Anda di halaman 1dari 6

J. Akademika Kim.

7(3): 146-151, August 2018


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PENGARUH KOMBINASI DAN RASIO PELARUT TERHADAP HASIL EKSTRAKSI


MINYAK DARI SERABUT KELAPA SAWIT

Effect of Combinations and Ratios of Solvents toward Extraction Results of Oil from Palm Fibers

*Fachrul Rozi, Paulus Hengky Abram, dan Anang Wahid M. Diah


Pendidikan IPA/Program Pascasarjana – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118
Received 27 April 2018, Revised 06 June 2018, Accepted 19 July 2018

Abstract
This study aimed to determine the combinations and ratios of appropriate solvents to obtain the optimal mass of palm oil.
Extracting the oil from palm fibers was conducted using soxletation method. Extraction is a way to get oil in a high amount and
good quality by using an appropriate solvent. The weight of oils obtained from the volume ratios variable of solvents at 100:0,
70:30, 50:50, 30:70, and 0:100 were 0.446 ± 0.063 g, 0.379 ± 0.022 g, 0.295 ± 0.012 g, 0.276 ± 0.045 g, and 0.183 ±
0.054 g, respectively. This study showed the combination of the types and ratios of solvents toward extraction of oil, and the
optimal oil mass was produced from n-hexane solvent.
Keywords: Oil palm fibers, soxletation, oil extraction

berfungsi mengumpulkan sisa-sisa makanan dalam


Pendahuluan1 perut dan mengeluarkan toksik dari dalam tubuh
Buah naga pertama kali diperkenalkan di (Chayati, dkk. 2011).
Malaysia, pada skala besar pada akhir 1990-an oleh Secara morfologi buah naga termasuk tanaman
Perusahaan Golden Hope. Selanjutnya, pada awal tidak lengkap karena tidak memiliki daun hanya
1999, budidaya komersialnya dikembangkan di memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta
Kluang (Johor), Kuala Pilah (Negeri Sembilan) dan biji. Berbagai zat aktif antihiperlipidemia yang
Sitiawan (Perak). Sejak itu, para petani telah terkandung dalam buah naga diantaranya vitamin B3
menanam buah naga di berbagai lahan, seperti (niasin), vitamin C (asam askorbat) dan asam palmitat
dataran rendah dan dataran tinggi, lahan padi diyakini dapat meningkatkan kadar HDL (high density
ditanam, lahan bekas tambang dan bahkan halaman lipoprotein) (Arrosichin., dkk. 2016).
rumah (Masyahit, dkk. 2009). Menurut Wahyuni (2011) menyatakan bahwa
Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis buah naga berpotensi sebagai anti radikal bebas karena
dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan mengandung betasianin.
tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, Menurut para peneliti dalam Hor., dkk. (2012) buah
angin, dan curah hujan.Buah naga mengandung naga merah mengandung pigmen merah-violet yang
protein yang mampu meningkatkan metabolisme disebut betasianin. Banyak penelitian kimia telah
tubuh dan menjaga kesehatan jantung, serat pangan dilakukan untuk menyelidiki betasianin, senyawa
yang dikandung dalam buah naga dapat menurunkan bioaktif utama dalam buah naga merah. Betasianin
kolesterol, dapat mencegah penyakit diabetes melitus, adalah senyawa yang melekat pada N-heterosiklik
stroke, kanker, dan penyakit kardiovaskular lainnya yang berfungsi sebagai antioksidan. Dalam penelitian
(Sulistiami, dkk. 2012). sebelumnya, varietas buah naga merah (hylocereus
Buah naga ini cukup kaya dengan berbagai polyrhizus) ditemukan memiliki aktivitas antioksidan
vitamin dan mineral yang membantu meningkatkan lebih tinggi dari varietas buah naga putih (hylocereus
daya tahan dan metabolisma tubuh. Menurut kajian undatus). Buah ini kaya akan asam askorbat (vitamin
beberapa manfaat dari buah naga ini adalah C) dan likopen. Likopen dikaitkan dengan penurunan
meningkatkan daya tahan dan metabolisme tubuh, risiko kanker dan penyakit jantung, dan menurunkan
melancarkan peredaran darah, mengurangi darah tekanan darah.
tinggi, menetralkan racun/toksin dalam tubuh, Buah naga termasuk dalam buah yang eksotik karena
mencegah kanker, menurunkan kadar lemak. Pada penampilannya yang menarik, rasanya asam manis
buah naga merah, warna merah/ungu keunguan yang menyegarkan dan memiliki beragam manfaat untuk
terdapat pada daging buah mengandung anthocyanin kesehatan (Wahyuni. 2011).
yang berfungsi melambatkan proses penuaan. Buah naga yang sering disebut dengan kaktus
Sedangkan biji hitam mengandung albumen yang manis atau kaktus madu, adalah buah yang sekarang
telah dikenal di Indonesia, bahkan mulai
dikembangkan di tanah air serta memiliki peluang
*Correspondensi
besar untuk disebarluaskan. Buah naga termasuk
Fachrul Rozi
dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA
memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Konsumsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
buah naga akan menghasilkan hasil samping kulit
Universitas Tadulako
e-mail: Fachrulchem18@gmail.com
buah yang sampai sekarang belum dimanfaatkan
© 2017 – Universitas Tadulako
secara optimal. Sementara beberapa uji laboratorium

