Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

PERCOBAAN II
EFEK OBAT ANALGETIK TERHADAP HEWAN UJI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK IV / FARMASI B21

DIAN NOVITA SARI (202104069)


FEBIOLA (202104073)
FIRDAWATI (202104076)
NURFADILLAH ALYA (202104085)
NURHIKMA (202104088)
NURJANNAH RAHIPA (202104089)
RANI ANGGRAINI (202104095)

PENANGGUNG JAWAB : Apt. Yani Pratiwi, S.Farm., M.Si


Apt. Ira Widya Sari, S.Farm., M.Si
ASISTEN : Apt. Yani Pratiwi, S.Farm., M.Si

LABORATORIUM FARMAKOLOGI I
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, dimana nyeri

biasanya disebabkan oleh trauma mekanik, fisika, kimia, ataupun

trauma lain yang mengakibatkan rangsangan pada reseptor nyeri.

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan dan yang berkaitan dengankerusakan jaringan. Obat

yang digunakan dalam penanganan nyeri adalah analgetik misalnya

ibuprofen. Obat nyeri atau obat antiinflamasi non steroid jika

digunakan dalam jangka panjang dapat merugikan kesehatan, dari

efek samping seperti sakit kepala, mual, muntah sampai kerusakan

hati dan ginjal (Eka Siswanto S, 2016).

Analgetik adalah bahan atau obat yang digunakan untuk menekan

atau mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menyebabkan hilangnya

kesadaran (Putri Virgie P, 2013).

Penggunaan obat-obat analgesik dalam jangka panjang sering

sekali memberikan efek samping ringan (berupa reaksi alergi) maupun

efek samping berat (gangguan sistem gastrointestinal, dispepsia,

mual, muntah hingga pendarahan pada lambung). Berbagai macam

efek samping yang ditimbulkan sehingga masyarakat melakukan

banyak cara untuk memperoleh jaminan kesehatan yang optimal yaitu

1
2

dengan memanfaatkan tanaman obat yang disebut dengan obat

tradisional (Yane Dila, 2019).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih

dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, terutama di daerah pedesaan

yang masih kaya dengan keanekaragaman jenis tumbuhan. Ada

beberapa manfaat yang dapat diambil dari penggunaan obat

tradisional, diantaranya yaitu harganya yang relatif murah, kemudahan

dalam mendapatkan bahan baku, bahkan tanaman obat dapat

ditanam sendiri di halaman rumah, serta efek samping yang

ditimbulkan obat tradisional relatif kecil sehingga aman digunakan.

Obat tradisional Indonesia masih belum banyak diteliti, khususnya

yang berasal dari bahan tumbuhan. Pare dikenal dengan rasanya

yang pahit. Rasa pahit dari pare tidak mengurangi khasiat yang

dikandungnya sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit (Elly

Fauziah, 2011).

Dengan demikian maka dilakukanlah praktikum ini mengenai efek

obat analgetik pada hewan uji, untuk mengetahui dan menganalisis

efek beberapa obat analgetik yakni asam mefenamat® 500 mg, pada

hewan uji mencit dengan penginduksi asam asetat 0,5%.

B. Maksud dan Tujuan praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

efek beberapa obat analgetik diantaranya paracetamol® 500 mg,

ibuprofen® 400 mg, asam mefenamat® 500 mg, natrium diklofenat®


3

50 mg, piroksikam® 20 mg dan infusa pare 25% pada hewan uji

mencit yang diinduksi nyeri dengan asam asetat 0,5% oral dan

intraperitonial.

C. Prinsip Praktikum

Berdasarkan jumlah penurunan atau berkurangnya geliat mencit

setelah diberikan obat analgetik. Geliat mencit ditandai menarik kaki

dan kepala kebelakang sehingga perut rata menyentuh lantai, lalu

kembali ke posisi semula (retraksi).


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Umum

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan dan berhubungan dengan kerusakan jaringan atau

potensial terjadi kerusakan jaringan. Rasa nyeri merupakan masalah

yang umum terjadi pada masyarakat dan salah satu penyebab paling

sering bagi pasien datang berobat ke dokter, karena rasa nyeri

mengganggu fungsi sosial dan kualitas hidup bagi penderitanya[5].

