2 kg
(anak mengalami penurunan BB dari 7,5 kg), PB 67 cm, lingkar
kepala 41 cm, lingkar lengan atas 14 cm, lingkar dada 43 cm, dan
lingkar perut 48 cm. Pada abdomen, saat inspeksi ditemukan distensi
abdomen (+), tidak terdapat ruam atau lesi, tampak stoma dengan
diameter sekitar 3 cm berwarna merah tua, dengan keluaran berbentuk
cair berwarna kuning kecoklatan, bising usus 9 x/menit, perineum
mempunyai satu lubang, tidak ada lubang anus. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukan Hb 11 g/dL, Ht 30%, Natrium 126 mEq/L
dan Kalium 5,2 mEq/L. Anak mendapatkan terapi pengobatan
Metronidazole 3 x 75 mg dan paracetamol 4 x 140 mg.
APA ITU malformasi anorektal
(MAR)
Suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan
anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani,
Agenesis rekti dan Atresia rekti.
Adanya perkembangan abnormal pada embriologi
anus.
Kelainan atresia ani dapat berupa kelainan tunggal
ataupun bersama dengan kelainan kongenital lainnya
pREVALENSI MAR
Terjadi pada 1 dari 4000-5000 kelahiran baru.
lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 1,4 : 1.
Atresia ani tanpa fistula hanya terjadi 5% dari seluruh kejadian atresia
ani.
Berdasarkan data pada persentase jenis kelainan bawaan pada survei
sentinel kelainan bawaan yang terjadi pada bulan September 2014 –
bulan Maret 2018 didapatkan persentase kelahiran dengan kelainan
bawaan atresia ani sebanyak 9,7% (Kemenkes RI 2018)
ETIOLOGI MAR
Berhubungan dengan riwayat keluarga dan peranan genetik.
kelainan genetik, ibu terpapar bahan toxic saat masa
kehamilan, adanya infeksi, malnutrisi, terputusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur, gangguan organogenesis dalam
kandungan, berkaitan dengan sindrom down
Salah satu keadaan yang sangat sering dihubungkan dengan
masalah atresia ani pada ibu hamil adalah polihidramnion,
fAKTOR RISIKO MAR
1 Jenis Kelamin Laki-laki
MRI
Prosedur MRI mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis
kelainan sumsum tulang belakang atau kelainan tulang
belakang lainnya. MRI juga digunakan untuk membantu
menentukan anatomi otot dan struktur panggul.
Pemeriksaan penunjang
Barium Enema
Barium enema dilakukan dengan
Barium Swallow
memasukkan cairan kontras
barium ke dalam rektum pasien. Barium swallow dilakukan
Tes ini digunakan untuk dengan menelan cairan barium.
memeriksa rektum, usus besar, Tes ini berfungsi memeriksa
dan usus halus. Cairan kontras organ pencernaan bagian atas,
tersebut akan melapisi bagian yakni kerongkongan, lambung,
dalam organ, sehingga bentuk dan usus dua belas jari.
organnya akan terlihat pada hasil
X-ray.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Awal
Bayi baru lahir dilakukan evaluasi selama 24 sampai
48 jam kehidupan apabila anak mengarah pada MAR
maka sebaiknya dirawat di area neonatal
Manajemen Bedah
Dilakukan anoplasty atau kolostomi pada beberapa saat setelah bayi
lahir atau tidak ditentukan perineum berdasarkan hasil dari
pemeriksaan fisik bayi dan tidak ada perubahan yang terjadi selama
24 jam pertama setelah kelahiran.
PENATALAKSANAAN : MANAJEMEN BEDAH
Tahap 1: Tahap 2: PSARP Tahap 3:
Pembuatan Penutupan
Kolostomi
Dilakukan pada pasien yang Klostomi
lebih dari 1 bulan. PSARP
Pada tahap ini kolon sigmoid merupakan operasi pembuatan sebelumnya dilakukan dilatasi
dibagi utuh menjadi dua anus dengan cara membelah anus (businasi). dimulai 2
bagian distal untuk mukosa muskulus sfingter eksternus dan minggu setelah tahap 2
fistula, tujuannya untuk muskulus levator ani untuk sampai ukuran businasi sudah
menghilangkan distensi memudahkan mobilisasi dari tercapai sesuai usia bayi, baru
abdomen dan memperbaiki kantong rektum dan pemotongan dilakukan penutupan kolostomi
fistula. yaitu operasi lanjutan untuk
kondisi pasien.
menutup stoma.
PENATALAKSANAAN LAIN
Anoplasty Minimal PSARP
Anoplasti dilakukan
pada bayi yang
prosedur ini dilakukan pada neonatus/
lahir dengan defek tingkat rendah
atau fistula perineal yang tidak bayi baru lahir. Fistula perineal
memerlukan kolostomi pelindung. ditangani dengan operasi (tanpa
Sebelum operasi, anak tetap NPO kolostomi awal). Dilakukan ketika bukti
selama 3 sampai 4 jam. Prosedur radiografi menunjukkan bahwa rektum
bedah melibatkan pemindahan meskipun tanpa pembukaan perineum,
pembukaan fistula ke berakhir pada kurang dari 1 cm dari
posterior/perbaikan posisi anatomi kulit perineal.
di tengah sfingter dan menciptakan
pembukaan anal lebih besar.