146
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………

telah berhasil membuktikan bahwa kulit buah naga diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
memiliki berbagai senyawa aktif seperti triyepene, berbeda.
pentacyclic dan taraxast. Senyawa-senyawa tersebut Rasio 50 : 50 disiapkan dengan menyediakan n-
bermanfaat untuk melindungi kelenturan pembuluh heksana sebanyak 125 mL pada gelas ukur 250 mL,
darah. Selain itu, hasil penelitian lain juga kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 125 mL
membuktikan bahwa kulit buah naga dapat menekan hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur.
pertumbuhan sel tumor b16f10 (Nur'aini. & Sari. Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
2016) . ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
Menurut peneliti, buah naga merah (hylocereus diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
polyrhizus) secara luas dibudidayakan di Malaysia, berbeda.
Thailand, Vietnam, Australia, Taiwan, dan beberapa Rasio 30 : 70 disiapkan dengan menyediakan n-
bagian lain dunia. Buah ini bertahan di iklim tropis heksana sebanyak 75 mL pada gelas ukur 250 mL,
kering dan dapat menahan suhu setinggi 40◦C. Buah kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 175 mL
naga merah (hylocereus polyrhizus) berbentuk oval, hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur.
ukurannya besar, berat sekitar 300 gram-600 gram, Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
diameternya 32 cm-35 cm dan panjangnya 13 cm - 15 ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
cm. Buah ini memiliki daging yang lembut dan manis diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
dengan intens warna merah-ungu dari daging dan berbeda.
kulit. Ini memiliki banyak biji hitam kecil yang kaya Rasio 0 : 100 disiapkan dengan menyediakan
akan asam lemak esensial (Nurul. & Asmah. 2014). dietil eter sebanyak 250 mL pada gelas ukur 250 mL,
Spesies hylocereus atau lebih dikenal sebagai kemudian pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan
buah naga atau pitaya dari keluarga cactaceae telah ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan
menjadi subjek yang menarik bagi banyak peneliti diulangi sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang
terutama karena rasanya yang unik, bentuk dan warna berbeda.
daging. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
menyelidiki kimia betalains, utama senyawa bioaktif Ekstraksi minyak kelapa sawit
dalam hylocereus polyrhizus. Selain itu biji buah naga Ekstraksi minyak kelapa sawit dilakukan
merah (hylocereus polyrhizus) dan buah naga putih dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut: Labu
(hylocereus undatus) mengandung asam lemak esensial alas bulat untuk sokletasi sebagai penampung minyak