Walaupun dalam dunia medis nyeri merupakan hal yang sering terjadi,

tetapi pengetahuan masyarakat tentang nyeri sangat sedikit. Nyeri

dapat dihilangkan dengan penggunaan obat analgetik. Analgetik atau

obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Helmi Arifin,

2018).

Analgesik sama dengan analgetik yang artinya menghilangkan

nyeri. Analgetik juga merupakan senyawa yang dalam dosis terapeutik

meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi

umum. Analgetik terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu analgetik

opioid dan analgetik non-opioid. Analgetik opioid merupakan

kelompok obat yang selain memiliki efek analgetik, juga memiliki efek

seperti opium. Analgetik opioid digunakan dalam penatalaksanaan

nyeri sedang sampai berat (Putri Virgie P, 2013).

4
5

Asam mefenamat adalah salah satu jenis obat yangmasuk

dalam golongan Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS). Obat ini

digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang ringan hingga

sedang, seperti pada nyeri otot, kram menstruasi, sakit kepala, dan

sakit gigi. Mekanisme kerja asam mefenamat yaitu dengan cara

menghalangi efek enzim yang disebut cyclooxygenase (COX). Enzim

ini membantu tubuh untuk memproduksi bahan kimia yang disebut

prostaglandin. Prostaglandin ini yang menyebabkan rasa sakit dan

peradangan. Dengan menghalangi efek enzim COX, maka

prostaglandin yang diproduksi akan lebih sedikit, sehingga rasa sakit

dan peradangan akan mereda atau membaik (Zulkifli, 2019).

Selain obat sintesis, bahan alam seperti obat tradisional juga

dapat digunakan sebagai analgetik. Salah satu tanaman yang

dipercaya dapat digunakan sebagai obat adalah Pare (Momordica

charantia). Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek antipiretik,

analgetik, dan antiinflamasi (Elly Fauziah, 2011). Antipiretik adalah

obat yang bekerja untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi, baik

secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus yang menyebabkan

penurunan suhu tubuh ketika demam, bekerja dengan mencegah

pembentukan prostaglandin dengan cara menghambat enzim

siklooksigenase dengan distimulasi oleh pirogen endogen pada

hipotalamus (Helga Azmi, 2021).


6

Daun pare mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin,

flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan karotenoid.

Flavonoid menunjukkan lebih dari seratus macam bioaktivitas.

Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek antipiretik, analgetik,

dan antiinflamasi. Flavonoid dapat menghambat siklooksigenase,

sehingga diduga efek antipiretik disebabkan karena adanya aktivitas

penghambatan dari siklooksigenase yang merupakan langkah

pertama pada jalur menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan

tromboksan. Pengambilan zat kimia pada daun pare diantaranya

dapat dilakukan dengan ekstraksi. Maserasi merupakan proses

ekstraksi dimana obat yang sudah halus direndam dalam menstruum

sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang

mudah larut akan melarut sehingga didapatkan ekstrak daun pare.

Demam atau pireksia merupakan gejala sehingga zat-zat yang mudah

larut akan melarut sehingga didapatkan ekstrak daun pare (Elly

Fauziah, 2011).

Pada pengujian analgetik ini metode yang dipilih adalah metode

sigmund (metode geliat) karena metode ini cukup peka dalam menilai

rangsang nyeri yang diberikan. Asam asetat dipilih karena dapat

memberikan rangsangan nyeri yang cukup baik terhadap hewan uji

dengan cara memicu respon inflamasi lokal hasil pelepasan asam

arakidonat bebas dari jaringan fosfolipid melalui siklooksigenase

(COX), dan biosentesis prostaglandin, peningkatan kadar


7

prostaglandin dari induksi asam asetat meningkat-kan nyeri inflamasi

dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dalam rogga peritoneum.

Respon nyeri yang diberikan ditandai dengan geliat kedua pasang

kaki kedepan dan kebelakang serta perut yang menempel pada lantai

(Eka Siswanto S, 2016).

Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan

sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan

antara 40–80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan

laboratorium, khususnya digunakan dalam penelitian biologi. Mencit

mempunyai banyak keunggulan sebagai hewan coba, di antaranya

siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak,

variasi sifat-sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanganannya (Purwo,

dkk, 2018).