Sebagai Edukator
1 Perawat berperan sebagai pendidik, memberi
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua mencakup:
Pengertian dasar penyakit yang dialami anaknya, Perawatan
anak selama dirawat di rumah sakit, dan Perawatan lanjutan
untuk persiapan anak pulang ke rumah.
PERAN
Sebagai Konselor
PERAWAT
2 Sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling
keperawatan ketika anak dan keluarganya membutuhkan. Salah
satu caranya adalah mendengarkan segala keluhan, melakukan
sentuhan, dan hadir secara fisik. Dengan begitu maka perawat
dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua
mengenai masalah anak dan keluarganya serta membantu
mencarikan alternatif pemecahan/solusinya.
Kolaborasi
3
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi
dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan
tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif.
Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator
pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien.
PERAN
PERAWAT Care giver
4
Perawat sebagai profesional pemberi asuhan keperawatan.
Dimulai dari perawat merancang rencana asuhan keperawatan
hingga yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan.
Pengkajian anak
Keluhan Utama
Identitas Klien
Tidak memiliki lubang anus
Nama : An. B
TTL : 10 Mei 2022
Umur : 11 Bulan Riwayat Kesehatan Sekarang
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 7,2 kg Selama 1 minggu ke belakang, Ibu
Diagnosa Medis : Malformasi mengatakan anak tidak mau makan,
Anorektal (MAR) apabila makan pun tidak lama dari
Tanggal dikaji : 11 April 2023 itu kemudian memuntahkan kembali
Tanggal masuk RS : - makanannya, kadang anak muntah
setelah mengejan.
Pengkajian anak
Riwayat Masa lalu Riwayat Sosial
Pasien sebelumnya tidak pernah Hubungan ibu-anak : ibu merasa
merasakan sakit yang dirasakan khawatir ketika bayinya sakit dan
saat ini segera membawanya ke rumah sakit.
Kebutuhan Dasar
Riwayat Keluarga Anak sudah diberikan MPASI berupa bubur tim.
Setelah dilakukan operasi kolostomi, pada
Ibu mengatakan bahwa di malam hari anak sangat rewel sampai tidak
keluarganya tidak ada yang bisa tidur. Selama 1 minggu ke belakang,
memiliki penyakit yang sama anak tidak mau makan kemudian memuntahkan
dengan anak kembali makanannya dan terkadang anak
muntah setelah mengejan.
pengkajian
pemeriksaan fisik
pengkajian
pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Rendah
Kadar hemoglobin yang rendah dapat mengindikasikan terjadinya anemia. Hal ini disebabkan
1. Hemoglobin 11 g/dL 14 - 18 g/dL oleh kekurangan nutrisi pada tubuh yang ditandai dengan pasien tidak mau makan sehingga
terdapat kekurangan protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh
Rendah
Kadar hematokrit rendah diakibatkan karena kekurangan kadar hemoglobin dalam darah
2. Hematokrit 30% 38,8 - 50% yang jika berkelanjutan akan menyebabkan disfungsi sel darah merah sehingga akan hancur.
Proses penghancuran dalam jumlah yang banyak ini akan mempengaruhi jumlah volume
eritrosit (hematokrit).
Hiponatremia
Hiponatremia disebabkan karena adanya gangguan stabilitas kadar elektrolit tubuh. Pada
3. Natrium 126 mEq/L 135 - 145 mEq/L
kasus disebutkan pasien mengalami diare dan muntah, hal itu yang menyebabkan kondisi
kehilangan natrium atau elektrolit lainnya sehingga kadarnya rendah dalam tubuh.
Yusuf, R. S., & Wardan, I. Y. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Ketidakberdayaan
Pada Klien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Ruang Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa,
3(2), 61-69. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/3932.
INSANILAHIA, T. (2022). Karateristik Pasien Malformasi Anorektal di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2017-2021 (Doctoral
dissertation, Kedokteran). https://repository.unja.ac.id/43094/.
Avita, I. S. (2022). Asuhan Keperawatan An. A dengan Diagnosa Medis Malformasi Anorectal Di Ruang OK Central RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya (Doctoral dissertation, STIKES HANG TUAH SURABAYA). http://repository.stikeshangtuah-
sby.ac.id/499/1/2030016_AVITA%20INTAN%20SAFITRI_KIA_FINAL_ACC.pdf.
Rudi, H. (2013). Penanganan Kejadian Atresia Ani pada Anak. Jurnal Keperawatan Notokusumo, 1(1). http://jurnal.stikes-
notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/view/20/12.
Atresia Ani - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. (n.d.). Halodoc. Retrieved April 4, 2023, from
https://www.halodoc.com/kesehatan/atresia-ani
Fuadah, N. N. (2018, May 27). Keamanan Penggunaan Inhaler Saat Hamil - Tanya Alodokter. Alodokter. Retrieved April 4,
2023, from https://www.alodokter.com/komunitas/topic/penggunaan-inhaler-saat-hamil
Putri, Y. K. (2022, October 19). Etiologi Atresia Ani. Alomedika. Retrieved April 4, 2023, from
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/atresia-ani/etiologi
THANK YOU