Anda di halaman 1dari 23

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA

DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus Cortex) PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS

Usulan Karya Tulis Ilmiah

Diajukan oleh :

Indah Lailatul Hidayah

A 1142031/AKF

Kepada

AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

1
Januari 2017

Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA

DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus Cortex) PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS

Diajukan :

Indah Lailatul Hidayah

A1142031/AKF

Untuk dilanjutkan menjadi penelitian mahasiswa

Telah disetujui oleh

Mengetahui,

Direktur

Pembimbing Akademi Farmasi Nusaputera

Poppy Diah Palupi, S.Far.,Apt Poppy Diah Palupi, S.Far.,Apt

Nip : 060707083 Nip : 060707083

Tanggal: Tanggal:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, Desember 2014


Indah Lailatul Hidayah

A1142031/AKF

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanaman masih merupakan sumber utama dalam penemuan obat

baru, sementara alam Indonesia menyediakan sumber alamiah yang belum

dimanfaatkan secara optimal dalam menemukan obat baru. Oleh karena itu,

penggunaan obat tradisional yang dapat diperoleh dari alam menjadi

alternatif penting dalam mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang

lebih baik.

Salah satu tanaman yang cukup banyak digunakan untuk mengobati

beberapa penyakit adalah buah naga. Manfaat buah naga menurut Wahyuni

(2011) dalam jurnalnya adalah sebagai antihiperkolesterolemik dan sebagai

anti radikal bebas karena mengandung betasianin.

Buah naga (Dragon fruit) merupakan buah tropis yang banyak

digemari oleh masyarakat karena memiliki khasiat dan manfaat serta nilai

gizi cukup tinggi. Bagian dari buah naga merah 30-35% merupakan kulit

buah naga merah namun seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Sangat

disayangkan karena kulit buah naga merah yang memiliki manfaat tidak
digunakan sebagai bahan tambahan makanan seperti pewarna makanan.

Kulit buah naga merah memiliki kandungan pigmen alami yang dapat

digunakan sebagai pewarna alami pangan (Waladi et al, 2015).

Buah naga mempunyai manfaat umum untuk menyembuhkan

rematik. Pada penyakit rematik biasanya penderita merasakan adanya nyeri

yang diderita, sehingga buah naga dapat digunakan untuk meredakan nyeri

(Wirakusumah, 2007). Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga

daging merah diduga dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana

enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan

vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun

(Nugrahaini, 2015)

Mengingat betapa luas dan seringnya pemakaian Buah Naga ini

sebagai obat, maka penggunaan tanaman ini harus melalui serangkaian uji,

seperti uji khasiat, toksisitas, dan uji klinik. Dengan dasar tersebut dan

mempertimbangkan potensinya yang cukup tinggi, maka penulis tertarik

untuk melakukan uji toksisitas akut ekstrak kulit buah naga untuk

menetapkan potensi ketoksikan akut kulit buah naga.

Uji toksisitas akut merupakan salah satu uji pra-klinik. Uji ini dilakukan

untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam

waktu singkat, yaitu 24 jam, setelah pemberiannya dalam dosis tunggal.

Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan

kisaran dosis letal atau toksik adalah dosis letal tengah (LD50) (Sulastry,

2009). Penelitian ini dilakukan secara in vivo, menggunakan hewan coba

mencit Galur Swiss dengan paparan tunggal dosis bertingkat. Pengamatan

meliputi jumlah hewan yang mati serta gejala klinis ketoksikan akut

senyawa pada 24 jam pertama pemberian ekstrak kulit buah naga.


B. RUMUSAN MASALAH

Berapakah LD50 ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus

Cortex) pada mencit Galur Swiss?

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan data dan informasi yang lebih akurat

mengenai toksisitas akut pemberian ekstrak kulit buah naga terhadap

mencit galur swiss.

2. Bagi akademik

Penelitian ini dapat memperkaya bahan kepustakaan dan dapat

memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan teruatama dibidang

farmakologi.

3. Bagi mahasiswa lain

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk pengembangan

penelitian lebih lanjut.