B. Klasifikasi Hewan dan Tanaman

1. Mencit (Kartika, 2013)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Murinane

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


8

2. Daun Pare (Momordica charantia Linn)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Cucurbilates

Suku : Curcubitaceae

Marga : Momordica

Jenis : Momordial charantia L

C. Uraian Bahan

1. Alkohol (FI Edisi III, 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol,Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna,jernih,mudah menguap

dan mudah bergerak:bau khas;rasa

panas,mudah terbakar,dengan memberikan

nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform

P, dan dalam eter P.

Khasiat : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Asam Asetat (FI Edisi III, 1979 : 41)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Asetat


9

RM : C2H4O2

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna baunya menusuk

rasa asam tajam

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, dengan etanol

(95%) dengan gliserol

Kegunaan : Penginduksi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. Aquadest (FI Edisi III, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

tidak mempunyai rasa

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. Na CMC (FI Edisi III 1979 : 401)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELULUSOM

Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih, atau putih kuning

gading, tidak berbau higroskopik

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidasi, tidak larut dalam etanol

(95%) P dan dalam pelarut organik


10

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Kontrol/pensuspensi

C. Uraian Obat

1. Antalgin® 500 mg (Dirjen POM, 1979: 369)

Nama Resmi : METHAMPYRON

Nama Lain : Antalgin, Metampiron

Rumus Molekul : C13H16N3NaSO4H2O

Berat Molekul : 351,37 g/mol

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau kekuningan

Kelarutan : 1 : 1.5 dalam air, 1:30 dalam alkohol,

sedikit larut dakam kloroform dan tidak larut

dalam eter.

Kegunaan : Sebagai obat analgetik dan antipiretik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Asam Mefenamat® 500 mg (Dirjen POM, 1979: 43)

Nama Resmi : ADICUM MAFENAMICUM

Nama Lain : Asam Mefenamat

Rumus Molekul : C15H13NO3

Berat Molekul : 241,29 g/mol

Pemerian :Serbuk hablur, putih atau hampir putih,

melebur pada suhu 230C serta pemurnian.

Kelarutan : Sukar larut dalam air.

Kegunaan : Sebagai obat analgetik dan antipiretik.


11

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3. Ibuprofen® 400 mg (FI Edisi IV, 1995: 449)

Nama Resmi : IBUPROFEN

Nama Lain : Ibuprofen, Ibu profenas, Ibu profenox

Rumus Molekul : C13H18O2

Berat Molekul : 206,3 g/mol

Pemerian :Serbuk hablur, putih hingga hampir putih,

berbau khas lemah.

Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

aseton, sangat mudah larut dalam etanol,

metil alkohol, sedikit larut dalam etil asetat.

Kegunaan : Analgesik (Sebagai zat aktif).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Natrium Diklofenat® 50 mg (USP: 32)

Nama Resmi : Natrium [0-2,6-dikloroanilino)fenil] asetat

Nama Lain : Na diklofenat, diclofenac sodium

Rumus Molekul : C14H10C12NNaO2

Berat Molekul : 318,13 g/mol

Pemerian :serbuk hablur putih hingga hamper putih,

higroskopik.

Kelarutan :mudah larut dalam etanol, agak sukar larut

dalam air, praktis larut dalam kloroform dan

dalam eter.
12

Kegunaan : Analgesik (Sebagai zat aktif).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Paracetamol® 500 mg (FI Edisi III, 1979: 320)

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama Lain : Asetaminofen, parasetamol

Rumus Molekul : C6H9NO2

Berat Molekul : 151,163 g/mol

Pemerian : Hablur serbuk putih, tidak berbau, dan rasa

pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 70 bagian

etanol, 13 bagian aseton P, 40 bagian

gliserol, propilenglikol P, dan alkali hidroksi.

Kegunaan : Sebagai obat analgetik dan antipiretik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. Piroxicam® 20 mg (FI Edisi IV, 1995: 683)

Nama Resmi : PIROXICAM

Nama Lain : Piroksikam

Rumus Molekul : C15H13N3O4S

Berat Molekul : 331,35 g/mol

Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau

kuning terang; tidak berbau. Bentuk

monohidrat berwarna kuning.


13

Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-

asam encer dan sebagian besar pelarut

organik; sukar larut dalam etanol dan dalam

larutan alkali mengandung air.

