ASSOCIATE EDITOR:
Joko Wiryatno
I Ketut Sundra
Martin Joni
FX Sudaryanto
Ni Luh Watiniasih
Dwi Ariani
Ni Made Suartini
Team Editor
JURNAL SIMBIOSIS V (2 ): 43-46 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis September 2017
Daun ekor naga (Rhapidhophora pinnata, Schott ) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat
tradisional untuk penyakit hipertensi, stroke dan kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak daun ekor naga(Rhapidhophora pinnata, Schott) terhadap struktur histologi hati mencit (Mus
musculusL). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 28 ekor mencit betina
yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok P0 (kontrol) diberikan NaCL dan kelompok P1, P2 dan P3
diberikan ekstrak daun ekor naga dengan dosis berturut-turut 50, 100 dan 150 mg/KgBB selama 14 hari secara oral
(gavage). Mencit dibedah pada hari ke-15 untuk diambil hatinya kemudian diamati kerusakan berupa degenerasi lemak,
degenerasi hidropis dan nekrosis. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan perlakuan terhadap parameter degenerasi lemak, hidropis dan nekrosis,
namun ditemukan adanya hemoragi, kongesti dan infiltrasi sel radang.
ABSTRACT
Rhapidhophora pinnata, Schott is a traditional medical plant that has been use remedy for treatment of
hypertension, stroke. Aims of this research is to determine the effect of Rhapidhophora pinnata Schott leaf extract toward
mouse (Mus musculus L) liverhistological structure. This research used completely randomized design with 28 female
mice that were divide into 4 groups of P0 (control) received 0,9% NaCl, group P1, P2, and P3 received 50, 100 and 150
mg/kg bw respectively by oral administration. The treatment were given daily for 14 days. All of the mice were sacrificed
by ether after 15 days. The liver were examined for their histopathological changes, namely fatty degeneration, hydropic
degenaration and necrosis. Results were statistically analised by Kruskal-Wallis method. Treatment groups showed no
significant differences with regard of liver histopatological changes, however hemorrhage, sinusoid congestion and
inflamatory cell infiltration were found in liver.
43
JURNAL SIMBIOSIS V (2 ): 43-46 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis September 2017
Denpasar, Bali.Daunekor naga yang diambil adalah daun diberikansebanyak 0,2 ml/ekor/hari setiap satu kali sehari
tua atau berwarna hijau tua yang dipetik daun ke 5 dari selama 14hari berturut-turut.Hari ke 15 mencit dibedah
ujung daun. Daun tersebut dicuci bersih lalu diiris dan untuk diambil organ hatinya dan dibuat sayatan histologi
kemudian dikering anginkan pada suhu ruang tanpa kemudian diamati di bawah mikroskop.
paparan sinar matahari sehingga diperoleh berat akhir Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
konstan 500g. Daun ekor naga dihaluskanhinggamenjadi Lengkap (RAL)dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan
serbuk. Selanjutnya 500 g serbuk daun ekor naga tersebut terdiri dari 7 ulangan (Shaw et al., 2002). Untuk
dimaserasi dengan alkohol 96% sebanyak 2 liter selama mengamati normalitas distribusi data digunakan uji
24 jam, kemudian disaring dengan kertas saring agar Kolmogorov-Smirnovkemudian dianalisis dengan
ampas dan ekstrak terpisah.Selanjutnya dievaporasi di Kruskal-Wallis, analisis ini menggunakan program SPSS
Laboratorium Pengembangan Sumber Daya Genetika dan For Windows versi 22.
Biologi Molekuler Universitas Udayana denganvacuum
ratory evaporator hinga diperoleh crude extract (ekstrak HASIL
kasar)(Harbone, 1987).Dua puluh delapan ekor mencit Hasil uji statistik organ hati dengan Kruskal-
dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok kontrol Wallis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun ekor
(P0) yang diberikan NaCl 0,9% sedangkan kelompok naga tidak berbeda nyata (P >0,05) antara kelompok
perlakuan P1, P2 dan P3 diberikan ekstrak daun ekor kontrol (P0) dengan perlakuan (P1, P2 dan P3)terhadap
naga dengan dosis masing-masing 50 mg/KgBB, kerusakan degenerasi lemak, degenerasi hidropis dan
100mg/KgBB dan 150 mg/KgBB. Ekstrak nekrosis pada hati (Tabel 1).
Pemeriksaan secara histologi hati mencit yang infiltrasi sel radang pada perlakuan P1, P2 dan P3 seperti
diberikan ekstrak daun ekor naga menunjukkan pada Gambar 1.
dibeberapa bagian mengalami hemoragi, kongesti dan
P P
2
1.VS 1.VS
P P
4
1.VS 1.VS
Gambar 1. Struktur histologi hati mencit setelah pemberian ekstrak daun ekor naga.
Keterangan: 1.Vena sentralis, 2.Infiltrasi sel radang, 3.Hemoragi, 4. Kongesti 5. Inti Piknotik
P0 (kontrol), P1 (dosis 50 mg/KgBB), P2 (dosis 100 mg/KgBB) dan P3 (dosis150mg/KgBB)
44
JURNAL SIMBIOSIS V (2 ): 43-46 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis September 2017
45
JURNAL SIMBIOSIS V (2 ): 43-46 ISSN: 2337-7224
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis September 2017
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Bandung.Junqueira,L.C., J.Carneiro dan R.O Kelley (Skripsi).
.1998. Histologi Dasar. Terjemahan
Tambayong. EGC. Jakarta. Yuliani, S. 2001. Prospek Pengembangan Obat
Tradisional Menjadi Obat
Lee, T.A., B.H. Sci., and Counsel. 2006. The Food From Fitofarmaka.Jurnal Litbang Pertanian.Balai
Hell Food Colouring. The Internet Journal of Penelitian Tanaman Rempah
Toxicology. 2(2): 101-110. dan Obat.3(1): 56-72.
Thomson,R.G.1984.Special Veterinary
Pathology.Department of Pathology and
Microbiology Atlantic Veterinary College.B.C
Decker Inc.Philadelphia.
46