Effect of Combinations and Ratios of Solvents toward Extraction Results of Oil from Palm Fibers
Abstract
This study aimed to determine the combinations and ratios of appropriate solvents to obtain the optimal mass of palm oil.
Extracting the oil from palm fibers was conducted using soxletation method. Extraction is a way to get oil in a high amount and
good quality by using an appropriate solvent. The weight of oils obtained from the volume ratios variable of solvents at 100:0,
70:30, 50:50, 30:70, and 0:100 were 0.446 ± 0.063 g, 0.379 ± 0.022 g, 0.295 ± 0.012 g, 0.276 ± 0.045 g, and 0.183 ±
0.054 g, respectively. This study showed the combination of the types and ratios of solvents toward extraction of oil, and the
optimal oil mass was produced from n-hexane solvent.
Keywords: Oil palm fibers, soxletation, oil extraction
146
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………
telah berhasil membuktikan bahwa kulit buah naga diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
memiliki berbagai senyawa aktif seperti triyepene, berbeda.
pentacyclic dan taraxast. Senyawa-senyawa tersebut Rasio 50 : 50 disiapkan dengan menyediakan n-
bermanfaat untuk melindungi kelenturan pembuluh heksana sebanyak 125 mL pada gelas ukur 250 mL,
darah. Selain itu, hasil penelitian lain juga kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 125 mL
membuktikan bahwa kulit buah naga dapat menekan hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur.
pertumbuhan sel tumor b16f10 (Nur'aini. & Sari. Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
2016) . ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
Menurut peneliti, buah naga merah (hylocereus diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
polyrhizus) secara luas dibudidayakan di Malaysia, berbeda.
Thailand, Vietnam, Australia, Taiwan, dan beberapa Rasio 30 : 70 disiapkan dengan menyediakan n-
bagian lain dunia. Buah ini bertahan di iklim tropis heksana sebanyak 75 mL pada gelas ukur 250 mL,
kering dan dapat menahan suhu setinggi 40◦C. Buah kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 175 mL
naga merah (hylocereus polyrhizus) berbentuk oval, hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur.
ukurannya besar, berat sekitar 300 gram-600 gram, Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
diameternya 32 cm-35 cm dan panjangnya 13 cm - 15 ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
cm. Buah ini memiliki daging yang lembut dan manis diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
dengan intens warna merah-ungu dari daging dan berbeda.
kulit. Ini memiliki banyak biji hitam kecil yang kaya Rasio 0 : 100 disiapkan dengan menyediakan
akan asam lemak esensial (Nurul. & Asmah. 2014). dietil eter sebanyak 250 mL pada gelas ukur 250 mL,
Spesies hylocereus atau lebih dikenal sebagai kemudian pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
buah naga atau pitaya dari keluarga cactaceae telah ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
menjadi subjek yang menarik bagi banyak peneliti diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
terutama karena rasanya yang unik, bentuk dan warna berbeda.
daging. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
menyelidiki kimia betalains, utama senyawa bioaktif Ekstraksi minyak kelapa sawit
dalam hylocereus polyrhizus. Selain itu biji buah naga Ekstraksi minyak kelapa sawit dilakukan
merah (hylocereus polyrhizus) dan buah naga putih dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut: Labu
(hylocereus undatus) mengandung asam lemak esensial alas bulat untuk sokletasi sebagai penampung minyak
tingkat tinggi, yaitu asam linoleat dan linolenat asam sawit hasil ekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu
(Nurmahani., dkk. 2012). 105 oC, selanjutnya ditimbang beratnya sebelum
digunakan; sebanyak 10 gram serabut kelapa sawit
Metode dibungkus dengan kertas saring hingga padat dan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu dimasukkan ke dalam alat soklet; proses ekstraksi
seperangkat alat soklet, oven, neraca analitik, gelas dimulai dengan cara sokletasi menggunakan pelarut n-
ukur, labu alas bulat, pipet tetes, gelas kimia, waring heksana–dietil eter dengan perbandingan 100 : 0
blender, kertas label, kertas saring dan kapas. Bahan selama 18 jam, dan mengulangi perlakuan untuk rasio
yang digunakan pada penelitian ini yaitu serabut volume pelarut 70 : 30; 50 : 50; 30 : 70 dan 0 : 100.