Kegunaan : Sebagai obat antiinflamasi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu :

1. Alu

2. Canula

3. Gelas kimia 50 mL

4. Kandang mencit

5. Kertas perkamen

6. Kompor listrik

7. Labu ukur 5 mL

8. Lap kasar

9. Lap halus

10. Lumpang

11. Termometer

12. Timbangan analitik

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu:

1. Alkohol

2. Antalgin® 500 mg

3. Asam asetat 0,5%

4. Asam mefenamat® 500 mg

5. Ibuprofen® 400 mg

14
15

6. Infusa pare 25 %

7. Kapas

8. Na CMC 0,5 %

9. Natrium diklofenat® 50 mg

10. Paracetamol® 500 mg

11. Piroxicam® 20 mg

C. Prosedur kerja

1. Penyiapan Hewan Uji

Dipilih dan dikelompokkan mencit yang berbadan sehat,

mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 8 jam sebelum

digunakan, ditimbang berat badan mencit, ditandai mencit dengan

spidol agar tidak tertukar sehingga lebih mudah dikenali bobot

badan masing-masing.

2. Penyiapan Bahan

a. Pembuatan larutan Na-CMC 0,5%

Ditimbang Na CMC sebanyak 5 gram, kemudian

dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam aquadest yang telah

dipanaskan, sambil diaduk dengan menggunakan pengaduk

hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen, dicukupkan

hingga 1000 mL.

b. Pembuatan sediaan asam mefenamat® 500 mg.


16

3. Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Diambil mencit dan ditimbang berat badannya. Diberikan

asam mefenamat® 500 mg secara peroral, mencit satu sebanyak

0,32 mL dan mencit dua sebanyak 0,37 mL. Didiamkan selama 30

menit tanpa perlakuan. Diberikan asam asetat 0,5% secara

intraperitorial sebanyak 0,2 mL, dan selanjutnya diletakkan mencit

di atas papan bedah. Lalu dihitung jumlah geliat mencit tiap 10

menit selama 60 menit. Dinyatakan satu geliat apabila mencit

menarik kaki dan kepala ke belakang sehingga perut rata

menyentuh lantai, lalu kembali ke posisi semula (retraksi).


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Jumlah geliat mencit Rata-


jumlah
Perlakuan mencit interval 10 menit ke- rata

10 20 30 40 50 60

1 - 6 - - 7 1 14 2,33
Na CMC
2 11 24 25 29 20 22 131 21,83

1 3 10 16 2 7 2 40 6,66
Paracetamol
2 4 3 3 4 2 1 17 2,83

1 9 10 11 4 5 1 40 6,66
Ibu profen
2 3 5 5 6 3 2 24 4

Asam 1 48 16 14 10 6 1 95 15,83

mefenamat 2 44 26 21 5 2 1 99 16,5

Natrium 1 4 8 5 9 12 14 52 8,6

diklofenak 2 2 5 5 8 6 4 30 5

1 - - 2 - - - 2 0,3
piroxicam
2 - 2 - - - - 2 0,3

1 3 4 3 5 8 5 28 4,66
Infusa pare
2 3 5 3 7 5 4 27 4,5

17
18

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan percobaan yang berjudul efek

obat analgetik pada hewan uji. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk

mengetahui dan menganalisis efek beberapa obat analgetik dan

ekstrak tanaman pada hewan uji mencit yang diinduksi nyeri dengan

asam asetat 0,5% secara peritonial.

Dalam percobaan ini digunakan metode rangsangan kimia yang

ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap pemberian asam

asetat 0,5% sebanyak 0,2 mL melalui intraperitorial yang dapat

menimbulkan respon geliat dan menarik kaki kebelakang dari mencit

ketika menahan nyeri pada perut karena pemberian bahan kimia.