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui nilai LD50 ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus

Cortex) pada mencit Galur Swiss.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Tinjauan Pustaka

1. Buah Naga

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili

Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini terdapat

beberapa genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus

Hylocereus. Genus ini pun terdiri dari sekitar 16 spesies. Dua

diantaranya memiliki buah yang komersial, yaitu Hylocereus undotus

(berdaging putih) dan Hylocereus costaricensis (daging merah). Adapun

klasifkasi buah naga tersebut sebagai berikut.

Gambar 1. Buah Naga Daging Merah


Divisi : Spermatophyta (tumbuhab berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus costaricensis (daging merah)

Buah naga merupakan jenis tanaman memanjat. Saat ditemukan di

alam aslinya, tanaman ini memanjat batang tanaman lain di hutan yang

teduh. Walaupun perakarannya di tanah dicabut, tanaman ini masih

tetap hidup sebagai tanaman epifit karena kebutuhan makanannya

diperoleh melalui akar udara pada batangnya. Secara morfologis,

tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki

daun (Kristanto, 2008).

Buah naga memiliki beberapa khasiat untuk kesehatan manusia, di

antaranya ialah sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah

kanker usus, pelindung kesehatan mulut, serta pengurang kolesterol,

pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan. Adanya khasiat-

khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya

yang sangat mendukung kesehatan tubuh manusia.

Buah naga umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai

penghilang dahaga. Hal ini disebabkan oleh kandungan airnya sangat

tinggi, sekitar 90,20% dari berat buah. Rasanya cukup manis karena

didukung oleh kadar gula yang mencapai 13-18 briks.


Nutrisi Kandungan
Kadar gula 13-18 briks
Air 90,20%
Karbohidrat 11,5 g
Asam 0,139 g
Protein 0,53 g
Serat 0,71 g
Kalsium 134,5 mg
Fosfor 8,7 mg
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga

2. Kulit Buah Naga

Hal menarik pada buah naga adalah manfaat dari kulit buahnya.

Kulit buah naga dapat bermanfaat dalam produksi pangan maupun

industri seperti pewarna alami pada makanan dan minuman. Selain itu

dalam industri, kulit buah naga dapat dijadikan bahan dasar pembuatan

kosmetik. Dalam bidang farmakologi kulit buah naga juga dapat dijadikan

sebagai obat herbal alami yang dapat bermanfaat sebagai antioksidan

(Putri, 2015).

Kulit buah naga merah memiliki kandungan nutrisi seperti

karbohidrat, lemak, protein dan serat pangan. Kandungan serat pangan

yang terdapat dalam kulit buah naga merah sekitar 46,7% (Waladi dkk,

2015). Kulit buah naga juga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A,

alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin,

fenolik, karoten, dan fitoalbumin (Putri, 2015).

3. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu

padatan atau cairan. Proses ekstraksi diawali dengan terjadinya

penggumpalan ekstrak dalam pelarut terjadi pengendapan massa bahan.

Prinsip ekstraksi dengan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen


terhadap komponen lain dalam campuran. Komponen yang larut dapat

berupa cair atau padat.

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota

laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan

berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode

ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Harborne,

1987).

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia

yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip

perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan

mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke

dalam pelarut (Harborne, 1987).

4. Macam-macam Ekstraksi
a. Maserasi

Metode maserasi adalah metode sederhana yang dilakukan

dengan cara memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke

dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses

ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi

senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.

Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak

waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan

beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja

sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi

dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat

termolabil (Mukhriani, 2014).

b. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan

dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran

pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk

sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah.

Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh

pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam

perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh

area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan

memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).

c. Soxhlet

Metode soxhlet dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel

dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong

yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang

sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah

suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang

kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi

sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan

banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil

dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus

berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).

d. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel dan pelarut dimasukkan ke dalam

labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga

mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu.

Destilasi uap memiliki proses yang sama dengan reflux dan

biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran


berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi

dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur)

ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian

dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi (Mukhriani, 2014).

5. Tinjauan Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang

terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis

tunggal. Batasan waktu singkat disini adalah rentang waktu selama 24

jam setelah pemberian suatu senyawa. Uji toksisitas akut dapat

diartikan dengan pengujian ketoksikan suatu senyawa yang sedang

diuji sebanyak satu kali atau beberapa kali pemberian pada hewan uji

tertentu dalam jangka waktu 24 jam (LU, Frank C, 1995).