tingkat tinggi, yaitu asam linoleat dan linolenat asam sawit hasil ekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu
(Nurmahani., dkk. 2012). 105 oC, selanjutnya ditimbang beratnya sebelum
digunakan; sebanyak 10 gram serabut kelapa sawit
Metode dibungkus dengan kertas saring hingga padat dan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu dimasukkan ke dalam alat soklet; proses ekstraksi
seperangkat alat soklet, oven, neraca analitik, gelas dimulai dengan cara sokletasi menggunakan pelarut n-
ukur, labu alas bulat, pipet tetes, gelas kimia, waring heksana–dietil eter dengan perbandingan 100 : 0
blender, kertas label, kertas saring dan kapas. Bahan selama 18 jam, dan mengulangi perlakuan untuk rasio
yang digunakan pada penelitian ini yaitu serabut volume pelarut 70 : 30; 50 : 50; 30 : 70 dan 0 : 100.
kelapa sawit, dietil eter (Merck) dan n-heksana Pemisahan pelarut
(Merck). Larutan ekstrak dipanaskan pada suhu 70 oC
Preparasi sampel menggunakan oven. Pemanasan dihentikan jika tidak
Serabut kelapa sawit dipotong dengan ukuran ada lagi pelarut yang teruapkan dari larutan tersebut.
panjang kurang lebih 1 cm kemudian serabut digiling Labu alas bulat yang berisi larutan ditimbang
menggunakan blender. Serabut kelapa sawit hasil untuk dihitung massa minyak yang terdapat dalam
blender kemudian disaring hingga mendapat serabut sampel:
kelapa sawit yang halus. Massa minyak = (massa minyak + labu alas bulat) –
Pelarut n-heksana dan dietil eter dengan rasio massa labu alas bulat
% volume pelarut yang berbeda sebanyak 5 variasi Hasil dan Pembahasan
secara berturut-turut adalah 100 : 0 ; 70 : 30; 50 : 50;
30 : 70 dan 0 : 100 dengan prosedur penyediaannya Perlakuan pertama penelitian ini yaitu
seperti berikut: memotong serabut kelapa sawit hingga berukuran 1
Rasio 100 : 0 disiapkan dengan menyediakan n- cm, kemudian serabut di blender hingga ukuran
heksana sebanyak 250 mL pada gelas ukur 250 mL, serabut menjadi sependek mungkin. Serabut kelapa
kemudian dipindahkan ke gelas kimia dan ditutup sawit harus dipotong sependek mungkin karena
menggunakan aluminium foil. Perlakuan diulangi ukuran partikel padatan merupakan faktor yang sangat
sebanyak 2 kali untuk gelas kimia yang berbeda. berpengaruh dalam ekstraksi. Semakin kecil ukuran
Rasio 70 : 30 disiapkan dengan menyediakan n- partikel maka luas permukaan bidang kontak padatan
heksana sebanyak 175 mL pada gelas ukur 250 mL, dengan pelarut akan semakin besar (Zancan dkk.,
kemudian ditambahkan dietil eter sebanyak 75 mL 2002).
hingga mencapai tanda batas pada gelas ukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
Selanjutnya pelarut dipindahkan ke gelas kimia dan ekstraksi adalah perlakuan pendahuluan
ditutup menggunakan aluminium foil. Perlakuan (penghancuran, pengeringan dan penyerpihan), lama

147
Volume, 7, No. 3, 2018, 146-151 Jurnal Akademika Kimia

ekstraksi, jumlah pelarut, suhu pelarut dan jenis mungkin melarutkan senyawa seperti lilin, pigmen
pelarut yang digunakan. Jumlah minyak yang dapat dan albumin.
diekstraksi tergantung pada suhu, kandungan air 2) Mempunyai titik didih yang cukup rendah;
dalam biji, teknik pengecilan ukuran dan sebagainya hal ini dilakukan agar pelarut dapat dengan mudah
(Bernardini, 1983). Efisiensi ekstraksi, ukuran bahan diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
perlu direduksi lebih dahulu agar luas permukaan 3) Bersifat inert; pelarut tidak bereaksi dengan
bahan semakin besar dan minyak mudah terekstraksi komponen minyak.
(Swern, 1982). Pengecilan ukuran akan memberikan Pelarut yang digunakan pada penelitian ini
hasil minyak yang lebih tinggi dengan kandungan adalah pelarut n-heksana dan dietil eter. Kedua pelarut
minyak pada bungkil yang minimum (Mahatta, ini dipilih karena kedua pelarut bersifat non polar
1975). yang mempunyai polaritas yang sama dengan minyak.
Perlakuan selanjutnya melakukan ekstraksi Rasio volume pelarut n-heksan dan dietil eter yang
menggunakan metode sokletasi. Metode ekstraksi digunakan pada penelitian ini yaitu 100:0; 70:30;
dengan pelarut memiliki keuntungan karena minyak 50:50; 30:70; dan 0:100 dalam satuan persen. Hal ini
yang dapat dipisahkan dari bahan jumlahnya cukup bertujuan untuk mengetahui pelarut yang tepat untuk
besar. Selain itu, komponen-komponen lain yang mengekstrak minyak. Penggunaan n-heksana pada
terdapat di dalam bahan seperti kandungan protein ekstraksi kimia sangat efektif sebagai pelarut karena
dan lain-lainnya tidak banyak mengalami kerusakan menghasilkan kadar minyak yang tinggi. Ekstrasi
(Woodroof, 1983). Pelarut yang baik digunakan menggunakan n-heksana perlu untuk menggunakan
dalam proses pengambilan minyak dengan cara recovery system untuk mengurangi biaya produksi
ekstraksi adalah pelarut yang memenuhi syarat-syarat minyak melalui metode ekstraksi pelarut (Bhuiya
dibawah ini (Guenther, 1987) yaitu: dkk., 2015) Adapun data hasil analisis kadar minyak
1) Bersifat selektif; pelarut harus dapat perbandingan pelarut n-heksana dan dietil eter
melarutkan semua zat dengan cepat serta sedikit ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar minyak dengan rasio variasi volume


pelarut n-heksana dan dietil eter

No. Pelarut n-heksana : dietil eter (%) Kadar minyak (gram)


1. 100:0 0,446 ± 0,063
2. 70:30 0,379 ± 0,022
3. 50:50 0,295 ± 0,012
4. 30:70 0,276 ± 0,045
5. 0:100 0,183 ± 0,054

Hasil pada Tabel 1 memperlihatkan massa Hasil pada Gambar 1 menunjukkan kombinasi dan
minyak optimal yang didapatkan yaitu pada pelarut n- rasio volume n-heksana dan dietil eter sebagai pelarut
heksana. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut n- mempengaruhi massa minyak yang dihasilkan. Hal ini
heksana merupakan pelarut yang bagus digunakan memperlihatkan bahwa masing-masing zat memiliki
dalam mengikat minyak sawit daripada pelarut dietil kelarutan yang berbeda terhadap zat lain. Zat
eter. Hal ini disebabkan n-heksana memiliki nilai mempunyai kelarutan tertentu. Kemampuan
konstanta dielektrik yang lebih rendah daripada dietil berinteraksi antara solut dan solven sangat tergantung
eter. N-heksana memiliki nilai konstanta dielektrik pada sifat solut maupun sifat solven, yang dipengaruhi
1,89 sedangkan dietil eter memiliki nilai konstanta efek kimia, elektrik maupun struktur (Martin dkk.,
dielektrik 4,33. Pelarut polar mempunyai konstanta 1993).
dielektrik yang besar. Sedangkan senyawa non polar
mempunyai konstanta dielektrik yang kecil.

148
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………

Gambar 1. Grafik hubungan massa minyak dan rasio volume pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh 1) Tahap pertama menyangkut pemindahan
polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih suatu molekul zat dari zat terlarut pada temperatur
baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. tertentu. Kerja yang dilakukan dalam memindahkan
Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti satu molekul dari zat terlarut sehingga dapat lewat ke
perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu wujud uap membutuhkan pemecahan ikatan antar
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu molekul-molekul berdekatan. Proses pelepasan ini
zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Senyawa melibatkan energi sebesar 2W22 untuk memecah
nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, ikatan antar molekul yang berdekatan dalam kristal.
misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa Tetapi apabila molekul melepaskan diri dari fase zat
nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, terlarut, lubang yang ditinggalkan tertutup, dan
misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. setengah dari energi diterima kembali, maka total
Proses pelarutan yang melibatkan interaksi energi dari proses pertama adalah W22. Proses ini
solut dengan solut, solven dengan solven, dan solut dapat dilihat pada Gambar 2.
dengan solven terdiri dari tiga tahap (Martin, dkk.,
1993) yaitu :

Pelepasan satu molekul dari zat terlarut


Zat terlarut
Gambar 2. Tahap pemindahan suatu molekul zat dari fase terlarut

2) Tahap kedua menyangkut pembentukan dibutuhkan pada tahap ini adalah W11. Bilangan 11
lubang dalam pelarut yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa interaksi terjadi antar molekul
menerima molekul zat terlarut. Energi yang solven. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Pelarut Pembentukan lubang dalam pelarut

Gambar 3. Tahap pembentukan lubang dalam pelarut

3) Tahap ketiga penempatan molekul zat terlarut terbentuk pada Gambar 3, sekarang tertutup. Pada
dalam lubang pelarut. Lubang dalam pelarut yang keadaan ini, terjadi penurunan energi sebesar –W12,

149
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………

selanjutnya akan terjadi penutupan rongga kembali sebesar –2W12. Interaksi solut-solven ditandai dengan
dan kembali terjadi penurunan energi potensial sebesar 12. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.
–W12, sehingga tahap ketiga ini melibatkan energi

Pelarut Molekul zat terlarut Larutan

Gambar 4. Tahap penempatan zat terlarut ke dalam rongga pelarut

dua cara; bertindak secara paralel dengan pelarut


Secara keseluruhan, energi (W) yang dibutuhkan utama atau bertindak sebagai pelarut utama (Dutta
untuk semua tahap proses tersebut adalah : dkk., 2013).
W = W22 + W11 – 2W12
Persamaan diatas merupakan persamaan Kesimpulan
perhitungan keseluruhan energi yang dibutuhkan Kombinasi dan rasio pelarut berpengaruh
untuk semua tahap proses interaksi zat terlarut dan terhadap hasil ekstraksi minyak dari serabut kelapa
pelarut. 2W22 adalah energi pelepasan molekul zat sawit yang disebabkan adanya perbedaan nilai
terlarut dari ikatan molekul-molekul zat terlarut yang konstanta dielektrik pada masing-masing pelarut.
berdekatan. W22 adalah total energi yang diperlukan Kadar minyak pada pelarut n-heksana dan dietil eter
pada tahap pelepasan serta penutupan lubang pada dengan rasio pelarut 100 : 0; 70 : 30; 50 : 50; 30 : 70
molekul zat terlarut. W11 adalah energi yang dan 0 : 100 secara berturut-turut adalah sebesar 0,446
dibutuhkan dalam pembentukan lubang pada molekul ± 0,063 gram, 0,379 ± 0,022 gram, 0,295 ± 0,012
pelarut. 2W12 adalah total energi yang dilepaskan gram, 0,276 ± 0,045 gram dan 0,183 ± 0,054 gram.
pada tahap penempatan molekul zat terlarut dalam Kadar minyak yang optimal terdapat pada pelarut n-
molekul pelarut dan penutupan lubang molekul heksana.
pelarut. Kode 11 adalah interaksi yang terjadi antara
molekul pelarut. Kode 22 adalah interaksi yang terjadi Ucapan Terima Kasih
antara molekul zat terlarut. Kode 12 adalah interaksi Ucapan terimakasih penulis sampaikan
yang terjadi antara molekul pelarut dan zat terlarut. kepada Idha Kesuma Utami selaku laboran
Semakin besar W atau selisih energi yang dibutuhkan laboratorium agroteknologi, yang telah memberikan
pada tahap 1 dan 2 dengan energi yang dilepaskan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan
pada tahap 3, maka semakin kecil kelarutan zat. Selain penelitian ini.
nilai konstanta dielektrik terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan senyawa. Kelarutan suatu
senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat Referensi
terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh Bernardini, E. (1983). Oil seeds, oils and fats, Volume I.
faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk Rome: Publishing House.
jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya
zat terlarut (Martin, dkk., 1993). Bhuiya, M. M. K., Rasul, M. G., Khan, M. M. K.,
Ashwath, N., Azad, A. K., & Mofijur, M. (2015).
Campuran n-heksana dan dietil eter (rasio 30:70, Optimization of oil excraction process from
50:50 dan 30:70) mendapatkan kadar minyak yang australian native beauty leaf seed (Calophyllum
lebih besar dari pada dietil eter murni. Hal tersebut inophyllum). Journal Energy Procedia, 75, 56-61.
dikarenakan tetapan dielektrik senyawa campuran
pelarut lebih besar dari pada senyawa murninya. Corley, R. H. V. (2009). How much palm oil do we
Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan need? Journal Environmental Science & Policy,
hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing- 12(2), 134-139.
masing yang sudah dikalikan dengan % volume Dutta, R., Sarkar, U., & Mukherjee, A. (2013).
masing-masing komponen pelarut. Beberapa zat lebih Extraction of oil from crotalaria juncea seeds in a
mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan modified soxhlet apparatus: physical and chemical
pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan characterization of a prospective bio-fuel. Journal
istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam Fuel, 116, 794-802.
bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu Elisabeth, J., & Ginting, S. P. (2003). Pemanfaatan
zat disebut co-solvent. hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan
Penggunaan co-solvent berpengaruh pada proses pakan ternak sapi potong. Lokakarya Sistem
ekstraksi. Penggunaan pelarut kedua dalam proses Integrasi Kelapa Sawit-Sapi, 110-119.
ekstraksi dapat meningkatkan hasil ekstraksi dalam