Hewan uji yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mencit (Mus

musculus), mencit yang digunakan yaitu dua ekor. Sedangkan Obat

analgetik yang digunakan yaitu asam mefenamat® 500 mg dan Na-

CMC 0,5 % sebagai kontrol negatif untuk membandingkan ada

tidaknya daya analgetik terhadap kontrol positif dan sampel ekstrak

tanaman pare. Asam asetat 0,5% digunakan sebagai penginduksi

karena dapat memberikan rangsangan nyeri yang cukup baik

terhadap hewan uji dengan cara memicu respon inflamasi lokal hasil

pelepasan asam arakidonat bebas dari jaringan fosfolipid melalui

siklooksigenase (COX), dan biosentesis prostaglandin, peningkatan

kadar prostaglandin dari induksi asam asetat meningkatkan nyeri

inflamasi dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dalam rogga


19

peritoneum. Respon nyeri yang diberikan ditandai dengan geliat

kedua pasang kaki kedepan dan kebelakang serta perut yang

menempel pada lantai (Eka Siswanto, 2016).

Pada percobaan ini diperoleh data, pada mencit kelompok empat

yang diberikan suspensi obat asam mefenamat® dengan

menggunakan hewan uji sebanyak dua ekor.

Pada mencit yang pertama diamati dan diperoleh jumlah geliat

pada menit ke-10 yaitu sebanyak 48 geliat dan menit ke-60 sebanyak

1 geliat, dengan total geliat keseluruhan pada mencit pertama yaitu 95

geliat dengan rata-rata 15,83 geliat selama 60 menit. Pada menit ke

60 geliat pada mencit hanya 1, hal tersebut menandakan obat

analgetik yaitu asam mefenamat® 500 mg sudah bereaksi dengan

baik sehingga menghilangkan nyeri pada mencit.

Pada mencit kedua diamati dan diperoleh jumlah geliat pada

menit ke-10 sebanyak 44 geliat dan pada menit ke-60 sebanyak 1

geliat, dengan total geliat sebanyak 99 dengan rata-rata jumalh geliat

selama 60 menit yaitu 16,5 geliat. Pada menit ke 60 geliat pada

mencit hanya 1, hal tersebut menandakan obat analgetik yaitu asam

mefenamat® 500 mg sudah bereaksi dengan baik sehingga

menghilangkan nyeri pada mencit.

Hasil ini sesuai dengan penelitian (Audrey Dhinda Lara, 2021)

yang menyatakan asam mefenamat® 500 mg sebagai kontrol positif

menunjukan adanya perbedaan rata-rata total geliat dibandingkan


20

dengan kelompok kontrol negatif yaitu Na CMC 0,5%, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat efek analgesik dari asam mefenamat®

500 mg yang diberikan. Total geliat yang ditunjukkan mencit

menandakan kuat lemahnya nyeri yang dirasakan akibat dari induksi

asam asetat yang diberikan. Semakin sedikit total geliat yang

ditunjukan oleh mencit maka dapat diartikan semakin lemah pula nyeri

yang dirasakannya dengan kata lain semakin besar efek analgesik

yang dihasilkan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa,

pada mencit satu dan dua yaitu menit ke 60 geliat pada mencit hanya

satu, hal tersebut menandakan obat analgetik yaitu asam

mefenamat® 500 mg sudah bereaksi dengan baik sehingga

menghilangkan nyeri pada mencit.

B. Saran

Pada praktikum ini mengenai efek obat analgetik terhadap

hewan uji, diharapkan praktikan lebih memahami prosedur kerja yang

akan dilakukan dan lebih memahami cara pemberian obat pada

hewan uji agar efek yang harapkan sesuai dengan yang diinginkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Audrey Dhinda Lara. 2021. Uji Aktivitas Analgesik Infusa Daun Jeruju
(Acanthus ilicifolius L.) Pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus).
Indonesian Journal of Pharma Science,3 (2), 71-80.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Eka Siswanto Syamsul, Fitriya Andani, Yulistia Budianti Soemarie. 2016.


Uji Aktivitas Ekstrak Etanolik Daun Kerehau (Callicarpa Longifolia
Lamk) Pada Mencit Putih. Samarinda : Traditional Medicine
Journal.

Ermawati, Elly Fauziah, dkk. 2011. Efek antipiretik ekstrak daun pare
(Momordica charantia) pada tikus putih jantan. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Vol. 9, No. 1, pp. 7-11.

Helmi Arifin, Tesa Inmerka Alwi, Octy Aisyahharma, Dian Ayu Juwita.
2018. Kajian Efek Analgetik Dan Toksisitas Subakut Dari Ekstrak
Etanol Daun Kitolod (Isotoma Longifora L.) Pada Mencit Putih
Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Universitas Andalas.