Penelitian ini sebagian besar dilakukan untuk menentukan letal

median (LD50). LD50 adalah dosis tunggal suatu senyawa yang secara

statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan coba (LU, Frank C,

1995). Selain itu juga untuk menilai berbagai gejala toksik yang timbul,

adanya efek toksik yang khas dan mekanisme yang memerantarai

kematian.

Secara umum, dalam penentuan LD50 hewan uji yang digunakan

adalah tikus dan mencit. Hewan ini dipilih karena harga murah, mudah

didapat, dan mudah dalam perawatan. Selain itu sudah terdapat

banyak data toksikologi tentang jenis hewan tikus dan mencit, hal ini

dapat mempermudah dalam pembandingan senyawa-senyawa kimia

(LU, Frank C, 1995).

Pada umumnya, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa


tersebut. Demikian juga sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin

rendah toksisitasnya. Potensi ketoksikan akut senyawa pada hewan

coba dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu sebagai berikut: (Atmojo,

2009)

No Kelas LD50 (mg/KgBB)


1. Luar biasa toksik 1 atau kurang
2. Sangat toksik 1 50
3. Cukup toksik 50 500
4. Sedikit toksik 500 5000
5. Praktis tidak toksik 5000 15000
6. Relatif kurang berbahaya lebih dari 15000
Tabel 2. Potensi Ketoksikan Akut Senyawa Uji Berdasarkan Kriteria

Loomis

B. Hipotesis

1. Ekstrak etanol 70% kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus Cortex)

mempunyai efektivitas toksik terhadap mencit jantan Galur Swiss.

2. Ekstrak etanol 70% kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus Cortex)

tidak mempunyai efektifitas toksik terhadap mencit jantan Galur

Swiss.
BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi

Nusaputera, dilakukan pada waktu penelitian yang ditetapkan.

B. Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik

dengan desain yang dipakai adalah Post Test-Only Controled Group Design.

C. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling

1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit Galur Swiss jantan

dengan umur 2 3 bulan, berat badan 20 30 gram yang diperoleh dari

2 Sampel

Penentuan besar sampel menurut WHO yaitu jumlah sampel

minimal 5 ekor per kelompok. Sedangkan jumlah kelompok dalam

penelitian ini adalah 5 kelompok, sehingga jumlah total sampel

sebanyak 25 ekor.

3 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan

teknik random sampling.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak


etanol kulit buah naga.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jumlah hewan

coba yang mati.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah hewan percobaan

mencit jantan galur Swiss dan cara pemberian.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus Cortex) yang diberikan

adalah ekstrak etanol 70% kulit buah naga dalam bentuk serbuk yang

distandardisasi.

2. Pengamatan gejala klinis berdasarkan kriteria spektrum efek toksik,

yang nantinya akan menjadi data kualitatif.

3. Mencit tampak sehat adalah berdasar pengamatan luar, meliputi gerak

aktif, nafsu makan normal, dan tidak terdapat luka yang berarti.

F. Instrumen Penelitian

1. Kulit Buah Naga yang digunakan adalah buah naga yang berdaging

merah berasal dari Jl. Raya Bawen Semarang No. 55, Bawen, 50661,

Bawen, Semarang, Jawa Tengah 50661.

2. Dosis ekstrak etanol kulit buah naga menggunakan 4 peringkat dosis

yaitu 1,6 g/kg BB; 3,2 g/kg BB; 6,4 g/kg BB; dan 12,8 g/kg BB diberikan

secara intraperitonial.

3. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan Galur Swiss dengan

jenis kelamin jantan umur 2 bulan, berat badan 20-30 gram.

4. Kontrol yang digunakan adalah zat netral yang tidak berefek yaitu CMC

Na 1%. Parameter pengujian adalah pencatatan jumlah mencit yang


mati serta gejala klinis ketoksikan akut senyawa pada 24 jam pertama

setelah pemberian ekstrak kulit buah naga.

G. Alat dan Bahan

a. Hewan percobaan:

Mencit jantan galur Swiss

b. Bahan:

Kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus Cortex), Aquadest,

Ransum makanan mencit, Etanol 70%, CMC Na 1%.

c. Alat:

Kandang mencit, Sonde, Timbangan mencit, Timbangan obat,

Disposable spuit, Sejumlah alat gelas lainnya.


Kulit buah naga dibersihkan, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang

Ditimbang kulit buah naga 500 g, lalu direndam dengan etanol 70% selama 5 hari

Disimpan pada suhu kamar terlindung dari sinar matahari

H. Skema Kerja
Dilakukan penyaringan hingga didapat maserat

Ampas disaring kembali hingga didapat maserat yang jernih

asil seluruh maserat dicampur dan diuapkan pada suhu 40C hingga didapat ekstrak etanol yang kental

Gambar 1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga

Kulit buah naga dibersihkan, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang

Ditimbang kulit buah naga 500 g, lalu direndam dengan etanol 70% selama 5 hari
Disimpan pada suhu kamar terlindung dari sinar matahari

Dilakukan penyaringan hingga didapat maserat

Ampas disaring kembali hingga didapat maserat yang jernih

Ditimbang seksama CMC Na

asil seluruh maserat dicampur dan diuapkan pada suhu 40C hingga didapat ekstrak etanol yang kental

Dimasukkan dalam mortir panas lalu dikembangkan dengan aqua panas hingga homogen

Dicukupkan didalam labu takar dengan aquadest sampai tanda

Kulit buah naga dibersihkan, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang

Ditimbang kulit buah naga 500 g, lalu direndam dengan etanol 70% selama 5 hari
Gambar 2. Skema Kerja Pembuatan CMC Na 1%

Mencit ditimbang dan dibagi

Kontrol diberi
Kelompok
suspensi
uji CMC
diberi
Kelompok
Naekstrak
1% ujikulit
diberi
K
ne

Dilakukan pengamatan geja

Dicatat waktu

Dihitung nilai L
Gambar 3. Pengujian Toksisitas Akut Ekstrak Kulit Buah Naga

I. Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh yaitu jumlah hewan yang mati, yang

kemudian dianalisa menggunakan analisa probit untuk mengetahui potensi

toksisitas akut (LD50) ekstrak kulit buah naga. Hasil data tersebut kemudian

diolah menggunakan program SPSS for Windows.

A. Pendahuluan

1. Latar belakang
Data kuantitatif yang diperoleh yaitu jumlah hewan yang mati, yang kemudian
dianalisa menggunakan analisa probit untuk mengetahui potensi toksisitas akut (LD 50)
ekstrak kulit buah naga. Hasil data tersebut kemudian diolah menggunakan program
SPSS for Windows.

2. Rumusan masalah
Data kuantitatif yang diperoleh yaitu jumlah hewan yang mati, yang

kemudian dianalisa menggunakan analisa probit untuk mengetahui potensi

toksisitas akut (LD50) ekstrak kulit buah naga. Hasil data tersebut kemudian

diolah menggunakan program SPSS for Windows.

B. Tinjauan Pustaka

1 Teori 1
Data kuantitatif yang diperoleh yaitu jumlah hewan yang mati, yang

kemudian dianalisa menggunakan analisa probit untuk mengetahui potensi

toksisitas akut (LD50) ekstrak kulit buah naga. Hasil data tersebut kemudian

diolah menggunakan program SPSS for Windows.

C.

D. Teori 1
DAFTAR ISI

A. LATAR BELAKANG..................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................6

C. MANFAAT PENELITIAN..........................................................................6

D. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................6

A. Tinjauan Pustaka..........................................................................................7

1. Buah Naga...................................................................................................7

2. Kulit Buah Naga..........................................................................................9

3. Pengertian Ekstraksi....................................................................................9

5. Tinjauan Uji Toksisitas Akut.....................................................................12

B. Hipotesis....................................................................................................13

A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................14

B. Rancangan Penelitian................................................................................14

C. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling...................................................14

D. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................................14

E. Definisi Operasional Variabel....................................................................15

F. Instrumen Penelitian..................................................................................15

G. Alat dan Bahan..........................................................................................16

Table of Contents
Type chapter title (level 1) 1

Type chapter title (level 2) 2

Type chapter title (level 3) 3


Type chapter title (level 1) 4

Type chapter title (level 2) 5

Type chapter title (level 3) 6


H. Skema Kerja..............................................................................................17
I. Analisis Data.............................................................................................20

1. Latar belakang...........................................................................................21

2. Rumusan masalah......................................................................................21

1. Teori 1........................................................................................................21

Anda mungkin juga menyukai