Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN GROUP PROJECT PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KOLESTEROL DAN PENGAMATAN KRISTAL KOLESTEROL PADA


BUAH ALPUKAT (Persea americana mill)

Kelompok 5

Muhammad Fajar Badrudin 17308141032


Ananda Bela Yustisia 17308141038
Jessie Ardhika Ratri 17308141039
Abda Lathifa Khalilulla 17308141043
Gita Susilawati Dewi 17308141050
Fellary Pangesti 17308141051

BIOLOGI F

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan ribuan pulaunya menyimpan segudang kekayaan sumber daya
alam hayati, terutama buah tropika beserta komponen genetik pendukungnya yaitu
mikroorganisme tanah, serangga polinator dan musuh alami. Tidak kurang dari 329
jenis buah-buahan, baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun impor, dapat
ditemukan di Indonesia. Buah- buahan asli Indonesia terdapat 266 jenis yang sebagian
besar tumbuh liar di hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan. Dari
266 jenis buah-buahan yang ada, 76% di antaranya termasuk jenis pohon. Dari 62
jenis tanaman buah yang telah dibudidayakan, 18 jenis di antaranya merupakan
endemik, dan 4 jenis termasuk langka. Indonesia merupakan negara tropis, negara
yang meiliki iklim tropis di dalamnya terdapat berbagai macam tanaman, baik
tanaman sayur, tanaman buah maupun tanaman obat-obatan. Salah satu buah yang
terkenal di masyarakat Indonesia adalah buah alpukat.
tinggi, rasanya langu seperti minyak ikan. Buah alpukat tidak hanya untuk
dimakan tetapi dapat juga dibuat minuman seperti jus dan diberi sirup atau penyedap
lainnya. Buah alpukat mempunyai banyak zat berkhasiat antara lain sebagai nutrisi
dan enzim yang berlimpah. Buah alpukat juga kaya antioksidan dan zat gizi seperti
lemak yaitu 9,8 g/100 g daging buah (Ariani, 2000 : 91).
Buah Alpukat merupakan salah satu buah yang telah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Dalam buah alpukat terkandung vitamin A, B, C, dan E serta β-karoten
dalam jumlah yang tinggi, bahkan kandungan potassiumnya lebih tinggi daripada
pisang (Bergh, 1992 : 92). Penelitian di Brazil menyebutkan kandungan lemak
daging buah alpukat tergolong cukup besar yaitu 15,39% dan dengan kandungannya
ini dimungkinkan dibentuk sediaan dalam bentuk minyak buah alpukat (Bora et al.,
2001 : 98).
Hal tersebut menjadi salah satu hal yang mendasari peneliti untuk meneliti lebih
lanjut mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam buah alpukat. Oleh karena itu
peneliti akan melakukan penelitian mengenai kandungan lipid pada buah alpukat.
Penelitian ini akan difokuskan pada pengamatan kandungan kolesterol dan kristal
kolesterol pada buah alpukat. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar
masyarakat mengetahui bahan yang terkandung dalam alpukat, bagaimana
karakteristik kolesterol, bagaimana cara mengetahui kandungan kolesterol yang ada
di dalam buah alpukat serta mengetahui bagaimana karakteristik kolesterol.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah bahan yang terkandung di dalam alpukat?
2. Apakah buah alpukat mengandung lipid?
3. Bagaimana cara mengetahui kandungan lipid dalam buah alpukat ?
4. Bagaimana karakteristik kolesterol?

C . Tujuan
1.Mengetahui macam bahan yang terkandung dalam alpukat
2.Mengetahui kandungan lipid dalam buah alpukat
3.Mengetahui cara menguji kandungan lipid dalam buah alpukat.
4. Mengetahui karakteristik kolesterol?

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat hal yang dapat diperoleh yaitu :
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan.
2. Mahasiswa lebih kritis terhadap sekitar
3. Masyarakat dapat mengetahui kandungan buah alpukat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Buah Alpukat


Klasifikasi buah alpukat
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana mill

(Sumber : Plantamor, 2012; Andi, 2013 : 4 )

B. Morfologi Buah Alpukat


Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan memiliki akar
rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga pemupukan harus
dilakukan dengan cara yang benar. Pupuk harus diletakkan sedekat mungkin dengan
akar sehingga pupuk ditanam dengan kedalaman 30 – 40 cm disekitar tanaman (Andi,
2013 : 87). Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna
coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus.
Batang tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit,
penyambungan dan okulasi (Prihatman, 2000; Andi, 2013 : 5). Daun tunggal,
bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting,
bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti 6 kulit, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke atas, bertulang
menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan
berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul (Prihatman, 2000; Andi, 2013 :
5).
Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat pembungaannya
dikogami, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara 2 mekar dalam
waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang berfungsi sedangkan
pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi. Berdasarkan sifat
pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina
mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari
berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan mekar pada
pagi hari berikutnya (Ashari, 2004 : 6).
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan bulat tidak
simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg, berwarna hijau atau
hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki kulit yang lembut dan
memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat bervariasi dari
warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu dengan bentuk
seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan. Buah
alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x 4 cm (Andi, 2013 : 7).