kelapa sawit, dietil eter (Merck) dan n-heksana Pemisahan pelarut
(Merck). Larutan ekstrak dipanaskan pada suhu 70 oC
Preparasi sampel menggunakan oven. Pemanasan dihentikan jika tidak
Serabut kelapa sawit dipotong dengan ukuran ada lagi pelarut yang teruapkan dari larutan tersebut.
panjang kurang lebih 1 cm kemudian serabut digiling Labu alas bulat yang berisi larutan ditimbang
menggunakan blender. Serabut kelapa sawit hasil untuk dihitung massa minyak yang terdapat dalam
blender kemudian disaring hingga mendapat serabut sampel:
kelapa sawit yang halus. Massa minyak = (massa minyak + labu alas bulat) –
Pelarut n-heksana dan dietil eter dengan rasio massa labu alas bulat
% volume pelarut yang berbeda sebanyak 5 variasi Hasil dan Pembahasan
secara berturut-turut adalah 100 : 0 ; 70 : 30; 50 : 50;
30 : 70 dan 0 : 100 dengan prosedur penyediaannya Perlakuan pertama penelitian ini yaitu
seperti berikut: memotong serabut kelapa sawit hingga berukuran 1
Rasio 100 : 0 disiapkan dengan menyediakan n- cm, kemudian serabut di blender hingga ukuran
heksana sebanyak 250 mL pada gelas ukur 250 mL, serabut menjadi sependek mungkin. Serabut kelapa
kemudian dipindahkan ke gelas kimia dan ditutup sawit harus dipotong sependek mungkin karena
menggunakan aluminium foil. Perlakuan diulangi ukuran partikel padatan merupakan faktor yang sangat
sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang berbeda. berpengaruh dalam ekstraksi. Semakin kecil ukuran
Rasio 70 : 30 disiapkan dengan menyediakan n- partikel maka luas permukaan bidang kontak padatan
heksana sebanyak 175 mL pada gelas ukur 250 mL, dengan pelarut akan semakin besar (Zancan dkk.,
kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 75 mL 2002).
hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan ekstraksi adalah perlakuan pendahuluan
ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan (penghancuran, pengeringan dan penyerpihan), lama
147
Volume, 7, No. 3, 2018, 146-151 Jurnal Akademika Kimia
ekstraksi, jumlah pelarut, suhu pelarut dan jenis mungkin melarutkan senyawa seperti lilin, pigmen
pelarut yang digunakan. Jumlah minyak yang dapat dan albumin.
diekstraksi tergantung pada suhu, kandungan air 2) Mempunyai titik didih yang cukup rendah;
dalam biji, teknik pengecilan ukuran dan sebagainya hal ini dilakukan agar pelarut dapat dengan mudah
(Bernardini, 1983). Efisiensi ekstraksi, ukuran bahan diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
perlu direduksi lebih dahulu agar luas permukaan 3) Bersifat inert; pelarut tidak bereaksi dengan
bahan semakin besar dan minyak mudah terekstraksi komponen minyak.
(Swern, 1982). Pengecilan ukuran akan memberikan Pelarut yang digunakan pada penelitian ini
hasil minyak yang lebih tinggi dengan kandungan adalah pelarut n-heksana dan dietil eter. Kedua pelarut
minyak pada bungkil yang minimum (Mahatta, ini dipilih karena kedua pelarut bersifat non polar
1975). yang mempunyai polaritas yang sama dengan minyak.
Perlakuan selanjutnya melakukan ekstraksi Rasio volume pelarut n-heksan dan dietil eter yang
menggunakan metode sokletasi. Metode ekstraksi digunakan pada penelitian ini yaitu 100:0; 70:30;
dengan pelarut memiliki keuntungan karena minyak 50:50; 30:70; dan 0:100 dalam satuan persen. Hal ini
yang dapat dipisahkan dari bahan jumlahnya cukup bertujuan untuk mengetahui pelarut yang tepat untuk
besar. Selain itu, komponen-komponen lain yang mengekstrak minyak. Penggunaan n-heksana pada
terdapat di dalam bahan seperti kandungan protein ekstraksi kimia sangat efektif sebagai pelarut karena
dan lain-lainnya tidak banyak mengalami kerusakan menghasilkan kadar minyak yang tinggi. Ekstrasi
(Woodroof, 1983). Pelarut yang baik digunakan menggunakan n-heksana perlu untuk menggunakan
dalam proses pengambilan minyak dengan cara recovery system untuk mengurangi biaya produksi
ekstraksi adalah pelarut yang memenuhi syarat-syarat minyak melalui metode ekstraksi pelarut (Bhuiya
dibawah ini (Guenther, 1987) yaitu: dkk., 2015) Adapun data hasil analisis kadar minyak
1) Bersifat selektif; pelarut harus dapat perbandingan pelarut n-heksana dan dietil eter
melarutkan semua zat dengan cepat serta sedikit ditunjukkan pada Tabel 1.
Hasil pada Tabel 1 memperlihatkan massa Hasil pada Gambar 1 menunjukkan kombinasi dan
minyak optimal yang didapatkan yaitu pada pelarut n- rasio volume n-heksana dan dietil eter sebagai pelarut
heksana. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut n- mempengaruhi massa minyak yang dihasilkan. Hal ini
heksana merupakan pelarut yang bagus digunakan memperlihatkan bahwa masing-masing zat memiliki
dalam mengikat minyak sawit daripada pelarut dietil kelarutan yang berbeda terhadap zat lain. Zat
eter. Hal ini disebabkan n-heksana memiliki nilai mempunyai kelarutan tertentu. Kemampuan
konstanta dielektrik yang lebih rendah daripada dietil berinteraksi antara solut dan solven sangat tergantung
eter. N-heksana memiliki nilai konstanta dielektrik pada sifat solut maupun sifat solven, yang dipengaruhi
1,89 sedangkan dietil eter memiliki nilai konstanta efek kimia, elektrik maupun struktur (Martin dkk.,
dielektrik 4,33. Pelarut polar mempunyai konstanta 1993).
dielektrik yang besar. Sedangkan senyawa non polar
mempunyai konstanta dielektrik yang kecil.
148
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh 1) Tahap pertama menyangkut pemindahan
polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih suatu molekul zat dari zat terlarut pada temperatur
baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan
Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti satu molekul dari zat terlarut sehingga dapat lewat ke
perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu wujud uap membutuhkan pemecahan ikatan antar
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu molekul-molekul berdekatan. Proses pelepasan ini
zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Senyawa melibatkan energi sebesar 2W22 untuk memecah
nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal.
misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari fase zat
nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, terlarut, lubang yang ditinggalkan tertutup, dan
misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. setengah dari energi diterima kembali, maka total
Proses pelarutan yang melibatkan interaksi energi dari proses pertama adalah W22. Proses ini
solut dengan solut, solven dengan solven, dan solut dapat dilihat pada Gambar 2.
dengan solven terdiri dari tiga tahap (Martin, dkk.,
1993) yaitu :
2) Tahap kedua menyangkut pembentukan dibutuhkan pada tahap ini adalah W11. Bilangan 11
lubang dalam pelarut yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa interaksi terjadi antar molekul
menerima molekul zat terlarut. Energi yang solven. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.
3) Tahap ketiga penempatan molekul zat terlarut terbentuk pada Gambar 3, sekarang tertutup. Pada
dalam lubang pelarut. Lubang dalam pelarut yang keadaan ini, terjadi penurunan energi sebesar –W12,
149
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………
selanjutnya akan terjadi penutupan rongga kembali sebesar –2W12. Interaksi solut-solven ditandai dengan
dan kembali terjadi penurunan energi potensial sebesar 12. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.
–W12, sehingga tahap ketiga ini melibatkan energi
151
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………
Guenther, E. (1987). Minyak atsiri (R. S. Ketaren & Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A. H. C.
R. Mulyono, Trans.). Jakarta: UI-Press. (1993). Physical pharmacy. New Delhi: B.I.
Khalil, H. P. S. A., Hanida, S., Kang, C. W., & Waverly Pvt Ltd.
Fuaad, N. A. N. (2007). Agro-hybrid composite: Mba, O. I., Dumont, M.-J., & Ngadi, M. (2015).
the effect on mechanical and physical properties Palm oil: Processing, characterization, and
of oil palm fiber (efb)/glass hybrid reinforced utilization in the food industry - A review. Journal
polyester composites. Journal of Reinforced Plastics Food Bioscience, 10(1), 26-41.
and Composites, 26(2), 203-218. Pasaribu, N. (2004). Minyak buah dan kelapa sawit.
Koba, Y., & Aishizaki, A. (1990). Chemical Medan: Universitas Sumatera Utara.
composition of palm fiber and its feasibility as Shinoj, S., Visvanathan, R., Panigrahi, S., &
cellulosic raw material for sugar production. Kochubabu, M. (2011). Oil palm fiber (OPF)
Journal Agricultural and Biological Chemistry, and its composites: A review. Journal Industrial
54(5), 1183-1187. Crops and Products, 33(1), 7-22.
Kok, S., Ong-Abdullah, M., Ee, G. C., & Swern, D. (1982). Bailey's industrial oil and fat
Namasivayam, P. (2011). Comparison of nutrient products. New York: John Wiley and Sons.
composition in kernel of tenera and clonal
materials of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.). Wijayanti, F. E. (2008). Pemanfaatan minyak. Jakarta:
Journal Food Chemistry, 129(4), 1343-1347. Universitas Indonesia.
Mahatta, T. L. (1975). Fundamental of chemical Woodroof, J. G. (1983). Peanut. Westport: The AVI
engineering operation. Jepang: Marusen Co., Ltd. Publishing Company, Inc.
Mahjoub, R., Yatim, J. B. M., & Sam, A. R. M. Zancan, K. C., Marques, M. O. M., Petenate, A. J., &
(2013). A review of structural performance of oil Meireles, M. A. A. (2002). Extraction of ginger
palm empty fruit bunch fiber in polymer (Zingiber officinale roscoe) oleoresin with CO2 and
composites. Journal Advance in Materials Science co-solvents: A study of the antioxidant action of
and Engineering, vol. 2013(I), 1-9. the extracts. Journal of Supercritical Fluids, 24(1),
57-76.
151
FishtecH – Jurnal Teknologi Hasil Perikanan
ISSN: 2302-6936 (Print), (Online, http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech)
Vol. 6, No.1: 92-96, Mei 2017
ABSTRACT
Verification method is required to generate data analysis with accurate and precise value
corresponding to the standrad method. This study aims to verify fat analysis method by using direct
extraction method. The study was conducted in Laboratorium Pengujian, FPIK, Universitas Halu
Oleo. Fat analysis method verified was direct extraction method or soxhlet method. The results
showed that all precision values from experiments I-VIII, consisting of repeatability and
reproductibility, have RSD values (0.03 – 0.14) lower than 2/3 RSD Horwitz (1.99). The accuracy
results (% Recovery) indicated similarly RSD, lower than 2/3 RSD Horwitz (1.33). Based on these
results, it can be concluded that fat analysis method used in Laboratorium Pengujian, meet the pecise
and accuray standard, and generates valid data and accounted for.
Keywords: Fat analysis, Soxhlet, verification
ABSTRAK
Verifikasi metode diperlukan untuk menghasilkan hasil analisis dengan nilai akurasi dan presisi
yang sesuai dengan persyaratan pada metode uji yang diacu. Penelitian ini bertujuan untuk meverifikasi
metode pengujian lemak menggunakan metode ekstraksi langsung. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Pengujian, FPIK, Universitas Halu Oleo. Metode uji lemak yang diverifikasi yaitu
ekstraksi secara langsung atau metode soxhlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai presisi
seluruh prcobaan (I-VIII) yang terdiri dari ripitabilitas dan reprodusibilitas memiliki nilai RSD lebih
kecil (pada kisaran 0.03 – 0.14) daripada 2/3 RSD Horwitz (1.99). Hasil uji akurasi (% Recovery) juga
mengindikasikan hal yang serupa yaitu nilai RSD lebih kecil daripada 2/3 RSD Horwitz (1.33). Dari
hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa metode uji lemak yang dilakukan di laboratorium
pengujian memenuhi persyaratan uji presisi dan akurasi dan menghasilkan data yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kata kunci: Uji lemak, Soxhlet, verifikasi
secara rutin dalam kurun waktu tertentu lemak dikeringkan dalam oven pengering