151
Fachrul Rozi Pengaruh Kombinasi dan Rasio Pelarut Terhadap…………………

Guenther, E. (1987). Minyak atsiri (R. S. Ketaren & Martin, A., Bustamante, P., & Chun, A. H. C.
R. Mulyono, Trans.). Jakarta: UI-Press. (1993). Physical pharmacy. New Delhi: B.I.
Khalil, H. P. S. A., Hanida, S., Kang, C. W., & Waverly Pvt Ltd.
Fuaad, N. A. N. (2007). Agro-hybrid composite: Mba, O. I., Dumont, M.-J., & Ngadi, M. (2015).
the effect on mechanical and physical properties Palm oil: Processing, characterization, and
of oil palm fiber (efb)/glass hybrid reinforced utilization in the food industry - A review. Journal
polyester composites. Journal of Reinforced Plastics Food Bioscience, 10(1), 26-41.
and Composites, 26(2), 203-218. Pasaribu, N. (2004). Minyak buah dan kelapa sawit.
Koba, Y., & Aishizaki, A. (1990). Chemical Medan: Universitas Sumatera Utara.
composition of palm fiber and its feasibility as Shinoj, S., Visvanathan, R., Panigrahi, S., &
cellulosic raw material for sugar production. Kochubabu, M. (2011). Oil palm fiber (OPF)
Journal Agricultural and Biological Chemistry, and its composites: A review. Journal Industrial
54(5), 1183-1187. Crops and Products, 33(1), 7-22.
Kok, S., Ong-Abdullah, M., Ee, G. C., & Swern, D. (1982). Bailey's industrial oil and fat
Namasivayam, P. (2011). Comparison of nutrient products. New York: John Wiley and Sons.
composition in kernel of tenera and clonal
materials of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.). Wijayanti, F. E. (2008). Pemanfaatan minyak. Jakarta:
Journal Food Chemistry, 129(4), 1343-1347. Universitas Indonesia.
Mahatta, T. L. (1975). Fundamental of chemical Woodroof, J. G. (1983). Peanut. Westport: The AVI
engineering operation. Jepang: Marusen Co., Ltd. Publishing Company, Inc.
Mahjoub, R., Yatim, J. B. M., & Sam, A. R. M. Zancan, K. C., Marques, M. O. M., Petenate, A. J., &
(2013). A review of structural performance of oil Meireles, M. A. A. (2002). Extraction of ginger
palm empty fruit bunch fiber in polymer (Zingiber officinale roscoe) oleoresin with CO2 and
composites. Journal Advance in Materials Science co-solvents: A study of the antioxidant action of
and Engineering, vol. 2013(I), 1-9. the extracts. Journal of Supercritical Fluids, 24(1),
57-76.

151

Anda mungkin juga menyukai