C. Kandungan Buah Alpukat

D. Uji Lipid pada Buah


Lipid merupakan gudang energi, tidak larut dalam air dan dapat diekstraksi dari
komponen sel lainnya dengan pelarut organik seperti hidrokarbon dan karbon
tetraklorida (Poedjiadi, 2009 : 45).

Senyawa organik lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan.


Golongan Lipid adalah segolongan besar senyawa tak larut di dalam air yang terdapat
di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan kloroform dan
merupakan senyawa yang heterogen dari jaringan. Sifat ini yang membedakan dengan
karbohidrat, protein, asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid
dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan dengan cara ekstrasi menggunakan
alkohol panas, eter dan pelarut lemak yang lainnya. Macam senyawa itu kuantitasnya
yang diperoleh dari ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid
yang dapat digunakan (Rosita, 2003 : 32).
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal.
Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu (Choke, 2009 : 98)  :
a. Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alkohol. Misalnya pada
lilin   dan gliserol.
b. Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan
misalnya fosfolipid.
c. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya
lemadan gliserol.

Penggolongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimianya yaitu :


a. Asam lemak
b. Lemak
c. Lilin
d. Fosfolipid
e. Sfingolipid
f. Terpen
g. Steroid
h. Lipid kompleks (Poedjiadi, 2009 : 32).
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif
sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam
lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan
asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal
sebagai asam lemak esensial karena tidak memiliki enzim untuk menghasilkannya
(Suci, 2011 : 20).
Lemak dapat dibagi menjadi gliserin dan asam lemak, campuran yang
dihasilkan mengandung tiga molekul asam lemak untuk setiap molekul gliserin.
Karena itu proporsi asam untuk gliserin, senyawa kimia yang ditemukan dalam lemak
sebelum split diketahui kimia sebagai tri gliserida. Karena ada sejumlah asam lemak
yang berbeda yang terjadi dalam lemak alam, banyak perbedaan yang sangat tri
gliserida ditemui di alam. Ini diberi nama sesuai dengan asam lemak atau asam yang
dikandungnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi
sebagian. (Salirawati et al., 2007 : 76).
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari pada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi
asam lemak (Salirawati et al., 2007 : 76).
Lemak mempunyai beberapa manfaat pada tanaman yaitu sebagai lapisan
lilin berfungsi untuk mengurangi laju transpirasi pada tanaman, karena irama laju
asupan karbohidrat yang cukup tinggi bagi tanaman, maka asupan tersebut harus
segera diolah oleh tubuh tumbuhan, menjadi energi maupun disimpan sebagai
glikogen. Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas
(Salirawati et al., 2007 : 76)
Asam lemak terdiri dari asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan
rangkap dan asam lemak tak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh,sedangkan asam lemak tak
jenuh banyak terdapat di dalam lemak nabati. Asam lemak tak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena reaksi adisi brom pada ikatan rangkap. Kelompok
senyawa lipid lainnya yang tidak larut dalam air seperti fosfolipid dan sterol
merupakan komponen penting membrane sel. Kolestrol adalah golongan sterol utama
yang banyak terdapat di alam. Untuk mengetahui keberadaan kolesterol, dapat
dilakukan uji kolestrol dengan pereaksi Lieberman Burchard.( Salirawati et al., 2007 :
76)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta, pada tanggal 16 dan 23 April 2018.
B. Alat dan bahan
Alat Bahan
1. Tabung reaksi (7 buah ) 1. Buah Alpukat (2 buah)
2. Pipet tetes (2 buah ) 2. Alkohol 98 % (60 mL)
3. Penjepit tabung reaksi (1 buah ) 3. Ether (40 mL)
4. Gelas ukur (1 buah ) 4. Aceton (30 mL)
5. Beker gelas (2 buah ) 5. KHSO4 padat (5 gram)
6. Batang pengaduk (1 buah ) 6. Aquadest (40 mL)
7. Corong gelas (1 buah ) 7. Kertas saring (5 buah)
8. Waterbath (1 buah )
9. Mikroskop (1 buah )