Helga Azmi, 2021. Uji aktivitas antipiretik ekstrak etanol batang


kecombrang. Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2019.ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia,


Volume 52. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Kartika. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus


Norvegicus) Dan Mencit (Mus Musculus) Di Fakultas Peternakan
Ipb. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 1 (3),
147-154.Keswara, Yane Dila, dkk. 2019. Uji Aktivitas Analgetik
Ekstrak Etanol Daun Inggu (Ruta angustifolia [l] Pers) Pada Tikus
Putih Jantan. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
Surakarta. Vol 1 No 2.

Putri Virgie Pandey, Widdhi Bodhi, Adithya Yudistira. 2013. Uji Efek
Analgetik Ekstrak Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.) Pada Tikus
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Novergicus).Jurnal Ilmiah
Farmasi. UNSRAT.

22
23

Purwo Sri Rejeki, Eka Arum Cahyaning Putri dan Rizka Eka Prasetya,
2018. Ovariektomi Pada Tikus Dan Mencit. Surabaya.

Zulkifli, Elsha Eka Octaviany. 2019. Uji Efek Analgetik Ekstrak Akar
Binasa (Plumbage Indica L) Asal Kabupaten Sidenreng Rappang
Terhadap Mencit Dengan Metode Writhing Reflex Test. Universitas
Indonesia Timur. Makassar : Jurnal Herbal Indonesia. ISSN.
SKEMA KERJA

Menyiapkan alat, bahan dan hewan uji

Penimbangan hewan uji

Pemberian obat analgetik (asam mafenamat) pada hewan uji

Didiamkan selama 30 menit

Pemberian penginduksi (asam asetat 0,5%) pada hewan uji

Dihitung geliat yang ditunjukkan pada hewan uji setiap 10 menit

Dicatat berapa geliat yang dihasilkan hewan uji

24
LAMPIRAN

A. Perhitungan Dosis Obat

1. Berat Obat yang Akan Di timbang

Tablet asam mafenamat 500 mg

Dosis mencit 20 g = Dosis x Faktor Konversi

= 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg / 20 g BB mencit

= 0,065 mg / gr BB Mencit

Untuk larutan sebanyak 10 mL = 10 mL / 0,2 mL

= 50 (mencit)

Jadi asam mafenamat tab yang harus di siapkan = 1,3 mg × 50

= 65 mg (Zat aktif)

Jika digunakan paracetamol 500 mg

Berat obat yang ditimbang = 65 mg / 500 mg × 643,81 mg

= 83,7 mg

= 0,0837 gram

2. Volume Pemberian Mencit

a. Mencit (32 gram)

32 gram
Volume pemberian ¿ x 0,2mL
20 gram

¿ 0,32 mL

b. Mencit (37 gram)

37 gram
Volume pemberian ¿ x 0,2 mL
20 gram

25
26

¿ 0,37 mL

3. Perhitungan Na CMC 0,5%

Na CMC 0,5% dilarutkan dalam 1000 mL aquadest

1 gram
%b/v ¿
100mL

0,5 gram x . gram


=
100 mL 1000 mL

0,5 gram x 1000 mL = x.gram x 100 mL

0,5 gram x 100 = x.gram x 10

50 gram = x.gram x 10

50 gram
x.gram =
10

X.gram = 5 gram

4. Perhitungan Asam Asetat 0,5%

Asam asetat 0,5% dilarutkan dalam 100 Ml aquadest

1 gram
%b/v ¿
100mL

0,5 gram x . gram


=
100 mL 100 mL

0,5 gram x 100 mL = x.gram x 100 mL

x.gram = 0,5 gram


27
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2
Pengelompokan hewan uji Alat dan bahan yang
mencit yang ingin digunakan digunakan
antara analgetik dan
antipiretik

Gambar 4
Gambar 3
Mencit kedua dengan
Mencit pertama dengan
bobot 37 gram
bobot 32 gram

28
29

Gambar 5 Gambar 6
Proses menimbang tablet satu Proses memasukkan obat
persatu untuk mengetahui secara oral pada mencit
berat rata-rata tablet

Gambar 7 Gambar 8
Proses memasukkan Proses pengamatan geliat
penginduksi asam asetat pada mencit
sebanyak 0,2 mL secara
intraperitorial

Anda mungkin juga menyukai