untuk menjaga kualitas dan akurasi data yang pada suhu 105 oC. Ekstrak lemak didinginkan
dihasilkan serta mempertahankan konsistensi dan ditimbang (pengeringan diulangi hingga
dan mengontrol kinerjanya. Laboratorium tercapai bobot tetap). Kadar lemak dihitung
pengujian Fakultas Perikanan dan Ilmu dengan menggunakan persamaan berikut:
Kelautan merupakan laboratorium yang
melalukan pengujian untuk berbagai macam
analisis seperti proximat yang salah satunya
yaitu uji lemak. Lemak merupakan suatu Keterangan:
senyawa yang terbentuk dari glicerol asam W = bobot contoh (g)
lemak (asam karbosilat) dan mempunyai sifat W1 = bobot labu sebelum ekstraksi (g)
W2 = bobot labu sesudah ekstraksi (g)
sebagai senyawa yang tak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar
Parameter Verifikasi
seperti hidrokarbon atau dietileter. Dalam
Presisi
proses uji lemak, lemak dapat dihitung
Ripitabilitas
dengan menggunakan berbagai macam
Uji ripitabilitas pada analisis kadar
metode analisis diantaranya dengan metode
lemak pakan buatan ditentukan dengan cara
ekstraksi langsung. Metode ini juga dikenal
mengukur nilai masing-masing kadar lemak
dengan sebutan metode Soxhlet. Prinsip dari
sebanyak delapan kali ulangan dari masing-
metode ini yaitu ekstraksi lemak dengan
masing percobaan. Nilai uji ripitabilitas
pelarut lemak seperti petroleum benzena,
dinyatakan dalam nilai persen standar deviasi
petroleum eter, aseton dan lainnya. Berat
relatif (RSD) dan RSD Horwitz. Syarat
lemak kemudian ditentukan dengan cara
keterimaan uji ripitabilitas yaitu apabila nilai
memisahkan lemak dengan pelarutnya.
RSD analisis lebih kecil dari pada nilai
Metode pengujian lemak melalui
2/3 kali RSD Horwitz (Pomeranz dan
ekstraksi langsung dapat digunakan untuk
Meloan 1994; Garfield et al. 2000)
menganalisis sampel padat seperti pakan
buatan untuk ikan. Analisis kadar lemak
Reprodusibiltas
pakan menjadi bagian krusian untuk
Uji reprodusibilitas kadar lemak
menentukan kualitas pakan buatan yang
dilakukan oleh analis dengan waktu interval
dihasilkan. Untuk menghasilkan data yang
tertentu pada laboratorium yang sama. Uji
akurat dan menjaga mutu hasil uji
ini ditentukan dengan menghitung nilai RSD
laboratorium maka, kegiatan verifikasi
dari rata-rata ulangan dar imasing-masing
metode analisa dipandang perlu untuk
percobaan dari percobaan I hingga VIII dan
dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan
membandingkannya dengan nilai RSD
tujuan untuk meverifikasi metode lemak
Horwitz. Syarat keterimaan uji
dengan ekstraksi langsung.
reprodusibilitas yaitu apabila nilai RSD
analisis lebih kecil dari pada nilai 2/3 kali
METODE PENELITIAN RSD Horwitz.
Prosedur Kerja Uji Lemak (Metode
Ekstraksi Langsung) Akurasi (% Recovery)
Sample sebanyak 7-10 g ditimbang dan Uji akurasi untuk percobaan analisa
dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang kadar lemak dilakukan dengan melihat persen
disumbat dan dialasi dengan kapas. Sampel kembali (PK, % recovery) berdasarkan
dimasukkan ke dalam soxhlet yang persentase kadar lemak dari formulasi pakan
dihubungkan dengan labu lemak berisi batu yang digunakan saa tmembuat pakan. Hal ini
didih yang telah dikeringkan dan diketahui dilakukan Karena tidak dimilikinya bahan
bobotnya. Sampel diekstraksi menggunakan acuan tersertifikasi (Certified Reference
heksana (selama lebih kurang 6 jam), Material/CRM). Nilai PK bergantung pada
kemudian heksana disulingkan dan ekstrak matriks sampel. Batas penerimaan PK untuk
101
101
101
100
100
100
100
100
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8
Gambar 1. Nilai RSD dan 2/3 RSDHorwitz dari persen kembali analisa kadar lemak (series=ulangan).