C. Langkah kerja
Langkah Kerja
A. Ekstraksi Lipid dari Buah Alpukat
Melarutkan daging buah alpukat dalam campuran 50 ml alkohol dan 25 ml ether, sambil
mengaduk-aduk sekitar 10 menit

Menyaring campuran menggunakan kertas saring tebal kedalam beaker glass yang diletakkan
pada corong gelas dan membasahi dengan alkohol
Menguapkan filtrat yang diperoleh pada waterbath sampai terbentuk zat padat

Menguji kelarutan sebagian zat padat dalam air

B. Pemisahan lesitin

Melarutkan zat padat pada topik 1 dalam ether 10 ml

Larutan zat padat dan ether ditambhakan dengan 30 ml aceton dan mengaduknya

Menyaring larutan dan mendapatkan endapan putih

Menyimpan filtrat dan endapan yang diperoleh

C. Uji Acrolein

Mencampurkan lesitin dengan sedikit KHSO4 pada pada tabung reaksi

Memanaskan diatas lampu spiritus

Mencium bau yang keluar dari pemanasan tersebut

D. Penyabunan Lemak

Menguapkan filtrate pada topik 2 hingga berbentuk pasta

Melarutkan pasta dengan 15 ml KOH 10% dalam ethanol, mengaduknya dengan baik
dan memanaskan selama 30 menit dalam penanggas

Setelah dingin, menambahkan larutan dengan 40 ml ether serta menyaring endapan


dan filtrat disimpan

Menguji endapan dengan melarutkannya dengan air


E. Pemisahan Kolesteril dan Pengamatan Kristal Kolesterol

Menguapkan filtrat yang diperoleh sebelumnya hingga kering pada waterbath

Mengekstraksi zat padat yang terbentuk dengan 10 ml alkohol 98%

Menyaring larutan dan filtrat yang diperoleh diuapkan hingga volumenya tinggal
setengahnya dari volume semula pada waterbath

Menambahkan beberapa tetes air suling (aquadest) sampai tidak terbentuk lagi
endapan putih (kolesterol)

Menghablur kolesterol yang diperoleh dengan mengamati dibawah mikroskop

D. Sasaran Pengamatan
Kandungan kolesterol dan kristal kolesterol dalam buah alpukat
E. Rancangan Tabulasi Data
Ekstraksi lipid
no Cara Kerja Hasil Pengamatan

1. Ekstraksi alpukat dalam alcohol +


ether (2 : 1)

2. Zat padat + air

Pemisahan lesitin

no Cara Kerja Hasil Pengamatan

1. Zat padat (li[id) + ether

2. Campuran(lipid dan buah alpukat


+ aceton) + air
Uji akrolein
no Cara Kerja Hasil Pengamatan
Lesitin + KHSO4
1.

Campuran(lipid dan buah alpukat


2. + aceton) + air

no Cara Kerja Hasil Pengamatan


hidrolisasi lemak oleh basa alkali
1.

Campuran(lipid dan buah alpukat


2. + aceton) + air

Pemisahan kolesterol dan menyerahkan

Reaksi yang dilakukan Hasil keterangan


Ekstraksi bertingkat lipid
->
Pengamatan Kristal
kolesterol ->

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, T. R. 2000. Pengaruh Tebal Rajangan Daging Buah Alpukat ( Persea
americana MILL) Dan Cara Ekstraksi Terhadap Randemen Dan Mutu Minyak
Alpukat Yang Dihasilkan. (Skripsi). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Instut
Pertanian Bogor.

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Malang :


Bayumedia Publishing.
Bergh, B. D. 1992. The Avocado and Human Nutrition. 11. Avocados and Your Heart.
Proc of Second World Avocado Congress pp.
Bora, S. P., Narain, N., Rocha, R. V. M., and Paulo, M. Q. 2001, Characterization of
the Oils from the aapulps and Seeds of Avocado (Cultivar : Fuerte) Fruits, Grasa
Y Aceites, (online). Pada 2 April 2018 Pukul 20.38
Chandra, Andy, Hie Maria Inggrid, dan Verawati. 2013. Pengaruh pH dan jenis
Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Laporan
Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
Universitas Katolik Parahyangan.
Kemal, Prihatman. 2000. Alpukat / Avocado. Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Pedesaan. Jakarta : BAPPENAS.
Ozdemir, F., and Topuz, A. 2004. Changes in adry Matter, Oil Contents and Fatty
Acids Composition of Avocado During Harvesting Time and Post-Harvesting
Ripening Period. Food Chem.
Poedjiadi, K. dkk. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Salirawati et al. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta : Grasindo.
Sipayung, Rosita. 2003. Biosintesis Asam Lemak pada Tanaman. Medan : Universitas
Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai